Pahlawan Perempuan Berjuang di Berbagai Daerah

5 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Perjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia tidak serta-merta lahir hanya dari jerih payah para laki-laki saja, namun terdapat andil pahlawan perempuan juga di dalamnya. Sejak dahulu, perempuan juga sudah banyak berperan dalam berbagai gerakan untuk membebaskan bangsa ini dari cengkeraman penjajahan Belanda. Mereka dengan berani serta gigih berjuang di garis terdepan dan membantu dengan segala cara mereka.

Pahlawan Perempuan Berjuang di Berbagai Daerah

Pahlawan Perempuan Berjuang di Berbagai Daerah

Dari Sabang sampai Merauke, banyak sekali patriot-patriot perempuan yang siap berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda serta Jepang. Tidak hanya di garis depan memegang senjata, mereka juga pandai mengatur strategi serta membantu menyuplai perbekalan para tentara yang berjuang di medan perang.

Walaupun dahulu mereka tidak mengenal istilah feminisme dan kesetaraan gender, para perempuan ini hanya memiliki satu tujuan yaitu merdeka. Mau laki-laki atau pun perempuan, mereka bekerja sama agar cita-cita untuk merdeka tercapai. Sebagai generasi penerus bangsa, kita perempuan juga perlu banyak belajar dari cerita-cerita para pahlawan perempuan Indonesia. Maka dari itu, berikut ini beberapa nama pahlawan perempuan beserta keahlian mereka, yang perlu kamu ketahui. 

1. Panglima perang perempuan pertama Laksamana Malahayati

nama pahlawan perempuan indonesia Laksamana Malahayati

Siapa sangka Indonesia memiliki seorang laksamana perempuan. Ia bernama Keumalahayati, atau lebih dikenal sebagai Laksamana Hayati. Ia seorang alumni Akademi Ketentaraan Kesultanan Aceh Darussalam Ma’had Biatul Makdis, yang dilatih oleh instruktur perang dari Turki.

Baca Juga: 6 Perempuan Muslim yang Sukses Mendobrak Bidang STEM

Laksamana Hayati merupakan perempuan panglima perang pertama di Nusantara. Saat itu, sebelum kolonialisme masuk ke Indonesia, prajurit perempuan merupakan hal yang biasa dimiliki oleh kerajaan.

Ketika suaminya, Laksamana Zainal Abidin, meninggal dalam perang melawan Portugis di Teluk Haru, Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam perang.

Ia pun diangkat menjadi pemimpin pasukan Inong Balee dengan pangkat Laksamana.

Laksamana Malahayati bersama dengan pasukannya pun berhasil memukul mundur Belanda pada 1559 dan menyebabkan tewasnya salah satu pemimpinnya, Cornelis De Houtman.

2. Jeane D’Arc asal Indonesia Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu adalah remaja perempuan berusia 17 tahun yang melawan penjajahan Belanda di daerah Maluku. Christina lahir pada 4 Januari 1800 sebagai anak pertama dari Kapitan Paulus Tiahahu, seorang pemimpin tentara rakyat Maluku. Ia sangat dekat dengan ayahnya, bahkan sang ayah mewariskan keahlian berperang dan menggunakan tombak pada Christina.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Pengusaha Perempuan Pantang Menyerah

Dengan berani, Martha mendampingi sang ayah memimpin pasukan di Pulau Nusalaut, Saparua. Ia juga turut andil dalam membakar semangat para perempuan Maluku lainnya untuk angkat senjata ddalami perang ini. Walaupun sempat menjatuhkan Benteng Duurstede bersama dengan kepemimpinan Pattimura, bagaimanapun juga laskar rakyat Maluku tetap kalah jumlah.

Ayah Martha ditangkap lalu dijatuhi hukuman mati. Nasib Martha sendiri awalnya dibebaskan namun, kembali ditangkap  lalu dipekerjakan paksa sebagai budak di Pulau Jawa. Dalam perjalanan di kapal, kondisi kesehatan Martha memburuk dan ia menolak untuk diobati dan makan. Akhirnya ia meninggal dunia pada tahun 1818.

3. Cut Meutia

pahlawan perempuan indonesia cut meutia

Lahir di Keureutoe, Pirak Timur, Aceh Utara pada 15 Februari 1870, Cut Meutia adalah salah satu Pahlawan Nasional asal Aceh. Perlawanan Cut Meutia melawan penjajahan Belanda berawal dari membantu sang suami Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Sebelum meninggal dunia, Tjik Tunong memberikan wasiat pada teman dekatnya, Pang Nangroe agar bersedia menikahi istrinya dan merawat anak mereka.

Cut Meutia akhirnya menikah dengan Pang Naggroe dan kembali berjuang di medan perang. Pang Nanggroe gugur pada 26 September 1910. Setelah itu Cut Meutia kembali melanjutkan perjuangan bersama dengan pasukan yang tersisa. Ia berhasil menyerang dan merampas pos-pos Belanda sambil bergerak maju melalui hutan belantara. Pada 24 Oktober 1910, Cut Meutia akhirnya gugur dalam bentrokan di Alue Kurieng.

4. Pahlawan perempuan ahli strategi Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang lahir pada tahun 1762. Ia merupakan keturunan Sunan Kalijaga yang mendapat wilayah di Serang.  Sejak ia kecil, Nyi Ageng Serang menyukai latihan bela diri serta strategi perang. Ia menjadi orang kepercayaan Pangeran Diponegoro dalam tiap serangan dalam Perang Jawa. Perang ini merupakan perang yang paling berpengaruh dalam membuat VOC atau kongsi dagang Belanda bangkrut.

Baca Juga: Perempuan Pemimpin dalam Film: Kurang Representasi, Diseksualisasi

Biang keladinya? Tentu saja Nyi Ageng Serang dan pasukannya, Semut Ireng. Taktik gerilya yang berhasil memorak-porandakan pasukan VOC menjadi salah satu inspirasi Jenderal Sudirman dan digunakan pada perang revolusi.

Nyi Ageng Serang juga dikenal dengan kesaktiannya dengan memberikan azimat lempeng logam yang dibalut ayat-ayat Al-Qur’an (rajah), dan banyak orang berguru padanya untuk mendapatkan ilmu strategi perang dan hal spiritual.

5. Erna Djajadiningrat

pahlawan perempuan indonesia Erna Djajadiningrat

Perjuangan memerdekakan Indonesia tidak bakal berjalan mulus kalau tidak ada bantuan logistik untuk para prajurit. Hal ini tidak akan berhasil tanpa bantuan pasokan makanan dari Erna Djajadiningrat, seorang pahlawan perempuan dari Jawa Barat, bersama dengan organisasi Wani (Wanita Indonesia) yang didirikan pada 1945 bersama dengan Maria Ulfah beserta Suwarni Pringgodigdo.

Ia merupakan keturunan bangsawan Serang, Jawa Barat, dan di masa kemerdekaan ia membantu di bagian dapur umum untuk memasok logistik untuk para prajurit di garis depan. Dapur umum Wani bertugas untuk memasok nasi bungkus  untuk beratus-ratus prajurit badan keamanan rakyat. Ketika rumahnya ditembaki tentara Belanda, NICA, ia tidak panik, malah sangat tenang sampai-sampai ia dijuluki sebagai si nona keras kepala.

Ketika Belanda mencium gelagat bahwa organisasi Wani membantu menyuplai Logistik untuk garis depan, Belanda pun melarang kegiatan mereka. Tidak tinggal diam, Erna mengubah nama Wani menjadi PSKP (Panitia Sosial Korban Politik) dan tetap melakukan kegiatan dapur. Tidak hanya itu PSKP juga menangani pembebasan para pejuang yang ditahan Belanda.

Read More
Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan asal Yogyakarta

6 Pahlawan Perempuan Indonesia Beserta Asalnya yang Perlu Kamu Ketahui

Kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan perempuan dapat terwujud berkat para perempuan hebat di masa-masanya. Terlepas dari norma-norma masyarakat yang membuat perempuan susah untuk mendapatkan pendidikan dan berdikari, banyak pahlawan perempuan yang sangat berjasa dalam kemajuan kaum perempuan.

Pahlawan Perempuan dari Berbagai Daerah Indonesia

Sering kali kita hanya berfokus pada daerah Jawa dalam konteks perjuangan para pahlawan perempuan Indonesia. Padahal, banyak sekali pahlawan-pahlawan perempuan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan kaum perempuan di daerah mereka. Berikut ini beberapa pahlawan perempuan ini perlu kamu ketahui cerita dan juga asalnya.

1. Andi Depu Pahlawan Perempuan asal Mandar, Sulawesi Barat

Andi Depu

Andi Depu lahir di Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Perempuan yang bernama lengkap Andi Depu Maraddia Balanipa ini sempat merasakan bangku pendidikan hingga tingkat Volkschool (Sekolah Rakyat). Pada tahun 1939, ia diangkat menjadi Raja Balanipa ke-52 dan hal ini mempertegas posisinya untuk melawan Belanda.

Baca Juga: 6 Perempuan Muslim yang Sukses Mendobrak Bidang STEM

Ia tidak lama duduk dalam tampuk kekuasaan karena memilih untuk berjuang bersama rakyat di luar istana. Dengan berani serta gigih, Andi Depu berhasil mempertahankan daerahnya dari serangan Belanda.

Aksinya yang paling diingat adalah ketika ia berani menaikkan bendera merah putih di depan istananya, meskipun Belanda sudah mengancam dan mengepungnya sedemikian rupa pada 28 Oktober 1945

2. Ruhana Kudus Pahlawan asal Koto Gadang, Sumatra Barat

Ruhana Kudus

Lahir di Koto Gadang, Sumatra Barat, Ruhana Kudus adalah wartawan perempuan Indonesia dan aktif dalam dunia pendidikan. Ruhana giat menulis dalam surat kabar perempuan, Poetri Hindia. Saat Belanda membredel media tersebut, Ruhana turut mendirikan surat kabar bernama Sunting Melayu, yang juga tercatat sebagai  koran perempuan pertama di Indonesia.

Meskipun ia tidak bisa mendapatkan pendidikan secara formal, Ruhana belajar dengan tekun dari ayahnya yang rajin membawakan bahan bacaan dari kantor. Semangatnya yang tinggi untuk belajar hal-hal baru membuat Ruhana mudah menyerap segala pelajaran. Ia belajar membaca, menulis, lalu bahasa Belanda hingga aksara Arab. Ketika mengikuti ayahnya dinas ke Alahan Panjang, Ruhana  bertetangga dengan seorang pejabat Belanda, yang istrinya mengajari Ruhana segala bentuk kerajinan tangan.

Dengan hal-hal yang ia pelajari itu, Ruhana pun kembali ke kota asalnya dan mendirikan sebuah sekolah bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah ini mengajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, serta mengelola keuangan, baca tulis, hingga bahasa Belanda. Saat itu masih banyak yang menentang keberadaan sekolah ini, namun Ruhana tetap tegar dan terus berjuang untuk kemajuan para perempuan.

3. Dewi Sartika Pahlawan Perempuan asal Jawa Barat

Dewi Sartika pahlawan perempuan asal Jawa Barat

Ia lahir di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Saat masih anak-anak,  Dewi Sartika suka bermain peran sebagai guru dengan teman-temannya. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika tinggal bersama pamannya, dan mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda dari sang paman. 

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan Islam Indonesia yang Membumi

Pada tahun 1904, Dewi Sartika mendirikan sebuah sekolah bernama Sakola Istri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah itu kemudian dipindahkan ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Kaoetaman Istri pada 1910. Sekolahnya semakin berkembang dan di tahun 1912, ia sudah memiliki sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Pada tahun 1920, lembaga ini berkembang menjadi satu sekolah di setiap kota dan kabupaten. Sembilan tahun kemudian, sekolah tersebut berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi.

4. Maria Walanda Maramis pahlawan perempuan asal Minahasa, Sulawesi Utara

Pahlawan perempuan Maria Walanda Maramis

Perempuan bernama lengkap Maria Josephine Catherine Maramis ini lahir di Kema, Minahasa Utara pada 1 Desember 1872. Setiap 1 Desember, orang-orang Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis yang dikenal sebagai tokoh pahlawan perempuan yang memperjuangkan kemajuan perempuan.

Ketika ia pindah ke Manado, Maria mulai aktif mengirimkan artikel opini ke surat kabar lokal bernama Tjahaja Siang. Dalam opininya, ia sangat vokal menyuarakan pentingnya peran ibu dalam keluarga dalam menjaga kesehatan keluarga serta pendidikan anak-anak.

Maria menyadari, saat itu perempuan-perempuan muda butuh sekali pendidikan untuk menjalani peranan mereka sebagai pengasuh keluarga. Ia pun mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917, untuk mendidik kaum perempuan yang tamat sekolah dasar.

Selain mengadvokasi pendidikan untuk perempuan, Maria juga mendorong agar perempuan mendapatkan hak suara dalam memilih wakil rakyat untuk sebuah badan perwakilan di Minahasa bernama Minahasa Raad. Saat itu, hanya laki-laki yang memiliki hak untuk memilih dan menjadi anggota, sehingga Maria mengupayakan agar ada perempuan yang masuk ke dalam badan tersebut. Usahanya pun berbuah hasil di tahun 1921, saat keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkan perempuan untuk memberi suara dalam pemilihan anggota Minahasa Raad.

5. Rasuna Said pahlawan asal Daerah Maninjau, Sumatra Barat

Rasuna Said

Setelah menamatkan pendidikan SD, Rasuna dikirim ayahnya ke sebuah pesantren bernama Ar-Rasyidiyah, yang merupakan satu-satunya santri perempuan. Setelah itu Rasuna kembali melanjutkan  pendidikannya di Diniyah (SMA) Putri dan bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan pendidikan Islam, Thawalib.

Rasuna Said dikenal sebagai salah satu nama pahlawan perempuan Indonesia yang sangat memperhatikan kemajuan kelompok perempuan dalam hal pendidikan dan politik. Ia pernah menjadi guru di Diniyah Putri, namun ketika ia ingin memasukkan pendidikan politik di sekolah tersebut, idenya ditolak. Setelah ia tidak lagi menjadi guru, Rasuna sangat aktif  menulis di media. 

Pada 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi majalah Raya. Tulisan-tulisannya dikenal tajam dan membuat Belanda geram.  Rasuna juga pernah mendirikan sebuah majalah mingguan di Sumatra Utara, Menara Poetri, dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya serta isu-isu perempuan.

Sesudah Indonesia merdeka, Rasuna Said aktif dalam Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Ia juga menduduki kursi Dewan Perwakilan dan mewakili daerah Sumatra Barat. Rasuna kemudian diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rayat RI dan kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga ia wafat.

6. Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan asal Yogyakarta

Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan asal Yogyakarta

Lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872, Siti Walidah atau yang lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan merupakan anak dari Kyai Haji Muhammad Fadli, ulama dan anggota Kesultanan Yogyakarta. Ia bersekolah di rumah serta diajarkan beragam aspek soal Islam termasuk bahasa Arab dan Al Quran.

Ia menikah dengan Ahmad Dahlan yang juga merupakan sepupunya. Ketika itu, Ahmad Dahlan sedang sibuk-sibuknya mengembangkan Muhammadiyah. Namun karena beberapa pemikiran Ahmad Dahlan dianggap radikal, pasangan ini kerap mendapatkan ancaman dari kelompok Islam lain.

Baca Juga: Film-film Hayao Miyazaki dan Representasi Kepemimpinan Perempuan

Pada tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi pendidikan Sopo Tresno. Ia beserta suaminya bergantian mengajarkan membaca Al-Qur’an dan mendiskusikan maknanya. Menariknya, Nyai Ahmad Dahlan lebih berfokus pada ayat-ayat yang berhubungan dengan isu perempuan.

Sopo Tresno kemudian diresmikan dan berganti nama menjadi Aisyiyah. Melalui organisasi ini, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah perempuan, dan ia pun berkhotbah menentang kawin paksa. Nyai Ahmad Dahlan juga berpendapat bahwa istri adalah mitra suami dan menentang budaya patriarki.

Read More

Ketimpangan Gender dan Kerentanan Perempuan di Sektor Pertambangan

Dari berbagai sektor pekerjaan yang ada, pertambangan adalah salah satu sektor yang kerap diidentikkan dengan maskulinitas. Di berbagai negara, jumlah pekerja perempuan di sektor ini masih kalah jauh daripada laki-laki.

Di Indonesia, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2017, jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan sekitar 115 ribu orang, sementara laki-laki 1,28 juta orang. Sementara di sektor listrik, air, dan gas, hanya ada sekitar 46 ribu pekerja perempuan, sedangkan laki-laki sekitar 347 ribu orang. Kedua sektor ini merupakan sektor-sektor dengan jumlah pekerja perempuan terendah.

Dua tahun kemudian, dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2019, disebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sektor tersebut hanya kurang dari 10 persen. 

Ketimpangan gender di sektor pertambangan tidak hanya terlihat dari segi jumlah. Dalam aspek upah pun, sebagaimana ditemukan dalam data BPS mengenai upah pekerja berdasarkan jenis kelamin dari semua sektor pekerjaan, perempuan menerima gaji yang lebih rendah dari laki-laki.

Berdasarkan data BPS per Februari 2019, rata-rata gaji yang diterima perempuan di sektor pertambangan dan penggalian ialah Rp4,26 juta, sementara laki-laki Rp5,12 juta. Ketimpangan serupa tampak di sektor pengadaan listrik dan gas, di mana perempuan hanya menerima gaji rata-rata Rp3,45 juta, sedangkan laki-laki Rp3,79 juta. 

Peran Tradisional dan Perempuan Pekerja Tambang

Peran gender yang melihat perempuan sebagai sosok yang lebih lemah dibanding laki-laki berpengaruh terhadap ketimpangan gender di sektor pertambangan. Dalam artikel bertajuk “Pengarusutamaan Gender di Industri Tambang di Indonesia” yang dipublikasikan Bank Dunia pada 6 Maret 2020, digambarkan ilustrasi kasus di mana pekerja perempuan dianggap tidak cocok melakukan pekerjaan fisik berat yang identik dengan industri pertambangan.

Baca juga: Perempuan Hadapi Banyak Sandungan dalam Dunia Sains di Indonesia

Peran gender tradisional ini juga memengaruhi terjadinya bias dan diskriminasi gender dalam praktik perekrutan pekerja tambang. Berdasarkan laporan Responsible Mining Foundation (RMF) yang diluncurkan pada Mei 2019 terkait perempuan pekerja tambang, dinyatakan bahwa sejak lama perempuan dilarang bekerja di tambang bawah tanah dan baru-baru ini saja larangan itu dicabut. Contohnya, pada 2009 di Afrika Selatan dan 2019 di India.

Bias gender juga lah yang menyebabkan sedikitnya perempuan di posisi pemimpin di sektor pertambangan. Dalam tulisan Kassia Yanosek dkk. terkait hasil riset McKinsey tahun 2018 seputar perempuan di industri minyak dan gas di Amerika Serikat, disebutkan bahwa perempuan yang punya potensi tinggi atau setara kapasitasnya dengan laki-laki sering kali diabaikan dalam pengambilan keputusan perusahaan soal siapa yang menjadi pemimpin.

Selain itu, peran gender tradisional juga memberatkan perempuan dalam hal tanggung jawab mengurus rumah tangga yang akhirnya kerap berbenturan dengan karier. Yanosek dkk. mengungkapkan bahwa urusan keluarga menjadi faktor yang menghambat pekerja perempuan naik ke level atas perusahaan. Mereka menganalisis, tuntutan untuk bekerja di tempat jauh atau luar negeri dalam karier di sektor ini menjadi tantangan besar bagi perempuan.

“Dalam sebuah wawancara dengan satu CEO, kami mencatat bahwa pusat operasi industri minyak dan gas sering berada di tempat jauh atau terpelosok… Seorang mantan direktur berkata kepada kami, ‘Dalam perusahaan minyak dan gas global, kalau kamu tidak tinggal di luar negeri, kamu tidak bisa mencapai level tertentu,” tulis mereka. 

Baca juga: Bagaimana Stereotip dan Norma Gender Mematikan Kepercayaan Diri Perempuan

Hasil riset McKinsey soal ketimpangan gender di posisi atas ini sejalan dengan temuan studi dalam laporan RMF. Hasil Responsible Mining Index (RMI) tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 30 perusahaan pertambangan berskala besar ternyata tidak atau hanya sedikit memiliki upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender pada tataran pimpinan dan manajemen. Skor rata-rata perusahaan-perusahaan tersebut hanya mencapai 4,5 persen dalam aspek penerapan intervensi untuk mendukung keberagaman dan inklusivitas di tingkat direksi dan manajemen senior.

Kerentanan Perempuan Pekerja Tambang

Pekerja perempuan di industri ini juga kerap mengalami perlakuan-perlakuan buruk yang menghambat performa kerja mereka. Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa ada perempuan-perempuan pejabat eksekutif pertambangan yang disisihkan, dikucilkan, atau dilecehkan pada awal perjalanan karier mereka. 

Sementara bagi pekerja perempuan di lapangan, kerentanan mereka alami karena berada di lingkungan kerja yang tidak aman. RMF mencatat, kebutuhan dasar untuk bekerja seperti alat pelindung diri serta fasilitas toilet dan kamar ganti yang aman bagi perempuan jarang tersedia. Hal ini diperparah dengan lingkungan remang-remang dan ruang gerak terbatas di bawah tanah yang meningkatkan risiko terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual.

Menurut satu studi di Kanada tahun 2014, dalam lima tahun terakhir ada 40 persen perempuan pekerja di lokasi tambang yang mengalami pelecehan. Sementara dalam sebuah wawancara ABC pada 6 Maret 2020 dengan tiga perempuan Indonesia pekerja sektor pertambangan Australia Barat, kata-kata kasar menjadi tantangan yang sering mereka temukan dalam keseharian di lingkungan kerja mereka.   

Kondisi semacam ini pada akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan tambang untuk membuat kebijakan sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual. Namun dari segi implementasi, sayangnya 75 persen dari perusahaan yang disurvei tidak menunjukkan bukti upaya sistematis untuk mencegah hal tersebut.

Baca juga: Mahalnya Biaya Ibu Bekerja, Sebagian Putuskan ‘Resign’

Inisiatif untuk Perubahan Bagi Perempuan Pekerja Tambang

Kendala-kendala yang dihadapi perempuan seperti ketimpangan gender di sektor pertambangan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu untuk diatasi. Kontribusi berbagai pihak diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan gender di sektor tersebut.

Beberapa contoh telah diperlihatkan berbagai perusahaan pertambangan sebagai inisiatif untuk melakukan perubahan. Misalnya, rencana perusahaan BHP untuk mencapai kesetaraan gender di seluruh perusahaannya pada 2025 dengan memberi bonus bagi staf paling senior yang mencapai target kenaikan jumlah staf perempuan sebesar 3 persen per tahun.

Ada juga inisiatif dari Goldcorp untuk membuat program pelatihan komprehensif bagi pekerja perempuan mereka. RMI 2018 juga mencatat bahwa perusahaan Newmont berupaya mencapai paritas gender di posisi manajemen senior pada 2030 dengan target minimal 30 persen perempuan menempati jabatan tersebut.

Menyikapi minimnya keamanan bagi pekerja perempuan di lapangan, Codelco, sebuah perusahaan tambang negara di Chile menetapkan panduan perusahaan tentang penyediaan kamar mandi, ruang ganti, dan perlengkapan keamanan kerja sesuai gender. Perusahaan itu juga menyediakan ruang laktasi bagi pekerja perempuan.

Inisiatif-inisiatif berbagai perusahaan tersebut seiring dengan hadirnya inisiatif kelompok pemangku kepentingan yang terdiri dari perwakilan beragam negara. Contohnya adalah Women’s Rights and Mining yang diprakarsai Kementerian Luar Negeri Belanda untuk mendukung hak perempuan di sektor pertambangan dan masyarakat yang terdampak di sekitar industri itu.

Ada juga inisiatif membentuk Me Too Mining Association pada 2018, seiring dengan gelombang besar kampanye #MeToo di Amerika Serikat sejak 2017. Asosiasi ini dibuat untuk memfasilitasi diskusi soal kekerasan dan pelecehan seksual, perundungan, serta diskriminasi di sektor pertambangan.

Read More
Pahlawan Perempuan dari Jawa Barat

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Barat adalah Tokoh Feminisme

Kalau kita membahas nama pahlawan perempuan di Indonesia, pasti kita langsung ingat figur Raden Ajeng Kartini. Pahlawan perempuan itu lahir di kota Jepara, pada 21 April 1879. Kartini sudah populer sebagai figur yang berdampak kepada hak perempuan dalam mendapatkan pendidikan waktu zaman penjajahan.

Selain figur Kartini yang dikenal oleh khalayak luas, masih ada sejumlah pahlawan perempuan yang kurang begitu populer di masyarakat. Misalnya saja para pahlawan perempuan yang menjadi tokoh feminisme, dan punya dampak cukup hebat untuk kemajuan perempuan di Jawa barat.

Baca Juga: Tokoh Perempuan Disney Masih Terjebak Stereotip Negatif Perempuan Pemimpin

Pahlawan perempuan dari Jawa barat ini hebat karena punya peran yang tidak umum di eranya, dari perempuan pribumi pertama yang menjadi anggota parlemen kota, sampai ada yang memperkenalkan pendidikan secara door to door.

1. Biografi Singkat Dewi Sartika

Dewi Sartika pahlawan perempuan asal Jawa Barat

Dewi Sartika yang tumbuh di daerah Cicalengka, Jawa Barat, lahir pada 4 Desember 1884. Dia merupakan anak perempuan dari seorang patih di Bandung yang bernama R. Rangga Somanegara, serta ibunya R. A. Rajapermas. Dari ia kecil, Dewi Sartika sering bermain dan bertindak layaknya seorang pendidik kepada teman sebayanya, dari itulah rasa keinginan menjadi seorang guru terbentuk.

Tepatnya pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika muda membuat sebuah Sakola Istri atau sekolah untuk perempuan di Kota Bandung. Sakola Istri sering sekali mendapatkan apresiasi dari warga pribumi. Banyak dari perempuan, khususnya di kota Bandung serta Jawa Barat, ingin bergabung serta ikut bersekolah di Sakola Istri ini. Ruangan Kepatihan Bandung yang dipakai untuk dipinjam sebagai ruangan sekolah sampai tidak bisa menampung lagi karena murid yang terus bertambah.

Baca Juga: 5 Tokoh Perempuan Pembuat Kebijakan di Sektor Ekonomi dan Keuangan

Akhirnya pada tahun 1910, Sakola Istri pun pindah ke area yang lebih besar, tepatnya di Jl. Ciguriang serta namanya diganti menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri. Yang diubah bukan namanya saja, akan tetapi pelajarannya pun ditambah juga.

Pada 1913, atas kemauan dari Dewi Sartika pribadi, juga didirikan sebuah organisasi untuk remaja perempuan yang diberi nama Kaoetamaan Istri di wilayah Tasik. Lembaga ini memayungi beberapa sekolah yang dibuat oleh Dewi Sartika. Sekitar tahun 1929, Belanda pun juga memberikan dukungan dengan ikut memajukan Sakola Kaoetamaan Istri dengan menyediakan bangunan baru yang lumayan luas dan memberikan akomodasi penyokong untuk sekolah ini, yang namanya diubah menjadi Sekolah Raden Dewi.

2. Pahlawan Perempuan dari Jawa Barat, R.A Lasminingrat

Pahlawan Perempuan dari Jawa Barat

Raden Ayu Lasminingrat adalah seorang pahlawan perempuan dari Jawa barat yang berfokus pada kemajuan kaum perempuan, khususnya di Kota Garut, Jawa Barat. Dia merupakan putri sulung dari R.A. Ria dan Raden Haji Muh. Musas, seorang penghulu dan ahli sastra yang populer dari wilayah Pasundan.

Lasminingrat berupaya memajukan pendidikan dengan menggabungkan pendidikan gaya barat dengan adat Sunda agar mudah dipelajari oleh rakyat Jawa Barat, khususnya Garut. Ia menerapkan gaya pendidikan ini pada perempuan, untuk membentuk karakter perempuan Sunda yang independen dan bermartabat.

Ia juga pintar dalam berbicara bahasa Belanda ,sehingga sangat diapresiasi oleh seorang pengelola perkebunan dari Belanda yang bernama K. F. Holle, karena bisa menerjemahkan cerita-cerita Grimm bersaudara. Cerita-cerita yang sudah terkenal dari negeri barat dan cerita yang lain diterjemahkan ke bahasa Sunda.

Pada sekitar tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri di Garut, Jawa barat. Mulanya sekolah tersebut sangat eksklusif, hanya untuk kalangan darah biru atau bangsawan pribumi saja. Kurikulumnya sebagian didapatkan dari hasil pendidikannya di negeri Belanda, berupa pelajaran membaca, menulis, serta pelajaran mengenai pemberdayaan kaum perempuan.

Lasminingrat juga giat membikin semacam karya tulis. Karya tulis Lasminingrat yang populer adalah Warnasari, cerita pendek yang tentang ambisi serta tekad perempuan dalam mengikhtiarkan haknya, termasuk juga tentang masalah percintaan serta perjodohan yang sudah jamak pada masa tersebut. Hasil tulisan Lasminingrat ini bertujuan untuk memunculkan wacana buat para pembaca remaja atau yang sudah dewasa.

3. Pahlawan Perempuan Jawa Barat, Raden Siti Jenab

Banyak sekali yang tidak mengetahui mengenai Raden Siti Jenab, yang termasuk pahlawan perempuan yang aktif pada gerakan perempuan. Ia sangat aktif mengenalkan metode pendidikan buat para perempuan di Kota Cianjur dengan cara berkeliling dari pintu ke pintu.

Perempuan yang berasal dari Kota Cianjur dan lahir pada 1890 tersebut pernah mengenyam pendidikan dari Sekolah Raden Dewi Sartika.

Baca Juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Pahlawan perempuan dari Jawa Barat yang punya nama lengkap Nyi Rd. Siti Djenab Djatradidjaja tersebut pernah membuat sekolah di Kota Cianjur. Sekolah tersebut berupaya untuk mengenalkan metode pendidikan yang diambil dari Sakola Istri milik Raden Dewi Sartika di Bandung, Jawa Barat. Kurikulum yang diajarkan yaitu berupa bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Belanda, Matematika dasar, edukasi tentang budi pekerti ,sampai edukasi praktis buat para perempuan, misalnya membuat batik serta merenda.

4. Pahlawan Perempuan Kota Bandung: Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja

Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja

Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja atau yang lebih populer dengan nama Emma Poeradiredja merupakan tokoh pahlawan perempuan yang berasal dari Kota Bandung, dan lahir pada 9 Maret 1880. Emma faktanya merupakan anggota dari Jong Java, yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo, sebuah kelompok pemuda yang berperan dalam memperjuangkan persatuan dari para pelajar pribumi serta memantapkan nilai pada kesenian serta pengetahuan umum buat para anggota.

Baca Juga: Perempuan Pemimpin dalam Film: Kurang Representasi, Diseksualisasi

Sekitar tahun 1927, Emma dengan kawan-kawannya, yaitu Artini, Sumardjo, Ayati, Emma Sumanegara, dan yang lainnya membuat Dameskring. Dameskring adalah semacam lembaga khusus pemuda serta pemudi Indonesia yang berpusat pada penggalangan nilai dari angan-angan bangsa Indonesia lewat beberapa acara, seperti membuat organisasi perempuan.

Dari personel Dameskring, Emma kemudian terjun langsung dalam Kongres Pemuda Indonesia kedua yang diselenggarakan di Jakarta, waktu itu masih Batavia, pada tahun 1928. Tak lama dari Kongres Pemuda tersebut Emma akhirnya membuat PASI atau Pasundan Istri, semacam organisasi untuk perempuan Jawa Barat untuk menggalakkan perjuangan kodrat serta kebutuhan rakyat wilayah Jawa Barat.

Read More

5 Perempuan Inspiratif di Bidang Energi dan Pertambangan

Meskipun dunia pertambangan sering diidentikkan dengan maskulinitas, semakin banyak perempuan Indonesia yang berani untuk terjun ke bidang tersebut. Jumlah mereka memang masih kalah jauh dibanding laki-laki: Hanya kurang dari 10 persen dari total pekerja di bidang tersebut menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019.

Namun segelintir perempuan tangguh berhasil meniti karier mereka di sektor ini selama bertahun-tahun hingga akhirnya bisa duduk di posisi atas. Ada juga dari mereka yang menginisiasi komunitas yang merangkul para perempuan yang bekerja di industri pertambangan.

Berikut ini beberapa profil perempuan inspiratif di bidang pertambangan yang kami rangkum.

1. Perempuan Inspiratif dalam Bidang Pertambangan: Retno Nartani

Alumni Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini telah terjun di bidang pertambangan selama lebih dari tiga dekade. Ia pernah menduduki beragam posisi di bidang tersebut, mulai dari engineer, superintendent, general manager, hingga direktur.

Sekarang, ia menjabat sebagai Direktur HSE Corporate di Sinar Mas Mining. Sebelumnya, perempuan inspiratif ini juga pernah menjadi direktur operasional di PT Borneo Indo Bara.

Retno Nartani, Corporate HSE Director PT. Golden Energy Mines Tbk. (Sumber: @sinarmas_mining)

Kiprah Retno di bidang pertambangan membuahkan penghargaan untuknya pada 2020 lalu sebagai Best Woman in Mining dalam ajang Temu Profesi Tahunan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) ke-29.

“Ini [bidang pertambangan] dunia laki-laki. Kita bisa kerja dan kita enggak manja. Ngerjain kerjaan laki-laki ya ngerjain, ngebor ya ngebor… Kita berusaha menjadi agent of change karena perempuan memegang kunci untuk generasi berikutnya,” kata Retno dalam sebuah video di kanal YouTube Sinar Mas Mining yang diunggah untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2019.

Baca juga: Ketimpangan Gender dan Kerentanan Perempuan di Sektor Pertambangan

2. Febriany Eddy

Perempuan satu ini menuntaskan studi sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studi magister di National University of Singapore. Saat ini, Febriany menjabat sebagai Vice President Director/Deputy Chief Financial Officer di PT Vale Indonesia, Tbk. Ia sempat juga menjabat sebagai Chief Executive Officer di tempat yang sama.

Karier Febriany diawali dengan bekerja di sebuah kantor akuntan publik. Saat itu, ia mendapat kepercayaan untuk memegang klien dari industri energi dan pertambangan. Sejak itulah Febriany berkenalan dengan bidang tersebut hingga akhirnya melanjutkan kariernya di perusahaan pertambangan.

Vice President Director/Deputy Chief Financial Officer di PT Vale Indonesia, Tbk Febriany Eddy. (Sumber: Vale)

Nama Febriany tercatat sebagai salah satu dari dua perempuan Inspiratif Indonesia yang dinobatkan sebagai Asia’s Top Sustainability Superwomen 2019. Predikat ini diberikan oleh CSRWorks International, sebuah perusahaan konsultan berbasis di Singapura, kepada 27 pemimpin perempuan di Asia.

“Sebagai leader perempuan, saya punya visi untuk menyetarakan peluang karier di PT Vale. Bekerja di industri pertambangan yang didominasi oleh pria membuat penghargaan ini menjadi penting bagi leaders perempuan seperti saya,” ujar Febriany setelah menerima penghargaan seperti dikutip dari Antara Sultra (5/9/2019).

3. Rara Nastiti

Perempuan inspiratif yang akrab disapa Inez ini juga merupakan lulusan Teknik Pertambangan ITB. Ia kini menjabat sebagai Mining Engineering Department Head di PT Adaro Jasabara Indonesia. Inez juga menjadi Mining Manager di PT Bhakti Energi Persada.

Pengalaman kariernya di luar negeri antara lain sebagai senior mining consultant di AMEC, di Santiago de Chile, Perth, Australia, dan specialist mining engineer di Rio Tinto Iron Ore di kota yang sama.

Inez Rara Nastiti, Mining Engineering Department Head di PT Adaro Jasabara Indonesia. (Sumber: IA Tambang ITB)

Rekam jejak Inez di dunia pertambangan tidak hanya sebagai pekerja di suatu perusahaan. Inez bersama beberapa rekannya juga menginisiasi Women in Mining and Energy (WIME) Indonesia. Komunitas ini bertujuan untuk melahirkan berbagai kerja sama dengan perusahaan, pemerintah, dan pemegang kepentingan lainnya untuk mendukung pengarusutamaan gender di sektor energi dan pertambangan lewat edukasi.

Baca juga: 6 Perempuan Muslim yang Sukses Mendobrak Bidang STEM

4. Meidawati

perempuan inspiratif Meidawati
Meidawati, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE). (Sumber: @pertamina)

Sejak 2018, Meidawati ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Perempuan ini merupakan lulusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

Meidawati pernah menjabat bermacam-macam posisi strategis di perusahaan, salah satunya sebagai vice president bagian perencanaan dan manajemen risiko PT Pertamina EP tahun 2011. Sebelum menjadi direktur utama PHE, Meidawati menjabat sebagai senior vice president Upstreaming Strategic Planning and Operation Evaluation PT Pertamina (Persero) sejak 2014.

Meidawati menambah daftar perempuan pemegang jabatan penting di Badan Usaha Milik Negara tersebut di samping Nicke Widyawati (direktur utama Pertamina sekarang), dan sebelumnya ada Karen Agustiawan di posisi serupa Nicke.

5. Perempuan Inspiratif: Frila Berlini Yaman

perempuan inspiratif Frila Berlini Yaman
Frila Berlini Yaman, presiden direktur di PT Bonum Amicitia Internasional. (Sumber: Geni.com)

Frila merupakan presiden direktur di PT Bonum Amicitia Internasional, sebuah perusahaan konsultan yang bergerak di bidang energi. Sebelumnya Frila pernah menjabat sebagai presiden direktur PT Medco E&P Indonesia pada 2011-2015. Frila juga sempat menjadi general manager business development di Shell Indonesia Exploration & Production dan menjabat sejumlah posisi strategis selama bekerja di beberapa cabang mancanegara perusahaan minyak British Petroleum.

Dilansir Katadata, saat Frila pertama bekerja di industri energi, yakni di Arco Indonesia tahun 1982, hanya ada dua engineer perempuan di perusahaan tersebut. Situasi kompetitif di perusahaan yang didominasi laki-laki tersebut menuntutnya untuk bekerja lebih keras dan membuktikan diri mampu menjalani pekerjaan di sana.    “Kesetaraan itu harus dimunculkan. Kalau tidak, perempuan tetap harus bekerja dua tiga kali lebih keras dari laki-laki untuk mendapat kesempatan dan gaji yang setara,” kata Frila.

Read More
tokoh perempuan indonesia

5 Tokoh Perempuan Pembuat Kebijakan di Sektor Ekonomi dan Keuangan

Di sektor ekonomi dan keuangan, kehadiran perempuan diperlukan. Tidak hanya untuk memenuhi kuota representasi dalam kerangka kesetaraan gender di tempat kerja, hal tersebut juga penting untuk membantu terwujudnya pemenuhan kepentingan banyak perempuan di bawah mereka atau yang mereka wakili.

Baca Juga: Tantangan Perempuan dalam Sektor Bisnis dan Pemerintahan

Ada sejumlah sosok perempuan Indonesia di posisi pembuat kebijakan yang punya catatan kontribusi positif terhadap nasib perempuan. Berikut ini beberapa tokoh perempuan Indonesia pembuat kebijakan pada sektor ekonomi serta keuangan. 

1. Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani Indrawati

Nama satu ini kerap muncul pertama kali ketika kita berbicara soal sosok perempuan menonjol di bidang ekonomi dan keuangan. Betapa tidak, rekam jejak kariernya yang panjang serta penghargaan-penghargaan yang telah diterimanya tidak hanya membuat Sri Mulyani dikenal di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.

Sri Mulyani merupakan tokoh perempuan Indonesia yang sudah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Keuangan—pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahan Joko Widodo. Kiprahnya di dunia internasional tercatat salah satunya sebagai Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia.

Menyadari isu kesetaraan gender bukan hanya isu sosial, melainkan juga ekonomi dan pembangunan negara, Sri Mulyani kerap mengangkat hal tersebut dalam kebijakan dan program-program yang dibuatnya. Sebagai contoh, di lingkungan Kementerian Keuangan tempatnya bertugas, telah diterapkan cuti ayah untuk menekan angka ibu yang keluar dari pekerjaan demi mengurus bayi.

“Untuk pembuat kebijakan, kita perlu membuat kebijakan yang sensitif terhadap kebutuhan perempuan terutama generasi muda yang baru saja menjalani kariernya. Contohnya cuti hamil atau cuti bagi ayah yang mengurus bayi,” jelas Sri Mulyani seperti dilansir Kontan (24/4/2019).

Sejak 2017, menteri keuangan ini telah meluncurkan program pembiayaan ultra mikro untuk menyokong aktivitas ekonomi masyarakat. Diwartakan Medcom.id, sampai Juli 2020, pembiayaan ini telah disalurkan ke 2,26 juta debitur dan 93 persen di antaranya adalah perempuan. Lebih lanjut, menyadari besarnya dampak pandemi khususnya bagi pengusaha perempuan, Sri Mulyani membuat kebijakan berupa penundaan pembayaran cicilan pokok bagi pelaku ultra mikro selama enam bulan dan subsidi bunga kredit.

Tidak hanya kepada perempuan pengusaha kecil, perhatian Sri Mulyani juga diarahkan kepada nasib para pekerja perempuan selama pandemi. Ia membuat kebijakan di lingkungan Kementerian Keuangan untuk tidak mengadakan rapat kementerian selama jam sekolah anak pada hari kerja. Terobosan tersebut dipilihnya demi meringankan beban pekerja perempuan yang kerap lebih berat dari pekerja laki-laki.

“Saya menginstruksikan ke tim saya, sekarang jika Anda membuat rapat, jangan lakukan itu pada waktu jam sekolah, karena mereka harus mengurus pekerjaan kantor dan anak,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip CNN Indonesia

2. Tokoh Perempuan Indonesia Inspiratif: Mari Elka Pangestu

Mari Elka Pangestu
Mari Elka Pangestu

Perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan (2004-2011) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014) ini punya rekam jejak panjang terkait karier dan prestasinya di bidang Ekonomi.

Sebelum berkarier, Mari meraih gelar Bachelor dan Master of Economics dari Australian National University. Ia kemudian melanjutkan studi doktoral bidang perdagangan internasional dan ekonomi makro di University of California, Davis.

Baca juga: 11 Pengusaha Perempuan Indonesia Sukses Membangun Bisnis Sendiri

Di bidang pendidikan dan penelitian, ekonom ini adalah profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia serta senior fellow di Center for Strategic and International Studies (CSIS). Mari juga menjadi asisten profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dan Sekolah Kebijakan Publik Crawford, Australian National University.

Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013, Marie pernah mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana, sebuah penghargaan untuk orang yang memberikan layanan terbaik bagi negara. Pada tahun berikutnya, ia menerima penghargaan seumur hidup dalam bidang kepemimpinan dalam ajang World Chinese Forum di Cina.

Kiprah Mari di dunia internasional antara lain menjabat sebagai penasihat Komisi Global Geopolitik Transformasi Energi Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) di Abu Dhabi, Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penelitian Kebijakan Makanan Internasional di Washington DC, dan anggota Dewan International Chamber of Commerce di Paris. Terhitung Maret 2020, ia menjadi Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, posisi yang pernah ditempati Sri Mulyani.

3. Armida Alisjahbana

Armida Alisjahbana
Armida Alisjahbana

Perempuan lulusan Universitas Indonesia jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan ini punya kepakaran di bidang Ekonomi Internasional. Ia ditunjuk PBB menjadi Sekretaris Eksekutif untuk Economic and Social Commission for Asia and The Pacific (ESCAP) sejak 2018.

Sebelum sampai ke posisi tersebut, Armida telah menduduki berbagai posisi penting sebagai pengambil kebijakan. Salah satunya adalah sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2009-2014.

Di tataran internasional, Armida pernah ditunjuk sebagai alternate governor untuk World Bank dan Asian Development Bank. Ia juga sempat terlibat dalam high level independent team advisors yang mendukung Economic and Social Council (ECOSOC) PBB untuk membahas agenda Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030.

Armida yang menyelesaikan studi master di Northwestern University dan doktoral di University of Washington, Amerika Serikat, ini juga aktif di bidang akademik. Tahun 1996, ia terpilih menjadi Ketua Departemen Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Padjajaran. Pada 2005, ia dinobatkan menjadi guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di universitas tersebut.

Sebagai akademisi, Armida pernah ditunjuk sebagai Ketua Tim 5 Universitas untuk mengkaji Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pada 2006. Sejak 2015, ia terdaftar sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Seperti halnya Mari Elka, Armida juga pernah dianugerahi Bintang Mahaputra Adiprana dari pemerintah. Beberapa penghargaan lain yang pernah diterimanya di antaranya Anugerah Padjajaran Utama dari Rektor Universitas Padjajaran (2014), Leadership Award dari harian Seputar Indonesia (2011), dan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden Republik Indonesia (2008).

Baca juga: Tips Usaha Sendiri dari Pebisnis Perempuan Sukses Cynthia Tenggara

4. Evi Afiatin

Evi Afiatin
Evi Afiatin

Perempuan lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung ini tercatat sebagai Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan sejak 2017. Sebelumnya, ia dipercaya sebagai Direktur Pelayanan dan Kepatuhan di instansi yang sama. Sekarang ini, dirinya tengah mengikuti proses seleksi calon Direksi BPJS Kesehatan bersama 15 calon lainnya.

Memiliki gelar Master of Applied Finance dari Melbourne University Australia, Evi telah menjalani karier di bidang keuangan selama kurang lebih setngah abad. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan di Bank Muamalat Indonesia pada 2014-2016. Ia juga pernah berkarier di bidang manajemen risiko di beberapa bank lain pada tahun-tahun sebelumnya.

Evi juga tergabung dalam beberapa organisasi seperti Chief Financial Officer (CFO) Club Indonesia sebagai sekretaris jenderal, dan Masyarakat Ekonomi Syariah di mana ia menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum I.   

Selama bekerja di BPJS Ketenagakerjaan, perempuan pemegang sertifikasi manajemen risiko dan charter financial analyst dari Harvard Business School ini berkontribusi dalam hal perbaikan proses bisnis di kantornya, khususnya terkait pembayaran iuran ataupun klaim. Pada 2019 silam, atas kiprahnya dalam memimpin dan membuat sejumlah inisiatif berkelanjutan, Evi diganjar penghargaan dari CSR Works International sebagai salah satu Asia’s Top Sustainability Superwomen dalam acara Asia Sustainability Reporting Summit di Singapura.

5. Tokoh Perempuan Indonesia: Destry Damayanti

Destry Damayanti
Destry Damayanti

Tokoh perempuan Indonesia selanjutnya merupakan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang ditunjuk sejak 2019. Ia menorehkan rekam jejak panjang di bidang ekonomi dan keuangan setelah menyabet gelar sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia dan Master of Science dari Cornell University, New York, Amerika Serikat.

Kariernya diawali sebagai peneliti di Harvard Institute for International Development pada 1989, serta peneliti di Institut Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1989-1990. Destry juga sempat menjadi peneliti Ekonomi di Pusat Antar Universitas sejak 1993 hingga 1995.

Mulai 1992 hingga 1997, ia bekerja di Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Desrty juga pernah berkarier sebagai ekonom di beberapa bank seperti Citibank Indonesia dan Bank Mandiri.

Pada tahun 2002 sampai 2003, Destry sempat mendapat kepercayaan untuk menjabat Senior Economic Adviser Duta Besar Inggris untuk Indonesia.

Kapasitas Destry mengantarkannya ke berbagai posisi strategis di lembaga-lembaga pemerintahan. Sejak 2015, ia menjabat sebagai Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di sana, ia bertanggung jawab merumuskan dan menerapkan kebijakan serta melakukan pengawasan sesuai undang-undang LPS. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Satuan Tugas Ekonomi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2014-2015.

Read More

Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Sejak beberapa tahun belakangan, kerja jarak jauh (remote working) menjadi hal lumrah yang diberlakukan di berbagai kantor, bahkan kini hal tersebut menjadi kian populer. Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang, kerja jarak jauh semakin banyak diberlakukan seiring dengan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar dan work from home (WFH) di banyak daerah.

Sebuah studi yang dirilis oleh sebuah layanan penyedia kantor di Swiss, IWG, menemukan bahwa 70 persen pekerja profesional bekerja dari jarak jauh setidaknya sehari dalam seminggu, sementara 53 persen profesional bekerja jarak jauh setidaknya tiga hari seminggu.

Beberapa perusahaan multinasional seluruh stafnya bekerja dari jarak jauh, tanpa kehadiran tetap di kantor sama sekali, sehingga karyawannya berada di seluruh dunia.

Teknologi baru memungkinkan semua ini. Meski mendatangkan banyak manfaat, kerja jarak jauh juga memiliki sejumlah kekurangan. Karena pekerjaan jarak jauh menjadi hal baru bagi banyak orang, penting bagi perusahaan untuk beradaptasi dan menerapkan kebijakan yang tepat demi memastikan karyawan mereka tetap merasa menjadi bagian dari tim dan tidak kelelahan.

Menurut sebuah penelitian, hampir 70 persen Milenial akan cenderung memilih perusahaan yang menawarkan pekerjaan jarak jauh. Manfaatnya penting. Karyawan menghargai fleksibilitas yang diberikan, terutama jika mereka memiliki tanggung jawab mengasuh anak. Orang-orang juga senang dapat lepas dari perjalanan panjang dan menghindari gangguan di kantor.

Tapi, ada juga kekhawatiran yang tumbuh bahwa kesehatan mental dan kesejahteraan pekerja dapat terusik ketika bekerja dari jarak jauh. Di Inggris, perusahaan kehilangan £100 juta setiap tahunnya karena stres, depresi, dan kecemasan di tempat kerja. Penelitian menunjukkan bahwa tuntutan bagi karyawan untuk “selalu aktif” dan dapat diakses oleh teknologi saat bekerja jarak jauh menyebabkan kaburnya batas kerja dan non-kerja, terutama jika kita bekerja dari rumah.

Sebuah Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2017 menemukan bahwa 41 persen pekerja jarak jauh melaporkan tingkat stres yang tinggi, dan hanya 25 persen pekerja kantor yang mengalami hal sama.

Baca juga: Beban Pekerja Perempuan Generasi ‘Sandwich’ Berlapis

Dampak Negatif Kerja Jarak Jauh

Salah satu alasan timbulnya dampak negatif kerja jarak jauh ini bisa jadi mentalitas “out of sight, out of mind”. Jika seseorang sudah lama tidak bertemu, maka mereka akan saling melupakan–yang biasa terjadi pada pekerja jarak jauh. Hal ini bisa mengarah pada kurangnya kepercayaan, perasaan terasing, dan kecenderungan untuk berpikir bahwa rekan kerja mereka berbicara buruk di belakang mereka.

Sebuahpenelitian terhadap 1.100 pekerja menemukan bahwa 52 persen pekerja yang bekerja dari rumah–setidaknya dalam beberapa waktu–lebih cenderung merasa tersisih dan diperlakukan dengan buruk, serta tidak mampu menangani konflik dengan kolega.

Menelusuri wilayah sensitif dalam tim kerja virtual adalah keterampilan penting. Jika kita tidak hati-hati, masalah bisa memburuk. Pesan dalam e-mail dapat disalahartikan sebagai pesan yang kasar atau terlalu langsung. Selain itu, tanpa bahasa tubuh yang terlihat, sulit untuk menyampaikan maksud kita sesungguhnya.

Dalam sebuah lingkungan virtual, ada kecenderungan untuk terlalu fokus pada tugas dan terlalu sedikit upaya memelihara hubungan dengan kolega. Kepemimpinan transaksional yang menerapkan kebijakan kerja jarak jauh ini bisa menjadi jalan yang diambil oleh para pemimpin yang hanya berorientasi pada penyelesaian pekerjaan, tapi gagal menyadari betapa pentingnya orang-orang yang mengerjakannya.

Dengan lebih menekankan pada tenggat waktu dan informasi rutin, pekerja jarak jauh bisa merasa diperlakukan sebagai sekrup pada mesin, bukan sebagai bagian penting dari tim. Pendekatan kepemimpinan semacam itu dapat memperburuk perasaan terisolasi yang secara alami muncul saat bekerja dari jarak jauh dan dapat berkontribusi terhadap stres di tempat kerja virtual.

Stres yang Baik dan Buruk Saat WFH

Sebagai bagian dari penelitian, saya berbicara dengan banyak kolega dan mahasiswa di universitas yang bekerja secara virtual. Perasaan terisolasi, kesepian, dan tidak mampu “mengalihkan konsentrasi ke hal lain”, serta kurangnya dukungan sosial, semuanya disebutkan.

Salah satu masalah yang lebih signifikan yang diangkat adalah bagaimana cara kerja virtual dikelola. Mereka yang diwawancarai mengatakan kurangnya umpan balik dari manajernya dan kolega senior. Karena itu, tidak ada tolok ukur untuk menilai kemajuan, yang mengarah pada meningkatnya perasaan cemas dan kekhawatiran apakah mereka “memenuhi standar”.

Baca juga: Tantangan Perempuan Bekerja: Standar Ganda dalam Masyarakat

Ketika tiba saatnya untuk bekerja, ada dua jenis stres–jenis yang baik dan jenis yang buruk. Hukum Yerkes-Dodson (diperkenalkan oleh psikolog Robert Yerkes dan John Dodson) menunjukkan bahwa stres dapat menjadikan kita produktif hingga titik tertentu dan kemudian mengakibatkan penurunan produktivitas.

Di sisi lain, tidak dapat melaporkan stres (atau tidak nyaman melakukannya) merupakan kerugian. Pasalnya, tekanan yang ada pada akhirnya akan melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Sebaliknya, satu penelitian terbaru menemukan bahwa rekan kerja yang menghabiskan hanya 15 menit bersosialisasi dan berbagi perasaan stres mereka mengalami peningkatan kinerja sebesar 20 persen.

Jenis komunikasi yang tepat adalah kunci untuk mengatasi cobaan dan kesengsaraan kerja virtual. Perusahaan perlu menempatkan struktur yang tepat seperti tatap muka lewat video secara rutin dan pertemuan tim untuk membangun hubungan. Atasan perlu memimpin dengan memberi contoh dan menciptakan budaya agar mereka yang di luar kantor merasa dihargai.

Namun, hal itu harus berjalan dua arah. Semua orang perlu berpikir tentang apa yang membuat mereka produktif, bahagia, dan sukses dalam kehidupan sehari-hari, dan mencoba untuk mereplikasi ini dalam pengaturan kerja jarak jauh. Bisa jadi ini berupa jalan-jalan pada waktu makan siang, pergi ke tempat olahraga, menelepon teman atau membaca buku favorit kita.

Cara kerja masa depan akan lebih banyak dengan kerja virtual, itu tak bisa kita hindari. Akan tetapi, menyadari adanya potensi kemunculan stres yang menurunkan performa kerja, semua pihak di perusahaan harus menerapkan cara-cara mengelola stres sambil menikmati manfaatnya.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Stephanie Russell adalah Principal Lecturer, Corporate Education, dan Human Resource Management di Faculty of Business and Law, Anglia Ruskin University.

Read More
Perempuan muslim seorang ilmuwan

6 Perempuan Muslim yang Sukses Mendobrak Bidang STEM

Bidang sains serta teknologi masih sering identik dengan dunia laki-laki yang super maskulin. Persaingan yang super ketat serta kondisi yang tidak ramah perempuan dalam bidang sains, teknologi, engineering dan matematika (STEM), sering menghambat perempuan dalam mengembangkan kariernya di bidang ini.

Dikutip dari The Conversation Indonesia, dalam bidang sains, teknologi, serta matematika, jumlah perempuan hanya ada 30 persen. Salah satu yang menyebabkan hal ini adalah peran gender yang kaku bagi perempuan yang selalu diarahkan menjadi ibu atau istri.

Tantangan Perempuan Muslim dalam Bidang STEM

Data dari UNESCO tahun 2015 memperlihatkan bahwa di seluruh dunia, perempuan yang bekerja sebagai peneliti hanya 28 persen. Padahal jumlah laki-laki dan perempuan yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sarjana dan master dalam bidang STEM jumlahnya relatif sama

Selain peran gender yang kaku yang membuat perempuan harus mengalami beban ganda sebagai ibu, istri, dan pekerja, diskriminasi gender membayangi perempuan di tempat kerja. Berikut ini merupakan beberapa nama ilmuwan perempuan muslim yang berhasil mendobrak diskriminasi gender dalam bidang STEM yang bisa kita ikuti kegigihannya.

1. Maryam Mirzakhani Perempuan Muslim yang Menjadi Ahli Matematika

Lahir di Teheran, Iran,  Maryam Mirzakhani adalah ahli Matematika dan salah seorang profesor di Stanford University. Ia mengawali pendidikannya sebagai salah seorang murid di Tehran Farzanegan School, bagian dari lembaga pemupuk bakat-bakat luar biasa, yakni National Organization for Development of Exceptional Talents (NODET). Ketika duduk di bangku SMA, Mirzakhani memenangkan medali emas dalam bidang matematika dalam Olimpiade Nasional Iran. Hal ini membuatnya dapat masuk ke jenjang universitas tanpa perlu mengikuti ujian nasional.

Baca Juga: Buku-buku Sains Anak Masih Bias Gender, Kurang Representasi Perempuan

Pada tahun 1994, Mirzhakani kembali mendapatkan medali emas di level internasional pada ajang Olimpiade Matematika di Hong Kong dengan skor 41 dari 42 atau hampir sempurna. Ia merupakan siswi Iran pertama yang memenangkan  medali emas. Dari berbagai capaian tersebut, di tahun 2005 ia dianugerahi  sebagai salah satu dari 10 orang muda yang mendorong inovasi-inovasi dalam bidangnya pada ajang  Popular Science’s Fourth Annual “Brilliant 10”

Di tahun 2014, ia dianugerahi Fields Medal, sebuah penghargaan paling bergengsi di bidang matematika. Ia pun menjadi perempuan dan orang Iran pertama yang dianugerahi penghargaan tersebut. Pada 2017 lalu, Mirzakhani meninggal dunia akibat kanker payudara.

2. Sameena Shah

Sameena lahir dan besar di India. Ia menyelesaikan gelar doktornya di Indian Institute of Technology. Ia adalah salah satu yang memimpin proyek Reuters Tracer, sebuah proyek teknologi Artificial Inteligence yang berfungsi mendeteksi berita-berita bohong. Saat ini ia merupakan Managing Editor AI Research di JPMorgan Chase & Co

Baca Juga: Perempuan Hadapi Banyak Sandungan dalam Dunia Sains di Indonesia

3. Anousheh Ansari

Lahir di Iran pada tahun 1966, Ansari adalah insinyur Amerika keturunan Iran  dan juga salah satu pendiri dan ketua dari Prodea System, sebuah perusahaan layanan dan teknologi. Pada tanggal 18 September 2006, beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke 40, Ansari menjadi orang Iran dan perempuan muslim pertama yang pergi ke stasiun luar angkasa. Ia juga menjadi spaceflight participant (sebutan NASA kepada orang  No.- astronot yang menjelajah luar angkasa)  perempuan pertama yang pergi ke luar angkasa dengan biaya sendiri.

4. Burçin Mutlu-Pakdil

Mutlu-Pakdil merupakan perempuan muslim tetapi seorang astronom dan ahli astrofisika asal Turki di Universitas Arizona, AS. Ia  lahir dan besar di Turki dan sejak kecil gemar fisika dan mengamati langit malam. Ia bersekolah di Beşiktaş Atatürk Anatolian High School dan menjadi generasi pertama dari keluarganya yang mengenyam pendidikan hingga jenjang universitas.

Dia menyelesaikan gelar sarjananya di Bilkent University pada 2009 dan kemudian menyelesaikan gelar doktornya di di University of Minnesota dengan penelitian “Testing supermassive black hole scaling relations using cosmological simulations and optical/near-IR imaging data“.

5. Hayat Sindi Perempuan Muslim yang Menjadi Ilmuan Medis

Dr. Hayat Sindi merupakan perempuan muslim serta seorang ilmuwan medis Arab Saudi serta anggota perempuan pertama The Consultative Assembly of Saudi Arabia. Ia paling dikenal berkat kontribusi besarnya pada dunia medis dan bioteknologi. Dia mendapat peringkat ke-19 sebagai orang Arab paling berpengaruh di dunia dan peringkat ke 9 perempuan Arab paling berpengaruh versi Arabian Business. Pada tahun 2018, ia juga masuk dalam BBC’s 100 Women, daftar tokoh-tokoh perempuan berpengaruh di dunia.

6. Iqbal Al Assaad

Iqbal Mahmoud Al Assad merupakan seorang dokter yang juga merupakan penerima beasiswa kardiologi pediatri di Boston Children’s Hospital. Ia diakui sebagai salah satu dokter termuda di dunia ketika ia menyelesaikan akreditasi medisnya pada umur 20 tahun. Iqbal Mahmoud Al Assad lahir di Palestina pada tahun 1993, namun menjadi pengungsi di Lebanon. 

Baca Juga: Diajeng Lestari, Pengusaha Muslimah Sukses dengan Brand HIJUP

Di umurnya yang ke-12, Iqbal Mahmoud Al Assad  menyelesaikan pendidikan SMA-nya dan di umur 20 tahun telah lulus dari Weill Cornell Medical College di Qatar dengan gelar dokter umum.

Read More
perempuan dalam bidang sains

11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Sejak dulu, perempuan memiliki peran penting dalam bidang sains dan teknologi. Namun, terlepas dari partisipasinya yang hebat, nama mereka kerap tidak muncul dan ada di bawah bayangan laki-laki. Film Hidden Figures, misalnya, memberikan gambaran bagaimana kiprah perempuan di dunia sains dikerdilkan.

Baca Juga: Buku-buku Sains Anak Masih Bias Gender, Kurang Representasi Perempuan

Untuk memberikan penghormatan pada para perempuan di bidang sains dunia, berikut adalah beberapa perempuan ilmuwan yang penemuannya mengubah dunia dalam sejarah sains.

1. Marie Curie

marie curie

Marie Curie, yang lahir pada 7 November 1867 merupakan ilmuwan perempuan terkenal yang mendapatkan dua Hadiah Nobel untuk Fisika pada tahun 1903 serta Kimia pada 1911. Curie merupakan pionir radioaktivitas, menemukan cara untuk mengisolasi isotop radioaktif serta dua elemen kimia lainnya, yakni polonium serta radium.

Dalam pekerjaannya ini, Madame Curie selalu dikelilingi oleh radioaktivitas secara harafiah. Ia selalu membawa elemen kimia saat pergi kemana pun, mengabaikan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh paparan zat kimia itu. Dia berbagi karya ilmiahnya bersama sang suami, Pierre Curie.

2. Perempuan dalam Bidang Sains: Irène Joliot Curie

Perempuan dalam Bidang Sains Irène Joliot Curie

Irène adalah putri dari pasangan peraih Hadiah Nobel, Marie Curie dan Pierre Curie. Ia menimba ilmu bidang fisika serta kimia di University of Paris dalam masa Perang Dunia I. Saat perang usai, ia bekerja menjadi asisten ibunya di lembaga penelitian Paris Radio Institute, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Curie Institute.

Hasil penelitiannya dalam aspek fisika nuklir yang menjadi kontribusi besarnya adalah konstruksi atom dan proyeksi nukleus yang menjadi dasar penemuan neutron, serta penerapan elemen radioaktif artifisial. Curie kemudian mendapat Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1935 bersama sang suami, Frédéric Joliot-Curie, menjadikan pasangan ini dan orang tua Irène keluarga dengan Hadiah Nobel paling banyak.

3. Margarita Salas

Margarita Salas

Margarita Salas mendapatkan gelar Ph.D. dalam jurusan kimia di Complutense University of Madrid. Perempuan ini kemudian memperkenalkan penelitian Spanyol di dunia biokimia serta biologi molekuler. Karya Margarita Salas sangat berpengaruh karena keikutsertaan dalam penyelidikan pemahaman informasi genetik.

Baca Juga: Perempuan Hadapi Banyak Sandungan dalam Dunia Sains di Indonesia

Analisisnya berkonsentrasi pada virus bakteri Phi29 yang akhirnya memungkinkan kita untuk lebih memahami tentang DNA berperilaku, serta bagaimana virus dan bakteri mengonversikan protein, serta bagaimana mereka saling berkaitan untuk membuat virus fungsional. Margarita Salas sudah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain dari UNESCO pada 1999.

Dia dijadikan Direktur Institute of Spain pada tahun 1995 sampai dengan 2003, yang berafiliasi dengan semua perguruan tinggi Kerajaan Spanyol. Pada Desember 2018, Sekolah Eliseo Godoy di Zaragoza menambahkan ditambahkan nama Margarita Salas di dalamnya.

4. Ilmuwan Perempuan Berperan dalam Dunia Sains: Hypatia

Ilmuwan Perempuan Berperan dalam Dunia Sains Hypatia

Hypatia lahir sekitar tahun 350 sampai dengan 370 Masehi yang merupakan seorang ahli filsafat serta kompeten dalam matematika. Ia memfokuskan dirinya sendiri untuk menuntun dan menekuni ilmu pasti. Di antara hasil kerjanya yang berlimpah, ia berhasil memperbaiki rancangan astrolab, instrumen yang memastikan letak bintang yang ada di tata surya.

Meskipun Hypatia sudah mendapatkan pengakuan sebagai perempuan ahli matematika pertama, sayangnya karya ilmiahnya tidak mendapatkan sambutan terbuka, malah dinilai sebagai kaum “pagan”.

Figur Hypatia sekarang ini sudah diakui dan dikagumi oleh perempuan yang sudah mengabdikan diri mereka buat sains, astronomi, matematika serta oleh para praktisi dan feminis.

5. Lise Meitner, Perempuan yang Berperan dalam Bidang Sains Khususnya Radioaktivitas

Lise Meitner Perempuan yang Berperan dalam Bidang Sains Khususnya Radioaktivitas

Sosok perempuan ini merupakan seorang ahli fisika yang mempelajari tentang radioaktivitas. Ia merupakan guru besar di Institut Kaiser Wilhelm serta Universitas Berlin sekitar tahun 1926 sampai dengan 1933. Pada 1938, ia harus meninggalkan Jerman karena berdarah Yahudi. Ia kemudian bergabung dengan lembaga penelitian Manne Siegbahn Institute di Swedia.

Meitner tergabung dalam tim yang berhasil mendapatkan fisi nuklir, namun hanya rekannya yang bernama Otto Hahn yang mendapatkan Hadiah Nobel dalam Ilmu Kimia. Padahal hasil kerja Meitner sangat berarti, namun hasil kerjanya tidak diketahui oleh dunia sains sampai beberapa tahun kemudian.

6. Perempuan dalam Bidang Sains: Jocelyn Bell Burnell

Perempuan dalam Bidang Sains Jocelyn Bell Burnell

Sosok perempuan ini merupakan seorang ahli fisika yang mempelajari tentang radioaktivitas. Ia merupakan guru besar di Institut Kaiser Wilhelm serta Universitas Berlin sekitar tahun 1926 sampai dengan 1933. Pada 1938, ia harus meninggalkan Jerman karena berdarah Yahudi. Ia kemudian bergabung dengan lembaga penelitian Manne Siegbahn Institute di Swedia.

Baca Juga: Sains dan Empati: Senjata Keberhasilan Pemimpin Perempuan Kendalikan COVID-19

Meitner tergabung dalam tim yang berhasil mendapatkan fisi nuklir, namun hanya rekannya yang bernama Otto Hahn yang mendapatkan Hadiah Nobel dalam Ilmu Kimia. Padahal hasil kerja Meitner sangat berarti, namun hasil kerjanya tidak diketahui oleh dunia sains sampai beberapa tahun kemudian.

7. Valentina Tereshkova

Valentina Tereshkova

Valentina Tereshkova adalah seorang kosmonot dan politisi perempuan. Ia termasuk perempuan pertama yang berhasil terbang ke ruang angkasa di Vostok 6 pada 16 Juni 1963. Meskipun penerbangan awalnya berhasil dengan sempurna, selama dalam jalur di orbit ia tidak dapat mengatur arah kapalnya ke tujuan karena terjadi kesalahan sistem. Namun, Direktur Program Luar Angkasa Soviet, Sergei Korolyov, mencoretnya dari pekerjaan kosmonot dan tidak memberikan izin untuk mengambil kendali manual atas pesawat ruang angkasa.

Kekeliruan dalam software navigasi otomatis pesawat ulang alik tersebut membuat pesawat itu akhirnya malah menjauh dari Bumi. Para Ilmuwan Soviet harus dengan segera menguraikan algoritme pendaratan yang baru dan akhirnya, Tereshkova bisa kembali dan berhasil menuntaskan penerbangan tersebut.

Pada waktu itu, dia menderita sakit kepala yang luar biasa serta rasa tidak nyaman lainnya. Namun ia sukses mengorbit Bumi 48 kali dan mencatat semuanya lewat jurnal dan mendokumentasikannya lewat foto. Tereshkova merupakan satu-satunya perempuan yang berhasil melakukan misi luar angkasa sendirian.

8. Rita Levi Montalcini

Rita Levi Montalcini

Rita Levi Montalcini (22 April 1909 – 30 Desember 2012)  merupakan perempuan ilmuwan yang berfokus dalam bidang neurologi. Ia mendapatkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1986. Meskipun demikian, kehidupan Rita tidak bisa dibilang mudah. Dia belajar di universitas selama Perang Dunia dan menghadapi kesulitan sebagai seorang perempuan Yahudi.

Di Italia, ada peraturan khusus untuk orang Yahudi dari Benito Mussolini, sehingga Rita mau tidak mau keluar dari pekerjaannya di universitas dan memindahkan penelitiannya ke kamar pribadinya. Di sana, dia membangun semacam laboratorium dengan mikroskop serta peralatan rumah tangga yang dimodifikasi sedemikian rupa.

Setelah agresi pasukan Nazi, dia harus kabur ke arah selatan. Setelah berakhirnya perang, Rita yang sudah riset selama bertahun-tahun bekerja sama dengan spesialis biokimia yang bernama Stanley Cohen. Kolaborasi tersebut mendapatkan hasil: Ia sukses mengisolasi apa yang disebut sebagai faktor perkembangan saraf, protein penting untuk perturutan hidup neuron.

9. Ilmuan Perempuan Matematika: Ada Lovelace

Ilmuan Perempuan Matematika Ada Lovelace

Ada Lovelace merupakan perempuan pionir dalam teknologi komputer yang lahir di Inggris pada 10 Desember 1815 sebagai putri semata wayang Anna Isabella, seorang ahli matematika terpandang, dan penyair Lord Byron. Ia merupakan seorang spesialis matematika, ilmuwan komputer, dan penulis. Lovelace mendapatkan banyak aspirasi ilmiah dan acap kali terbukti lebih berpengaruh dari ibu kandungnya sendiri.

Menginjak umur 18 tahun, Lovelace berkenalan dengan spesialis matematika yang bernama Charles Babbage yang mendorong dia untuk bergabung dengan tim “mesin analitis” yang terkenal. Lovelace tidak cuma sukses dalam hal ini tetapi juga menemukan apa yang diakui sampai sekarang ini sebagai algoritme pertama untuk sebuah mesin komputasi.

Peristiwa itu membuatnya jadi seorang programmer komputer pertama. Bahkan, bahasa pemrograman yang sekarang, yang dibikin oleh divisi Pertahanan USA, diberi nama berdasarkan namanya.

10. Hedy Lamarr

Hedy Lamarr

Hedy Lamarr yang lahir pada 9 November 1914  merupakan perempuan pencipta versi pertama koneksi tanpa kabel jarak jauh atau sekarang ini kita kenal sebagai Wi-Fi. Bersama dengan rekannya George Antheil, Lamarr mengelaborasi metode enkripsi yang diketahui sebagai frequency hopping.

Baca Juga: Ketimpangan Gender dan Kerentanan Perempuan di Sektor Pertambangan

Tetapi sebelum kesuksesannya, Lamarr pernah mengalami keadaan sangat buruk. Suaminya yang bernama F. Mandl memenjarakannya di dalam rumahnya sendiri dan ia diawasi secara ketat, memaksa Lamarr berhenti bekerja. Sekitar tahun 1942, ia memasukkan paten metode komunikasi rahasianya yang berupaya mendeteksi torpedo buatan armada Sekutu.

Lamarr berpendapat bahwa jika pemancar serta penerima bisa melompat secara bersamaan dari frekuensi ke frekuensi, maka siapa pun yang ingin menginterupsi sinyal itu tidak akan tahu di mana lokasi pemberi sinyal tersebut. Yang patut disayangkan, Lamarr tidak mendapatkan penghargaan atas penemuannya tersebut.

11. Ilmuwan Perempuan Islam: Sutayta al-Mahamali

Ilmuwan Perempuan Islam Sutayta al-Mahamali

Sutayta merupakan perempuan ahli aritmetika pada abad ke-10. Ia bisa dibilang sangat berbakat dalam aljabar. Sejak kecil, ia banyak diajari oleh banyak ulama, termasuk ayahnya sendiri. Tidak hanya aritmetika, ia juga pandai dalam aspek seni Sastra Arab serta hadis

Read More
Cut Nyak Dhien

6 Pahlawan Perempuan Muslimah Asal Indonesia yang Jarang Diketahui

Pembentukan bangsa Indonesia tidak hanya berkat jasa-jasa pihak laki-laki saja tetapi juga perempuan dengan latar belakang yang beragam, salah satunya para pahlawan perempuan muslimah. Mereka berjuang untuk bebas dari pihak penjajah dan merdeka dari segala bentuk penindasan.

Baca Juga: Jejak Perempuan Pemimpin Kerajaan Nusantara

Mereka berjuang tidak hanya lewat jalur perang tetapi juga dari beragam jalur seperti pendidikan, kebudayaan, dan lain sebagainya. Mereka memperlihatkan bahwa muslimah juga bisa berjuang dan menggapai cita-cita mereka. Berikut ini beberapa muslimah yang patut kamu ketahui ceritanya.

1. Sultanah Safiatuddin Berjuang dalam Melestarikan Literasi, Kebudayaan dan Pendidikan

Sultanah Safiatuddin

Sultanah Safiatuddin merupakan nama pahlawan perempuan Indonesia yang paling terkenal dan termahsyur di kesultanan Aceh. Lahir pada tahun 1612 ia berhasil membawa kesultanan Aceh ke dalam masa keemasan lewat kebudayaan, literasi serta pendidikan.

Dibawah kepemimpinan Sultanah Safiatuddin ia membawa kesultanan Aceh ke masa kejayaan, dalam berbagai bidang, di antaranya pendidikan, kebudayaan, penyebaran agama Islam, hingga perlawanan terhadap VOC gencar ia lakukan. Ia juga membuat pasukan prajurit perempuan penjaga istana yang ikut serta bertempur dalam perang Malaka pada sekitar tahun 1639.

Di masanya juga, Sultanah Safiatuddin sangat tertarik dan mendukung kebudayaan dan literasi serta pendidikan. Ia me memberikan dukungan penuh pada para sastrawan dan kelompok intelektual untuk mengembangkan diri mereka. Ia pun juga aktif membangun pesantren-pesantren untuk rakyat belajar mengaji. Sultanah Safiatuddin lebih mengedepankan jalur diplomasi ketimbang  lewat militerisme. Kemampuan literasinya yang membuat ia fasih berdiplomasi dengan beberapa pihak dan berhasil menghalau ancaman-ancaman yang datang.

2. Cut Nyak Dhien Pahlawan Perempuan dan Perang Gerilyanya

Cut Nyak Dhien

Akibat semakin kuatnya pihak Belanda dan pengaruh mereka terhadap bangsawan-bangsawan Aceh membuat Kesultanan Aceh semakin mundur dan semakin melemah. Dalam situasi ini, Cut Nyak Dien lahir dari keluarga Uleebalang di Aceh besar pada 1848. Di masa tersebut Uleebalang memiliki status setingkat Bupati dan mempunyai kemampuan militer. Cut Nyak Dhien memperoleh kemampuan militernya  dengan cara belajar sendi dan tentu saja dari tarah kebangsawanannya.

Baca Juga: Rasuna Said dan Soewarni Pringgodigdo: Contoh Kepemimpinan Perempuan Era Kolonial

Bersama dengan suaminya Teuku Cek Ibrahim Langga, yang konsisten melawan Belanda. Ketika suaminya mati dalam perang, Cut Nyak Dhien bertekad untuk membalas dendam pada pihak Belanda dan mengusir mereka dari tanah Aceh.

Dalam peperangan di Aceh hampir sama dengan perang Jawa, membuat pihak Belanda kelimpungan karena serangan dari pasukan Aceh terus menerus dan bertubi-tubi. Cut Nyak Dhien berjuang bersama dengan suami keduanya, Teuku Umar dalam peperangan ini. Namun, sangat disayangkan Teuku Umar pun gugur dalam perang ini.

Walaupun sudah semakin tua, dan mengidap penyakit encok, Cut Nyak Dhien tetap berjuang dalam peperangan. Karena merasa kasihan, salah satu bawahannya memberikan info lokasi Dhien kepada pihak Belanda, dan ia pun tertangkap oleh pihak Belanda. Hingga menghembuskan nafas terakhir, Dhien menolak untuk tunduk pada pihak Belanda, dan karena kewibawaannya Dhien tetap ditakuti serta disegani.

3. Pahlawan Perempuan Muslimah Indonesia: Yati  Aruji

Yati Aruji

Sejak kecil Yati Aruji sudah akrab dengan aktivitas pergerakan. Dibesarkan oleh seorang ayah yang aktif di Sarekat Islam  sebuah organisasi  politik pra-perang di Hindia Belanda serta ibunya yang mengelola dap umum membuatnya ikut terjun dalam dunia pergerakan. Yati aktif di Partai syarikat Islam Indonesia. Di PSII ia aktif dan akhirnya menjadi ketua Syarikat Islam Afdeling Pandu Putri (SIAP_ yang akhirnya setelah itu menjadi anggota Kepanduan Muslimin Indonesia.

Baca Juga: 6 Pahlawan Perempuan Indonesia Beserta Asalnya yang Perlu Kamu Ketahui

Pada tahun 1945 Yati mendirikan LASWI, organisasi ini  mengoordinasi 61 kesatuan perjuangan di seluruh Jawa Barat. Organisasi ini dilatih oleh mantan anggota PETA dan bertugas di garis depan. Anggotanya pun semua perempuan dengan beragam latar belakang, dari gadis, janda, hingga yang masih memiliki suami. Mereka bisa melakukan apa saja, mulai dari merawat prajurit yang teruka, menjadi mata-mata, mengajar kelas pemberantasan buta huruf, dan lain sebagainya.

4. Kartini Melawan dengan Pemikiran dan Surat-Suratnya

pahlawan perempuan muslimah kartini

Kamu sudah pernah membaca kumpulan surat-surat Kartini dengan teman penanya Stella Zeehanderlar dan Abendanon? Surat-surat Kartini berisi tentang pemikiran-pemikirannya akan dunia yang setara dan membuat kita terinspirasi dari suratnya itu. Kartini lahir dari keluarga ningrat dan ia beruntung dapat memakan bangku sekolah walau hanya sampai di umur 12 tahun. Setelah itu ia dipingit untuk dinikahkan. Walaupun ruang geraknya dibatasi,  wawasan Kartini begitu luas.

Kartini merupakan pahlawan perempuan muslimah yang menolak prinsip feodalisme dan menolak dipanggil Raden Ayu. Dalam masa pingitnya, ia banyak bersurat dan merenung soal posisi perempuan yang tidak setara dalam pernikahan. Cita-cita Kartini ingin sekali menjadi antropolog, ia bahkan sudah mengantongi beasiswa ke Belanda, namun zaman itu terlalu dini bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan setinggi itu, maka dari itu beasiswa itu pun diberikan pada Agus Salim.

5. Opu Daeng Risaju Salah Satu Anggota Sarekat Islam Paling Berpengaruh di Sulawesi Selatan

Opu Daeng Risaju

Tahukah kamu, pada masa penjajahan Belanda, semakin menguatnya kekuasaan mereka juga mengakibatkan peran gender dalam masyarakat yang semakin dibatasi antara laki-laki dan perempuan. Pergerakan pun mulai berubah dan saat itu mulai berfokus pada ide  Indonesia yang merdeka.

Pada saat itu ideologi Islam yang sedang berkembang dan memberikan imajinasi tentang perlawanan terhadap kolonial serta organisasi Sarekat Islam menjadi organisasi yang paling banyak pengikutnya. Salah satu tokoh berpengaruh di Sarekat Islam di Sulawesi Selatan adalah Opu Daeng Risaju .  Pahlawan perempuan indonesia ini lahir pada 1880 dan berasal dari keluarga bangsawan Luwu.  Opu Daeng Risaju berkenalan dengan Partai Sarekat Islam diusianya yang ke 47 tahun. Ia bergabung dengan PSII Pare-Pare lalu kemudian mendirikan PSII cabang Palopo pada 14 Januari 1930. Berbeda dengan perjuangan lainnya, Opu melawan Belanda dengan cara memperkenalkan ide tentang kemerdekaan bangsa ini ke kerabat dan tetangga sekitarnya.

Walaupun saat itu ia ditangkap oleh pihak Belanda menangkapnya dengan tuduhan menghasut rakyat, Opu tidak gentar dan setelah penahanannya ditangguhkan salah seorang sepupunya, ia tetap menyebarkan ide-idenya itu. 

6. Fatmawati  Muslimah yang Menolak Dipoligami

pahlawan perempuan muslimah Fatmawati

Fatmawati faktanya merupakan ibu negara pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Ia merupakan istri ketiga dari Soekarno setelah Soekarno menceraikan Inggit Garnasih. Fatmawati merupakan sosok yang pluralis, ia tumbuh besar sebagai perempuan cerdas, intelektual, serta aktif ikut dalam organisasi Islam Nasyiatul Aisyiah, sebuah organisasi perempuan di bahwa Muhammadiyah. Selain itu ia juga aktif mengikuti kursus-kursus yang membantunya memperluas wawasan tentang kebangsaan.

Baca Juga: 4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Barat adalah Tokoh Feminisme

Pahlawan perempuan muslimah ini juga populer di masyarakat sebagai penjahit bendera merah putih yang dikibarkan saat proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang ibu negara, ia membantu dalam gerakan-gerakan pemberantasan buta huruf, menentang poligami serta kegiatan ekonomi untuk memajukan kelompok perempuan. Ketika Soekarno ingin berpoligami dengan menikahi Hartini, Fatmawati menentang keras hal tersebut dan meminta cerai dari Soekarno. Walau sudah tidak lagi menjadi ibu negara, setelahnya Fatmawati tetap dianggap sebagai ibu negara dan tidak ada yang bisa menggantikan sosoknya.

Read More