Mengatasi Toxic Positivity: Menjaga Keseimbangan Emosional di Lingkungan Kerja

toxic positivity di tempat kerja

Dalam dunia kerja yang penuh dengan tekanan dan tantangan, seringkali kita mendapati budaya positivitas yang tidak sehat yang dikenal sebagai “Toxic Positivity.” Apa sebenarnya Toxic Positivity? Bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan budaya tempat kerja secara keseluruhan? Mari kita telaah lebih lanjut.

Mengenali Toxic Positivity

Tanda-tanda Toxic Positivity di Tempat Kerja

Dikutip The Muse, What Toxic Positivity Looks Like at Work—and How to Deal With It, di tempat kerja, toxic positivity bisa sulit diidentifikasi karena terkadang tersembunyi di balik upaya meningkatkan semangat. Namun, beberapa tanda dapat membantu mengenali kehadiran positivitas berlebih yang mungkin merugikan kesejahteraan mental karyawan.

1. Minimnya Pengakuan terhadap Emosi Negatif

Salah satu tanda yang jelas dari toxic positivity adalah minimnya pengakuan terhadap emosi negatif. Jika rekan kerja atau atasan selalu menekankan untuk “selalu berpikir positif” tanpa memberikan ruang bagi ekspresi emosi yang tidak menyenangkan, ini bisa menjadi indikator bahwa toksisitas positivitas ada di lingkungan kerja.

2. Penolakan terhadap Kritik atau Masalah

Orang yang terjebak dalam pola toxic positivity sering menolak menerima kritik atau menghadapi masalah dengan serius. Mereka mungkin cenderung menghindari pembicaraan yang menantang dan bersikeras untuk tetap pada narasi positif, bahkan jika ada masalah yang perlu diatasi.

3. Perasaan Kewajiban untuk Selalu Bahagia

Ketika karyawan merasa terbebani dengan harapan untuk selalu bahagia dan optimis, ini bisa menjadi tanda toxic positivity. Pemaksaan untuk menunjukkan rasa bahagia terus-menerus dapat menciptakan tekanan tambahan dan membuat orang merasa tidak bebas untuk mengungkapkan emosi mereka dengan jujur.

4. Kekurangan Empati dan Pengertian

Kurangnya empati terhadap pengalaman emosional rekan kerja adalah indikator lain dari toxic positivity. Jika seseorang cenderung mengabaikan atau meremehkan perasaan negatif orang lain dengan memberikan reaksi yang terlalu optimis, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak mendukung.

5. Kesalahan dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat

Sering kali, tanda toxic positivity terlihat dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, tetapi dengan cara yang tidak sehat. Misalnya, menyuruh orang untuk “tidak mengeluh” atau “melupakan masalah” dapat menghasilkan penekanan emosional yang merugikan.

6. Mengabaikan Isu Kesehatan Mental

Toxic positivity sering kali mengabaikan isu kesehatan mental dengan menekankan pemikiran positif sebagai solusi tunggal. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi karyawan yang menghadapi tantangan mental.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Memahami Emosi dan Kesejahteraan Mental

Pentingnya Mengakui Emosi

Salah satu fondasi kesejahteraan mental di tempat kerja adalah kemampuan untuk mengakui dan menghargai beragam emosi yang dialami oleh setiap individu. Pengakuan terhadap emosi merupakan langkah penting menuju lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

  1. Normalisasi Beragam Ekspresi Emosional

Mengerti bahwa setiap orang memiliki beragam emosi, termasuk yang positif maupun negatif, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Menormalisasi pengalaman emosional membantu mengurangi stigma terkait dengan perasaan yang mungkin dianggap ‘negatif’.

  1. Membangun Keterbukaan Komunikasi

Mengakui emosi juga membuka pintu untuk komunikasi yang lebih terbuka di antara rekan kerja. Ketika orang merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi, tim dapat lebih mudah bersinergi dan menyelesaikan konflik.

  1. Menciptakan Ruang untuk Dialog

Penting untuk menciptakan ruang di tempat kerja di mana karyawan dapat berbagi pengalaman emosional mereka tanpa takut akan konsekuensi negatif. Ini bisa melibatkan pertemuan tim yang lebih informal atau program dukungan kesehatan mental di perusahaan.

Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Mental di Tempat Kerja

  1. Program Dukungan Kesehatan Mental

Perusahaan yang proaktif dalam mendukung kesejahteraan mental karyawan seringkali menawarkan program dukungan, seperti konseling atau seminar tentang manajemen stres. Ini memberikan karyawan alat dan sumber daya untuk mengatasi tantangan mental.

  1. Fasilitas untuk Kesehatan Mental

Menciptakan fasilitas yang mendukung kesehatan mental di tempat kerja, seperti ruang meditasi atau kantor yang ramah kesejahteraan, dapat memberikan karyawan tempat untuk meresapi dan mengatasi stres.

  1. Pembinaan Kesehatan Mental

Penting untuk memiliki program pembinaan kesehatan mental yang memberdayakan karyawan untuk mengenali dan mengelola emosi mereka. Ini tidak hanya berfokus pada saat-saat sulit, tetapi juga pada pencegahan masalah kesehatan mental.

  1. Penyuluhan tentang Kesehatan Mental

Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental di seluruh organisasi adalah langkah kunci. Penyuluhan tentang kesehatan mental dapat membantu mengurangi stigma, mempromosikan empati, dan memberikan dukungan yang diperlukan.

  1. Pengakuan Prestasi dan Penghargaan

Mengakui prestasi karyawan tidak hanya dalam konteks profesional tetapi juga dalam upaya mereka untuk menjaga kesehatan mental adalah langkah positif. Penghargaan semacam ini menciptakan budaya di mana kesehatan mental dianggap penting.

  1. Fleksibilitas Kerja

Memberikan fleksibilitas dalam hal jam kerja, bekerja dari rumah, atau waktu cuti tambahan dapat membantu karyawan mengelola keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, mendukung kesejahteraan mental mereka.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Masih Diabaikan, Perusahaan Perlu Buat Perubahan Kebijakan

Mengatasi Toxic Positivity: Langkah-langkah Praktis

Toxic positivity dapat menjadi hambatan serius bagi kesejahteraan mental di tempat kerja. Berbagai langkah praktis dapat diambil untuk mengatasi fenomena ini, dan penting untuk merujuk pada sumber daya yang dapat memberikan panduan lebih lanjut.

Pelatihan dan Kesadaran

Mengatasi toxic positivity dimulai dengan peningkatan kesadaran dan pemahaman di seluruh organisasi. Inisiatif pelatihan dapat mencakup:

  1. Workshop Kesadaran Emosional

Menyelenggarakan workshop yang fokus pada kesadaran emosional membantu karyawan dan manajemen memahami pentingnya mengenali dan mengelola beragam emosi. Ini menciptakan dasar untuk pemahaman lebih mendalam tentang dampak toxic positivity.

  1. Pelatihan Keterampilan Komunikasi

Memberikan pelatihan keterampilan komunikasi memungkinkan individu untuk menyampaikan pendapat, kritik, atau masalah secara positif dan efektif. Ini dapat membantu mengurangi tekanan untuk selalu menunjukkan sikap positif dan membuka ruang untuk diskusi yang lebih konstruktif.

  1. Sesi Diskusi Kelompok

Mengadakan sesi diskusi kelompok tentang toxic positivity membantu menciptakan forum yang aman untuk membahas masalah ini. Karyawan dapat saling berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi toxic positivity.

Mendorong Keterbukaan dan Komunikasi Terbuka

  1. Forum Keterbukaan

Membuat forum keterbukaan, baik secara daring maupun luring, di mana karyawan dapat berbicara tentang tantangan dan frustrasi mereka tanpa takut akan stigmatisasi. Ini menciptakan keberanian untuk mengakui dan mengatasi toxic positivity.

  1. Sistem Umpan Balik Terbuka

Mendorong budaya umpan balik terbuka memungkinkan karyawan memberikan masukan tanpa takut dicap sebagai negatif. Hal ini membantu mengatasi ketakutan akan pembicaraan yang sulit dan mempromosikan perbaikan kontinu.

  1. Komunikasi Atasan ke Bawahan

Manajemen perlu memberikan contoh dalam keterbukaan dan komunikasi terbuka. Atasan yang dapat mengakui tantangan, berbicara secara jujur, dan menunjukkan empati menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa diterima.

Memfokuskan pada Solusi daripada Supresi Emosi

  1. Pembinaan Emosional

Pembinaan emosional dapat membantu karyawan mengenali dan mengelola emosi mereka tanpa menekannya. Ini membantu mengalihkan fokus dari sekadar menunjukkan kebahagiaan ke pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri.

  1. Menyediakan Ruang untuk Diskusi Konstruktif

Menciptakan ruang untuk diskusi konstruktif mengenai permasalahan di tempat kerja dapat membantu mengatasi kecenderungan untuk menyembunyikan atau menolak masalah. Diskusi ini haruslah berfokus pada solusi dan pembelajaran bersama.

Baca Juga: Apa Itu ‘Toxic Productivity’, Kenapa Kamu Perlu Menghentikannya?

Penerapan Kebijakan Kesehatan Mental

  1. Kebijakan yang Mendukung Kesehatan Mental

Menyusun kebijakan yang secara eksplisit mendukung kesehatan mental di tempat kerja adalah langkah penting. Ini termasuk fleksibilitas jam kerja, cuti kesehatan mental, dan fasilitas lain yang membantu karyawan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.

  1. Sumber Daya Kesehatan Mental

Menyediakan sumber daya kesehatan mental, seperti akses ke konseling atau program kesehatan mental, dapat memberikan dukungan konkret bagi karyawan yang mengalami dampak dari toxic positivity.