Representasi Perempuan dalam Media Masa

5 Hal yang Tidak Media Massa Katakan Soal Representasi Perempuan

Bagi kamu angkatan 90-an pasti sangat akrab dengan film horor Si Manis Jembatan Ancol yang sering ditayangkan di televisi pada siang hari, atau film-film trio Warkop—Dono, Kasino, Indro (DKI)—yang mengundang tawa kita dulu. Saat itu, tidak terpikir ada sesuatu yang tidak beres dalam film itu. Tapi setelah dilihat lagi, boleh dibilang bahwa penggambaran perempuan di dalam media tersebut adalah buruk.   

Podcast Indonesia Membahas Representasi Perempuan dalam Media Massa

Warkop DKI sering mengkritik rezim Orde Baru dalam lawakannya di panggung atau media lain. Namun sebagian besar film mereka melakukan objektifikasi dan seksualisasi perempuan. “Tradisi” itu dilestarikan oleh versi remake film-film trio tersebut, yakni Warkop DKI Reborn. 

Baca Juga: Sumur, Dapur, Kasur Potret Perempuan dalam Iklan

Tak hanya Warkop, media massa secara umum masih menggambarkan perempuan secara stereotip, diskriminatif, seksis, hingga misoginis. Hal ini dibahas dalam salah satu podcast Indonesia berjudul FTW Media, yang pada setiap episodenya mengeksplorasi bagaimana media massa saat ini merepresentasikan perempuan. 

Masyarakat pada umumnya mungkin juga belum menyadari betapa pentingnya representasi perempuan yang baik di media massa. Berikut ini beberapa hal yang perlu kamu ketahui soal representasi perempuan di beberapa media massa. 

1. Pemberitaan Media Penuh Stereotip dan Kurangnya Representasi Perempuan 

“Guru Cantik Sukses Viral di Sosmed”

“Hakim cantik ini Berhasil Memenangkan Kasus Besar”

“10  Ilmuwan Cantik ini Bikin Kamu Gagal Fokus”

Judul-judul berita seperti itu masih sering ditemukan di media, di mana perempuan lebih sering ditonjolkan penampilan fisiknya ketimbang prestasinya. Belum lagi gaya pemberitaan sensasional yang lagi-lagi melakukan objektifikasi dan seksualisasi pada perempuan, bahkan yang sudah mati sekalipun “Ditemukan Mayat Cantik”). 

Baca Juga: Tidak Pede Jadi Pemimpin? Simak Podcast Indonesia ini

Dari segi representasi, masih sedikit narasumber perempuan yang dikutip oleh media. Sebuah penelitian oleh Tempo Institute dan Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) menemukan bahwa dari 22.900 narasumber yang dikutip sebuah media, hanya 2.525 atau 11 persen di antaranya adalah perempuan.

Padahal, perempuan pakar tidak kurang jumlahnya, dan mereka pantas mendapatkan panggung yang sama dengan laki-laki.   

2. Efek Kamera yang Mempercantik Perempuan Secara Instan

Kamu ingin wajah seperti artis-artis Korea? Cantik, imut, dengan kulit glowing? Itu bisa kita dapatkan dengan instan lewat aplikasi kamera dan filter kecantikan. Kamu bisa mengubah wajahmu menjadi lebih putih, tanpa kerutan, dengan hidung mancung tanpa oplas. Tapi tahu enggak sih, filter-filter ini walaupun tidak membahayakan, tapi berdampak negatif terhadap pandangan kita pada standar kecantikan.

Standar kecantikan seharusnya beragam, tapi media hanya menggambarkan standar kecantikan tunggal dan kolonial dengan kulit putih, rambut panjang, dan tubuh langsing. Hal ini membuat banyak perempuan tidak percaya diri dengan fisiknya, dan inilah yang mendorong mereka menggunakan filter kamera agar mereka bisa memenuhi standar tersebut. 

3. Lagu-lagu Cinta yang Sebetulnya Toksik

“Kamu di mana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa? “ 

Lagu “Yolanda” dari Kangen Band itu sempat populer karena musiknya enak buat joget dan liriknya catchy dan bucin. Tapi kalau kita dengar kembali dan pahami baik-baik, kok malah memperlihatkan hubungan yang toksik ya? 

Lagu-lagu cinta pada umumnya berkutat pada hubungan posesif dan stereotip terhadap perempuan. Bahkan ada juga yang terang-terangan mempromosikan kekerasan seksual terhadap perempuan. Kalau terus-terusan dibiarkan, hal ini dapat menormalisasi hubungan yang tidak sehat dan toksik sebagai cinta sejati dan romantis. 

4. Iklan-iklan di Media Massa Melanggengkan Stereotip Soal Perempuan 

Kalau kita lihat iklan-iklan sabun pembersih pakaian dan bumbu dapur, apa yang bisa kita tarik benang merahnya dari semua iklan itu? Perempuan selalu dipotret sebagai ibu yang mengurus rumah saja. Kalau pun ada laki-laki yang berperan sebagai ayah, mereka cuma dijadikan peran pendukung dan selalu berada di luar rumah.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Podcast Spotify Indonesia 2021

Enggak cuma iklan produk rumah tangga saja sih yang seperti itu, iklan kendaraan bermotor masih saja menampilkan perempuan sebagai model padahal tidak relevan. Banyak sekali alasan yang digunakan untuk tetap melanggengkan iklan seperti ini, salah satunya, “Ini kan cuma iklan, buat narik pembeli.” 

5. Minimnya Representasi Perempuan yang Beragam dalam Film Indonesia 

Seperti yang sudah kita bicarakan di awal artikel ini, penggambaran karakter perempuan di film masih banyak yang bermasalah. Banyak film yang masih menggambarkan pemimpin perempuan super bossy dan judes, atau sangat nelangsa dalam kehidupan percintaannya. Seolah-olah perempuan yang memilih karier akan kandas rumah tangganya. 

Hal ini akan ikut melanggengkan stereotip negatif dan stigma perempuan pekerja. Masyarakat pun akan semakin meragukan profesionalitas perempuan ketika menjadi pemimpin.

Read More

Kekerasan Seksual pada AOC Bukti Kerentanan Perempuan Bahkan di Level Pemimpin

Sebulan setelah penyerangan di Gedung Capitol, anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez (AOC) membuat pengakuan bahwa dirinya merupakan penyintas kekerasan seksual. Hal itu disampaikannya 2 Februari lalu lewat Instagram Live tentang apa yang terjadi di Capitol dan disaksikan lebih dari 150 ribu penonton. Video tersebut disimpan dalam Instagram TV (IGTV) dan telah ditonton lebih dari 5 juta kali serta mendulang ribuan komentar.

 “Saya adalah penyintas serangan seksual dan saya belum menceritakan soal ini ke banyak orang. Tetapi saat kita melalui suatu trauma, ia akan berkelindan dengan trauma-trauma lainnya,” kata Cortez.

Ia bercerita bahwa dalam serangan perusuh di Capitol 6 Januari silam, ia sempat bersembunyi di kamar mandi di dalam kantornya. Dari dalam situ, ia mendengar suara gebrakan pada tembok serta teriakan seseorang, “Di mana dia [Cortez]?”.

Rasa takut menyergap dirinya saat itu dan membangkitkan trauma akibat kekerasan seksual yang pernah dialaminya. Tak hanya itu, bagaimana orang-orang bereaksi terhadapnya, seperti meminta dia untuk segera melanjutkan hidup pasca-serangan tersebut, juga mengingatkannya pada pengalamannya dulu.

“Alasan saya mengatakannya dan menjadi emosional sekarang ini adalah karena orang-orang menyuruh kita untuk meneruskan hidup, menganggap hal ini bukan perkara besar, kita harus melupakan apa yang terjadi, atau bahkan menyuruh kita untuk meminta maaf. Ini adalah taktik sama yang dipakai pelaku kekerasan,” ujar politisi berdarah Puerto Rico ini.

Baca juga: Penyintas Kekerasan Seksual Pulih Bersama dalam ‘House of The Unsilenced’

Perempuan Pemimpin Tak Lepas dari Kejahatan Seksual

Cortez memang tidak mengisyaratkan kapan kekerasan seksual yang menimbulkan trauma mendalam itu dialaminya dan oleh pelaku di posisi apa. Namun, ia menambah panjang daftar perempuan anggota Kongres AS yang bersuara tentang hal tersebut.

Pada 2017, Vox membuat laporan tentang sejumlah anggota kongres perempuan AS yang pernah mengalami pelecehan seksual dari rekan kerjanya di Capitol. Mary Bono dari Partai Republik misalnya, mengaku pernah mendapat beberapa komentar sugestif secara seksual dari seorang anggota kongres laki-laki. 

Dalam Vox dinyatakan, peristiwa pelecehan seksual yang sudah berkali-kali terjadi di Capitol ini dapat terjadi karena lingkungan kerja yang didominasi laki-laki. Pelecehan seksual lebih mungkin dialami perempuan yang baru bekerja di sana atau berada di level bawah karena mereka tidak punya posisi tawar tinggi untuk melawan.

Namun, sebuah penelitian yang dirilis pada 2020 oleh Swedish Institute for Social Research (SOFI), Stockholm University, yang melibatkan studi di AS, Jepang, dan Swedia, menemukan bahwa perempuan di posisi tinggi pun tidak lepas dari pelecehan seksual. Di sana dikatakan, perempuan supervisor mengalami sekitar 30-100 persen lebih banyak pelecehan seksual dibanding karyawan perempuan lain.

Perempuan di posisi tinggi tidak lepas dari pelecehan seksual. Perempuan supervisor mengalami sekitar 30-100 persen lebih banyak pelecehan seksual dibanding karyawan perempuan lain.

“Ada alasan-alasan logis mengapa ini terjadi: Seorang supervisor terpapar dua kelompok orang yang potensial jadi pelaku. Dia bisa dilecehkan baik oleh orang di posisi subordinatnya, maupun orang di level manajemen yang lebih tinggi di perusahaan,” kata Johanna Rickne, profesor ekonomi di SOFI.

Sementara itu, dari riset LeanIn.Org dan McKinsey di AS ditemukan bahwa 55 persen perempuan di posisi pemimpin senior mengalami pernah pelecehan seksual di tempat kerja. Hal itu mungkin terjadi karena mereka mendobrak norma gender tradisional yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki dalam berkarier.

Akibat lingkungan kerja yang masih rawan pelecehan seksual, perempuan yang mau buka suara tentang itu harus mengambil risiko kehilangan kesempatan naik jabatan atau bahkan pekerjaan. Dalam penelitian Chloe Grace Hart, kandidat PhD bidang Sosiologi Stanford University yang dimuat di The Conversation, ditemukan bahwa para partisipan survei ragu untuk mempromosikan seorang perempuan apabila melaporkan pelecehan seksual di kantornya.

Lebih lanjut dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa perempuan yang melaporkan pelecehan seksual di kantor sering dilihat tidak bermoral, penipu, atau terlalu sensitif. Ia juga dipandang membuat-buat cerita hanya untuk menyabotase rekan kerjanya atau bereaksi berlebihan terhadap sebuah “komentar ramah”.

Baca juga: Pelecehan Seksual di Industri Film dan Pentingnya Ruang Aman untuk Penyintas

Suara yang Menguatkan Penyintas Kekerasan Seksual

Suara Cortez dan berbagai perempuan berpengaruh lainnya, mulai dari pejabat publik, tokoh perempuan pemimpin, hingga selebritas, memiliki dampak besar terhadap para penyintas kekerasan seksual lain. Salah satu yang menyebabkan demikian adalah karena mereka memiliki banyak pengikut di media sosial. Semakin banyak orang terpapar, semakin mungkin kesadaran akan isu kekerasan seksual dan penyintas yang terdorong untuk berbicara bertambah.

Atas tindakan Cortez tersebut, banyak pihak mengapresiasinya karena dianggap memberi kekuatan bagi para penyintas lainnya, terlebih dari kalangan ras minoritas di AS.

“Banyak orang berjuang dan menderita dalam kesunyian, dan kadang ketika kamu melihat satu orang muncul dan terlihat di publik, itu  memberikan kekuatan bagi yang lainnya,” ungkap Tarra Bates-Duford, perempuan kulit hitam yang juga seorang terapis dan pendiri Family Matters Counseling Group kepada The Lily.

Hal ini tecermin dari gerakan #MeToo yang diinisiasi Tarana Burke di AS pada 2006, dan diamplifikasi selebritas seperti Alyssa Milano pada 2017. Sejak hal itu disoroti media, banyak orang di mancanegara mulai dari pesohor sampai orang-orang biasa yang tidak ragu membuka hal yang masih dianggap aib oleh masyarakat, bahkan menuntut si pelaku.

Seiring dengan itu, makin banyak bermunculan ruang aman dan kelompok pendukung para penyintas yang membantu mereka berkumpul dengan sesama penyintas lainnya dan berusaha saling menguatkan, serta mencari keadilan atas peristiwa yang mereka alami.

Read More
orang tua ajarkan kepemimpinan

Perkaya Tema, Baca Nyaring Bantu Orang Tua Ajarkan Kepemimpinan Perempuan

Sebuah video bertajuk “If You Have A Daughter, You Need To See This” menampilkan seorang ibu dan anak perempuan yang berdiri di depan rak buku. Mulanya mereka menyingkirkan tiga buku yang tidak memiliki karakter laki-laki di dalamnya. Lalu menyingkirkan buku yang tidak memiliki karakter perempuan, kali ini dengan jumlah lebih banyak karena total keseluruhan yang tersingkirkan mencapai 76 buku. Mereka kemudian menyingkirkan buku yang di dalamnya perempuan tidak berbicara, jumlah buku yang disisihkan sudah 141. Ketika mereka menyingkirkan buku dengan kategori perempuan tak berdaya yang menunggu pangeran, rak tersebut nyaris kosong.

Video berdurasi tiga menit yang diproduksi Rebel Girls, perusahaan digital dan penerbit buku anak-anak yang fokus pada pemberdayaan perempuan, tersebut menunjukkan pesan kesenjangan representasi dan kentalnya stereotip perempuan tak berdaya dalam buku.

Penelitian Gender Representation in Children’s Books: A Critical Review of Empirical Studies (2014) oleh tiga sosiolog Pakistan—Hazir Ullah, Johar Ali, dan Arab Naz, menyatakan buku anak atau buku pelajaran sekolah sarat akan stereotip peran gender. Selain itu, ada juga kesenjangan dalam ilustrasi dan teks karena mayoritas merepresentasikan laki-laki. Penyebab kedua hal tersebut tentu tidak lepas dari normalisasi seksisme di masyarakat. 

Baca juga: 4 Cara Mendidik Anak Perempuan Sejak Dini Untuk Jadi Pemimpin

Selain itu, sebuah studi di Inggris oleh Susan Wilbraham, psikolog dari University of Cumbria, dan Elizabeth Caldwell, akademisi di School of Art, Design, and Architecture, University of Huddersfield, menemukan bahwa representasi perempuan juga tiga kali lebih rendah dalam buku sains. Mereka menyatakan hal tersebut memperpanjang stereotip sains sebagai bidang untuk laki-laki.

Minimnya representasi dan konsep peran yang sempit itu mampu mengecilkan cakupan aspirasi dan pengetahuan atas besarnya kapasitas hingga potensi yang bisa dilakukan anak perempuan. Dalam penelitian sosiolog dari Pakistan tersebut, ketika buku pelajaran anak terus menyampaikan pesan yang bias gender, tentu memberi efek berkepanjangan yang memengaruhi pikiran sadar dan bawah sadar mereka. Pemahaman ini menjadi penting terutama dalam buku sebagai medium efektif untuk mengajarkan anak tentang konsep-konsep sosial yang ada di dunia.

Buku Perempuan Pemimpin Masih Minim

Jika melihat produk budaya populer untuk anak perempuan, temanya sulit lepas dari kategori cerita dongeng tentang tuan putri yang menunggu seorang pangeran untuk membebaskannya dari masalah. Bahkan menanggalkan jati dirinya untuk laki-laki. Pesan yang disampaikan juga menggarisbawahi posisi dalam kepemimpinan cenderung dipegang laki-laki atau seorang pangeran.

Baca juga: Biarkan Mainan Anak Tidak Berkategori Gender

Belakangan ada film Frozen yang mengedepankan persaudaraan dan kepemimpinan. Namun, Elsa harus mengalami perjalanan emosional panjang sebelum disambut sebagai pemimpin yang rasional.

Roosie Setiawan, pendiri komunitas literasi untuk anak, Reading Bugs dan Read Aloud Indonesia, mengatakan tema buku anak masih jarang menampilkan kepemimpinan perempuan secara eksplisit. Tapi kisah pahlawan perempuan atau guru yang heroik sudah banyak. Umumnya buku anak di Indonesia membawa tema perkenalan kegiatan sehari-hari, permasalahan anak, hingga cerita rakyat yang direkonstruksi ulang dengan kacamata anak.

“Referensi buku menampilkan leadership juga menjadi tantangan buat kami karena variasi buku juga belum terlalu luas dan mulai bagus sepuluh sampai lima tahun terakhir,” ujar Roosie kepada Magdalene (4/2).

Meski demikian, ia berpendapat representasi perempuan dalam posisi pemimpin di cerita anak juga sangat penting karena mampu menambah pengetahuan dan menjadi rujukan panutan untuk anak. Ia mengatakan jika anak bersentuhan dengan buku yang melanggengkan stereotip hanya laki-laki yang bisa memimpin, tentu akan mempengaruhi pikiran anak tentang konsep kepemimpinan.

“Karena ketika membacakan buku kita tidak sekedar menyelesaikannya. Ada proses diskusi, tanya jawab, dan perkenalan konsep atau kosa kata. Hal itu juga kunci dalam memberikan pemahaman pada anak,” ujar Roosie.

Salah satu cara untuk memberikan pesan pemberdayaan perempuan adalah dengan memperkaya koleksi buku dengan tema tokoh perempuan yang berani dan berjiwa kepemimpinan.

Minat Baca Anak Soal Perempuan Pemimpin

Roosie menyatakan di Indonesia ada kesulitan dalam mencari buku cerita untuk anak laki-laki karena mayoritas penulis buku anak adalah perempuan.

“Kami juga melihat anak laki-laki sedikit tidak suka membaca dibanding perempuan. Secara studi juga ada tentang perbedaan kegemaran membaca laki-laki dan perempuan itu,” ujarnya.

Studi Do Boys and Girls Have Different Reading Habits (2011) oleh organisasi negara-negara kaya dunia, Organization For Economic Co-Operation and Development (OECD) menemukan bahwa secara global, 52 persen laki-laki dan 73 persen perempuan menyatakan membaca untuk bersenang-senang.

Di Austria, Luxembourg, Belanda, dan Liechtenstein, kurang dari 40 persen laki-laki yang membaca sebagai kesenangan. Sementara di negara seperti Indonesia, Albania, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Thailand, 90 persen untuk perempuan dan 80 persen laki-laki.

Roosie mengatakan, inisiator gerakan literasi anak juga didominasi perempuan.

“Di Indonesia, seolah-olah membaca buku adalah tugas ibu bukan ayah. Terbukti juga ketika membuat program dan pelatihan, 99 persen yang berminat dan hadir adalah ibu. Baik untuk literasi dini dan literasi keluarga, penggeraknya masih perempuan,” ujarnya.

Baca juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender Untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Orang Tua Ajarkan Kepemimpinan dengan Cara Membaca Nyaring Bantu Tingkatkan Minat Baca Anak

Rosie mengatakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memberikan pesan pemberdayaan perempuan adalah melihat kembali koleksi buku bacaan anak dan memperkaya tema tokoh perempuan yang berani dan berjiwa kepemimpinan. Dengan demikian, anak bisa menjelajahi lebih jauh tentang apa saja yang bisa dilakukan seorang perempuan.

Selain itu, Roosie, yang aktif mendorong teknik membaca nyaring (read aloud), merekomendasikan menggabungkan teknik tersebut dengan buku tentang kepemimpinan perempuan.

“Dengan teknik membaca nyaring anak lebih mudah memahami karena jika dia tidak paham sesuatu, akan langsung bertanya. Apalagi jika topiknya tentang leadership, anak akan lebih mudah paham tentang itu,” ujarnya.

“Yang dibangun dari teknik ini juga adalah kemauan membaca, dia (anak) mencari jalannya sendiri untuk bisa membaca karena ketika membacakan buku dengan nyaring dia juga belajar,” ujarnya.

Ilustrasi oleh Karina Tungari.

Read More
podcast perempuan pemimpin

Tidak Pede Jadi Pemimpin? Simak Podcast Indonesia ini

Beberapa orang bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin namun tidak percaya diri dengan kemampuannya. Ada juga beberapa orang yang  terpaksa menjadi pemimpin dan bingung sekali dengan apa yang harus ia lakukan karena ia merasa tidak kompeten sebagai pemimpin bisnis.  

Hal ini terutama terjadi pada perempuan, yang cenderung lebih tidak percaya diri ketimbang saat laki-laki saat ditunjuk menjadi seorang pemimpin. Banyak faktor yang melatarbelakanginya, termasuk diri sendiri, pendidikan keluarga, dan budaya di lingkungan. Faktor seperti  beban ganda juga menghambat perempuan untuk berkarier serta maju ke pucuk-pucuk kepemimpinan karena dilema antara fokus pada pekerjaan atau mengurus keluarga.  

Menjadi Pemimpin Ideal

Berangkat dari keresahan-keresahan ini, dibuatlah How Women Lead, sebuah podcast yang membahas tentang bagaimana para pemimpin perempuan mendobrak batasan-batasan, membongkar stereotip, serta melampaui ekspektasi masyarakat. Podcast ini terdiri dari 12 episode dan di tiap-tiap episodenya banyak membahas bagaimana menjadi pemimpin yang ideal, serta kisah-kisah inspiratif dari para pemimpin di berbagai sektor. 

Baca Juga: Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Episode pertama podcast indonesia ini membahas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perempuan pekerja pada umumnya, apalagi di sektor-sektor yang diasosiasikan dengan atau didominasi oleh laki-laki. Sering kali suara perempuan tidak didengar serta diremehkan oleh kolega-kolega laki-lakinya, sebab dinilai tidak kompeten. Padahal ini keliru banget. 

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin Ideal

Terlepas dari gendermu, kamu memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang pemimpin ideal. Namun, untuk mencapai ke titik tersebut, perempuan memiliki tantangan yang lebih besar daripada laki-laki. Salah satu contoh yang dibahas dalam podcast Indonesia ini adalah pengalaman Sarah, seorang pekerja dan juga ibu rumah tangga dengan empat anak. Sejak ia mulai bekerja hingga saat ini, tantangan yang ia hadapi beragam. 

Saat baru bekerja, keluarganya selalu menuntut dan bertanya, “Kapan nikah, kan umurnya sudah segini”. Setelah ia menikah permasalahan lain pun muncul, keluarga mulai bertanya-tanya soal kapan ia memiliki anak. 

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

“Saat akhirnya punya anak, banyak dilema muncul antara pekerjaan, mengurus suami dan anak, mana tidak ada asisten rumah tangga,” ujar Sarah. 

Beban ganda memang menjadi isu bagi banyak perempuan pekerja. Sejumlah perempuan akhirnya memilih untuk tidak bekerja di luar rumah dan mengurus keluarga saja. Padahal sebetulnya, perempuan tidak perlu sampai memilih antara karier atau keluarga. 

Hambatan Perempuan Menjadi Pemimpin Ideal 

Selain beban ganda, stigma terhadap perempuan yang bekerja atau menjadi seorang pemimpin pun banyak sekali. Ada yang bilang bahwa perempuan yang fokus bekerja bukan perempuan yang baik-baik. Mereka disebut sebagai perempuan egois hingga perempuan yang tidak peduli keluarga. Berbeda sekali dengan kondisi laki-laki yang memang diharuskan bekerja karena dianggap sebagai kepala rumah tangga. 

Pembagian peran gender seperti ini terlalu kaku dan sudah ketinggalan zaman. Dalam episode 2 podcast How Women Lead, ada perbincangan dengan Maya Juwita, Direktur Eksekutif Indonesia Business COalition for Women Empowerment (IBCWE) tentang masalah-masalah umum yang dihadapi oleh perempuan pekerja.

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Maya mengatakan bahwa peranan reproduksi perempuan sering kali disalahartikan dan mematikan potensi ekonomi perempuan. Ia memberi saran tentang bagaimana hal ini seharusnya direspons.

Jadi kalau peranan reproduksi perempuan untuk keberlangsungan hidup suatu bangsa, mestinya peranan itu jangan mengorbankan potensi ekonomi perempuan. Perempuan seharusnya bisa berdaya secara ekonomi. Memang kenapa perempuan harus memilih antara rumah tangga dan karier? Memang enggak boleh dua-duanya? Boleh dong, bisa dua-duanya.”

Podcast Indonesia tentang Menciptakan Tempat Kerja yang Inklusif

Maya Juwita, yang sudah malang melintang di dunia Human Resource atau Sumber Daya Manusia (SDM), mendorong perlunya kebijakan yang inklusif di tempat kerja untuk mendukung perempuan-perempuan pekerja mencapai puncak kepemimpinan.

Baca Juga: Jejak Perempuan Pemimpin Kerajaan Nusantara

Hal ini didukung oleh hasil penelitian lembaga konsultansi Mckinsey, yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender di perusahaan bisa mendongkrak keuntungan bagi perusahaan. Menurut analisis mereka, jika dunia ini dikelola secara lebih setara antara laki-laki dan perempuan, hal ini akan mendatangkan keuntungan senilai US$12 triliun sampai 2025. 

Maya Juwita mengatakan bahwa cita-cita Indonesia untuk menjadi ekonomi terkuat keempat di dunia pada tahun 2045 akan sulit tercapai kalau yang diandalkan hanya laki-laki saja dan tidak ada kesetaraan gender.

Read More
Sonia Sotomayor

Sonia Sotomayor Hakim Agung Perempuan dalam Pelantikan Presiden Amerika Joe Biden dan Kamala Harris

Lahir di daerah Bronx, Kota New York 66 tahun lalu, Sonia Sotomayor merupakan Hakim Agung di Mahkamah Agung Amerika Serikat.  Ia pertama kali diangkat pada tahun 2009 oleh presiden saat itu, Barrack Obama, dan merupakan hakim agung perempuan keturunan Amerika Latin pertama yang menjabat sebagai hakim agung. 

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

Dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden ke- 49 Amerika Serikat baru-baru ini, Sotomayor merupakan hakim agung yang memandu Wakil Presiden Kamala Harris dalam pengucapan sumpahnya. Dikutip dari CNN, Kamala yang memilih Sotomayor untuk memandunya sebab ia merupakan Hakim Agung perempuan Latin pertama Aung menjabat di Mahkamah Agung Amerika Serikat. Harris juga menganggap Sotomayor merupakan perempuan yang menginspirasi.

Profil Sonia Sotomayor Hakim Agung Perempuan Hispanik Pertama

Sonia Sotomayor mengenyam pendidikan sarjana di Princeton University dan lulus pada 1976 dengan peringkat summa cum laude. Ia lalu melanjutkan pendidikan dan mendapat gelar doktor dari Sekolah Hukum Yale pada 1979. Pada tahun 1984, ia bekerja sebagai Asisten Jaksa Wilayah di Kota New York selama 4,5 tahun sebelum masuk ke sektor swasta. Sotomayor juga berperan aktif sebagai Dewan Direktur organisasi hak asasi manusia Puerto Rican Legal Defense and Education Fund,  lembaga pinjaman negara bagian New York, serta Dewan Keuangan Kampanye Kota New York. 

Baca Juga: Perempuan Pemimpin dalam Film: Kurang Representasi, Diseksualisasi

Sotomayor lahir dari orang tua yang berasal dari Puerto Rico. Saat itu keduanya memutuskan untuk meninggalkan Puerto Rico dan pergi ke Amerika Serikat. Keduanya bertemu dan memutuskan untuk menikah lalu tinggal di Bronx. 

Sotomayor Besar dalam Keluarga yang Tidak Harmonis 

Sejak kecil, Sotomayor dibesarkan oleh ayah yang pemabuk dan ia pun juga tidak terlalu dekat dengan sang ibu secara emosional. Sotomayor lebih dekat dengan sang nenek dan menganggap neneknyalah yang berjasa memberi ia perlindungan serta tujuan. Meski demikian, sang ibu Celina Sotomayor merupakan orang paling berpengaruh dalam pendidikan Sonia Sotomayor, dan Sotomayor mengatakan bahwa ibunya merupakan dorongan besar di dalam hidupnya. 

Baca Juga: Tokoh Perempuan Disney Masih Terjebak Stereotip Negatif Perempuan Pemimpin

Terlepas dari keadaan keluarganya, Sotomayor merupakan anak perempuan yang sangat terinspirasi oleh karakter fiksi Nancy Drew, seorang detektif cilik yang  cekatan serta jenius. Karena membaca buku-buku Nancy Drew, Sotomayor mengatakan ingin menjadi seorang detektif ketika ia besar nanti. Namun, karena ia mengidap penyakit diabetes, dokter menyarankannya untuk berkarier di bidang lain. Akhirnya Sotomayor pun mengganti minatnya pada pekerjaan di bidang hukum karena terinspirasi juga oleh sebuah serial televisi berjudul Perry Mason, dan bertekad ingin menjadi seorang hakim. 

Kehidupan Perkuliahan Sonia Sotomayor 

Sebagai seorang perempuan keturunan Amerika Latin pada saat itu, bersekolah di kampus bergengsi Ivy League seperti Princeton University merupakan tantangan yang besar bagi Sotomayor. Ia mendapatkan beasiswa di Princeton University dan mulai belajar soal hukum di sana. Masa-masa di Princeton bagi Sotomayor merupakan pengalaman yang mengubah hidupnya. 

Waktu itu, di universitas tersebut, sangat sedikit perempuan dan orang Hispanik yang bersekolah di sana. Kosakata bahasa Inggris serta kemampuan menulisnya belum terlalu cemerlang sehingga ia harus belajar ekstra keras untuk mengejar ketinggalan. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, bertanya serta belajar dengan profesornya di luar jam perkuliahan, dan lain sebagainya. Walaupun di awal-awal ia  tertinggal jauh, semester berikutnya semua nilai mata kuliahnya mendapatkan A.

Baca Juga: Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Dalam wawancaranya bersama dengan jurnalis Savannah Guthrie pada tahun 2013, ia mengatakan bahwa saat itu ia sangat takut dengan kondisi yang ia hadapi.  

“Ketika kamu datang dari latar belakang sepertiku dan masuk ke dunia yang sangat berbeda dari duniamu, kamu pun pasti merasa takut,” katanya. 

Ketika ia lulus dari Princeton, ia memilih untuk menjadi advokat untuk para mahasiswa latin lainnya sebagai  pendiri The Latino Student Organization. Setelah lulus dari Princeton, Sotomayor mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Hukum Yale. Profesor di Yale, Jose A. Cabranes merupakan mentor pertamanya untuk berhasil melakukan transisi dan bekerja dalam “sistem”. 

Awal Karier Sonia Sotomayor dalam Bidang Hukum

Atas rekomendasi dari Cabranes, Sonia Sotomayor bekerja sebagai asisten dari Jaksa Wilayah New York, Robert Morgenthau, mulai 1979. Saat itu, tingkat kejahatan di kota New York sangat tinggi, dan staf Morgenthau terbebani dengan banyak sekali kasus. Seperti jaksa pemula lainnya, Sotomayor menangani berbagai macam kasus mulai dari prostitusi, pencurian, perampokan, hingga pembunuhan. Dalam melakukan pekerjaannya, Sotomayor tidak gentar ketika harus melakukan inspeksi ke wilayah-wilayah yang keras atau kondisi-kondisi berat ketika mewawancarai saksi. Dalam persidangan, Sotomayor juga efektif dalam melakukan pemeriksaan silang dan menerangkan dengan sederhana agar para juri dapat mengerti kasusnya. 

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan Era Orde Baru: Jadi Istri dan Ibu Nomor Satu

Beberapa kasus besar ia pernah tangani adalah kasus “Tarzan Murder” pada 1983, di mana ia membantu untuk menghukum Richard Maddicks yang melakukan kejahatan merampok apartemen dan membunuh korbannya. 

Mantan Presiden Obama Menominasikan Sotomayor sebagai Hakim Agung pada 2009

Pada tahun 2009, setelah Hakim David H Souter mengumumkan akan pensiun, Presiden Barack Obama menominasikan Sotomayor ke Mahkamah Agung. Terlepas dari komentar-komentar yang menentang  pencalonan tersebut, Sotomayor secara resmi menjadi hakim agung pada tahun itu.

Dalam sidang pengukuhannya sebagai hakim agung AS, ia berkata bahwa falsafah yudisialnya adalah “kesetiaan pada hukum, dan sebagai hakim, saya bekerja untuk menerapkan hukum bukan membuat hukum.”

Read More
pemimpin idola para karyawan

Cara Menjadi Pemimpin Idola: Langkah-Langkah Menuju Kepemimpinan yang Menginspirasi

Banyak karyawan sering mengeluhkan bagaimana atasan mereka memperlakukan mereka. Mulai dari atasan atau bos yang egois dan mengutamakan kepentingan sendiri tanpa melihat karyawannya, bos yang selalu meremehkan, tidak mendengarkan masukan, dan lain sebagainya. Rasanya setiap berangkat kerja, sang karyawan berat sekali untuk melangkah dan membuat mereka tidak produktif.

Baca Juga: Kesenjangan Gender di Dunia Profesional, Mulai dari Upah sampai Penugasan

Padahal, kunci kesuksesan sebuah tim salah satunya ada di pemimpinnya. Kalau pemimpinnya tidak becus, hal itu hanya akan mendatangkan malapetaka untuk karyawannya yang dia pimpin.  Contoh paling nyata adalah, kamu bisa lihat bagaimana Amerika Serikat di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump dalam menangani pandemi COVID-19. Sudahlah tidak mau percaya dengan ilmuwan, meremehkan pandemi, Trump juga sering melemparkan hoaks. 

Alhasil, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus COVID-19 paling tinggi. Kamu bisa lanjut mendengarkan rekomendasi podcast ini untuk tahu lebih lanjut kenapa gaya kepemimpinan seperti Trump itu tidak efisien dan dibenci para bawahan.

Ciri-ciri Bos Idola

ciri ciri bos idola

Pemimpin yang berhasil itu tentunya dihargai serta dihormati oleh karyawan-karyawannya. Seorang pemimpin bijaksana mengutamakan bagaimana timnya dapat bekerja dengan baik dan produktif, serta tentu saja memikirkan kesejahteraan karyawannya dan ini merupakan contoh pemimpin idola.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Drama Korea dan Serial TV Soal Perempuan Pemimpin

Jika kamu ingin tahu cara menjadi pemimpin ideal, jangan menggunakan gaya kepemimpinan otoriter yang membuat karyawanmu tidak nyaman dan malah sebal denganmu. Mau laki-laki atau perempuan, semua memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin idola dan dihargai oleh karyawan-karyawanmu. Nah untuk itu, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan agar karyawanmu bahagia dan kamu pun juga bisa menjadi pemimpin yang efektif. Yuk simak hal-hal berikut ini.

1. Pemimpin Idola Selalu Mengutamakan Empati pada Karyawannya


“Entrepreneur Pandji berbeda banget dari stand-up comedian Pandji. I push people. I am demanding. And I don’t mince words. Plus I fire people quick (sic)”. Begitu cuitan komika Panji Pragiwaksono. Dia menambahkan bahwa dia tidak segan-segan menghubungi staf-nya tengah malam atau di hari libur.

Twit ini langsung viral dan mendapat banyak kritik dari warganet yang mengatakan bahwa yang dilakukan Panji sebagai pemimpin ini sudah toksik. 

Baca Juga: 4 Cara Mendidik Anak Perempuan Sejak Dini Untuk Jadi Pemimpin

Para pengkritik tidak salah, sih. Sikap-sikap seperti ini sudah ketinggalan zaman banget kalau diterapkan di dalam kepemimpinan. Jika ingin menjadi pemimpin yang bijaksana, seorang pemimpin harus memiliki sikap empati dan juga welas asih pada karyawannya.  

Baik pemimpin maupun karyawan harus sama-sama menghormati waktu istirahat. Jangan chat soal pekerjaan di akhir pekan, atau ketika sedang cuti. Jika karyawanmu izin sakit, ya jangan dibebankan dengan pekerjaan, biarkan dia istirahat.

2. Atasan Idola Selalu Mengutamakan Kolaborasi Ketimbang Egoisme Pribadi


Sebel enggak, sih, kalau kita mendapat bos yang maunya menang sendiri, tidak mau mendengarkan masukan, dan suka mengklaim idemu sebagai idenya? Aduh, itu sih menyebalkan sekali. 

Kalau kamu bersikap seperti ini, siap-siap saja tim kamu bakal berantakan. Mana buktinya kalau sikap kolaborasi itu efektif? Coba kamu dengarkan episode podcast ini, yang membahas keberhasilan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arden dalam menangani pandemi COVID-19. Salah satu yang ia lakukan adalah berkolaborasi dengan berbagai sektor untuk menangani pandemi ini.

Tidak cuma Arden, pemimpin perempuan dunia sukses kendalikan Covid-19 juga melakukan kolaborasi untuk menangani pandemi ini.

3. Bos Idola Selalu Bersikap Rendah Hati 


Pemimpin idola adalah pemimpin yang punya sikap rendah hati. Bersikap rendah hati kepada sesama itu penting banget loh, apalagi jika kamu seorang pemimpin. Ibaratnya, nih, semakin kamu di posisi atas maka seharusnya kamu semakin bersikap rendah hati. Sebagai seorang pemimpin yang ideal, jangan bersikap sok tahu segalanya, apalagi kalau kamu sebenarnya tidak menguasai materi tersebut. 

Jika kamu tidak tahu, ya bilang saja kamu tidak memahami hal ini dan ingin belajar lebih banyak dari karyawanmu. Ini juga bisa menjadi ajang berkomunikasi dengan baik di antara kamu dengan karyawanmu juga kan. Pemimpin yang bijaksana akan selalu mendengarkan masukkan dari karyawan-karyawannya dan menerima kritik serta saran yang membangun, agar kamu bisa berubah menjadi pemimpin yang efektif. 

4. Pemimpin Idola Merupakan Orang-orang yang Passionate dalam Pekerjaannya

Mungkin beberapa di antara kita pernah menemukan tipe-tipe pemimpin yang enggak niat menjalankan tugasnya dan terkesan memakan gaji buta. Jika kamu ingin menjadi pemimpin ideal, jangan sekali-kali melakukan hal ini. 

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Kita tahu tidak semua pekerjaan kondisinya ideal dan sesuai dengan keinginan kita, akan tetapi, sangat disarankan lakukan pekerjaan itu dengan bersungguh-sungguh. Jangan kerjakan suatu pekerjaan setengah-setengah yang malah akan berdampak pada kinerja tim kamu.

5. Pemimpin Idola adalah Pemimpin yang Dapat Bersikap Fleksibel

Nah, ini salah satu hal yang mesti dan kudu kamu terapkan dalam kepemimpinan kamu, jika kamu ingin menjadi pemimpin yang ideal. Seorang pemimpin yang efektif, akan bersikap fleksibel dalam berbagai situasi, apalagi situasi saat ini dalam keadaan pandemi. 

Dalam episode podcast How Women Lead ini, Vice CEO PT Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto mengatakan, sikap fleksibel itu mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan apalagi di tengah krisis pandemi. Ketika banyak perusahaan yang bangkrut karena COVID-19, Pan Brothers dengan gesit melakukan “pivot” untuk bertahan di tengah krisis.

6. Pemimpin Idola adalah Orang yang Berpikir untuk Jangka Panjang

Ingin menjadi pemimpin yang ideal? Jangan memberikan tugas pada karyawanmu secara tiba- tiba. Selain bikin ambyar jadwal kerja, sikap ini juga buruk bagi kinerja tim. Kamu sangat disarankan untuk merencanakan pekerjaanmu dari jauh-jauh hari, dan berpikir untuk jangka panjang.

Read More
rekomen podcast indonesia

12 Rekomendasi Podcast Spotify Indonesia 2021

Sudah hampir satu tahun masyarakat dunia hidup berdampingan dengan pandemi COVID-19, yang membuat segala aspek kehidupan kita berubah secara drastis. Yang seharusnya di pagi hari kita sudah bersiap berangkat bekerja atau pun berkuliah, sekarang kita menghabiskan seluruh waktu kita #dirumahsaja. Awalnya kita kaget dengan perubahan ini dan sulit untuk menyesuaikan diri. Tapi dengan kebiasaan-kebiasaan baru seperti memasak, bercocok tanam, dan mendengarkan podcast, #dirumahsaja menjadi tidak terlalu membosankan. 

Ya, biasanya kita mendengarkan podcast Indonesia dalam perjalanan menuju tempat kerja kita. Sekarang, kita melakukannya di waktu-waktu senggang kita, seperti saat sedang jalan pagi atau sore. 

Beberapa tahun terakhir, dunia podcast di Indonesia tengah berkembang dengan pesat. Mulai banyak saluran-saluran podcast yang berkembang dengan beragam genre serta tema yang menarik. 

Rekomendasi Podcast Indonesia

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dunia podcast Indonesia saat ini berkembang dengan pesat, mulai dari genre obrolan politik, gaya hidup, hobi, hingga life hacks atau tips-tips menjalani hidup. Dengan beragam genre terbut, para pendengar mendapat banyak pilihan. 

Tapi sebelumnya, buat kamu yang belum tahu apa itu podcast atau siniar, podcast merupakan sebuah produk media berbasis suara. Pendengarnya dapat mendengar produk tersebut di mana saja dan kapan saja serta tersedia secara on-demand. Jadi, kamu tidak perlu khawatir jika kamu telat mendengar episode terbaru podcast kesayanganmu, karena kamu tinggal mendengar dan atau mengunggah episode tersebut. 

Nah, buat kamu yang baru saja menjelajah podcast-podcast Indonesia, kamu bisa banget mulai dengan 12 rekomendasi podcast berikut. 

1. Podcast Indonesia mengenai Perempuan Pemimpin

Sudah bukan zamannya lagi jika kamu membandingkan mana pemimpin yang lebih kompeten di antara laki-laki atau perempuan. Faktanya, pemimpin yang baik itu bukan berdasarkan jenis kelaminnya tetapi kompetensi dan gaya kepemimpinannya. 

Namun, di masyarakat sendiri, masih banyak prasangka buruk terhadap perempuan yang menjadi pemimpin, mulai dari terlalu emosional,  judes, dan lain sebagainya. Padahal, faktanya, di antara para pemimpin dunia yang berhasil mengendalikan pandemi, sebagian besar adalah perempuan. Di podcast How Women Lead, kamu bakal diajak mengupas tuntas soal isu-isu kepemimpinan perempuan serta tips-tips menjadi pemimpin yang baik. 

2. Podcast Indonesia yang Membahas Kepemimpinan Macho

rekomendasi podcast indonesia

Pemimpin harus tangguh, super maskulin, dan agresif? Aduh, itu pemikiran yang sudah ketinggalan zaman banget. Faktanya, gaya kepemimpinan super macho yang dipercaya efektif digunakan untuk memimpin, ternyata ya jauh dari efektif bahkan cuma bikin pegawai tidak nyaman. 

Bagi kamu yang sedang belajar menjadi pemimpin atau bingung banget ini bagaimana cara menjadi pemimpin yang efektif di situasi pandemi ini, episode “Bye Kepemimpinan Macho” ini bisa banget kamu dengarkan dan untuk melakukan refleksi juga. 

3. Rekomendasi Podcast Indonesia Membahas Buku Inspiratif   

rekomendasi podcast tentang buku inspiratif

Kamu lagi bingung mau baca buku apa di akhir pekan nanti? Sebelum mencari di toko buku daring, ada baiknya kamu mendengarkan episode podcast Indonesia ini soal buku “The Athena Doctrine” dari John Gerzema dan pemenang Pulitzer Prize, Michael D’Antonio. 

Dalam  buku ini, Gerzema dan D’Antonio mengupas tuntas soal bagaimana nilai-nilai feminin seperti empati, agile, serta compassion adalah faktor-faktor yang membuat suatu kepemimpinan efektif. Buku ini mereka susun berdasarkan hasil riset bertahun-tahun di berbagai negara, dengan total 64 ribu responden. Buku ini juga banyak menceritakan cerita dari beberapa pemimpin inspiratif yang berhasil mengatasi krisis ekonomi di negara-negara mereka. Buku ini cocok buat kamu yang sedang membangun bisnis dan perlu banyak bacaan soal mengatasi krisis.  

4. Podcast Indonesia Soal Ilmuwan Indonesia

Podcast Indonesia Soal Ilmuwan Indonesia

Kamu pernah mendengar nama Herawati Sudoyo? Seorang ilmuwan perempuan asal Indonesia yang berhasil meletakkan dasar pemeriksaan DNA forensik untuk mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 2004 silam. Saat itu pihak kepolisian ditantang untuk segera mengenali pelaku bom bunuh diri tersebut dan mengungkap kelompok mana yang berada di balik kejahatan yang menewaskan 10 orang dan membuat 180 orang luka-luka.

Dalam episode podcast Indonesia ini, dikisahkan bagaimana Herawati saat ini sibuk menangani pandemi COVID-19 di Lembaga Eijkman. Ia bercerita soal tantangan yang ia hadapi saat ini sebagai ilmuwan dan perjalanannya sebagai perempuan bekerja dan ibu dalam menggapai posisinya saat ini. 

Ia mengatakan bahwa sangat penting bagi tempat kerja untuk mendukung pekerja perempuannya karena mereka memiliki kondisi-kondisi yang berbeda dengan laki-laki, termasuk pekerjaan domestik yang dibebankan pada mereka. Nah, buat kamu yang sedang meniti karier sebagai ilmuwan, kamu wajib banget mendengarkan cerita dari Ibu Herawati ini.  

5. Rekomendasi Podcast Membahas Politik di Indonesia

podcast tentang politik indonesia

Obrolan soal politik Indonesia memang enggak ada habisnya. Tapi kalau berbicara soal perempuan dalam politik, isu ini masih kurang menjadi perhatian dalam masyarakat. Nah, salah satu tokoh yang sangat peduli dengan isu ini adalah Titi Anggraini dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). 

Kita sering mendengar bahwa panggung politik merupakan panggung super maskulin yang sangat patriarkal dan sering kali menghambat keterlibatan perempuan di sektor ini. Padahal, keterlibatan perempuan dalam panggung politik ini sangat penting, loh. Dampaknya sangat besar agar aspirasi-aspirasi perempuan dapat didengar oleh pemerintah. Nah, seperti apa sih tantangan yang dihadapi Titi dalam memperjuangkan keterwakilan perempuan dalam sektor ini? Langsung dengarkan saja podcast-nya ya.

6. Rekomendasi Podcast Soal Tips agar Bisnis Maju

Podcast membahas bisnis

Kamu sedang merintis bisnis atau baru mau memulai bisnis di tengah pandemi seperti ini? Kamu wajib mendengarkan podcast berisi wawancara dengan seorang pengusaha perempuan pendiri perusahaan Sari Ayu, Martha Tilaar beserta anaknya, Wulan Tilaar. Mereka menceritakan bagaimana mereka jatuh bangun membangun bisnis, dan terutama upaya-upaya mereka menavigasi perusahaan mereka di tengah-tengah krisis. 

Jauh sebelum krisis akibat pandemi COVID-19, perusahaan Sari Ayu telah melewati berbagai krisis ekonomi, termasuk pada 1998. Alih-alih terpukul, perusahaan malah meraup keuntungan. Bagaimana caranya? Simak podcastnya, ya. 

7. Podcast Indonesia tentang Menciptakan Ruang Kerja yang Ideal 

membuat ruang kerja ideal

Kamu yang baru mendapat pekerjaan mungkin bingung bagaimana seharusnya ruang kerja yang ideal untuk semua karyawan. Bagaimana dengan karyawan perempuan? Tentu saja perusahaan perlu memenuhi hak-hak pekerjanya seperti hak cuti haid, cuti hamil dan melahirkan, termasuk cuti ayah untuk para suami ketika istri mereka melahirkan.  

Nah, tentu saja hal ini masih agak sulit diterapkan, tetapi setidaknya kamu perlu tahu bagaimana lingkungan pekerjaan yang aman dan ideal tersebut. Yuk, dengarkan podcast-nya ya. Klik tautan di atas. 

8. Podcast yang Membahas Soal Kehidupan Pesantren

podcast membahas tentang pesantren

Orang tuamu sedang berpikir untuk mengirimkan adikmu untuk belajar ke pesantren? Kamu dan orang tuamu bisa banget mendengarkan episode podcast ini. Cerita yang diangkat berdasarkan  pengalaman dari Nyai Masriyah Amva, pemimpin Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Cirebon, Jawa Barat.

Awalnya Nyai Masriyah tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin pondok pesantren. Namun, karena suaminya meninggal dunia, ia terpaksa menggantikan sang suami untuk memimpin pondok pesantren tersebut. Awalnya banyak yang meremehkan Nyai Masriyah, tetapi ia tidak gentar dan terus maju, melakukan sejumlah terobosan sehingga pesantrennya ini sangat berkembang dan dikenal masyarakat luas. 

9. Podcast Tokoh Inspiratif dari Perusahaan Pan Brothers 

podcast tokoh inspiratif Pan Brothers

Ketika pandemi COVID-19 menimpa Indonesia, banyak perusahaan yang terkena dampaknya, terutama perusahaan padat karya seperti industri tekstil. Namun, PT. Pan Brothers, sebagai salah satu perusahaan tekstil besar di Indonesia, berhasil bertahan dan mengubah kondisi ini menjadi sebuah kesempatan. Hal ini terjadi, salah satunya, berkat aksi cepat tanggap Anne Patricia Sutanto selaku Vice CEO PT Pan Brothers.

Dalam episode ini, Anne menceritakan bagaimana fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi sangat penting diterapkan sebagai pemimpin. Yuk, dengarkan episode podcast Indonesia ini ya.

10. Rekomendasi Podcast Indonesia Tentang Industri Media

podcast tentang industri media

Dalam episode podcast ini, kita diajak melihat perkembangan industri media dari waktu ke waktu, berdasarkan pengalaman mantan wartawan senior yang sekarang menjadi konsultan bisnis, Gabriel Sugrahetty.

Mengawali kariernya sebagai reporter di Tempo pada tahun 1988, Hetty kemudian menduduki berbagai posisi serta divisi dalam perusahaan media ini. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, yang paling Hetty rasakan adalah bagaimana saat itu ruang redaksi masih sangat maskulin dan cenderung meremehkan perempuan. Walaupun tantangannya seperti itu, Hetty tetap tidak pantang menyerah dan terus berjuang. Nah, di sini juga Hetty berbagi tips bagaimana cara menghadapi kolega-kolega yang sering kali meremehkan kita. 

11. Podcast yang Membahas Pengembangan Karier

podcast tentang pengembangan karir

Buat kamu, teman-teman perempuan yang lagi galau ini mau melanjutkan karier atau memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, jangan takut dan gundah, kamu bisa mendengarkan episode podcast ini. Sebetulnya kamu tidak perlu memilih loh, kamu bisa menjalankan keduanya asal lingkungan dan keluargamu mendukung. Bagaimana ya caranya? Nah, dengarkan episode ini ya! 

12. Podcast yang Membahas Soal Perempuan Poso

podcast perempuan poso

Setelah peristiwa kerusuhan Poso, kita jadi bertanya-tanya, bagaimana sih keadaan masyarakat Poso saat ini? Ternyata cerita yang jarang kita dapatkan dari media adalah bagaimana dedikasi para perempuan Poso saling bahu-membahu membantu komunitas antarsuku dan agama. 

Keadaan ini dikisahkan oleh pendiri Institute Mosintuwu, Lian Gogali, yang baru menyadari bahwa mendengarkan itu juga berakar pada kemauan kita untuk memahami kehidupan sehari-hari lawan bicara kita. Ada juga ini beberapa tips dan cerita inspiratif dari Lian tentang perempuan-perempuan Poso. Sangat menyentuh dan inspiratif!

Read More

Gelap-Terang Rekam Jejak Aung San Suu Kyi dalam Politik Myanmar

Pada Senin (1/2) lalu, perempuan pemimpin nasional Myanmar peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi, serta Presiden U Win Myint ditangkap seiring kudeta pemerintahan oleh pihak militer.

Ini bukanlah kali pertama Suu Kyi dan presiden kesepuluh Myanmar itu ditangkap. Sejak 1989 hingga 2010, Suu Kyi sempat berkali-kali dijadikan tahanan rumah, sementara Win Myint telah beberapa kali dipenjara saat militer memerintah, salah satunya akibat protes terhadap penguasa yang ia lakukan pada 1988.

Meskipun National League for Democracy (NLD)—partai yang dipimpin Suu Kyi dan tempat Win Myint tergabung–berhasil menang telak pada pemilihan umum November lalu, militer Myanmar membuat narasi bahwa kemenangan tersebut adalah hasil penipuan. Dilansir BBC, ketegangan antara militer dan pemerintah telah lama berlangsung dan semakin menjadi seiring kekalahan partai yang digawangi militer, Union Solidarity and Development Party (USDP) di parlemen.

Akhirnya pada awal Februari ini, militer mengambil alih listrik di bawah komando Jenderal Ming Aung Hlaing, yang kini menjadi pemimpin Myanmar. Jalan menuju ibu kota, Naypidaw, dan Yangoon diblokade. Siaran dari saluran televisi lokal dan internasional diputus, sementara koneksi internet dan telepon juga dikendalikan militer. Bank pun dipaksa menghentikan kegiatannya. Seiring dengan kudeta ini, 24 menteri dan deputi dicopot dari jabatannya serta jam malam diberlakukan mulai dari pukul 20.00 hingga 6.00.  

Demokrasi Myanmar kembali di bawah ancaman karena keadaan ini. Sejumlah pemimpin negara lain mengecam kudeta militer di sana. Banyak warga Myanmar marah mendapati keadaan negara mereka tetapi sejauh ini, belum ada protes terlihat sebagaimana pada dekade-dekade lalu. Sebagian dari mereka takut berurusan dengan militer, terlihat dari orang-orang yang enggan menyebutkan nama mereka saat memberi testimoni pada BBC.

Awal Mula Perjuangan Aung San Suu Kyi Meraih Demokrasi

Seperti sejumlah perempuan pemimpin di Asia, termasuk Indira Gandhi, Benazir Bhutto, dan Megawati Soekarnoputri, Suu Kyi adalah putri pemimpin negara. Perempuan kelahiran 19 Juni 1945 ini merupakan putri dari Jenderal Aung San, pejuang kemerdekaan yang secara de facto menjadi pemimpinBurma (nama negara sebelum menjadi Myanmar). Aung San mati dibunuh pada tahun 1947 bersama enam orang lainnya dalam rapat dewan eksekutif (pemerintah bayangan yang dibentuk Inggris sebelum transfer kekuasaan) sekitar enam bulan sebelum Burma merdeka.

Baca juga: Perempuan Pembela HAM Mangsa Empuk Kekerasan

Sejak tahun 1960, Suu Kyi tinggal di India seiring penunjukan ibunya sebagai duta besar Myanmar di sana. Pada 1964, Suu Kyi melanjutkan studi di Inggris bidang Filsafat, Ekonomi, dan Politik di St. Hugh’s College of Oxford Academy, lalu meraih gelar PhD dari School of Oriental and African Studies, University of London pada 1985. Saat di Inggrislah ia bertemu dengan Michael Aris, akademisi Inggris yang kemudian menjadi suaminya.

Ia sempat hendak melanjutkan studi di New York, AS, pada 1969, tetapi menundanya karena memilih bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).    

Pada 1988, Suu Kyi pulang ke Myanmar karena ibunya jatuh sakit, sementara suami dan anak-anaknya tetap tinggal di Inggris. Kala itu, militer sudah berkuasa sejak tahun 1962. Pada tahun kepulangan Suu Kyi, terjadi pembunuhan massal terhadap warga yang memprotes pemerintahan militer di bawah U Ne Win seiring munculnya krisis ekonomi dan politik. Hal itulah yang mendorong Suu Kyi untuk bangkit bersuara dan memperjuangkan demokrasi serta hak asasi manusia di sana dengan jalan nonkekerasan.

Aung San Suu Kyi Menjadi Tahanan Rumah dan Terancam

Pada 1989, Suu Kyi bersama beberapa orang lainnya yang juga pro-demokrasi mendirikan NLD dan menjabat sebagai sekretaris jenderal. Partai tersebut menjalin kerja sama dengan beberapa partai politik berbasis etnis seperti Shan Nationalities League for Democracy (SNLD) dan Arakan League for Democracy (ALD) untuk membangun rekonsiliasi nasional.

Pada 20 Juli 1989, Suu Kyi dijadikan tahanan rumah di Rangoon (sekarang Yangoon) tanpa diadili. Pemerintah militer sempat menawarkan kebebasan untuknya asalkan ia hengkang dari Myanmar, tetapi Suu Kyi menolak sampai militer mau membebaskan tahanan politik dan mengembalikan kekuasaan pada pemerintahan sipil.

Tahun berikutnya, NLD memenangi Pemilu dan meraih lebih dari 80 persen kursi parlemen, tetapi pemerintahan militer tidak mau mengakui hal tersebut dan lanjut menguasai negara sampai tahun 2011. Berita mengenai Hadiah Nobel Perdamaian kepada Suu Kyi pada 1991 semakin membuatnya ditekan oleh pemerintah militer.

Pada 1995, Suu Kyi sempat dibebaskan. NLD kembali menunjuknya sebagai sekretaris jenderal partai tersebut, mengabaikan larangan dari pemerintah untuk mengganti siapa pun di posisi kepemimpinan partai. Pada tahun inilah Suu Kyi terakhir kali melihat suaminya karena setelah itu, izin berkunjung ke Myanmar yang Aris ajukan berkali-kali ditolak pemerintah. Tahun 1999, Aris meninggal di Inggris karena kanker dan tanpa kehadiran Suu Kyi yang masih berada dalam situasi pelik. 

Baca juga: Alami Intimidasi dan Kekerasan, Perempuan Pembela HAM Harus Dilindungi

Suu Kyi terus aktif menyuarakan demokrasi walaupun aktivitasnya sangat dibatasi pemerintah sejak 1997. Pada 2000 sampai 2002, Suu Kyi kembali menjadi tahanan rumah karena melanggar larangan militer baginya untuk meninggalkan Rangoon. Setelah dibebaskan, Suu Kyi memang bisa bepergian ke beberapa kota, tetapi tetap diawasi pemerintah.

Serangan dari pihak pro-pemerintah kepadanya kembali muncul pada 2003 ketika NLD berkonvoi di Depayin. Dalam kerusuhan antara pihak NLD dan pendukung pemerintah, sejumlah orang tewas. Karena kejadian itu, Suu Kyi ditahan di penjara Insein, Rangoon, kemudian lagi-lagi menjadi tahanan rumah. Awalnya, masa tahanan Suu Kyi berlangsung sampai 2007, tetapi militer memperpanjangnya berkali-kali sampai akhirnya ia dibebaskan pada November 2010.

Tahun 2009, seorang laki-laki Amerika bernama John Yettaw sempat nekat berenang sejauh 2 kilometer menyeberangi Danau Inya menuju rumah Suu Kyi untuk bertemu dengannya. Kendati Suu Kyi tidak mau menemuinya dan meminta dia untuk pergi, Yettaw memohon untuk tinggal sejenak karena kelelahan.

Akibat kejadian ini, hukuman untuk Suu Kyi diperpanjang. Sejumlah upaya di pengadilan untuk mengadvokasi Suu Kyi dilakukan, tetapi pemerintah tetap bersikukuh menghukumnya. Suu Kyi bahkan sempat dijatuhi vonis penjara tiga tahun karena insiden Yettaw, tetapi hukuman tersebut diganti menjadi 18 bulan tahanan rumah.  

Suu Kyi Tak Bisa Jadi Presiden

Tahun 2012, pada pemilu sela, yang khusus diadakan di antara pemilu reguler saat ada jabatan politik yang kosong, Suu Kyi dan NLD meraih 43 kursi dari total 45 kursi di parlemen, membuatnya menjadi pemimpin pihak oposisi. Kemenangan pun kembali diraihnya atas partai militer pada 2015, tetapi ia tidak bisa menjadi pemimpin negara karena

memiliki anak-anak berkebangsaan Inggris. Meski demikian, Suu Kyi tetap dipandang sebagai pemimpin Myanmar secara de facto.

Di tengah kepemimpinan presiden yang sekarang menjabat (sampai sebelum kudeta), Suu Kyi berperan sebagai penasihat negara (state counselor). Posisi ini disahkan secara hukum oleh presiden kesembilan Myanmar, Htin Kyaw pada 2016.

Posisi yang diduduki Suu Kyi ini dianggap setara dengan posisi perdana menteri dan berpotensi lebih kuat dibanding posisi presiden. Sementara mayoritas warga menyambut baik peran Suu Kyi tersebut, pihak militer menolak mengakui undang-undang yang melegalisasi posisi penasihat negara. 

Baca juga: Meneladani Kepemimpinan Jacinda Ardern di Tengah Pandemi

Aung San Suu Kyi Dikecam Masyarakat Global Karena Masalah Rohingya

Selain Hadiah Nobel Perdamaian, Suu Kyi juga sempat menerima gelar kehormatan Freedom of the City of Oxford pada 1997, diikuti dengan gelar yang sama dari beberapa kota lainnya di Inggris Raya, karena ia dianggap berjasa menentang penindasan militer di negaranya. 

Suu Kyi juga menerima honorary degree dari banyak universitas di berbagai negara, serta gelar warga negara kehormatan dari pemerintah Kanada pada 2007. Tahun 2009, Amnesty International memberikan penghargaan tertinggi Ambassador of Conscience Award kepadanya.

Sejak 2017, situasi berubah 180 derajat. Konflik etnoreligius terjadi di negara bagian Rakhine dan menyebabkan tewasnya banyak warga Rohingya, kelompok Muslim minoritas di Myanmar. Seiring dengan itu, ratusan ribu warga Rohingya dipaksa meninggalkan Rakhine dalam operasi militer dan mayoritas hidup terkatung-katung sebagai pengungsi di beberapa negara.

Pihak militer memegang peran besar dalam pembersihan etnis Rohingya dan Suu Kyi dianggap menutup mata terhadap kejadian tersebut. Kegagalan Suu Kyi dalam menghentikan pembunuhan massal, pemerkosaan, dan banyak pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya pada akhirnya mendorong berbagai pihak untuk menarik simpati terhadap Suu Kyi, bahkan mencopot penghargaan-penghargaan yang pernah diterimanya.

Dalam kurun 2017-2018, Suu Kyi telah kehilangan gelar Freedom of the city dari sejumlah kota, Elie Wiesel Award dari United States Holocaust Memorial Museum, Honorary Presidency dari London School of Economics, serta UNISON honorary membership (serikat perdagangan). Pemerintah Kanada juga mencabut gelar warga negara kehormatannya pada 2018. Pada tahun yang sama, Amnesty International pun mencopot gelar yang pernah mereka berikan pada Suu Kyi.

Nama Suu Kyi, yang sempat dijadikan titel junior common room di St. Hugh, University of Oxford, dicabut, begitu juga dengan lukisan wajahnya yang dipajang di sana. Ratusan ribu orang telah menandatangani petisi untuk meminta Yayasan Nobel untuk mencabut Hadiah Nobel Perdamaian yang dimiliki Suu Kyi, tetapi permintaan tersebut ditolak.

Penangkapan Suu Kyi saat ini membelah opini publik menjadi dua. Sebagian menyayangkan hal tersebut terjadi karena itu menandakan cederanya demokrasi yang sudah susah payah dibangun di sana. Namun, sebagian lainnya tidak merasa bersimpati, bahkan malah merayakan penangkapan Suu Kyi tersebut, seperti yang dilakukan pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Foto diambil dari Post-Conflict Research Center.

Read More

7 Rekomendasi Drama Korea dan Serial TV Soal Perempuan Pemimpin

Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) adalah salah satu tokoh perempuan pemimpin dalam budaya populer yang paling digemari untuk kategori serial televisi. Ibu para naga dari serial Game of Thrones ini dikagumi sebagai pemimpin yang pro-rakyat kecil yang berjanji untuk memusnahkan dinamika penindasan dari masyarakat berprivilese kepada yang lemah. Meskipun begitu, beberapa episode terakhir dari serial tersebut mengundang banyak kekecewaan dari penonton akibat pilihan yang dibuat karakter Clarke, yaitu memusnahkan Kings Landing.

Mengutip The Washington Post dalam “Game of Thrones, Daenerys Targaryen Faces a Sexist Double Bind  Like So Many Female Leaders”, sebelum mengambil keputusan itu, Targaryen mengalami double bind, istilah untuk menjelaskan peristiwa cibiran yang diterima perempuan saat mengadopsi “karakteristik tradisional seorang pemimpin” karena bias gender.

Jika perempuan pemimpin menunjukkan sisi “maskulin” dalam kepemimpinan akan diberi cap agresif dan terlalu ambisius. Sedangkan jika mengambil jalan “lebih lembut” akan dinilai tidak efektif untuk posisi tersebut.

Mengutip Christina Fattore, akademisi dari West Virginia University Eberly College of Arts and Sciences, dalam Gender Affects Leadership Style on Game of Thrones, Especially Daenerys Targaryen’s, Says Political Scientist: “Daenerys tidak menjadi seorang anti-feminis ketika menggunakan berbagai cara untuk merebut ‘The Iron Throne’. Melainkan, ia sama saja seperti pemimpin lainnya dengan berbagai strategi untuk meraih kesuksesan”.

Selain Targaryen, dari serial televisi Barat hingga drama Korea (drakor), banyak sosok perempuan dengan pengalaman berbeda saat menjadi pemimpin. Berikut tujuh rekomendasi drakor dan serial televisi dengan karakter perempuan pemimpin.

Baca juga: Perempuan Banyak Hadapi Sandungan dalam Dunia Sains di Indonesia

1. Brooklyn Nine-nine (2013 – )

Brooklyn Nine-nine

Amy Santiago (Melissa Fumero) adalah seorang detektif yang teliti, teratur, dan cerdas dalam menyelesaikan kasus. Sejak awal Santiago selalu menginginkan pengakuan dari kaptennya, Raymond Holt (Andre Braugher) dan ingin menjadi sersan untuk memimpin tim kepolisiannya sendiri. Dengan dukungan orang terdekat dan rekan kerjanya, Santiago berhasil menjadi sersan. Namun, ia menghadapi tantangan baru dan harus memikirkan cara menjadi pemimpin baik dan bekerja dengan orang-orang baru.

2. Empire (2015-2020)

Serial TV pemimpin perempuan  Empire (2015-2020)

Drama televisi ini mengisahkan tentang keluarga pemilik perusahaan musik Empire Entertainment. Pemeran utama memang CEO perusahaan, Lucious Lyon (Terrence Howard), tapi Cookie Lyon (Taraji P. Henson), mantan istri Lyon, merebut perhatian karena sosoknya yang tangguh danblak-blakan. Serial ini melibatkan plot tentang skandal narkoba yang membuat karakter Henson dipenjara. Setelah bebas, Cookie mencoba kembali menyatukan keluarganya dan mendirikan perusahaan rekamannya sendiri, Lyon Dynasty. Namun, pada akhirnya dia kembali ke perusahaan Empire sebagai CEO.

Baca juga: Drakor ‘Start-Up’ Beri Pelajaran Soal Pemimpin Perempuan

3. Serial TV Tentang Perempuan Pemimpin: The Crown (2016 – )

Serial TV tentang perempuan pemimpin ini yang diadaptasi dari kehidupan Ratu Elizabeth II serta peristiwa historis kerajaan Inggris menampilkan bagaimana sang Ratu menjadi perwajahan negara. Dua musim pertama, Ratu Elizabeth diperankan oleh Claire Foy, sementara musim ketiga dan keempat diperankan Olivia Colman. Serial menceritakan mulai dari Elizabeth naik tahta menjadi Ratu Kerajaan Inggris pada 1952 hingga isu personal, seperti pernikahan Pangeran Charles (Josh O’Connor) dengan Lady Diana Spencer (Emma Corin). The Crown juga menampilkan tokoh perempuan pemimpin Inggris lainnya, Margaret Thatcher yang diperankan Gillian Anderson.

4. Hotel del Luna (2019)

Aktris dan penyanyi IU memerankan Jang Man-Wol, pemilik Hotel del Luna, penginapan untuk para arwah yang masih memiliki urusan di bumi. Jang Man-Wol bukan arwah maupun manusia, ia menjadi pemilik hotel karena jiwanya harus membayar dosa-dosa besar yang pernah dilakukannya. Tokoh yang diperankan IU matre, cuek, dan penuh prasangka terhadap orang atau situasi tertentu. Namun, perlahan-lahan ia mulai berubah, meskipun tidak drastis, dengan bantuan manajer hotel, Koo Chan-Sung, seorang manusia. Drama ini mengisahkan petualangan mereka dalam membantu arwah menyelesaikan urusan duniawi agar bisa pergi ke akhirat dengan tenang.

5. Drakor Tentang Pemimpin Perempuan: Search WWW (2019)

Drama Korea Search WWW menampilkan tiga tokoh perempuan kuat, Bae Ta-mi, Cha Hyeon, dan Song Ga-kyeong, yang bekerja di perusahaan web portal terkemuka. Karakter utama Bae Ta-mi, pemimpin perusahaan Unicorn menarik perhatian banyak orang karena  perilakunya yang kompetitif dan ambisius. Namun, akibat perselisihan di kantornya, Bae Ta-Mi pindah ke perusahaan saingan, Barro. Drama ini tentu saja memiliki bumbu-bumbu romantis antara Bae Ta-Mi dan Park Mo-Gun, seorang komposer musik.

Baca juga: Perempuan Pemimpin dalam Film: Kurang Representasi, Diseksualisasi

6. Rekomendasi Serial TV Soal Perempuan Pemimpin: Crash Landing on You (2019-2020)

Rekomendasi Serial TV Soal Perempuan Pemimpin: Crash Landing on You

Crash Landing on You ini sangat hit sejak akhir 2019 hingga memasuki 2020. Drama Korea ini adalah tentang kisah romantis pengusaha muda Yoon Se-ri dan kapten tentara Korea Utara Ri Jeong-Hyeok, yang bertemu saat Yoon Se-ri tanpa sengaja terdampar di Korut. Selain tentang mereka berdua, drama ini juga bercerita tentang upaya yang dilakukan Yoon Se-ri pulang ke rumahnya dan pergulatan mengambil kembali posisinya sebagai pemilik perusahaannya, Se-ri’s Choice.

7. Drakor dengan Tema Perempuan Pemimpin: Start-Up (2020)

Start-Up terkenal dengan perang cinta segitiga antara Seo Dal-mi (Bae Suzy), Han Ji-pyeong (Kim Seon-ho), dan Nam Do-san (Nam Joo-hyuk). Namun, perjalanan Seo Dal-mi sebagai perempuan muda ambisius yang bermimpi untuk membangun perusahaannya sendiri menjadi plot cerita yang tidak kalah saing. Seo Dal-mi juga digambarkan sebagai pemimpin yang mendahulukan kepentingan tim dan tidak takut kritik. Berkat kerja keras, fokus, dan berpendirian teguh untuk mencapai keinginannya, ia mampu menjadi CEO Samsan Tech dan Cheonmyeong Company. 

Read More
anak perempuan pemimpin

4 Cara Mendidik Anak Perempuan Sejak Dini Untuk Jadi Pemimpin

Sedari kecil, anak-anak perempuan Indonesia kerap dididik untuk menjadi seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping laki-laki yang akan jadi pemimpin keluarganya sehingga mereka diajarkan untuk patuh dan kerap kali dibungkam suaranya. Dampak dari pola pendidikan kepada anak perempuan seperti ini menjadikan mereka sebagai sosok yang pasif atau pengikut alih-alih sebagai seorang pemimpin. Hal ini sangat berdampak pada keberhasilan pembangunan sumber daya manusia berkelanjutan di Indonesia.

Berdasarkan Indeks Kesetaraan Gender yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) pada 2019, dinyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 103 dari 162 negara, terendah ketiga se-ASEAN. Lebih lanjut, di dalam laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan UN Women per September 2020, dinyatakan bahwa perempuan Indonesia bahkan memiliki pendapatan 23 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki dan perempuan hanya menempati seperempat dari pekerjaan manajerial dan penyelia yang bergaji tinggi.

Untuk memperbaiki situasi tersebut, diperlukan adanya perubahan mulai dari level terkecil masyarakat, yakni keluarga.  Para orang tua memiliki andil besar untuk mengajarkan anak-anak perempuannya untuk berani bermimpi akan menjadikan mereka sadar bahwa mereka berhak memilih jalan hidupnya sendiri. Mereka pun perlu diyakinkan bahwa kesempatan untuk meraih beragam hal dapat terbuka sebagaimana hal ini dirasakan oleh anak-anak laki-laki.  

Bagaimana cara orang tua dapat mendidik anak perempuan untuk jadi pemimpin di kemudian hari

1. Bebaskan anak memilih mainannya

Hal pertama dan krusial yang dapat kita lakukan adalah menerapkan permainan bebas gender. Seperti dikatakan oleh feminis kelahiran Inggris, Ann Oakley, perempuan telah dibentuk sesuai dengan peran gendernya mulai dari pemberian mainan kepada mereka sejak kecil. Mereka diberikan boneka atau mainan masak-masakan dan dilarang memainkan mainan khusus laki-laki seperti mobil.

Dari sinilah sebenarnya anak perempuan sudah mulai menginternalisasi peran gender tradisional sesuai ekspektasi masyarakat. Maka dari itu, para orang tua dan orang dewasa perlu membebaskan anak dalam memilih mainan mereka sejak kecil. Ini bertujuan supaya mereka tidak terpaku pada pembagian peran gender kaku yang kelak menghambat mereka bercita-cita dan meraih kesempatan seperti yang dimiliki laki-laki.

2. Ceritakan tentang sosok-sosok perempuan pemimpin

Selain membebaskan mereka dalam memilih mainan sendiri, hal selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah dengan mulai memperkenalkan anak perempuan pada sosok-sosok perempuan pemimpin. Orang tua bisa menceritakan tentang tokoh-tokoh perempuan pemimpin yang berada dalam lingkungan keluarga, pesohor lokal maupun internasional, atau perempuan pahlawan.

Dibanding menceritakan tentang sosok-sosok putri dalam banyak dongeng yang menunggu laki-laki penyelamat hadir dalam hidupnya, anak perempuan dapat menyerap lebih banyak nilai positif yang mendorong kepemimpinan mereka kelak dari cerita tentang teladan tokoh perempuan tadi.

Baca juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Selain itu, dengan memperkenalkan mereka pada tokoh perempuan pemimpin, kita dapat membuka ruang diskusi yang lebih luas dengan anak perempuan mengenai kepempimpinan itu sendiri. Dari sinilah kita dan anak akan mengeksplorasi lebih jauh definisi dari kepemimpinan perempuan.

Dengan demikian, kepemimpinan tidak lagi dilihat sebagai sebuah peran gender tertentu saja. Hal itu bisa dipandang sebagai suatu sikap yang kita ambil untuk menemukan jalan keluar atas suatu masalah dan menemukan kekuatan kita sendiri.

Kepemimpinan perempuan pun tidak hanya terbatas mengenai bagaimana perempuan menjadi seorang pemimpin.  Tetapi, hal ini juga tentang bagaimana seorang perempuan memanfaatkan nilai-nilai feminin–yang sering kali dipandang sebagai kelemahan oleh banyak orang–yang dimilikinya sebagai suatu kekuatan. Misalnya, terkait nilai empati yang bisa membuahkan hasil positif ketika seseorang bekerja sama dengan orang lain atau saat hendak mengakomodasi kebutuhan sesama gendernya atau orang-orang termarginalkan.

3. Ajari mereka untuk berani bersuara

Setelah mengajarkan anak perempuan tentang tokoh-tokoh perempuan pemimpin dan berdiskusi bersama mereka tentang kepemimpinan perempuan, hal yang kemudian yang dapat kita lakukan adalah mengajarkan mereka untuk berani bersuara.

Keberanian bersuara merupakan kemampuan pemimpin yang krusial. Hal ini dikarenakan kemampuan komunikasi yang baik akan menciptakan sosok pemimpin yang mampu mengubah dan mendorong perubahan di dalam hidupnya sendiri dan juga orang lain. Bagi anak perempuan, keberanian bersuara atau mengungkapkan pendapat penting diajarkan sejak kecil karena di banyak lingkungan kerja, suara perempuan masih sering disepelekan atau bahkan diinterupsi oleh bos atau rekan laki-laki hanya karena gender mereka. Padahal, gagasan mereka tidak kalah baik dibanding lawan jenisnya.

Jadi, ajari anak perempuan untuk berani dalam menyuarakan pendapatnya, apa pun itu. Apakah pendapat mereka bisa diterima atau tidak itu adalah urusan lain, namun yang terpenting adalah memberikan kesempatan bersuara agar mereka percaya diri untuk melakukan hal serupa di masyarakat nantinya. Berikan anak perempuan pengertian bahwa selama kita tidak berani bersuara atas diri kita sendiri, maka perubahan tidak akan pernah dapat dicapai, termasuk perubahan atas situasi tidak adil yang sering menimpa perempuan.

4. Dorong anak perempuan berpikir logis dan kritis

Membiasakan anak perempuan untuk berani bersuara adalah satu hal, tetapi yang tidak boleh dilepaskan dari pendidikan tersebut adalah melatih mereka untuk berpikir logis dan kritis dengan cara mendorong rasa ingin tahu mereka.

Melatih anak untuk berpikir logis dan kritis memang bukan hal mudah, apalagi dengan adanya budaya patriarkal di Indonesia yang mengajarkan anak perempuan untuk patuh dan menelan mentah-mentah ajaran orang dewasa, terutama laki-laki. Akan tetapi, hal ini tetap dapat diupayakan dengan cara mencoba menjawab setiap pertanyaan yang muncul dari rasa penasaran mereka. Bila kita tidak mampu menjawabnya, kita bisa mengajaknya bersama mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, internet, atau pendapat pakar dan orang berpengalaman.

Baca juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Menjaga api keingintahuan anak penting karena hal tersebut akan menjadi motor penggerak mereka dalam mempelajari banyak hal baru. Mereka pun akhirnya akan terbuka untuk ide-ide dan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, dengan mendorong rasa ingin tahu mereka, anak-anak perempuan nantinya akan terbiasa untuk berpikir logis dan kritis menyangkut suatu kejadian atau situasi yang mereka alami sehingga mereka tidak akan serta merta membeo saja pada pernyataan mayoritas orang. Hal inilah yang nantinya dapat mendorong anak perempuan jadi pemimpin yang cekatan dan dapat mengambil keputusan atau solusi yang tepat karena logika berpikir mereka sudah terbentuk dengan baik.

Jasmine Floretta V.D adalah seorang BTS ARMY dan pencinta kucing garis keras. Sedang menjalani studi S2 di Kajian Gender UI  dan memiliki minat mendalam pada kajian tentang penggemar dan isu terkait peran ibu.

Read More