plus minus jadi kutu loncat

Kutu Loncat dalam Dunia Kerja: Untung atau Buntung?

Kamu tentu enggak mau karier mandek di situ-situ saja. Masalahnya, meniti karier sering kali butuh konsistensi di bidang yang sama. Namun, tak semua orang bisa bertahan di bidang kerja yang sama. Ada yang justru berganti pekerjaan yang sesuai dengan passion dan tujuan hidup. 

Mereka inilah yang dikenal dengan “kutu loncat”. Istilah ini mungkin terdengar negatif bagi sebagian orang, tetapi sebenarnya ada keuntungan yang perlu kita perhatikan. Apa saja plus minusnya? 

Apa itu Kutu Loncat? 

Dikutip dari Indeed, What Is Job Hopping? (Plus Advantages and Disadvantages), kutu loncat atau job hopping menggambarkan seseorang yang memiliki kebiasaan berpindah pekerjaan dalam waktu relatif singkat. Biasanya, kutu loncat akan bekerja di satu perusahaan selama kurang dari satu atau dua tahun sebelum memutuskan untuk mencari peluang baru di tempat lain.  

Konsep ini tidak terbatas pada satu bidang atau industri tertentu; kutu loncat dapat berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari fresh graduate yang baru lulus hingga mereka yang telah berpengalaman di dunia kerja selama bertahun-tahun. 

Baca Juga: Generasi Milenial Sering Jadi Kutu Loncat, Apa Alasannya? 

Kenapa Istilah ini Digunakan? 

Dikutip dari Kompas, dalam konteks pekerjaan, kutu loncat kerap merasa tak puas dengan posisi terkini dan terus mencari pekerjaan lebih baik atau sesuai dengan keinginan mereka.  

Kutu loncat sering dianggap sebagai orang yang tidak memiliki komitmen jangka panjang terhadap perusahaan tempat mereka bekerja, yang sering kali menciptakan stigma negatif di kalangan rekruter dan manajer HR. 

Baca Juga: Pindah Kerja ke Tempat Baru? Perhatikan Tanda-tanda Ini untuk Tahu Atasanmu ‘Toxic’ Atau Enggak 

Plus (Keuntungan) Jadi Kutu Loncat 

Menjadi kutu loncat dalam karier memiliki sejumlah keuntungan yang dapat bermanfaat bagi individu, baik pengalaman profesional maupun pengembangan pribadi. Dikutip dari Forbes, The Pros And Cons Of Rapid Job Hopping, yuk, kita bahas lebih dalam mengenai beberapa keuntungan utama menjadi kutu loncat. 

1. Pengalaman Beragam 

Salah satu keuntungan terbesar dari menjadi kutu loncat adalah pengalaman beragam yang didapatkan. Setiap kali seseorang berpindah pekerjaan, mereka berkesempatan untuk: 

  • Belajar dari Berbagai Budaya Kerja: Setiap perusahaan memiliki budaya kerja dan nilai-nilai yang berbeda. Dengan berpindah tempat, individu dapat memahami berbagai pendekatan dalam berbisnis, manajemen, dan interaksi antar tim. 
  • Menghadapi Tantangan yang Berbeda: Setiap pekerjaan baru biasanya datang dengan tantangan unik. Hal ini memungkinkan individu untuk mengasah kemampuan problem-solving dan beradaptasi dengan situasi baru. 
  • Mendapatkan Perspektif yang Luas: Dengan bekerja di berbagai industri, seseorang dapat melihat bagaimana praktik terbaik diterapkan di berbagai sektor. Ini juga membantu memperluas wawasan dan cara berpikir yang lebih kreatif. 

2. Jaringan yang Luas 

Ketika berpindah-pindah pekerjaan, individu juga memiliki kesempatan untuk membangun jaringan yang lebih luas. Beberapa manfaat dari jaringan yang luas meliputi: 

  • Peluang Kolaborasi: Jaringan yang besar memungkinkan individu untuk menemukan peluang kolaborasi di masa depan, baik dalam proyek kerja maupun dalam pengembangan bisnis. 
  • Referensi yang Berharga: Membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan dapat membuka jalan untuk referensi yang dapat membantu dalam pencarian pekerjaan berikutnya. 
  • Informasi Terkini: Memiliki jaringan yang luas juga berarti mendapatkan akses ke informasi terbaru tentang tren industri, peluang kerja, dan perkembangan karier. 

3. Fleksibilitas dalam Karier 

Kutu loncat sering kali menikmati fleksibilitas lebih dalam karier mereka. Beberapa aspek fleksibilitas ini adalah: 

  • Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Peluang Baru: Dengan tidak terikat pada satu perusahaan, individu dapat dengan mudah mengeksplorasi berbagai peluang yang datang, baik itu pekerjaan baru atau proyek freelance. 
  • Mencari Pekerjaan yang Sesuai dengan Passion: Kutu loncat memiliki kebebasan untuk mencari posisi yang lebih sesuai dengan minat dan nilai-nilai pribadi mereka, sehingga meningkatkan kepuasan kerja. 
  • Kemampuan Mengatur Waktu: Dalam beberapa kasus, kutu loncat dapat memilih untuk bekerja paruh waktu atau dalam proyek sementara, memberikan mereka lebih banyak waktu untuk mengejar hobi atau pendidikan lanjutan. 

4. Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan 

Setiap kali seseorang pindah pekerjaan, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Beberapa cara di mana kutu loncat dapat berkembang meliputi: 

  • Pelatihan dan Pengembangan: Banyak perusahaan menawarkan program pelatihan dan pengembangan yang berbeda. Dengan berpindah pekerjaan, individu dapat mengakses berbagai jenis pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi mereka. 
  • Memperoleh Keterampilan Baru: Setiap posisi baru sering kali membutuhkan keterampilan baru. Kutu loncat yang proaktif dalam belajar akan memiliki keunggulan kompetitif dalam pasar kerja. 
  • Adaptasi Terhadap Teknologi Baru: Dengan kemajuan teknologi yang cepat, bekerja di berbagai perusahaan memungkinkan individu untuk lebih cepat beradaptasi dengan alat dan teknologi terbaru. 

5. Kesempatan Meningkatkan Gaji 

Dalam banyak kasus, berpindah pekerjaan dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan gaji. Beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah: 

  • Negosiasi yang Lebih Baik: Saat berpindah pekerjaan, individu memiliki kesempatan untuk bernegosiasi gaji yang lebih baik dengan perusahaan baru, sering kali dengan basis penawaran yang lebih tinggi. 
  • Menghindari Kenaikan Gaji yang Lambat: Terkadang, perusahaan memiliki kebijakan kenaikan gaji yang lambat. Dengan berpindah pekerjaan, individu bisa menghindari proses ini dan mendapatkan kenaikan gaji yang lebih cepat. 
  • Menemukan Perusahaan dengan Paket Manfaat Lebih Baik: Selain gaji pokok, banyak perusahaan menawarkan berbagai manfaat. Kutu loncat dapat mencari pekerjaan yang tidak hanya memberikan gaji tinggi tetapi juga manfaat tambahan yang lebih menguntungkan. 

Baca Juga: 6 Alasan Pindah Kerja yang Bisa Kamu Pakai 

Minus (Kerugian) Jadi Kutu Loncat 

Meskipun menjadi kutu loncat dalam berkarier memiliki banyak keuntungan, ada juga sejumlah kerugian yang perlu dipertimbangkan. Masih dikutip dari Forbes, berikut adalah beberapa kerugian utama yang mungkin dihadapi seseorang yang sering berpindah pekerjaan. 

1. Risiko Stabilitas Kerja 

Salah satu kerugian paling signifikan dari menjadi kutu loncat adalah kurangnya stabilitas kerja. Banyak perusahaan lebih suka karyawan yang dapat bertahan dalam jangka panjang karena: 

  • Kepastian dalam Perencanaan: Perusahaan membutuhkan karyawan yang dapat membantu dalam perencanaan jangka panjang. Karyawan yang sering berpindah kerja membuat perusahaan sulit merencanakan strategi dan pengembangan tim. 
  • Mengganggu Proyek yang Sedang Berlangsung: Ketika seseorang pergi sebelum menyelesaikan proyek penting, hal ini dapat mengganggu jalannya proyek dan mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. 
  • Resiko Penurunan Kinerja: Karyawan yang terus berpindah pekerjaan mungkin mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan mempelajari proses kerja di perusahaan baru, yang dapat menyebabkan penurunan kinerja. 

2. Persepsi Negatif dari Rekruter 

Banyak rekruter dan manajer HR cenderung melihat kutu loncat dengan skeptis. Persepsi negatif ini dapat berdampak pada kesempatan kerja seseorang: 

  • Kurangnya Komitmen: Rekruter mungkin berpikir bahwa kutu loncat tidak berkomitmen untuk perusahaan dan hanya mencari pekerjaan yang lebih baik tanpa mempertimbangkan kontribusi yang dapat diberikan. 
  • Kekhawatiran akan Keterampilan yang Dangkal: Ada anggapan bahwa karyawan yang sering berpindah pekerjaan mungkin tidak memiliki keterampilan yang mendalam dalam satu bidang tertentu, sehingga kurang berharga bagi perusahaan. 
  • Kesulitan Membangun Kepercayaan: Dalam proses perekrutan, penting untuk membangun kepercayaan dengan rekruter. Jika seorang kandidat terlihat sering berpindah kerja, hal ini bisa merugikan reputasinya dan mempersulit mendapatkan pekerjaan. 

3. Ketidakpastian dalam Perencanaan Karier  

Bagi kutu loncat, merencanakan masa depan karier bisa menjadi tantangan. Beberapa alasan mengapa ini terjadi adalah: 

  • Kesulitan Menetapkan Tujuan Jangka Panjang: Dengan sering berpindah pekerjaan, individu mungkin kesulitan untuk menetapkan tujuan jangka panjang yang jelas, sehingga dapat membingungkan arah karier mereka. 
  • Risiko Kelelahan Mental: Pindah-pindah pekerjaan terus menerus dapat menjadi melelahkan secara mental. Proses adaptasi ke lingkungan baru dan mengatasi tantangan baru bisa menguras energi dan mengurangi motivasi. 
  • Kurangnya Rencana Pensiun yang Stabil: Kutu loncat sering kali tidak memiliki rencana pensiun yang solid, karena mereka tidak bekerja cukup lama di satu perusahaan untuk memanfaatkan manfaat pensiun atau program loyalitas. 

4. Dampak Emosional 

Pindah pekerjaan dapat membawa dampak emosional yang signifikan bagi individu. Beberapa dampak ini termasuk: 

  • Perasaan Kesepian: Pindah ke lingkungan baru berarti meninggalkan teman dan rekan kerja yang telah dibangun hubungan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kehilangan. 
  • Stres Beradaptasi: Setiap kali seseorang berpindah pekerjaan, mereka harus beradaptasi dengan budaya, proses, dan orang-orang baru. Proses ini bisa menjadi sumber stres yang signifikan. 
  • Kekhawatiran akan Identitas Profesional: Terus menerus berpindah pekerjaan dapat membuat seseorang merasa kehilangan identitas profesional mereka, terutama jika mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan reputasi di satu tempat. 
Read More
tren lazy girl job viral di media sosial

‘Lazy Girl Job’: Tren Kerja Santai yang Viral di TikTok

Sekarang muncul kesadaran di tengah generasi muda untuk mulai keluar dari siklus overworking dan mulai menerapkan rutinitas yang lebih seimbang, antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Gerakan ini populer dengan istilah lazy girl job. Meski namanya terdengar negatif, sebenarnya nama tersebut sarat akan sarkasme dan perlawanan dari hustle culture. Tren ini merefleksikan keinginan para generasi muda yang ingin kehidupan profesional jadi lebih seimbang dan fleksibel serta memperoleh penghasilan yang stabil.

Sejarah Tren Lazy Girl Job

Dikutip dari The Wall Street Journal, tren Lazy Girl Job sebenarnya adalah cerminan dari perubahan besar dalam pandangan masyarakat terhadap dunia kerja, terutama setelah pandemi COVID-19 yang memaksa banyak orang bekerja dari rumah. Meski tren ini baru populer di media sosial dalam beberapa tahun terakhir, akarnya bisa ditelusuri lebih jauh ke arah pergeseran sosial yang menekankan keseimbangan hidup dan kerja.

Baca Juga: Budaya Kerja Toksik Dimulai dari Kepemimpinan Medioker

Asal Usul Nama Lazy Girl Job

Nama Lazy Girl Job berasal dari tren di media sosial yang menyindir pandangan tradisional tentang kerja keras yang diharapkan dari seorang pekerja. Muncul sebagai reaksi terhadap stigma bahwa bekerja keras sepanjang hari dan berambisi untuk mencapai puncak karier adalah satu-satunya cara untuk sukses.

Stereotip “lazy” dalam konteks ini tidak merujuk pada kemalasan secara harfiah, melainkan menantang ide bahwa produktivitas selalu diukur berdasarkan intensitas dan durasi waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Sebaliknya, Lazy Girl Job lebih menekankan pada cara kerja yang cerdas, efisien, dan tidak membebani secara fisik maupun mental.

Pengaruh Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 memainkan peran penting dalam mempercepat popularitas tren ini. Dengan banyaknya orang yang dipaksa bekerja dari rumah, pandangan tentang apa yang benar-benar penting dalam pekerjaan mulai berubah. Selama masa karantina, banyak pekerja yang menyadari bahwa mereka bisa tetap produktif tanpa harus bekerja dari kantor atau mengikuti jam kerja yang ketat. Selain itu, banyak yang mulai menghargai lebih banyak waktu bersama keluarga, kesempatan untuk menjaga kesehatan mental, serta pentingnya keseimbangan hidup yang lebih baik.

Keberadaan pandemi juga mengungkap fakta bahwa banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dengan lebih fleksibel tanpa harus berada di lingkungan kerja tradisional. Hal ini menjadi pemicu utama bagi orang-orang untuk mencari model pekerjaan yang lebih santai dan tidak menuntut komitmen waktu yang berlebihan, sehingga muncullah tren ini.

Kemunculan di Media Sosial

Platform media sosial, terutama TikTok dan Instagram, menjadi kendaraan utama dalam menyebarkan tren ini ke seluruh dunia. Di TikTok, misalnya, tagar seperti #LazyGirlJob mulai digunakan oleh banyak pengguna untuk berbagi pengalaman mereka dalam menemukan pekerjaan dengan tuntutan rendah tetapi tetap menghasilkan pendapatan yang layak. Video-video pendek yang menampilkan gaya hidup santai namun tetap produktif ini kemudian menjadi viral, dan dengan cepat memikat perhatian generasi muda, terutama perempuan, yang lelah dengan budaya kerja keras atau hustle culture.

Konten yang diproduksi oleh para influencer seperti Gabrielle Judge dan kreator di media sosial juga memainkan peran penting. Mereka sering menunjukkan bagaimana menjalani Lazy Girl Job bisa memberi lebih banyak waktu untuk menjalani hobi, merawat diri sendiri, atau sekadar menikmati hidup tanpa harus terjebak dalam rutinitas yang monoton.

Baca Juga: Kadang WFH, Kadang WFO: Tips Atasi Tantangan dalam Sistem Kerja ‘Hybrid’

Karakteristik Lazy Girl Job

Tren Lazy Girl Job menonjol dengan sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari model kerja tradisional. Fokus utama dari Lazy Girl Job adalah menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan dengan cara yang lebih santai dan fleksibel. Dikutip dari BBC, How the ‘lazy girl job’ took over work TikTok, berikut adalah beberapa karakteristik utama dari tren ini:

  • Fokus pada Keseimbangan Hidup dan Kerja

Inti dari tren ini adalah menempatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sebagai prioritas. Pekerjaan yang dipilih biasanya tidak mengharuskan karyawan untuk menghabiskan banyak waktu atau energi, memungkinkan mereka menikmati waktu luang.

  • Tuntutan Pekerjaan yang Minimal

Pekerjaan dalam kategori ini cenderung memiliki tuntutan yang rendah, baik dari segi tekanan maupun tanggung jawab. Biasanya, pekerjaan seperti ini melibatkan tugas-tugas administratif, customer service, atau pekerjaan berbasis proyek dengan jadwal yang fleksibel.

  • Bekerja dari Rumah sebagai Pilihan Utama

Banyak yang memilih Lazy Girl Job karena bisa dikerjakan dari rumah. Bekerja secara remote memberikan kebebasan yang lebih besar dalam mengatur jadwal dan rutinitas sehari-hari.

Manfaat Lazy Girl Job

Tren Lazy Girl Job menawarkan berbagai manfaat yang menarik bagi banyak orang yang mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Dengan fokus pada fleksibilitas, efisiensi, dan kesejahteraan, DIkutip dari Forbes, How ‘Lazy Girl Jobs’ Contribute To Work-Life Balance And Burnout Prevention, berikut adalah beberapa manfaat utama dari Lazy Girl Job:

  1. Keseimbangan Hidup dan Kerja yang Lebih Baik

Salah satu manfaat terbesar dari Lazy Girl Job adalah kemampuannya untuk membantu pekerja mencapai keseimbangan hidup dan kerja yang lebih baik. Dengan pekerjaan yang memiliki tuntutan rendah dan fleksibilitas tinggi, pekerja dapat mengatur jadwal mereka sedemikian rupa sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, hobi, dan kegiatan pribadi lainnya. Ini membantu mengurangi stres dan kelelahan yang sering dikaitkan dengan pekerjaan yang menuntut dan jam kerja yang panjang.

  • Peningkatan Kesehatan Mental

Bekerja dalam lingkungan yang lebih santai dan tidak terlalu menekan dapat berkontribusi positif terhadap kesehatan mental. Banyak pekerja mengalami penurunan tingkat kecemasan dan stres karena mereka tidak lagi harus menghadapi tekanan untuk bekerja lembur atau memenuhi ekspektasi yang tinggi. Dengan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan kesempatan untuk mengelola waktu kerja sesuai dengan kebutuhan pribadi, pekerja dapat menjaga kesehatan mental mereka dengan lebih baik.

  • Fleksibilitas dalam Jam Kerja

Fleksibilitas adalah salah satu fitur utama dari tren ini. Dengan kemampuan untuk menentukan jam kerja mereka sendiri, pekerja bisa bekerja pada waktu-waktu yang mereka rasa paling produktif. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pekerjaan dengan jadwal pribadi, seperti mengurus anak-anak atau menghadiri kegiatan keluarga, tanpa harus khawatir tentang konflik jadwal atau ketidaknyamanan.

Baca Juga: Kantor Berbudaya Maskulin Tambah Beban bagi Pekerja Perempuan

  • Penghematan Biaya dan Waktu

Bekerja dari rumah, salah satu aspek umum dari Lazy Girl Job, dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan. Pekerja tidak perlu mengeluarkan uang untuk transportasi atau mengalami kemacetan lalu lintas yang memakan waktu. Penghematan biaya dan waktu ini dapat digunakan untuk keperluan pribadi atau untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan

  • Penurunan Risiko Burnout

Burnout atau kelelahan kerja adalah masalah serius yang sering dihadapi oleh pekerja dengan tuntutan tinggi dan jam kerja yang panjang. Lazy Girl Job mengurangi risiko burnout dengan menawarkan pekerjaan yang memiliki tuntutan lebih rendah dan jam kerja yang lebih fleksibel. Dengan adanya waktu yang cukup untuk istirahat dan kegiatan pribadi, pekerja dapat menghindari kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan yang terlalu menuntut.

Read More
menghadapi senioritas di tempat kerja

Tips Ampuh Hadapi Senioritas di Kantor untuk ‘Fresh Graduate’

Senioritas di lingkungan kerja memang tak terhindarkan. Meski biasanya dibicarakan diam-diam, tapi senioritas termasuk faktor penting yang mendukung kenyamanan kerja seseorang. Dengan alasan senioritas, orang bisa mengalami perundungan. Dengan alasan senioritas pula, suasana kerja menjadi tak produktif dan kurang egaliter. 

Sebenarnya apa, sih senioritas itu? Apa dampaknya yang perlu kita khawatirkan? Lalu bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya? Magdalene telah merangkumkan faktanya buatmu, dikutip dari berbagai sumber. 

Apa itu Senioritas di Tempat Kerja? 

Dikutip dari Indeed, What Does Seniority Mean at Work?, senioritas di tempat kerja adalah konsep di mana karyawan dianggap memiliki otoritas atau hak istimewa tertentu karena telah bekerja lebih lama atau memiliki jabatan lebih tinggi dalam perusahaan. Senioritas sering kali dikaitkan dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh selama bertahun-tahun bekerja Di banyak tempat kerja, senioritas bisa memengaruhi banyak hal, seperti kesempatan promosi, pengambilan keputusan, bahkan hubungan antar-karyawan. 

Namun, senioritas tidak selalu hanya tentang masa kerja. Ada beberapa faktor lain yang bisa memengaruhi persepsi senioritas, seperti jabatan, usia, dan status sosial di tempat kerja. Dalam beberapa organisasi, senioritas bahkan bisa mencakup karyawan yang lebih lama bergabung dalam proyek tertentu atau yang memiliki koneksi lebih kuat dengan pimpinan perusahaan. 

Baca Juga: Bos Dilarang Kontak Karyawan di Luar Jam Kerja di Australia 

Jenis Senioritas di Tempat Kerja 

Senioritas bisa terbagi dalam beberapa jenis, tergantung bagaimana hal ini dipahami dan diterapkan di tempat kerja: 

  • Senioritas Berdasarkan Masa Kerja: Ini adalah bentuk senioritas yang paling umum. Karyawan yang telah bekerja lebih lama sering kali dianggap memiliki lebih banyak pengetahuan tentang budaya perusahaan, proses kerja, dan hubungan internal. 
  • Senioritas Berdasarkan Jabatan: Karyawan dengan posisi atau jabatan lebih tinggi sering kali mendapatkan otoritas lebih besar. Meskipun mereka mungkin belum lama bekerja di perusahaan, status jabatan mereka memberikan pengaruh dan kekuatan yang signifikan. 
  • Senioritas Sosial: Ini terjadi ketika seseorang dianggap lebih “senior” karena faktor-faktor sosial seperti usia atau status sosial di luar tempat kerja. Dalam budaya yang sangat menghargai usia, misalnya, karyawan yang lebih tua seringkali dipandang lebih senior meskipun tidak memiliki masa kerja yang lebih lama. 

Dampak Senioritas di Tempat Kerja 

Dikutip dari Chron, What Is the Seniority System and How Has It Declined in Importance?, senioritas di tempat kerja bisa memberikan dampak yang beragam, baik positif maupun negatif, tergantung bagaimana hal ini dikelola oleh perusahaan dan dipahami oleh karyawan.  

Senioritas bisa menjadi alat yang efektif untuk menjaga ketahanan organisasi, tetapi di sisi lain, bisa menimbulkan masalah jika menciptakan kesenjangan atau ketidakadilan. 

  • Dampak Positif 

Senioritas dapat menjadi sumber bimbingan dan mentoring. Karyawan yang lebih senior sering kali memiliki banyak pengalaman yang bisa membantu karyawan baru belajar dan berkembang. 

  • Dampak Negatif 

Namun, senioritas yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan lingkungan kerja yang tidak sehat. Karyawan baru bisa merasa diintimidasi atau diabaikan, dan hal ini bisa menghambat perkembangan karier mereka. 

Baca Juga: Jadi Korban ‘Bullying’ di Kantor? Lakukan Hal ini 

Mengapa Senioritas Bisa Bermasalah? 

Senioritas bisa menjadi masalah ketika karyawan senior menggunakan posisinya untuk mengendalikan atau menekan karyawan yang lebih junior. Ini bisa menyebabkan ketidakpuasan, rasa tidak adil, bahkan konflik terbuka di tempat kerja. 

Cara Menghadapi Senioritas di Tempat Kerja 

Menghadapi senioritas di tempat kerja bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi karyawan baru yang sedang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sudah lama terbentuk. Namun, dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa menghadapi situasi ini dengan bijak dan menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan kerja yang lebih senior. Masih dikutip dari Indeed, berikut adalah beberapa strategi yang bisa kamu terapkan untuk menghadapi senioritas di tempat kerja. 

  1. Tetap Profesional 

Salah satu cara paling penting dalam menghadapi senioritas adalah dengan tetap bersikap profesional dalam segala situasi. Meskipun kamu mungkin menghadapi situasi di mana senioritas membuatmu merasa diabaikan atau diperlakukan tidak adil, penting untuk tidak terbawa emosi.  

Bersikaplah profesional dalam berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi dengan rekan-rekan yang lebih senior. Sikap profesionalisme ini akan menunjukkan bahwa kamu serius dan kompeten dalam menjalankan tugasmu, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan konflik. 

  1. Bangun Hubungan Baik dengan Senior 

Membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja yang lebih senior dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi ketegangan yang mungkin timbul akibat senioritas. Kamu bisa memulainya dengan bersikap ramah dan terbuka terhadap saran atau masukan dari mereka.  

Tunjukkan bahwa kamu menghargai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, dan jadikan itu sebagai kesempatan untuk belajar. Selain itu, cobalah untuk aktif dalam kolaborasi atau proyek bersama, karena ini bisa menjadi cara untuk memperkuat hubungan kerja dan membangun rasa saling percaya. 

  1. Jangan Mudah Terintimidasi 

Saat berhadapan dengan karyawan yang lebih senior, terutama jika mereka memiliki sikap yang dominan, sangat mudah untuk merasa terintimidasi. Namun, penting untuk diingat meskipun mereka lebih lama bekerja di perusahaan, kamu tetap memiliki hak yang sama untuk dihargai dan berpartisipasi dalam lingkungan kerja. Jangan biarkan senioritas membuatmu merasa minder atau takut untuk menyuarakan pendapatmu. Yakinlah pada kemampuan dan nilai yang bisa kamu berikan kepada tim atau perusahaan. 

Baca Juga: Cara Memberikan Feedback pada Rekan Kerja dengan Tepat 

  1. Berkomunikasi dengan Baik 

Komunikasi adalah kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah di tempat kerja, termasuk senioritas. Jika kamu merasa ada sesuatu yang mengganggu atau membuatmu tidak nyaman karena senioritas, cobalah untuk berbicara secara terbuka namun sopan dengan pihak terkait.  

Komunikasi yang baik dan jelas dapat mencegah kesalahpahaman dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif. Jika merasa sulit untuk berkomunikasi langsung dengan senior, kamu bisa mencari cara lain, seperti diskusi informal di luar kantor atau melalui pertemuan kecil yang lebih santai. 

  1. Ambil Inisiatif untuk Belajar dari Senior 

Senioritas tidak selalu berarti sesuatu yang negatif. Sebaliknya, kamu bisa memanfaatkannya sebagai peluang untuk belajar. Senior sering kali memiliki banyak pengalaman yang bisa menjadi pelajaran berharga bagimu. Ambil inisiatif untuk bertanya, belajar, dan mendapatkan wawasan dari mereka. Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya akan memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dengan senior, yang pada gilirannya bisa memudahkanmu dalam bekerja bersama mereka. 

Read More
Larangan Hubungi Karyawan di Luar Jam Kerja di Australia

Bos Dilarang Kontak Karyawan di Luar Jam Kerja di Australia

Apakah kamu merasa lelah karena sering dapat panggilan telepon, pesan singkat, atau email dari kantor di luar jam kerja? Buat para karyawan di Australia, hal ini enggak lagi jadi persoalan. Sebab, negara itu baru saja mengesahkan Undang-undang yang melarang pihak pemberi kerja atau perusahaan menghubungi karyawan di luar jam kerja. 

Dikutip dari Reuters, Australian employees now have the right to ignore work emails, calls after hours, UU yang berlaku sejak (26/8) ini, memastikan karyawan tidak bisa dihukum karena menolak membaca atau membalas kontak dari kantor di luar jam kerja. 

Buat atasan atau perusahaan yang tetap bersikeras, pihak berwenang bisa mengintervensi, bahkan memberikan denda sampai ribuan dolar. Mengapa kebijakan ini begitu penting? Artikel ini akan membahas secara lebih dalam tentang kebijakan ini, mengapa diterapkan, dan apa dampaknya bagi pekerja dan perusahaan. 

Baca Juga: Yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Mulai ‘Side Job’ 

Apa itu Larangan Menghubungi Karyawan di Luar Jam Kerja? 

Dikutip dari CNBC, You have a right to ignore your bosses — but only in these countries, and after work hours, larangan menghubungi karyawan di luar jam kerja adalah kebijakan yang dirancang untuk melindungi hak karyawan agar mereka dapat menikmati waktu pribadi tanpa gangguan dari pekerjaan setelah jam kerja resmi berakhir. Ini muncul dari kebutuhan untuk menciptakan batas yang jelas antara kehidupan profesional dan kehidupan pribadi di tengah berkembangnya teknologi yang memungkinkan komunikasi tanpa henti. 

Larangan ini mengatur jelas agar atasan tidak menghubungi karyawan di luar jam kerja kecuali dalam situasi yang benar-benar mendesak atau darurat. Ini mencakup segala bentuk komunikasi, baik melalui telepon, email, pesan teks, atau aplikasi pesan lainnya. Tujuannya adalah untuk memastikan karyawan memiliki waktu istirahat yang cukup dan tidak merasa tertekan untuk terus bekerja di luar jam kerja yang telah disepakati. 

Masih dikutip dari CNBC, gagasan untuk melarang kontak di luar jam kerja bukanlah hal baru. Kebijakan serupa telah diterapkan di berbagai negara, seperti Prancis dan Jerman, di mana UU memberikan hak bagi karyawan untuk “memutuskan koneksi” setelah jam kerja. Di Prancis, misalnya, kebijakan ini dikenal dengan istilah “le droit à la déconnexion” yang berarti “hak untuk memutuskan koneksi.” 

Asal usul kebijakan ini dapat ditelusuri kembali ke peningkatan penggunaan teknologi digital dalam dunia kerja. Dengan kemajuan teknologi, terutama smartphone dan internet, batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi menjadi semakin kabur. Karyawan sering kali merasa harus selalu siap sedia, bahkan setelah jam kerja resmi berakhir. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya tingkat stres, kelelahan, dan masalah kesehatan mental lainnya. 

Selain itu, kebijakan ini juga berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil. Dengan memberikan hak kepada karyawan untuk “memutuskan koneksi,” kebijakan ini memastikan bahwa semua karyawan, terlepas dari posisi atau status mereka, dapat menikmati hak yang sama untuk beristirahat dan menghabiskan waktu berkualitas di luar pekerjaan. 

Baca Juga: Jam Kerja Efektif: Jurus Anti ‘Burn Out’ dan Stres 

Manfaat Kebijakan bagi Karyawan 

Kebijakan larangan menghubungi karyawan di luar jam kerja membawa berbagai manfaat signifikan bagi karyawan. Manfaat ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu karyawan, tetapi juga pada produktivitas dan hubungan kerja secara keseluruhan. 

  • Meningkatkan Keseimbangan Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi 

Salah satu manfaat utama dari kebijakan ini adalah peningkatan keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Dikutip dari Harvard Business Review, Research shows that employees with a better work-life balance tend to be more productive and have higher job satisfaction, karyawan yang tidak merasa tertekan untuk selalu siap siaga terhadap pekerjaan setelah jam kerja resmi dapat lebih mudah memisahkan urusan pekerjaan dari kehidupan pribadi mereka. Ini berarti mereka memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, teman, hobi, dan kegiatan lain yang penting bagi mereka. 

Dengan adanya batasan yang jelas antara jam kerja dan waktu pribadi, karyawan dapat menikmati waktu luang tanpa merasa terganggu atau bersalah. Mereka dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk bersantai, berolahraga, atau melakukan aktivitas yang dapat menyegarkan pikiran dan tubuh. Keseimbangan ini penting untuk mencegah kelelahan dan menjaga motivasi kerja dalam jangka panjang. 

  • Mengurangi Stres dan Burnout 

Tekanan untuk selalu tersedia untuk pekerjaan, bahkan di luar jam kerja, dapat menyebabkan stres yang berlebihan dan pada akhirnya mengarah ke burnout. Dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Burnout is a state of emotional, physical, and mental exhaustion caused by excessive and prolonged stress, burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan mental yang dapat terjadi ketika seseorang terus-menerus merasa tertekan dan tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan. 

Kebijakan larangan menghubungi karyawan di luar jam kerja membantu mengurangi risiko burnout dengan memberikan karyawan kesempatan untuk benar-benar beristirahat dan melepaskan diri dari tekanan pekerjaan. Dengan waktu istirahat yang cukup, karyawan dapat kembali bekerja dengan energi yang lebih segar dan fokus yang lebih baik. Ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan, tetapi juga berdampak positif pada kinerja mereka di tempat kerja. 

Baca Juga: Pangkas Jam Kerja Panjang untuk Hasil Lebih Optimal, Dorong Kesetaraan Gender 

  • Meningkatkan Kesehatan Mental dan Fisik 

Kesehatan mental dan fisik adalah aspek penting yang sering kali terabaikan dalam lingkungan kerja yang menuntut. Karyawan yang terus-menerus dibebani dengan pekerjaan tanpa waktu istirahat yang memadai cenderung mengalami masalah kesehatan, seperti kecemasan, depresi, insomnia, dan masalah jantung. 

Dengan kebijakan yang memungkinkan karyawan untuk benar-benar memutuskan koneksi dari pekerjaan di luar jam kerja, mereka memiliki kesempatan untuk menjaga kesehatan mereka dengan lebih baik. Mereka dapat tidur dengan lebih nyenyak, berolahraga secara teratur, dan menjalani gaya hidup yang lebih sehat secara keseluruhan. Kesehatan yang baik tidak hanya bermanfaat bagi karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas kerja di tempat kerja. 

Read More
hambatan atlet disabilitas

Hambatan Atlet Disabilitas: Dari Fasilitas hingga Stigma

Acara Paralimpiade Paris 2024 sudah dimulai pada Rabu, 28 Agustus 2024. Dikutip dari paralympic.org, Paralimpiade Paris 2024 akan diikuti oleh 4.400 atlet dari seluruh dunia. Paralimpiade Paris 2024 adalah rangkaian dari Olimpiade Paris 2024, tetapi diperuntukkan buat para atlet disabilitas.

Atlet disabilitas adalah individu yang memiliki keterbatasan fisik atau mental namun tetap berprestasi di bidang olahraga. Mereka menghadapi berbagai tantangan yang unik dan sering kali harus bekerja lebih keras dibandingkan atlet non-disabilitas. Penting bagi kita untuk mengenali dan memahami hambatan-hambatan ini agar dapat mendukung mereka secara efektif.

Baca Juga: Nasib Atlet Paralimpiade Dianaktirikan oleh Publik dan Media

Jenis-Jenis Hambatan Atlet Disabilitas

Atlet disabilitas di seluruh dunia menghadapi berbagai jenis hambatan yang dapat menghalangi perjalanan mereka menuju kesuksesan. Dikutip dari In Sport, Challenges and tips concerning sports and physical activity for people with disabilities or chronic conditions, hambatan-hambatan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup aspek psikologis, dan sosial. Mari kita telusuri lebih dalam setiap jenis hambatan ini untuk memahami tantangan yang mereka hadapi.

Hambatan Fisik

Hambatan fisik adalah tantangan yang paling jelas dihadapi oleh atlet disabilitas. Ini mencakup keterbatasan dalam mobilitas, penglihatan, pendengaran, atau fungsi lainnya yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berlatih dan bersaing di tingkat yang sama dengan atlet non-disabilitas.

Beberapa contoh hambatan fisik meliputi:

  • Kekurangan Fasilitas Olahraga Khusus: Tidak semua fasilitas olahraga dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan atlet disabilitas. Misalnya, lapangan atau kolam renang mungkin tidak memiliki akses yang mudah bagi atlet dengan kursi roda. Alat-alat olahraga yang tersedia sering kali tidak disesuaikan dengan kebutuhan fisik mereka, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk berlatih secara efektif.
  • Kesulitan dalam Aksesibilitas: Aksesibilitas menjadi masalah besar, terutama di negara-negara berkembang di mana infrastruktur untuk disabilitas belum memadai. Jalan yang tidak rata, ketiadaan lift, dan kurangnya transportasi yang ramah disabilitas menjadi kendala sehari-hari yang harus dihadapi oleh para atlet. Hambatan-hambatan ini bisa sangat mengganggu, terutama ketika mereka harus menghadiri sesi latihan atau kompetisi.

Baca Juga: Profil Ni Nengah Widiasih yang Raih Medali Pertama di Paralimpiade Tokyo 2020

Hambatan Psikologis

Selain hambatan fisik, atlet disabilitas juga menghadapi tantangan psikologis yang bisa menghambat performa mereka. Hambatan psikologis ini sering kali terkait dengan persepsi negatif dari diri sendiri atau orang lain, serta tekanan mental yang besar. Beberapa contoh hambatan psikologis meliputi:

  • Stigma dan Diskriminasi: Masyarakat masih sering kali memiliki pandangan yang salah tentang kemampuan atlet disabilitas. Mereka mungkin dianggap “tidak mampu” atau “kurang kompetitif,” yang bisa menurunkan rasa percaya diri atlet dan memengaruhi kinerja mereka. Diskriminasi juga dapat terjadi dalam bentuk kurangnya kesempatan yang diberikan kepada atlet disabilitas untuk berkompetisi di ajang yang sama dengan atlet non-disabilitas.
  • Tekanan Mental dan Emosional: Atlet disabilitas sering kali menghadapi tekanan yang lebih besar untuk membuktikan kemampuan mereka. Tekanan ini bisa berasal dari harapan yang tinggi, baik dari diri mereka sendiri maupun dari masyarakat. Selain itu, pengalaman pribadi seperti kegagalan atau cedera bisa menambah beban emosional yang harus mereka tanggung, yang jika tidak ditangani dengan baik, bisa mengarah pada masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.

Hambatan Sosial

Di samping hambatan fisik dan psikologis, atlet disabilitas juga dihadapkan pada hambatan sosial. Hambatan ini terkait dengan bagaimana masyarakat memperlakukan dan memandang mereka, serta kurangnya dukungan sosial yang mereka terima. Beberapa contoh hambatan sosial meliputi:

  • Kurangnya Dukungan Masyarakat: Dukungan dari masyarakat sangat penting bagi keberhasilan seorang atlet. Sayangnya, atlet disabilitas sering kali tidak mendapatkan dukungan yang cukup. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang kemampuan mereka atau karena mereka dianggap “berbeda” dari atlet lainnya. Ketidakhadiran penonton di acara olahraga disabilitas dan kurangnya liputan media juga mencerminkan rendahnya perhatian publik terhadap atlet disabilitas.
  • Rendahnya Kesadaran Publik: Banyak orang yang tidak menyadari tantangan yang dihadapi oleh atlet disabilitas. Rendahnya kesadaran ini menyebabkan minimnya inisiatif untuk meningkatkan fasilitas dan aksesibilitas bagi mereka. Akibatnya, atlet disabilitas sering kali harus berjuang sendiri untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan yang mereka butuhkan.

Baca Juga: Prestasi Pesenam Simone Biles dan Sisi Gelap Kehidupan Atlet Perempuan

Solusi untuk Mengatasi Hambatan Atlet Disabilitas

Dikutip dari Recite Me, Identifying and Overcoming Disability Barriers in Sports, untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan langkah-langkah nyata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas bagi atlet disabilitas. Selain itu, dukungan psikologis juga sangat penting untuk membantu mereka mengatasi tekanan mental yang mereka alami. Masyarakat perlu lebih diedukasi tentang disabilitas, agar dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada para atlet disabilitas.

Read More
aktivis perempuan yang berpengaruh di dunia

Daftar Aktivis Perempuan Paling Berpengaruh, Siapa Saja Mereka?

eski menghadapi berbagai tantangan, perempuan terus membuktikan bahwa mereka bisa menciptakan perubahan baik dalam kemanusiaan. Bahkan, beberapa perjuangan perempuan telah menginspirasi perempuan lain di dunia. Mereka jadi simbol perubahan dan optimisme. Mereka mengukir pencapaian di sejumlah bidang sekaligus mendobrak glass ceiling yang selama ini kerap menyandera. 

Di antara mereka, ada nama Malala Yousafzai yang memperjuangkan hak perempuan untuk tetap mengenyam pendidikan. Lalu ada pula Frida Kahlo yang sering dicap sebagai ikon seni perlawanan perempuan. Bagaimana kisah lengkap para perempuan tersebut? 

Baca Juga: Nawal El Saadawi Aktivis Perempuan Legendaris dari Mesir 

Apa itu Aktivis Perempuan? 

Dikutip dari UN Women, Women rising: Women’s activism that has shaped the world as you know it, aktivis perempuan adalah individu yang secara aktif memperjuangkan hak-hak perempuan dan membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Mereka tidak hanya menyuarakan isu-isu perempuan, tetapi juga bekerja untuk mengatasi dan mengubah sistem yang menindas dan mendiskriminasi perempuan.  

Aktivis perempuan bisa berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pendidikan, hukum, seni, lingkungan, kesehatan, dan politik. Mereka bekerja baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional untuk memastikan bahwa suara perempuan didengar dan hak-hak mereka dihormati. 

Aktivis perempuan sering kali berfokus pada isu-isu yang berhubungan dengan kesetaraan gender, kekerasan berbasis gender, hak-hak reproduksi, akses terhadap pendidikan, dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Mereka juga bisa terlibat dalam upaya-upaya untuk melawan stereotip gender, meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan perempuan, dan mendorong kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan. 

Baca Juga: Perjuangan Naomi Osaka yang Layak Dijadikan Panutan Perempuan 

Peran Aktivis Perempuan dalam Masyarakat 

Peran aktivis perempuan sangat penting dalam menciptakan kesadaran akan isu-isu yang dihadapi oleh perempuan. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai suara bagi yang tertindas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mendorong perbaikan dalam hukum, kebijakan, dan norma sosial. 

Aktivis Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia 

  1. Malala Yousafzai: Pejuang Pendidikan dan Hak Perempuan 

Dikutip dari BBC, Malala Yousafzai: Portrait of the girl blogger, Malala Yousafzai adalah aktivis simbol perjuangan untuk hak pendidikan bagi anak perempuan. Lahir di Mingora, Pakistan, Malala mulai menarik perhatian dunia pada usia 11 tahun melalui blognya di BBC Urdu, di mana ia berbicara tentang kehidupan di bawah kekuasaan Taliban dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Pada 2012, ketika berusia 15 tahun, Malala menjadi sasaran serangan Taliban karena vokalnya dalam memperjuangkan hak pendidikan. Meskipun mengalami luka serius, Malala pulih dan melanjutkan perjuangannya di panggung internasional. 

Malala kemudian mendirikan Malala Fund, organisasi non-profit yang bertujuan untuk memastikan setiap anak perempuan di dunia memiliki akses ke pendidikan selama 12 tahun. Pada tahun 2014, Malala menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah. Malala Yousafzai telah menginspirasi jutaan orang dengan keberaniannya dan dedikasinya untuk memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan. 

  1. Rosa Parks: Simbol Perlawanan terhadap Rasisme dan Diskriminasi Gender 

Rosa Parks dikenal sebagai “Ibu Gerakan Hak Sipil” di Amerika Serikat. Pada 1 Desember 1955, Rosa Parks menolak memberikan tempat duduknya di bus kepada penumpang kulit putih di Montgomery, Alabama, tindakan yang melanggar hukum segregasi pada saat itu. Tindakan sederhana ini memicu boikot bus Montgomery, yang berlangsung selama lebih dari satu tahun dan menjadi titik balik dalam gerakan hak sipil di Amerika Serikat. 

Rosa Parks tidak hanya memperjuangkan hak-hak sipil bagi orang kulit hitam, tetapi juga memperjuangkan hak-hak perempuan. Dikutip dari Tirto, Rosa Parks, Ibu dari Pergerakan Hak-Hak Sipil, Ia bekerja sama dengan organisasi seperti National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) dan berjuang melawan ketidakadilan rasial dan gender sepanjang hidupnya. Rosa Parks adalah contoh luar biasa bagaimana tindakan individu dapat memicu perubahan besar dalam masyarakat. 

  1. Wangari Maathai: Pelopor Gerakan Lingkungan dan Pemberdayaan Perempuan 

Wangari Maathai adalah aktivis lingkungan dan politisi asal Kenya yang mendirikan Gerakan Sabuk Hijau (Green Belt Movement) pada 1977. Gerakan ini berfokus pada penanaman pohon, konservasi lingkungan, dan pemberdayaan perempuan melalui pembangunan berkelanjutan. Maathai melihat hubungan erat antara degradasi lingkungan dan kemiskinan serta kurangnya akses perempuan terhadap sumber daya alam. 

Dikutip dari Green Belt Movement, Wangari Maathai, pada 2004, ia menjadi perempuan Afrika pertama yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian dalam pembangunan berkelanjutan, demokrasi, dan perdamaian. Maathai menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dengan komitmennya terhadap lingkungan dan pemberdayaan perempuan, serta dedikasinya untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik. 

Baca Juga: 10+ Jurnalis Perempuan Hebat dari Berbagai Belahan Dunia 

  1. Frida Kahlo: Ikon Seni dan Aktivisme Gender 

Frida Kahlo adalah seniman asal Meksiko yang dikenal dengan karyan kuat dan penuh emosi. Ia juga populer berkat perannya sebagai ikon dalam perjuangan hak-hak perempuan dan identitas gender. Karya-karya Kahlo sering kali mengeksplorasi tema-tema tentang tubuh perempuan, rasa sakit, identitas, dan ketidakadilan sosial. Meskipun Kahlo lebih dikenal sebagai seniman, pengaruhnya sebagai simbol feminisme dan keberanian individu tidak bisa diabaikan. 

Frida Kahlo menantang norma-norma gender dan sosial melalui gaya hidup dan karyanya, menjadikannya inspirasi bagi banyak aktivis perempuan. Dia juga memperjuangkan hak-hak pekerja dan masyarakat adat di Meksiko, memperlihatkan bagaimana seni dapat digunakan sebagai alat untuk perubahan sosial dan politik. 

  1. Simone de Beauvoir: Pemikir dan Penulis Feminisme Modern 

Simone de Beauvoir adalah filsuf, penulis, dan feminis asal Prancis yang karyanya memiliki pengaruh besar dalam perkembangan teori feminisme modern. Dikutip dari Britannica, Buku Simone de Beauvoir yang paling terkenal, The Second Sex (1949), menjadi landasan penting bagi gerakan feminisme di seluruh dunia. Dalam buku tersebut, Beauvoir mengeksplorasi bagaimana perempuan secara historis dikonstruksi sebagai “yang lain” dalam masyarakat patriarkal dan menyoroti pentingnya kesetaraan gender. 

Simone de Beauvoir tidak hanya menulis tentang feminisme, tetapi juga hidup sebagai seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia terlibat dalam berbagai gerakan feminis dan advokasi untuk hak-hak perempuan di Prancis dan internasional. Pemikirannya tentang eksistensialisme dan kebebasan perempuan telah menginspirasi generasi aktivis feminis berikutnya dan terus berpengaruh hingga saat ini. 

Read More
faktor pertimbangan sebelum memulai side job

Yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Mulai ‘Side Job’

Di era digital sekarang, banyak orang mulai melirik peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan di luar pekerjaan utama. Peluang ini sering disebut sebagai side job atau pekerjaan sampingan. 

Pertanyaannya, mengapa fenomena ini semakin populer? Sebab, kebutuhan finansial dan keinginan untuk mengembangkan diri, cenderung membuat kerja sampingan jadi pilihan. Dari sana kita bisa mendapat penghasilan tambahan sekaligus kesempatan mengaktualisasikan diri. 

Baca Juga: Kenali Dampak Buruk ‘Overworked’ dan Cara Mengatasinya 

Manfaat Memiliki Pekerjaan Sampingan 

Memiliki side job atau pekerjaan sampingan tidak sekadar menambah pundi-pundi penghasilan, tetapi juga membawa berbagai manfaat lberharga bagi perkembangan karier dan kehidupan. Dikutip dari Forbes, Beyond The 9-To-5: Exploring The Real Benefits Of Side Hustles, ada sejumlah manfaat mempunyai pekerjaan sampinngan. 

  • Keuntungan Finansial Tambahan 

Tak bisa dimungkiri, salah satu alasan utama memulai side job adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Di tengah naiknya biaya hidup dan kebutuhan, pekerjaan sampingan bisa menjadi solusi untuk menambah pemasukan tanpa harus meninggalkan pekerjaan utama. Penghasilan tambahan ini bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan sumber pendapatan tambahan, kamu juga bisa merasa lebih aman secara finansial, terutama jika terjadi situasi darurat. 

  • Pengembangan Keterampilan 

Pekerjaan sampingan sering kali memberikan kesempatan untuk mengasah keterampilan yang mungkin tidak sepenuhnya terpakai dalam pekerjaan utama. Misal, jika pekerjaan utama di bidang keuangan, tetapi kamu punya minat dalam menulis, mengambil kerja sampingan sebagai penulis lepas dapat membantu mengembangkan kemampuan menulis. Selain itu, keterampilan yang kamu pelajari dari side job dapat menambah nilai di CV kamu, yang bisa menjadi poin plus ketika melamar pekerjaan baru atau mengincar promosi di tempat kerja. 

  • Kesempatan Networking 

Bekerja di berbagai bidang atau proyek sampingan memungkinkan kamu untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari latar belakang berbeda. Ini membuka peluang untuk memperluas jaringan profesional kamu, yang bisa sangat berguna juga ke depannya. 

  • Eksplorasi Minat dan Bakat 

Kadang-kadang, pekerjaan utama tak sepenuhnya memuaskan hasrat kreatif atau minat pribadi. Dengan memiliki pekerjaan sampingan, kamu bisa mengeksplorasi minat dan bakat yang mungkin tidak mendapatkan tempat di pekerjaan utama. Misal, jika kamu ternyata hobi dengan fotografi, tapi bekerja di bidang administrasi, side job sebagai fotografer freelance dapat memberikan kesempatan untuk menyalurkan passion tersebut. 

Selain memberikan kepuasan pribadi, eksplorasi ini juga bisa menjadi sarana untuk menemukan potensi baru yang mungkin bisa dikembangkan menjadi karier utama di masa depan. 

Baca Juga: Kadang WFH, Kadang WFO: Tips Atasi Tantangan dalam Sistem Kerja ‘Hybrid’ 

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memulai Side Job 

Memulai side job bisa jadi langkah tepat untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau mengembangkan keterampilan baru. Namun, sebelum kamu akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan, ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan dengan matang.  

Tanpa perencanaan yang baik, side job yang seharusnya menjadi sumber penghasilan tambahan malah bisa menimbulkan stres dan masalah baru. Dikutip dari Linkedin, 9 Essential Considerations Before Starting a Side Hustle, berikut beberapa faktor yang perlu ditimbangkan sebelum memulai side job. 

  1. Waktu yang Tersedia 

Waktu adalah salah satu faktor paling krusial yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai side job. kamu perlu mengevaluasi berapa banyak waktu luang yang kamu miliki di luar pekerjaan utama dan komitmen pribadi lainnya. Jika pekerjaan utama kamu sudah menyita banyak waktu dan energi, menambah side job mungkin akan terlalu membebani. Pertimbangkan juga jadwal harian kamu, apakah ada cukup ruang untuk side job tanpa mengorbankan waktu istirahat, keluarga, atau kegiatan pribadi lainnya? 

  1. Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi 

Selain waktu, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi juga harus menjadi pertimbangan utama. Side job seharusnya tidak mengganggu kualitas hidup atau menyebabkan kamu merasa kelelahan secara mental dan fisik. Jika side job mulai mengganggu keseimbangan, bisa jadi kamu perlu mengurangi jam kerja sampingan atau bahkan mempertimbangkan untuk berhenti. Prioritaskan kesehatan dan kebahagiaan kamu terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengambil side job. 

  1. Tujuan dan Motivasi 

Mengapa kamu ingin memulai side job? Menentukan tujuan dan motivasi sejak awal akan membantu kamu memilih jenis pekerjaan sampingan yang sesuai. Apakah kamu ingin menambah penghasilan, mengasah keterampilan baru, atau hanya mencari kegiatan tambahan yang memberi kepuasan? Tujuan yang jelas akan memandu kamu dalam memilih pekerjaan yang tepat. 

Baca Juga: Jenis Kontrak Pekerjaan di Indonesia: Panduan untuk ‘Fresh Graduate’ 

  1. Keterampilan dan Minat 

Sebelum memulai, penting untuk mengevaluasi keterampilan dan minat kamu. Pilihlah pekerjaan sampingan yang sesuai dengan kemampuan dan minat, agar kamu dapat menikmati prosesnya dan memberikan hasil yang maksimal. Misalnya, jika kamu punya keterampilan di bidang desain grafis dan menyukai pekerjaan kreatif, menjadi desainer lepas bisa menjadi pilihan side job yang ideal. 

Dengan memilih side job yang sejalan dengan keterampilan dan minat, kamu akan lebih termotivasi dan kemungkinan besar lebih sukses dalam menjalaninya. 

  1. Potensi untuk Berkembang 

Pikirkan tentang potensi perkembangan side job kamu di masa depan. Apakah ada peluang untuk memperluas atau mengembangkan bisnis sampingan ini? Apakah side job ini bisa menjadi karier utama kamu nantinya? Mempertimbangkan potensi jangka panjang dari side job bisa membantu kamu membuat keputusan yang lebih strategis. 

Read More

Kadang WFH, Kadang WFO: Tips Atasi Tantangan dalam Sistem Kerja ‘Hybrid’

Sistem kerja hybrid kini menjadi topik hangat di berbagai industri. Dengan menggabungkan kerja di kantor dan rumah, sistem kerja ini menawarkan fleksibilitas yang banyak didambakan karyawan. Namun, meski menawarkan banyak manfaat, sistem kerja hybrid juga datang dengan tantangan yang perlu diatasi. 

Baca Juga: Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana? 

Manfaat Sistem Kerja Hybrid 

Dalam lingkungan kerja yang semakin dinamis, fleksibilitas yang ditawarkan oleh sistem ini membantu menciptakan keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dikutip dari Forbes, The Financial Advantages Of A Hybrid Work Model: A Hybrid Work Expert’s Perspective, berikut adalah beberapa manfaat utama dari sistem kerja hybrid: 

  • Fleksibilitas Kerja 

Salah satu alasan mengapa sistem kerja hybrid diminati adalah fleksibilitas yang diberikannya. Karyawan tidak lagi terikat pada satu lokasi kerja tertentu, seperti kantor. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih di mana mereka ingin bekerja, baik itu di rumah, kafe, atau bahkan di ruang kerja bersama (co-working space)

Fleksibilitas ini memungkinkan karyawan untuk menyesuaikan waktu dan tempat kerja dengan kebutuhan pribadi. Misalnya, karyawan yang punya tanggung jawab keluarga dapat lebih mudah mengatur waktunya, sehingga tetap bisa memenuhi tanggung jawab pekerjaan tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadi. Fleksibilitas ini juga membantu dalam meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan kerja, yang pada akhirnya berkontribusi pada retensi karyawan. 

  • Peningkatan Produktivitas 

Produktivitas kerja seringkali menjadi perhatian utama dalam sistem kerja hybrid. Namun, banyak studi menunjukkan, karyawan yang diberi kebebasan untuk bekerja dari lokasi yang mereka pilih cenderung lebih produktif. Ketika karyawan dapat memilih lingkungan kerja yang paling mendukung produktivitas mereka, mereka cenderung lebih fokus dan efisien dalam menyelesaikan tugas. 

Lingkungan kantor yang penuh dengan gangguan, seperti pertemuan mendadak, obrolan dengan rekan kerja, dapat mengurangi fokus. Dengan bekerja dari rumah atau tempat yang lebih tenang, pekerja dapat menciptakan kondisi kerja yang lebih kondusif untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien. 

  • Penghematan Biaya Operasional 

Manfaat lainnya yang tidak kalah penting adalah penghematan biaya operasional. Bagi perusahaan, sistem kerja hybrid memungkinkan pengurangan kebutuhan akan ruang kantor yang luas dan mahal. Perusahaan dapat mengurangi biaya sewa, listrik, dan perawatan kantor, serta kebutuhan akan peralatan kerja yang biasanya disediakan di kantor. 

Dari sisi karyawan, mereka juga bisa menghemat biaya yang biasanya dikeluarkan untuk transportasi ke kantor, makan siang di luar, dan pengeluaran kecil lainnya yang berkaitan dengan rutinitas kerja di kantor. Penghematan ini tidak hanya membantu perusahaan dan karyawan secara finansial tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan karena mereka dapat mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk hal-hal lain yang lebih penting. 

  • Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi yang Lebih Baik 

Salah satu tantangan terbesar dalam dunia kerja modern adalah menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance. Sistem kerja hybrid membantu karyawan untuk lebih mudah menyeimbangkan kedua aspek ini. Dengan fleksibilitas waktu dan lokasi kerja, karyawan dapat lebih gampang menyesuaikan jadwal kerja mereka dengan aktivitas pribadi, seperti mengurus keluarga, berolahraga, atau melakukan hobi. 

Keseimbangan ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik pekerja. Ketika karyawan merasa bahwa mereka memiliki kontrol lebih besar atas jadwal mereka, tingkat stres cenderung menurun, dan mereka bisa lebih fokus pada pekerjaan ketika bekerja. 

Baca Juga: Bisa Kerja dari Mana Saja yang Kamu Pilih, Tertarik Jadi ‘Digital Nomad’? 

Tantangan Utama dalam Sistem Kerja Hybrid 

Meskipun sistem kerja hybrid menawarkan banyak manfaat, implementasinya tidak bebas dari tantangan. Tantangan-tantangan ini dapat mempengaruhi produktivitas, kolaborasi, dan kesejahteraan karyawan jika tidak ditangani dengan baik. Dikutip dari Harvard Business Review, Challenges of Hybrid Work — and How to Overcome Them, berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi dalam sistem kerja hybrid: 

  • Kurangnya Komunikasi dan Kolaborasi 

Komunikasi dan kolaborasi adalah kunci sukses dalam setiap organisasi. Namun, dalam sistem kerja hybrid, di mana karyawan bekerja dari lokasi yang berbeda, untuk menjaga komunikasi yang lancar menjadi lebih menantang. 

Kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyebabkan miskomunikasi, penundaan dalam penyelesaian tugas,  bahkan konflik antaranggota tim. Ketika karyawan tidak berkomunikasi secara langsung, pesan-pesan penting bisa hilang atau disalahartikan, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. Selain itu, tanpa interaksi langsung, sulit bagi anggota tim untuk membangun hubungan yang kuat dan rasa kebersamaan, yang penting untuk kerja tim yang efektif. 

  • Keamanan Data dan Privasi 

Bekerja dari berbagai lokasi juga meningkatkan risiko keamanan data. Ketika karyawan bekerja dari rumah atau tempat lain, data perusahaan lebih rentan terhadap serangan siber, terutama jika karyawan menggunakan jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman. Selain itu, ada tantangan dalam memastikan bahwa semua karyawan mematuhi protokol keamanan data yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 

  • Kesulitan dalam Manajemen Waktu 

Mengelola waktu adalah tantangan lain dalam sistem kerja hybrid, terutama ketika batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur. 

  • Batas Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi 

Dalam lingkungan kerja hybrid, karyawan seringkali mengalami kesulitan dalam memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi. Tanpa batasan fisik seperti perjalanan ke kantor, banyak karyawan merasa harus terus “tersedia” sepanjang waktu, yang pada akhirnya bisa menyebabkan kelelahan (burnout). Ketidakjelasan ini juga dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mental karyawan. 

  • Burnout dan Stres 

Burnout dan stres adalah tantangan psikologis lainnya yang sering muncul dalam sistem kerja hybrid. 

Burnout sering terjadi ketika karyawan merasa terbebani oleh tuntutan kerja yang terus menerus, tanpa ada batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat. Dalam sistem kerja hybrid, karyawan mungkin merasa tertekan untuk selalu “on” dan terus bekerja, yang dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. 

Baca Juga: Jam Kerja Efektif: Jurus Anti ‘Burn Out’ dan Stres 

Tips Sukses dalam Sistem Kerja Hybrid 

Mengadopsi sistem kerja hybrid memerlukan penyesuaian baik dari sisi karyawan maupun perusahaan. Untuk memastikan keberhasilan implementasi dan optimalisasi manfaat dari sistem ini, ada beberapa tips yang dapat diikuti. 

  • Tetapkan Batasan yang Jelas Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi 

Dalam sistem kerja hybrid, sangat penting untuk membuat Batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kamu dapat usahakan untuk memiliki ruang kerja yang terpisah dari area lain di rumah. Ini tidak hanya membantu dalam menjaga fokus saat bekerja, tetapi juga memberikan sinyal mental bahwa saat kamu berada di ruang tersebut, dan sedang dalam mode kerja. Ketika kamu meninggalkan ruang kerja tersebut, itu menandakan bahwa pekerjaan sudah selesai dan kamu bisa beralih ke kegiatan lain. 

Serta penting untuk menetapkan jadwal kerja yang konsisten dan komunikasikan kepada rekan kerja dan serta keluarga di rumah. Dengan jadwal yang tetap, kamu dapat menghindari bekerja berlebihan dan menjaga keseimbangan antara kerja dan waktu pribadi. 

  • Pertahankan Komunikasi yang Terbuka dan Rutin 

Komunikasi adalah elemen penting dalam kesuksesan sistem kerja hybrid. Lakukan rapat rutin dengan tim kamu untuk memastikan semua anggota tetap terhubung dan mengetahui perkembangan pekerjaan. Ini juga memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk mengatasi masalah atau kekhawatiran yang mungkin mereka miliki. Rapat mingguan dapat membantu menjaga aliran komunikasi tetap terbuka. 

  • Manajemen Waktu yang Efektif 

Manajemen waktu adalah kunci keberhasilan dalam sistem kerja hybrid. Mulailah hari dengan membuat daftar tugas yang perlu diselesaikan. Prioritaskan tugas berdasarkan urgensi. Dengan memiliki daftar tugas yang jelas, kamu bisa tetap fokus dan menghindari prokrastinasi. 

Read More
mindset negatif yang menghambat perkembangan karier

Cara Mengubah Mindset yang Menghambat Perkembangan Karier

Pernah merasa kalau kariermu di situ-situ aja dan tak ada kemajuan yang berarti? Ternyata salah satu penyebab utama dari hal ini adalah mindset yang kita miliki. Mindset memainkan peran krusial dalam menentukan bagaimana kita menghadapi tantangan dan peluang dalam karier kita. Artikel ini akan membahas berbagai jenis mindset yang menghambat perkembangan karier dan bagaimana cara mengatasinya.

Apa Itu Mindset?

Dikutip dari Indeed, What is mindset? (And how to become more positive at work), mindset adalah pola pikir atau serangkaian keyakinan yang dimiliki seseorang tentang diri sendiri dan kemampuannya. Pola pikir ini memengaruhi cara seseorang melihat dunia, mengambil keputusan, dan bertindak dalam berbagai situasi. Mindset bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan dapat berubah seiring waktu dan pengalaman. Dalam konteks perkembangan karier, mindset sangat penting karena bisa menjadi pendorong atau penghambat kesuksesan seseorang.

Baca Juga: Manfaat Bekerja ‘Single-Tasking’: Tingkatkan Produktivitas dan Konsentrasi

Perbedaan fixed mindset dan growth mindset

Ada dua jenis mindset yang umum dikenal, yaitu fixed mindset dan growth mindset.

  • Fixed Mindset

Fixed mindset adalah keyakinan bahwa bakat dan kecerdasan adalah sifat bawaan yang tidak bisa diubah. Orang dengan mindset ini cenderung percaya bahwa mereka lahir dengan kemampuan tertentu dan tidak bisa berkembang lebih jauh. Akibatnya, mereka sering kali menghindari tantangan, takut gagal, dan merasa tidak perlu belajar hal-hal baru. Mereka berpikir bahwa usaha tidak akan mengubah kemampuan dasar mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk tetap berada di zona nyaman.

Contoh perilaku orang dengan fixed mindset adalah ketika mereka menghadapi kesulitan, mereka cenderung menyerah dengan cepat dan menganggap diri mereka tidak mampu. Mereka juga mungkin merasa terancam oleh kesuksesan orang lain karena menganggap kesuksesan tersebut sebagai ancaman terhadap nilai diri mereka sendiri.

  • Growth Mindset

Sebaliknya, growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui usaha, belajar, dan pengalaman. Orang dengan mindset ini percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih baik jika mau bekerja keras dan tidak takut menghadapi tantangan. Mereka melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai cerminan ketidakmampuan diri.

Orang dengan growth mindset cenderung lebih terbuka terhadap kritik dan saran, serta lebih bersemangat untuk mencoba hal-hal baru. Mereka melihat kesuksesan orang lain sebagai sumber inspirasi dan motivasi, bukan sebagai ancaman. Mereka memahami bahwa proses belajar adalah perjalanan yang terus menerus, dan setiap kesulitan yang dihadapi adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Mindset yang Menghambat Perkembangan Karier

Dikutip dari The Caring Techie, 7 Mindsets That Are Slowing Down Your Career Growth, Berikut ini merupakan beberapa mindset yang bisa menghambat karier kamu:

  • Fixed Mindset

Seperti yang sudah jelaskan sebelumnya, fixed mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan dan bakat seseorang adalah bawaan lahir dan tidak bisa diubah. Orang dengan mindset ini sering kali merasa bahwa usaha tambahan tidak akan banyak berpengaruh pada hasil yang mereka capai. Mereka cenderung menghindari tantangan karena takut gagal dan lebih memilih tetap berada di zona nyaman.

  • Takut Gagal

Rasa takut gagal adalah salah satu penghalang terbesar dalam perkembangan karier. Ketakutan ini membuat seseorang enggan mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Mereka khawatir bahwa kegagalan akan merusak reputasi mereka atau mengonfirmasi ketidakmampuan mereka.

  • Tidak Percaya Diri

Kurangnya kepercayaan diri dapat sangat membatasi peluang karier seseorang. Ketika seseorang tidak yakin dengan kemampuan dirinya, mereka cenderung ragu untuk mengambil inisiatif atau mencari peluang baru. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak layak mendapatkan kesuksesan.

  • Pikiran Negatif dan Pesimis

Pikiran negatif dan pesimis sering kali menjadi penghalang dalam mencapai tujuan karier. Orang dengan pola pikir ini cenderung melihat sisi buruk dari setiap situasi dan meragukan kemampuan mereka untuk berhasil. Mereka mungkin berpikir bahwa usaha mereka tidak akan dihargai atau bahwa mereka tidak akan pernah mencapai sukses.

  • Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain adalah perangkap umum yang bisa menghambat perkembangan karier. Ketika seseorang terus-menerus membandingkan pencapaian mereka dengan orang lain, mereka mungkin merasa tidak puas dengan kemajuan mereka sendiri dan kehilangan fokus pada tujuan pribadi mereka.

  • Menghindari Tanggung Jawab

Menghindari tanggung jawab adalah salah satu tanda dari mindset yang menghambat. Seseorang yang selalu menghindari tanggung jawab atau menunda-nunda pekerjaan sulit mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dan mendapatkan kepercayaan dari atasan.

  • Perfeksionisme Berlebihan

Perfeksionisme bisa menjadi penghalang besar dalam perkembangan karier jika tidak dikelola dengan baik. Orang yang perfeksionis sering kali menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka mungkin menunda-nunda pekerjaan karena takut hasil akhirnya tidak sempurna.

Baca Juga: Cara Bangun ‘Positive Vibe’ di Tempat Kerja

Cara Mengatasi Mindset yang Menghambat

Mengatasi mindset yang menghambat perkembangan karier memerlukan kesadaran diri, usaha yang konsisten, dan strategi yang tepat. DIkutip dari Inc, Shift to a Growth Mindset With These 8 Powerful Strategies, berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu mengubah mindset negatif menjadi lebih positif dan berkembang:

Mengembangkan Growth Mindset

Mengembangkan growth mindset adalah langkah pertama yang sangat penting. growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan kita bisa ditingkatkan melalui usaha dan pembelajaran.

  • Percaya pada Proses Pembelajaran

Sadari bahwa setiap kesulitan dan tantangan adalah bagian dari proses belajar. Jangan takut untuk mencoba hal baru dan belajar dari kesalahan.

  • Fokus pada Pertumbuhan

Alih-alih menghindari tantangan, lihatlah tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali kamu menghadapi kesulitan, tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”

  • Ubah Pandangan tentang Kegagalan

Lihat kegagalan sebagai feedback, bukan akhir dari segalanya. Setiap kegagalan memberikan pelajaran berharga yang bisa membantu Anda menjadi lebih baik.

Menerima Kegagalan sebagai Pembelajaran

Kegagalan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang negatif, tetapi sebenarnya bisa menjadi alat pembelajaran yang sangat efektif.

  • Refleksi Diri

Setelah mengalami kegagalan, luangkan waktu untuk merenung dan memahami apa yang salah. Apa yang bisa kamu lakukan secara berbeda di masa depan?

  • Jangan Menyalahkan Diri Sendiri

Hindari menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Setiap orang pernah gagal, dan itu adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.

  • Ambil Tindakan yang Berbeda

Setelah belajar dari kegagalan, cobalah pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan kamu. Jangan ulangi kesalahan yang sama.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Semangat Kerja yang Sedang Turun

Meningkatkan Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan mengambil risiko yang diperlukan untuk perkembangan karier.

  • Kenali dan Hargai Pencapaian Kamu

Buat daftar pencapaian, baik besar maupun kecil. Menghargai diri sendiri atas usaha dan hasil yang telah dicapai akan meningkatkan rasa percaya diri.

  • Tetapkan Tujuan yang Realistis

Tetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART). Mencapai tujuan-tujuan kecil akan memberikan dorongan kepercayaan diri untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

  • Lingkungan yang Mendukung

Kelilingi diri kamu dengan orang-orang yang mendukung dan memberikan energi positif. Dukungan dari teman, keluarga, atau mentor bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri kamu.

Membuat Tujuan yang Jelas

Tujuan yang jelas memberikan arah dan motivasi untuk bergerak maju.

  • Visualisasikan Tujuan

Bayangkan bagaimana rasanya mencapai tujuan. Visualisasi ini bisa memberikan motivasi tambahan dan membantu kamu tetap fokus.

  • Bagi Tujuan Menjadi Langkah-langkah Kecil

Pecah tujuan besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola. Setiap langkah yang dicapai akan memberikan rasa pencapaian dan dorongan untuk terus maju.

  • Evaluasi dan Sesuaikan

Secara berkala, evaluasi setiap Langkah yang kamu capai. Jika perlu, sesuaikan rencana untuk memastikan kamu tetap berada di jalur yang benar.

Mencari Dukungan dari Mentor

Mentor bisa memberikan pandangan dan nasihat yang berharga untuk membantu kamu mengatasi mindset yang menghambat.

  • Temukan Mentor yang Tepat

Cari seseorang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kamu butuhkan. Mentor yang baik adalah seseorang yang bisa memberikan bimbingan dan dukungan, serta menginspirasi kamu.

  • Jalin Hubungan yang Kuat

Bangun hubungan yang baik dengan mentor kamu. Komunikasi yang terbuka dan jujur akan membantu kamu mendapatkan manfaat maksimal dari hubungan tersebut.

  • Terima Masukan dan Kritik dengan Terbuka

Jangan takut menerima kritik konstruktif. Masukan dari mentor bisa menjadi panduan berharga untuk pengembangan diri kamu nantinya.

Read More
jenis kontrak pekerjaan di Indonesia

Jenis Kontrak Pekerjaan di Indonesia: Panduan untuk ‘Fresh Graduate’

Pernahkah kamu melihat orang yang sudah meneken kontrak kerja bertahun-tahun, tapi sulit diangkat sebagai pekerja tetap? Atau ini malah terjadi di kamu saat ini? 

Memang buat calon pekerja, khususnya kalangan fresh graduate, jenis kontrak kerja penting diperhatikan. Sebab, memahami perbedaan dan implikasi dari masing-masing jenis kontrak pada akhirnya penting agar kita bisa mengambil keputusan karier yang tepat. 

Artikel ini akan membahas berbagai jenis kontrak, mulai dari PKWT hingga Freelance. 

Pentingnya Mengetahui Jenis Kontrak Pekerjaan 

Kenapa penting mengetahui jenis kontrak pekerjaan? Setiap jenis kontrak memiliki hak, kewajiban, dan keuntungan yang berbeda. Dengan memahami ini, kamu bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan karier kamu nantinya. Misalnya, apakah kamu lebih memilih keamanan kerja atau fleksibilitas waktu? Artikel ini akan membantu kamu menemukan jawabannya. 

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja 

Jenis-Jenis Kontrak Pekerjaan di Indonesia 

Kontrak Kerja Waktu Tertentu (PKWT) 

Dikutip dari Kementerian Ketenagakerjaan, PKWT adalah kontrak yang memiliki batas waktu tertentu. Biasanya, kontrak ini digunakan untuk pekerjaan yang sifatnya sementara atau proyek tertentu. Misalnya, pekerjaan yang berlangsung selama enam bulan atau satu tahun. Perusahaan dapat memperbarui kontrak ini jika pekerjaan belum selesai. 

Keuntungan dan Kerugian PKWT 

Keuntungan PKWT termasuk fleksibilitas bagi perusahaan dalam mengatur tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan proyek. Bagi pekerja, ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dalam berbagai jenis pekerjaan. Namun, kerugian utamanya adalah ketidakpastian kerja setelah kontrak berakhir dan hak-hak pekerja yang lebih terbatas dibandingkan PKWTT. 

Kontrak Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) 

PKWTT adalah kontrak tanpa batas waktu tertentu. Pekerja yang dipekerjakan dengan PKWTT berhak bekerja di perusahaan tersebut selama waktu yang tidak ditentukan hingga mereka mengundurkan diri atau diberhentikan. PKWTT memberikan kepastian kerja dan biasanya diiringi dengan hak-hak yang lebih lengkap seperti asuransi kesehatan, cuti tahunan, dan tunjangan lainnya. 

Keuntungan dan Kerugian PKWTT 

Keuntungan utama dari PKWTT adalah keamanan kerja yang lebih tinggi dan fasilitas serta tunjangan yang lebih baik. Namun, kekurangannya adalah kurangnya fleksibilitas bagi perusahaan dalam mengelola tenaga kerja dan biaya yang lebih tinggi karena komitmen jangka panjang. 

Kontrak Harian Lepas 

Kontrak harian lepas adalah kontrak yang dibuat berdasarkan kebutuhan harian atau mingguan. Pekerja dipekerjakan untuk bekerja pada hari-hari tertentu dan mendapatkan upah berdasarkan jumlah hari atau jam mereka bekerja. 

Keuntungan dan Kerugian Kontrak Harian Lepas 

Keuntungan kontrak harian lepas termasuk fleksibilitas tinggi bagi pekerja dan pemberi kerja. Pekerja bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan bekerja di berbagai tempat. Namun, kerugiannya adalah ketidakpastian jadwal kerja dan kurangnya manfaat jangka panjang seperti asuransi dan tunjangan. 

Kontrak Magang 

Kontrak magang biasanya ditujukan untuk mahasiswa atau fresh graduate yang ingin mendapatkan pengalaman kerja. Kontrak ini memiliki jangka waktu tertentu, misalnya tiga hingga enam bulan, dan bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pengalaman praktis. 

Keuntungan dan Kerugian Kontrak Magang 

Keuntungan utama dari kontrak magang adalah kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengalaman praktis. Ini juga bisa menjadi pintu masuk untuk pekerjaan tetap di perusahaan tersebut. Namun, kerugiannya adalah kompensasi yang biasanya lebih rendah dan kurangnya kepastian mengenai pekerjaan tetap setelah magang selesai. 

Kontrak Freelance 

Kontrak freelance adalah kontrak kerja di mana pekerja melakukan pekerjaan untuk perusahaan tanpa ikatan waktu yang tetap. Pekerja freelance bekerja berdasarkan proyek dan memiliki fleksibilitas tinggi dalam menentukan jadwal kerja mereka. 

Keuntungan dan Kerugian Kontrak Freelance 

Keuntungan utama dari kontrak freelance adalah fleksibilitas tinggi dan potensi penghasilan yang lebih besar, terutama jika pekerja memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan. Namun, kekurangannya adalah kurangnya stabilitas dan manfaat seperti asuransi kesehatan dan tunjangan lainnya. 

Baca Juga: Cara Menemukan Karier yang Tepat untuk Para Fresh Graduate 

Perbedaan Antara PKWT dan PKWTT 

Dikuti dari Hukum Online, Pekerja Wajib Tahu Perbedaan PKWT dan PKWTT, berikut perbedaan dari PKWT dan PKWTT:  

  • Aspek Hukum 

PKWT diatur dengan batasan waktu tertentu dan harus diperbaharui setelah masa kontrak habis, sedangkan PKWTT berlanjut tanpa perlu perpanjangan hingga pekerja mengundurkan diri atau diberhentikan. 

  • Aspek Keamanan Kerja 

Pekerja dengan PKWTT memiliki keamanan kerja yang lebih tinggi karena tidak perlu khawatir tentang perpanjangan kontrak. Sementara itu, pekerja PKWT harus menghadapi ketidakpastian mengenai masa depan pekerjaan mereka setelah kontrak berakhir. 

  • Aspek Fasilitas dan Tunjangan 

Pekerja dengan PKWTT biasanya mendapatkan tunjangan dan fasilitas yang lebih lengkap, seperti asuransi kesehatan, cuti tahunan, dan tunjangan lainnya. Pekerja PKWT mungkin memiliki hak yang lebih terbatas dalam hal ini. 

Tips untuk Fresh Graduate dalam Menghadapi Kontrak Pekerjaan 

Sebagai fresh graduate, memasuki dunia kerja adalah langkah besar yang memerlukan persiapan matang, terutama dalam memahami dan menandatangani kontrak kerja. Dikutip dari Hukum Online, Perhatikan Ini Sebelum Tanda Tangan Kontrak Kerja, berikut beberapa tips yang dapat membantu kamu dalam menghadapi kontrak pekerjaan: 

Memahami Isi Kontrak 

  • Membaca dengan Seksama 

Setiap detail dalam kontrak kerja penting untuk dipahami. Bacalah seluruh dokumen dengan seksama, termasuk bagian yang sering dianggap remeh seperti lampiran atau catatan kaki. 

  • Mengerti Terminologi Hukum 

Kontrak kerja sering kali menggunakan istilah-istilah hukum yang mungkin kurang familiar. Jangan ragu untuk mencari tahu arti dari istilah-istilah tersebut, atau meminta penjelasan dari HRD. 

Mengajukan Pertanyaan Penting 

  • Klarifikasi Poin yang Tidak Jelas 

Jika ada bagian dalam kontrak yang tidak kamu mengerti, ajukan pertanyaan kepada pihak perusahaan. Ini termasuk mengenai tanggung jawab pekerjaan, jam kerja, dan sistem penilaian kinerja. 

  • Pertanyaan tentang Tunjangan dan Fasilitas 

Tanyakan mengenai tunjangan kesehatan, cuti, bonus, dan fasilitas lainnya yang mungkin kamu terima sebagai bagian dari kontrak. Pastikan semua tunjangan yang disebutkan dalam tawaran pekerjaan tercantum jelas dalam kontrak. 

Menegosiasikan Syarat Kontrak 

  • Gaji dan Tunjangan 

Jangan takut untuk menegosiasikan gaji dan tunjangan yang kamu rasa sesuai dengan kemampuan dan kontribusi yang akan kamu berikan. Lakukan riset pasar untuk mengetahui standar gaji untuk posisi yang Anda lamar. 

  • Durasi Kontrak dan Status Karyawan 

Negosiasikan durasi kontrak jika kamu merasa perlu, terutama jika kamu menginginkan lebih banyak kepastian kerja. Pertimbangkan juga untuk meminta perubahan status dari kontrak waktu tertentu (PKWT) menjadi waktu tidak tertentu (PKWTT) jika memungkinkan. 

Baca Juga: Persiapan Masuk Dunia Kerja yang Perlu Diketahui Para Fresh Graduate 

Meninjau Kontrak Sebelum Menandatangani 

  • Melakukan Tinjauan Akhir 

Sebelum menandatangani, lakukan tinjauan akhir untuk memastikan bahwa semua kesepakatan yang telah dibicarakan tercantum dalam kontrak. Pastikan tidak ada ketidaksesuaian antara penawaran lisan dan dokumen tertulis. 

  • Memastikan Hak dan Kewajiban Jelas 

Pastikan bahwa hak dan kewajiban kamu sebagai karyawan jelas tercantum dalam kontrak. Ini mencakup tugas harian, tanggung jawab, dan juga hak terkait cuti, asuransi, dan tunjangan lainnya. 

Menyimpan Salinan Kontrak 

  • Mengarsipkan Dokumen 

Setelah menandatangani kontrak, pastikan kamu menyimpan salinan dokumen tersebut di tempat yang aman. Salinan ini akan menjadi referensi penting di masa depan, terutama jika terjadi perselisihan atau kebingungan terkait perjanjian kerja. 

  • Memiliki Dokumen dalam Format Digital 

Selain menyimpan salinan fisik, simpan juga salinan digital dari kontrak kerja kamu. Ini memudahkan akses dan pencarian informasi jika diperlukan di masa mendatang. 

Read More