kepemimpinan feminin

Apa Itu Kepemimpinan Feminin Serta Apa Manfaatnya

Gaya kepemimpinan yang secara umum dianggap baik adalah gaya kepemimpinan maskulin dan tegas. Hal ini juga karena posisi-posisi kepemimpinan masih diisi sebagian besar oleh laki-laki dengan gaya maskulin, sehingga kepercayaan umum adalah bahwa kepemimpinan yang tegas dan maskulin itu lebih efektif. Padahal pandangan semacam itu terbukti keliru. Salah satu podcast Indonesia berjudul How Women Lead memberikan pemaparan panjang soal ini.  

Apa itu Kepemimpinan Feminin? 

Dalam masyarakat, gaya kepemimpinan maskulin lebih akrab ditemui sehari-hari, padahal belum tentu lebih efektif dalam memimpin sebuah perusahaan, komunitas, atau gerakan. 

Berbeda dari kepemimpinan maskulin seperti yang kita lihat dari beberapa pemimpin dunia saat ini, kepemimpinan feminin memiliki ciri membangun penilaian diri perempuan untuk memperkokoh kepemimpinannya, serta membekali mereka dengan kemampuan, sumber daya, dan akses sehingga mereka dapat membuat sebuah perubahan untuk komunitasnya.

Baca Juga: Perkaya Tema, Baca Nyaring Bantu Orang Tua Ajarkan Kepemimpinan Perempuan

Selain itu, kepemimpinan feminin lebih berfokus pada redistribusi kekuasaan serta tanggung jawab. Tujuan lain dari gaya kepemimpinan ini alih-alih berfokus pada  kompetisi, ia lebih mengutamakan kerja sama dan membangun relasi, sehingga terbentuklah tim yang solid.

Gaya kepemimpinan feminin terbukti lebih efektif karena memiliki spektrum yang patut diseimbangkan. Sebagai seorang pemimpin yang baik, tentu saja dalam memimpin tidak boleh hanya terpatok dengan satu gaya saja. Seorang pemimpin perlu menyeimbangkan antara gaya feminin serta maskulinnya. 

Di kehidupan nyata, sudah banyak sekali contoh-contoh kasus kegagalan sebuah perusahaan, komunitas, bahkan satu negara akibat gaya kepemimpinan super maskulin. Contoh paling baru bisa kita lihat bagaimana kegagalan Amerika Serikat dan Brasil menangani pandemi COVID-19 ketika awal-awal virus tersebut menyebar. Nah sebelum ini, sebetulnya ada contoh nyata banget ini bagaimana kepemimpinan macho atau maskulin menghancurkan sebuah negara, yakni di Islandia.

Kebangkitan Ekonomi Islandia dengan Gaya Kepemimpinan Perempuan

Pada 2008, ketika seluruh dunia mengalami krisis ekonomi, Islandia menjadi salah satu negara yang paling terimbas krisis tersebut. Nilai tukar mata uang melemah, angka pengangguran melonjak, bahkan pasar sahamnya karam. Lebih parah lagi, tiga bank utama di negara tersebut, Kaupthing, Glitnir dan Landsbankinn dibiarkan gagal.

Dalam situasi yang sangat genting itu, ada satu perusahaan investasi yang tidak terkena imbas krisis keuangan besar itu, yakni Audur Capital. Padahal perusahaan ini baru saja setahun berdiri, dibentuk oleh dua orang perempuan, Halla Tómasdóttir dan Kristín Pétursdóttir. 

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Ada empat kunci keberhasilan dari perusahaan tersebut dalam melewati krisis itu. Dalam Ted Talk di London, Tomasdottir menyampaikan bahwa pertama, kita harus menyadari risiko. Tomasdottir melihat ada perbedaan antara menghindari risiko, tidak mau mengambil risiko,  dan menyadari risiko yang akan dihadapi, yang berarti tidak ingin mengambil risiko yang belum sepenuhnya dipahami. 

Kedua, komunikasi publik yang baik. Tomasdottir mengatakan para pemimpin harus berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat soal aspek bagus dan aspek buruk dalam mengambil keputusan dan hasilnya. Hal ini penting dilakukan agar selamat dari krisis. 

Ketiga, kita boleh memikirkan laba tapi tetap berpegang pada prinsip keberlanjutan. Tomasdottir mengatakan, buat apa mendapat laba tetapi merugikan kondisi sosial serta lingkungan. Ia juga mengatakan bahwa kita perlu melihat jangka panjang dan definisi laba yang lebih luas. 

Prinsip yang terakhir adalah modal emosional, yakni memotivasi, mendukung, dan berhubungan dengan orang-orang yang dia investasikan. Seperti yang ia katakan, “Ketika Anda hanya menginvestasikan uang, tidak banyak yang terjadi.”

Nilai-nilai yang disebutkan oleh Tomasdottir ini termasuk ke dalam gaya kepemimpinan feminin. 

Podcast Indonesia Membahas Gaya Kepemimpinan Feminin

Dalam salah satu episode podcast Indonesia  yang berjudul “Bye Kepemimpinan Macho!” salah satu narasumbernya yaitu dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi, memaparkan mengapa kepemimpinan super maskulin masih saja dianut padahal jelas-jelas sudah terbukti banyak gagal.

Saras menjelaskan bahwa masyarakat dalam memahami ekonomi, politik,serta budaya lebih mengarah pada perlombaan untuk berkompetisi, menguasai satu di atas lainnya. Padahal seharusnya, alih-alih berkompetisi, kita perlu meniru cara kerja siklus yang mengandung kerja sama, saling menguntungkan, dan saling menciptakan kehidupan yang seimbang serta selaras. 

Baca Juga: Film-film Hayao Miyazaki dan Representasi Kepemimpinan Perempuan

Saras mencontohkan beberapa perjuangan perempuan Indonesia di basis akar rumput seperti perjuangan ibu-ibu Kendeng, dan gerakan menenun yang dilakukan Mama Aleta Baun.  

Dalam sejarahnya, perjuangan yang dilakukan oleh perempuan memang  dua kali lebih keras dari laki-laki dalam meraih posisi di dalam mengambil keputusan. Tidak hanya soal status pendidikan, lingkar keluarga, dan lain-lain, perempuan pun juga harus berjuang melawan segala macam prasangka bahwa perempuan tidak ditakdirkan untuk memimpin. 

Read More
rekan kerja di kantor

10 Hal yang Tidak Boleh Kamu Katakan Terhadap Rekan Kerja di Kantor

Menjaga relasi profesional di kantor memang gampang-gampang susah ketika dijalankan. Ada saja tantangan bahkan hambatan yang kita hadapi di kantor apalagi  kaitannya dengan rekan kerja di kantor. Mungkin ini pengalaman pertamamu bekerja, dan kamu bingung apa yang perlu kamu lakukan agar tetap profesional. Atau mungkin saja ini kantor keduamu setelah resign dari kantor lama yang super toksik. 

Perusahaan Inklusif serta Ramah Perempuan

Semua orang pasti mendambakan punya kantor yang ideal, di mana perusahaan menghormati hak-hak pekerjanya serta memiliki peraturan penanganan kekerasan seksual. Tapi, tentu saja enggak semua perusahaan bisa ideal seperti itu. 

Baca Juga: Berkaca dari Australia: Cara Menangani Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Berkaitan dengan kantor yang ideal, ini juga berhubungan dengan rekan kerjamu. Sia-sia juga punya kantor yang ideal, namun rekan kerjanya nyebelin, bahkan toksik.  Karena itu, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan waktu berinteraksi dengan rekan kerja.

Nah sebelum lanjut membaca tips dari kami, kamu juga bisa mampir ke salah satu podcast How Women Lead untuk mengetahui sejauh mana sih, perusahaan Indonesia menciptakan ruang yang inklusif untuk pekerjanya. 

Berikut ini beberapa hal yang jangan kamu katakan ke rekan kerjamu agar kehidupan kerjamu bisa damai. 

1. Rahasiakan Akun Media Sosial Kepada Rekan Kerja

Ini adalah hal pertama yang perlu kamu lakukan di kantor barumu. Please, jangan langsung bagikan akun sosial pribadi kamu ke rekan kerja. 

Loh, memang kenapa? Iya sih betul ada fitur Close Friend di Instagram, dan akun Twitter bisa digembok. Tapi, kami tetap menyarankan kamu untuk tidak melakukan hal tersebut. Media sosialmu adalah wilayah pribadi kamu, yang mending enggak kamu umbar-umbar dengan rekan kerja. 

2. Tidak Perlu Bawa-Bawa Pandangan Politik

Ini adalah hal klasik, tetapi sangat vital dalam menjaga relasi profesional. Kalian pasti punya satu atau dua orang teman yang ngomongin soal pandangan politik, lalu akhirnya berantem sendiri. Enggak cuma bikin geleng-geleng kepala, ini juga membuang-buang waktu dan tenaga. Alih-alih mendapat info dengan bertukar pendapat, eh ujung-ujungnya debat kusir enggak karuan. 

Baca Juga: Kebijakan SDM yang Lebih Inklusif Dorong Keberagaman di Tempat Kerja

Boleh-boleh saja membicarakan politik. Tetapi, jangan sampai pandangan politik yang berbeda malah bikin kalian berantem dan berakibat pada kinerja tim yang turun. 

3. Dilarang Bertanya Jumlah Gaji Rekanmu

Kamu orangnya kepo atau ingin tahu banget? Ya jangan sampai bertanya soal gaji saja.

Memang sih, di titik tertentu obrolan soal gaji sesama pekerja ini bisa membuka mata kita juga soal kesenjangan upah antargender. Tapi kalau sebenarnya di kantormu enggak ada isu itu, obrolan soal gaji rekan kerja malah bisa memicu pertengkaran di antara kalian sendiri.  

Selain enggak sopan, pertanyaan ini juga supersensitif. Lagipula, buat apa juga kamu tahu gaji rekan kerjamu? Lebih baik fokus saja bagaimana cara mengembangkan kariermu agar kamu juga bisa mendapat kenaikan gaji. 

4. Stop Melempar Lelucon Seksis

Kamu suka ngelawak tetapi leluconmu malah bikin risi rekan kerja perempuan? Yuk, mulai berhenti melemparkan lelucon seksis. Lelucon seksis merupakan sebuah lelucon yang merendahkan gender tertentu.

Tidak hanya lelucon saja, kadang-kadang di grup kantor ada saja yang melempar stiker Whatsapp atau konten seksual yang bikin  kita risi. Bukannya dianggap lucu, kamu malah bisa dianggap sebagai orang yang super nyebelin dan enggak sensitif sama rekan kerja. 

5. Jangan Bertanya Umur Rekan Kerjamu

Pertanyaan soal umur ini bagi sebagian orang juga sangat sensitif. Pakar-pakar SDM mengatakan bahwa sebagai pekerja, sebaiknya kamu menghindari bertanya soal ini kepada rekan kerjamu. 

Baca Juga: 7 Rekomendasi Buku Motivasi untuk Perempuan Pekerja

Dia mungkin saja berpikir kamu sedang mempertanyakan otoritas atau kemampuannya, bahkan yang lebih buruk lagi ia menganggap kamu mendiskriminasi orang berdasarkan umur. 

6. Jangan Curhat Soal Hubungan Personal dengan Rekan Kerja

Hal lainnya yang enggak perlu kamu umbar ke rekan kerja adalah hubungan personal, entah itu dengan pacar, istri, suami, atau keluarga. Bisa jadi, dari curhatan itu malah tersebar informasi-informasi yang sebetulnya enggak mau kamu bagikan atau yang keliru ke orang banyak.

Jarang sekali curhatan soal hubungan personal berpengaruh baik terhadap citra profesionalmu atau mempererat hubungan antar pekerja di kantor. Jadi, sebaiknya kamu simpan saja hal itu untuk diri sendiri.

7. Jangan Memulai Kalimat dengan Kata “Kayaknya” Saat Berbicara dengan Rekan Kerja  

Nah, hal ini sering kita enggak sadari ketika kita menjawab pertanyaan dari rekan kerja. Ya untuk situasi-situasi tertentu boleh saja menggunakan kata ‘kayaknya’, tetapi hanya  jika kamu benar-benar enggak terlalu yakin. 

Baca Juga: 4 Cara Hadapi ‘Mansplaining’ dan Interupsi dari Rekan Kerja

Ketika kamu menggunakan kata ‘kayaknya’, kamu bakal terlihat plin-plan atau enggak yakin di depan teman kerjamu. Akan lebih baik  kamu berbicara secara langsung dan straight to the point.

8. Jangan Menyebarkan Rumor dan Gosip dengan Rekan Kerja

Kamu mau memiliki banyak teman di kantor? Jangan menggunakan gosip buat mewujudkan hal itu. Selain itu perbuatan yang buruk, kamu bisa saja mencelakai rekan kerja yang kamu gosipkan. Belum lagi itu bisa berdampak pada kesehatan mental temanmu. Duh, pokoknya jangan. 

Jika kamu berkomentar negatif apalagi sampai menyebarkan gosip ke rekan kerjamu, kamu malah bakal dicap enggak baik atau lebih buruk dari orang yang kamu gosipkan. 

9. Dilarang Melakukan Kekerasan Seksual di Kantor

Baik laki-laki atau pun perempuan bisa berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual. Saat bicara tentang kekerasan seksual, bukan berarti bentuknya hanya yang melibatkan kontak fisik saja, loh.

Sebelum ini kita sudah membahas soal lelucon seksis. Ini termasuk bentuk pelecehan seksual verbal yang menjadi bagian kekerasan seksual juga. Selain lelucon seksis, pelecehan seksual bisa berupa cat call atau komentar terhadap tubuh dan penampilan rekan kerja hingga mengarah ke hal mesum.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Nah, ketika kita melanggengkan pelecehan seksual, kita sebenarnya juga sudah melanggengkan budaya pemerkosaan.

Penting buat kita untuk menyadari jamaknya hal ini di kantor. Selain memulai dari diri sendiri untuk enggak melakukan hal itu, kita pun harus selalu mengingatkan atau mencegah rekan kerja kita agar tidak melakukannya. 

10. Jangan Bertanya Soal Lowongan Kerja  

Kamu mau resign tetapi masih bingung belum mendapat pekerjaan baru? Sementok-mentoknya dirimu, please jangan bertanya soal lowongan tempat kerja lain kepada rekan kerjamu. Hal ini bisa banget membuat hubungan profesional kalian merenggang, dan bikin kinerja tim enggak maksimal. 

Read More
buku motivasi untuk karier cemerlang

7 Rekomendasi Buku Motivasi untuk Perempuan Pekerja

Banyak kendala yang dihadapi oleh perempuan pekerja, dan kita sulit mencari panduan untuk mengatasi halangan dan rintangan tersebut. Bagi yang lebih menyukai media audiovisual, mereka akan mencari panduan tersebut di film, vlog, atau  podcast indonesia. Tapi jika kamu suka membaca buku, ada yang bisa dipelajari dan dijadikan insight bagi persoalan yang kita hadapi sebagai perempuan pekerja, di buku-buku non-fiksi, termasuk buku self-help alias buku motivasi.  

Rekomendasi Buku Motivasi untuk Perempuan Pekerja

Menjadi perempuan pekerja dan memiliki karier tidak mudah di dunia yang patriarkal ini, apalagi jika kamu juga seorang istri dan ibu. Di tengah pandemi, beban perempuan pekerja yang sudah menikah berlipat ganda karena pengasuhan anak sepenuhnya diberikan pada ibu. Hal ini sering kali membuat karier perempuan terhambat dan mereka akhirnya menyerah, memilih untuk mengurus rumah tangga. 

Baca Juga: Buku-buku Sains Anak Masih Bias Gender, Kurang Representasi Perempuan

Mungkin beberapa buku motivasi berikut bisa membantu kamu menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang dihadapi, atau menjadi sumber kekuatanmu untuk tetap bertahan dalam kondisi-kondisi tidak menentu seperti sekarang ini. 

1. Becoming: Buku Motivasi dari Michelle Obama

Memoar dari mantan ibu negara Amerika Serikat, Michelle Obama, ini laris di pasaran dan sudah terjual hingga 14 juta eksemplar di seluruh dunia. Terdiri dari 24 bab, buku ini mengisahkan pengalaman personal Michelle Obama sebagai bagian dari warga kulit hitam kelas pekerja, dan bagaimana ia berjibaku dengan pendidikan tinggi, karier, serta keluarga, hingga menemukan “suaranya” ketika menjadi ibu negara, lewat kampanye kemanusiaan yang berfokus pada kesehatan. 

Buku ini juga cocok bagi kamu yang bergelut di bidang hukum, karena Michelle membahas pendidikan di sekolah hukum di Harvard University dan pengalamannya bekerja di firma hukum Sidley Austin di Chicago. 

2. Menjadi Perempuan: Buku Motivasi Kumpulan Esai Pengalaman Perempuan

Menjadi perempuan di Indonesia memiliki banyak tantangan tersendiri, di tengah masyarakat yang semakin konservatif dan menginginkan perempuan kembali ke ranah domestik saja. Buku motivasi Menjadi Perempuan yang disusun oleh Magdalene ini berisi 25 esai tentang pengalaman perempuan, baik dari sisi perempuan maupun laki-laki.

Baca Juga: Perkaya Tema, Baca Nyaring Bantu Orang Tua Ajarkan Kepemimpinan Perempuan

Para penulis berasal dari latar belakang pekerjaan serta pendidikan yang berbeda, cocok untuk para perempuan pekerja yang tengah galau saat lingkunganmu tidak mendukung. Dari buku ini, kamu akan mendapatkan beragam perspektif soal beragam pengalaman perempuan di Indonesia. 

3. The Feminist Minds: Buku Motivasi tentang Beragam Pengalaman Perempuan 

Buku motivasi  ini merupakan buku kedua dari Magdalene,  buku motivasi berisi esai dari 40 penulis soal kehidupan mereka sebagai feminis di Indonesia. Ditulis dalam bahasa Inggris, buku ini juga menceritakan beragam pengalaman perempuan yang bertahan dalam kondisi masyarakat yang masih patriarkal. Tulisan dalam buku ini merupakan kumpulan tulisan terbaik Magdalene selama dua tahun pertama berdiri.

4. 38 and Pregnant: Buku untuk Ibu Pekerja yang Sedang Hamil

Saat perempuan menikah, ia diharapkan segera memiliki anak. Padahal banyak yang ingin menunda dahulu, atau tidak ingin memiliki anak sama sekali. Dan pilihan itu seharusnya dihormati, bukan dikecam dan dipertanyakan sampai perempuan tertekan.

Memoar grafis 38 and Pregnant karya jurnalis dan Managing Editor Magdalene, Hera Diani, mendiskusikan hal itu. Hera secara sadar memilih untuk menunda memiliki anak, sebelum akhirnya hamil di usia 38 tahun dan melahirkan pada usia 39.

Baca Juga: Beban Pekerja Perempuan Generasi ‘Sandwich’ Berlapis

Hamil di usia menjelang 40 melahirkan tantangan tersendiri, apalagi jika kamu seorang perempuan pekerja. Dalam komik jenaka yang digambar oleh ilustrator Adhitya Pattisahusiwa, Hera membahas pandangan lingkungan sekitar soal mengapa ia baru memiliki anak di usia tersebut, mitos-mitos soal kehamilan, kecemasan-kecemasan yang timbul, serta tantangan tetap bekerja saat hamil tua. 

Buku motivasi ini bersifat sangat personal dan blak-blakan, dan memberikan perspektif yang jujur mengenai isu kehamilan dan fertilitas. Silakan masukkan buku motivasi ini ke dalam daftar keranjang belanjamu ya. 

5. Buku The Athena Doctrine Bantu Kamu Jadi Pemimpin Ideal

Pemimpin harus tegas, keras, dan tidak “emosional”? Buku The Athena Doctrine karya John Gerzema dan Michael D’Antonio ini mengobrak-abrik pandangan tersebut. 

Didasarkan pada hasil riset selama bertahun-tahun di puluhan negara di dunia, buku ini menunjukkan bahwa dunia sedang mengalami krisis kepemimpinan akibat gaya memimpin yang macho dan maskulin. Banyak sekali contoh kasus dalam buku ini yang menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinan feminin dengan karakter seperti penuh empati, fleksibel, dan mengedepankan kolaborasi, ternyata lebih efektif dan sangat membantu pemimpin dalam menavigasi perusahaan atau komunitas mereka. 

Kamu bisa membaca banyak contoh keberhasilan dan beragam studi mengenai kepemimpinan dalam buku ini. Kalau masih belum cukup, silakan dengarkan podcast How Women Lead ya.  

6. Herstory: Perempuan Nusantara di Tepi Sejarah: Kumpulan Cerita Inspiratif dari Tokoh Perempuan Indonesia

Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan yang berjasa di berbagai bidang. Beberapa di antaranya sudah sering kita dengar, tetapi banyak yang lainnya tenggelam dalam sejarah. Berbeda dari buku sejarah dan motivasi lainnya, Herstory: Perempuan Nusantara di Tepi Sejarah menceritakan 100 tokoh perempuan Indonesia dari segala sektor, mulai dari sains, gerakan kemerdekaan, aktivisme, bisnis, sampai olahraga. 

Baca Juga: Kantor Berbudaya Maskulin Tambah Beban bagi Pekerja Perempuan

Buku ini merupakan buku ketiga dari Magdalene. Tidak hanya menampilkan tokoh pahlawan perempuan yang sudah kita pelajar di bangku sekolah, buku ini juga menampilkan kisah-kisah tokoh perempuan Indonesia yang sengaja dihapus rekam jejaknya dari sejarah.

7. Buku Motivasi Terbaru Marie Kondo Joy at Work Bantu Menavigasi Karier 

Pusing dengan perubahan drastis yang terjadi karena pandemi COVID-19 yang mengharuskan kamu bekerja dari rumah?  Kamu bisa membaca buku terbaru Marie Kondo, konsultan gaya hidup asal Jepang yang terkenal dengan metode merapikan rumahnya. 

Selain rumah, Kondo juga ternyata membuat buku soal bagaimana agar kita bisa mengorganisasi pekerjaan kita dengan baik. Kondo menawarkan berbagai cerita dan pelajaran serta strategi untuk membantu kita mengatasi kekacauan di tempat kerja.

Read More
Representasi Perempuan dalam Media Masa

5 Hal yang Tidak Media Massa Katakan Soal Representasi Perempuan

Bagi kamu angkatan 90-an pasti sangat akrab dengan film horor Si Manis Jembatan Ancol yang sering ditayangkan di televisi pada siang hari, atau film-film trio Warkop—Dono, Kasino, Indro (DKI)—yang mengundang tawa kita dulu. Saat itu, tidak terpikir ada sesuatu yang tidak beres dalam film itu. Tapi setelah dilihat lagi, boleh dibilang bahwa penggambaran perempuan di dalam media tersebut adalah buruk.   

Podcast Indonesia Membahas Representasi Perempuan dalam Media Massa

Warkop DKI sering mengkritik rezim Orde Baru dalam lawakannya di panggung atau media lain. Namun sebagian besar film mereka melakukan objektifikasi dan seksualisasi perempuan. “Tradisi” itu dilestarikan oleh versi remake film-film trio tersebut, yakni Warkop DKI Reborn. 

Baca Juga: Sumur, Dapur, Kasur Potret Perempuan dalam Iklan

Tak hanya Warkop, media massa secara umum masih menggambarkan perempuan secara stereotip, diskriminatif, seksis, hingga misoginis. Hal ini dibahas dalam salah satu podcast Indonesia berjudul FTW Media, yang pada setiap episodenya mengeksplorasi bagaimana media massa saat ini merepresentasikan perempuan. 

Masyarakat pada umumnya mungkin juga belum menyadari betapa pentingnya representasi perempuan yang baik di media massa. Berikut ini beberapa hal yang perlu kamu ketahui soal representasi perempuan di beberapa media massa. 

1. Pemberitaan Media Penuh Stereotip dan Kurangnya Representasi Perempuan 

“Guru Cantik Sukses Viral di Sosmed”

“Hakim cantik ini Berhasil Memenangkan Kasus Besar”

“10  Ilmuwan Cantik ini Bikin Kamu Gagal Fokus”

Judul-judul berita seperti itu masih sering ditemukan di media, di mana perempuan lebih sering ditonjolkan penampilan fisiknya ketimbang prestasinya. Belum lagi gaya pemberitaan sensasional yang lagi-lagi melakukan objektifikasi dan seksualisasi pada perempuan, bahkan yang sudah mati sekalipun “Ditemukan Mayat Cantik”). 

Baca Juga: Tidak Pede Jadi Pemimpin? Simak Podcast Indonesia ini

Dari segi representasi, masih sedikit narasumber perempuan yang dikutip oleh media. Sebuah penelitian oleh Tempo Institute dan Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) menemukan bahwa dari 22.900 narasumber yang dikutip sebuah media, hanya 2.525 atau 11 persen di antaranya adalah perempuan.

Padahal, perempuan pakar tidak kurang jumlahnya, dan mereka pantas mendapatkan panggung yang sama dengan laki-laki.   

2. Efek Kamera yang Mempercantik Perempuan Secara Instan

Kamu ingin wajah seperti artis-artis Korea? Cantik, imut, dengan kulit glowing? Itu bisa kita dapatkan dengan instan lewat aplikasi kamera dan filter kecantikan. Kamu bisa mengubah wajahmu menjadi lebih putih, tanpa kerutan, dengan hidung mancung tanpa oplas. Tapi tahu enggak sih, filter-filter ini walaupun tidak membahayakan, tapi berdampak negatif terhadap pandangan kita pada standar kecantikan.

Standar kecantikan seharusnya beragam, tapi media hanya menggambarkan standar kecantikan tunggal dan kolonial dengan kulit putih, rambut panjang, dan tubuh langsing. Hal ini membuat banyak perempuan tidak percaya diri dengan fisiknya, dan inilah yang mendorong mereka menggunakan filter kamera agar mereka bisa memenuhi standar tersebut. 

3. Lagu-lagu Cinta yang Sebetulnya Toksik

“Kamu di mana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa? “ 

Lagu “Yolanda” dari Kangen Band itu sempat populer karena musiknya enak buat joget dan liriknya catchy dan bucin. Tapi kalau kita dengar kembali dan pahami baik-baik, kok malah memperlihatkan hubungan yang toksik ya? 

Lagu-lagu cinta pada umumnya berkutat pada hubungan posesif dan stereotip terhadap perempuan. Bahkan ada juga yang terang-terangan mempromosikan kekerasan seksual terhadap perempuan. Kalau terus-terusan dibiarkan, hal ini dapat menormalisasi hubungan yang tidak sehat dan toksik sebagai cinta sejati dan romantis. 

4. Iklan-iklan di Media Massa Melanggengkan Stereotip Soal Perempuan 

Kalau kita lihat iklan-iklan sabun pembersih pakaian dan bumbu dapur, apa yang bisa kita tarik benang merahnya dari semua iklan itu? Perempuan selalu dipotret sebagai ibu yang mengurus rumah saja. Kalau pun ada laki-laki yang berperan sebagai ayah, mereka cuma dijadikan peran pendukung dan selalu berada di luar rumah.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Podcast Spotify Indonesia 2021

Enggak cuma iklan produk rumah tangga saja sih yang seperti itu, iklan kendaraan bermotor masih saja menampilkan perempuan sebagai model padahal tidak relevan. Banyak sekali alasan yang digunakan untuk tetap melanggengkan iklan seperti ini, salah satunya, “Ini kan cuma iklan, buat narik pembeli.” 

5. Minimnya Representasi Perempuan yang Beragam dalam Film Indonesia 

Seperti yang sudah kita bicarakan di awal artikel ini, penggambaran karakter perempuan di film masih banyak yang bermasalah. Banyak film yang masih menggambarkan pemimpin perempuan super bossy dan judes, atau sangat nelangsa dalam kehidupan percintaannya. Seolah-olah perempuan yang memilih karier akan kandas rumah tangganya. 

Hal ini akan ikut melanggengkan stereotip negatif dan stigma perempuan pekerja. Masyarakat pun akan semakin meragukan profesionalitas perempuan ketika menjadi pemimpin.

Read More
podcast perempuan pemimpin

Tidak Pede Jadi Pemimpin? Simak Podcast Indonesia ini

Beberapa orang bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin namun tidak percaya diri dengan kemampuannya. Ada juga beberapa orang yang  terpaksa menjadi pemimpin dan bingung sekali dengan apa yang harus ia lakukan karena ia merasa tidak kompeten sebagai pemimpin bisnis.  

Hal ini terutama terjadi pada perempuan, yang cenderung lebih tidak percaya diri ketimbang saat laki-laki saat ditunjuk menjadi seorang pemimpin. Banyak faktor yang melatarbelakanginya, termasuk diri sendiri, pendidikan keluarga, dan budaya di lingkungan. Faktor seperti  beban ganda juga menghambat perempuan untuk berkarier serta maju ke pucuk-pucuk kepemimpinan karena dilema antara fokus pada pekerjaan atau mengurus keluarga.  

Menjadi Pemimpin Ideal

Berangkat dari keresahan-keresahan ini, dibuatlah How Women Lead, sebuah podcast yang membahas tentang bagaimana para pemimpin perempuan mendobrak batasan-batasan, membongkar stereotip, serta melampaui ekspektasi masyarakat. Podcast ini terdiri dari 12 episode dan di tiap-tiap episodenya banyak membahas bagaimana menjadi pemimpin yang ideal, serta kisah-kisah inspiratif dari para pemimpin di berbagai sektor. 

Baca Juga: Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Episode pertama podcast indonesia ini membahas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perempuan pekerja pada umumnya, apalagi di sektor-sektor yang diasosiasikan dengan atau didominasi oleh laki-laki. Sering kali suara perempuan tidak didengar serta diremehkan oleh kolega-kolega laki-lakinya, sebab dinilai tidak kompeten. Padahal ini keliru banget. 

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin Ideal

Terlepas dari gendermu, kamu memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang pemimpin ideal. Namun, untuk mencapai ke titik tersebut, perempuan memiliki tantangan yang lebih besar daripada laki-laki. Salah satu contoh yang dibahas dalam podcast Indonesia ini adalah pengalaman Sarah, seorang pekerja dan juga ibu rumah tangga dengan empat anak. Sejak ia mulai bekerja hingga saat ini, tantangan yang ia hadapi beragam. 

Saat baru bekerja, keluarganya selalu menuntut dan bertanya, “Kapan nikah, kan umurnya sudah segini”. Setelah ia menikah permasalahan lain pun muncul, keluarga mulai bertanya-tanya soal kapan ia memiliki anak. 

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

“Saat akhirnya punya anak, banyak dilema muncul antara pekerjaan, mengurus suami dan anak, mana tidak ada asisten rumah tangga,” ujar Sarah. 

Beban ganda memang menjadi isu bagi banyak perempuan pekerja. Sejumlah perempuan akhirnya memilih untuk tidak bekerja di luar rumah dan mengurus keluarga saja. Padahal sebetulnya, perempuan tidak perlu sampai memilih antara karier atau keluarga. 

Hambatan Perempuan Menjadi Pemimpin Ideal 

Selain beban ganda, stigma terhadap perempuan yang bekerja atau menjadi seorang pemimpin pun banyak sekali. Ada yang bilang bahwa perempuan yang fokus bekerja bukan perempuan yang baik-baik. Mereka disebut sebagai perempuan egois hingga perempuan yang tidak peduli keluarga. Berbeda sekali dengan kondisi laki-laki yang memang diharuskan bekerja karena dianggap sebagai kepala rumah tangga. 

Pembagian peran gender seperti ini terlalu kaku dan sudah ketinggalan zaman. Dalam episode 2 podcast How Women Lead, ada perbincangan dengan Maya Juwita, Direktur Eksekutif Indonesia Business COalition for Women Empowerment (IBCWE) tentang masalah-masalah umum yang dihadapi oleh perempuan pekerja.

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Maya mengatakan bahwa peranan reproduksi perempuan sering kali disalahartikan dan mematikan potensi ekonomi perempuan. Ia memberi saran tentang bagaimana hal ini seharusnya direspons.

Jadi kalau peranan reproduksi perempuan untuk keberlangsungan hidup suatu bangsa, mestinya peranan itu jangan mengorbankan potensi ekonomi perempuan. Perempuan seharusnya bisa berdaya secara ekonomi. Memang kenapa perempuan harus memilih antara rumah tangga dan karier? Memang enggak boleh dua-duanya? Boleh dong, bisa dua-duanya.”

Podcast Indonesia tentang Menciptakan Tempat Kerja yang Inklusif

Maya Juwita, yang sudah malang melintang di dunia Human Resource atau Sumber Daya Manusia (SDM), mendorong perlunya kebijakan yang inklusif di tempat kerja untuk mendukung perempuan-perempuan pekerja mencapai puncak kepemimpinan.

Baca Juga: Jejak Perempuan Pemimpin Kerajaan Nusantara

Hal ini didukung oleh hasil penelitian lembaga konsultansi Mckinsey, yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender di perusahaan bisa mendongkrak keuntungan bagi perusahaan. Menurut analisis mereka, jika dunia ini dikelola secara lebih setara antara laki-laki dan perempuan, hal ini akan mendatangkan keuntungan senilai US$12 triliun sampai 2025. 

Maya Juwita mengatakan bahwa cita-cita Indonesia untuk menjadi ekonomi terkuat keempat di dunia pada tahun 2045 akan sulit tercapai kalau yang diandalkan hanya laki-laki saja dan tidak ada kesetaraan gender.

Read More
Sonia Sotomayor

Sonia Sotomayor Hakim Agung Perempuan dalam Pelantikan Presiden Amerika Joe Biden dan Kamala Harris

Lahir di daerah Bronx, Kota New York 66 tahun lalu, Sonia Sotomayor merupakan Hakim Agung di Mahkamah Agung Amerika Serikat.  Ia pertama kali diangkat pada tahun 2009 oleh presiden saat itu, Barrack Obama, dan merupakan hakim agung perempuan keturunan Amerika Latin pertama yang menjabat sebagai hakim agung. 

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

Dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden ke- 49 Amerika Serikat baru-baru ini, Sotomayor merupakan hakim agung yang memandu Wakil Presiden Kamala Harris dalam pengucapan sumpahnya. Dikutip dari CNN, Kamala yang memilih Sotomayor untuk memandunya sebab ia merupakan Hakim Agung perempuan Latin pertama Aung menjabat di Mahkamah Agung Amerika Serikat. Harris juga menganggap Sotomayor merupakan perempuan yang menginspirasi.

Profil Sonia Sotomayor Hakim Agung Perempuan Hispanik Pertama

Sonia Sotomayor mengenyam pendidikan sarjana di Princeton University dan lulus pada 1976 dengan peringkat summa cum laude. Ia lalu melanjutkan pendidikan dan mendapat gelar doktor dari Sekolah Hukum Yale pada 1979. Pada tahun 1984, ia bekerja sebagai Asisten Jaksa Wilayah di Kota New York selama 4,5 tahun sebelum masuk ke sektor swasta. Sotomayor juga berperan aktif sebagai Dewan Direktur organisasi hak asasi manusia Puerto Rican Legal Defense and Education Fund,  lembaga pinjaman negara bagian New York, serta Dewan Keuangan Kampanye Kota New York. 

Baca Juga: Perempuan Pemimpin dalam Film: Kurang Representasi, Diseksualisasi

Sotomayor lahir dari orang tua yang berasal dari Puerto Rico. Saat itu keduanya memutuskan untuk meninggalkan Puerto Rico dan pergi ke Amerika Serikat. Keduanya bertemu dan memutuskan untuk menikah lalu tinggal di Bronx. 

Sotomayor Besar dalam Keluarga yang Tidak Harmonis 

Sejak kecil, Sotomayor dibesarkan oleh ayah yang pemabuk dan ia pun juga tidak terlalu dekat dengan sang ibu secara emosional. Sotomayor lebih dekat dengan sang nenek dan menganggap neneknyalah yang berjasa memberi ia perlindungan serta tujuan. Meski demikian, sang ibu Celina Sotomayor merupakan orang paling berpengaruh dalam pendidikan Sonia Sotomayor, dan Sotomayor mengatakan bahwa ibunya merupakan dorongan besar di dalam hidupnya. 

Baca Juga: Tokoh Perempuan Disney Masih Terjebak Stereotip Negatif Perempuan Pemimpin

Terlepas dari keadaan keluarganya, Sotomayor merupakan anak perempuan yang sangat terinspirasi oleh karakter fiksi Nancy Drew, seorang detektif cilik yang  cekatan serta jenius. Karena membaca buku-buku Nancy Drew, Sotomayor mengatakan ingin menjadi seorang detektif ketika ia besar nanti. Namun, karena ia mengidap penyakit diabetes, dokter menyarankannya untuk berkarier di bidang lain. Akhirnya Sotomayor pun mengganti minatnya pada pekerjaan di bidang hukum karena terinspirasi juga oleh sebuah serial televisi berjudul Perry Mason, dan bertekad ingin menjadi seorang hakim. 

Kehidupan Perkuliahan Sonia Sotomayor 

Sebagai seorang perempuan keturunan Amerika Latin pada saat itu, bersekolah di kampus bergengsi Ivy League seperti Princeton University merupakan tantangan yang besar bagi Sotomayor. Ia mendapatkan beasiswa di Princeton University dan mulai belajar soal hukum di sana. Masa-masa di Princeton bagi Sotomayor merupakan pengalaman yang mengubah hidupnya. 

Waktu itu, di universitas tersebut, sangat sedikit perempuan dan orang Hispanik yang bersekolah di sana. Kosakata bahasa Inggris serta kemampuan menulisnya belum terlalu cemerlang sehingga ia harus belajar ekstra keras untuk mengejar ketinggalan. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, bertanya serta belajar dengan profesornya di luar jam perkuliahan, dan lain sebagainya. Walaupun di awal-awal ia  tertinggal jauh, semester berikutnya semua nilai mata kuliahnya mendapatkan A.

Baca Juga: Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Dalam wawancaranya bersama dengan jurnalis Savannah Guthrie pada tahun 2013, ia mengatakan bahwa saat itu ia sangat takut dengan kondisi yang ia hadapi.  

“Ketika kamu datang dari latar belakang sepertiku dan masuk ke dunia yang sangat berbeda dari duniamu, kamu pun pasti merasa takut,” katanya. 

Ketika ia lulus dari Princeton, ia memilih untuk menjadi advokat untuk para mahasiswa latin lainnya sebagai  pendiri The Latino Student Organization. Setelah lulus dari Princeton, Sotomayor mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Hukum Yale. Profesor di Yale, Jose A. Cabranes merupakan mentor pertamanya untuk berhasil melakukan transisi dan bekerja dalam “sistem”. 

Awal Karier Sonia Sotomayor dalam Bidang Hukum

Atas rekomendasi dari Cabranes, Sonia Sotomayor bekerja sebagai asisten dari Jaksa Wilayah New York, Robert Morgenthau, mulai 1979. Saat itu, tingkat kejahatan di kota New York sangat tinggi, dan staf Morgenthau terbebani dengan banyak sekali kasus. Seperti jaksa pemula lainnya, Sotomayor menangani berbagai macam kasus mulai dari prostitusi, pencurian, perampokan, hingga pembunuhan. Dalam melakukan pekerjaannya, Sotomayor tidak gentar ketika harus melakukan inspeksi ke wilayah-wilayah yang keras atau kondisi-kondisi berat ketika mewawancarai saksi. Dalam persidangan, Sotomayor juga efektif dalam melakukan pemeriksaan silang dan menerangkan dengan sederhana agar para juri dapat mengerti kasusnya. 

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan Era Orde Baru: Jadi Istri dan Ibu Nomor Satu

Beberapa kasus besar ia pernah tangani adalah kasus “Tarzan Murder” pada 1983, di mana ia membantu untuk menghukum Richard Maddicks yang melakukan kejahatan merampok apartemen dan membunuh korbannya. 

Mantan Presiden Obama Menominasikan Sotomayor sebagai Hakim Agung pada 2009

Pada tahun 2009, setelah Hakim David H Souter mengumumkan akan pensiun, Presiden Barack Obama menominasikan Sotomayor ke Mahkamah Agung. Terlepas dari komentar-komentar yang menentang  pencalonan tersebut, Sotomayor secara resmi menjadi hakim agung pada tahun itu.

Dalam sidang pengukuhannya sebagai hakim agung AS, ia berkata bahwa falsafah yudisialnya adalah “kesetiaan pada hukum, dan sebagai hakim, saya bekerja untuk menerapkan hukum bukan membuat hukum.”

Read More
pemimpin idola para karyawan

Cara Menjadi Pemimpin Idola: Langkah-Langkah Menuju Kepemimpinan yang Menginspirasi

Banyak karyawan sering mengeluhkan bagaimana atasan mereka memperlakukan mereka. Mulai dari atasan atau bos yang egois dan mengutamakan kepentingan sendiri tanpa melihat karyawannya, bos yang selalu meremehkan, tidak mendengarkan masukan, dan lain sebagainya. Rasanya setiap berangkat kerja, sang karyawan berat sekali untuk melangkah dan membuat mereka tidak produktif.

Baca Juga: Kesenjangan Gender di Dunia Profesional, Mulai dari Upah sampai Penugasan

Padahal, kunci kesuksesan sebuah tim salah satunya ada di pemimpinnya. Kalau pemimpinnya tidak becus, hal itu hanya akan mendatangkan malapetaka untuk karyawannya yang dia pimpin.  Contoh paling nyata adalah, kamu bisa lihat bagaimana Amerika Serikat di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump dalam menangani pandemi COVID-19. Sudahlah tidak mau percaya dengan ilmuwan, meremehkan pandemi, Trump juga sering melemparkan hoaks. 

Alhasil, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus COVID-19 paling tinggi. Kamu bisa lanjut mendengarkan rekomendasi podcast ini untuk tahu lebih lanjut kenapa gaya kepemimpinan seperti Trump itu tidak efisien dan dibenci para bawahan.

Ciri-ciri Bos Idola

ciri ciri bos idola

Pemimpin yang berhasil itu tentunya dihargai serta dihormati oleh karyawan-karyawannya. Seorang pemimpin bijaksana mengutamakan bagaimana timnya dapat bekerja dengan baik dan produktif, serta tentu saja memikirkan kesejahteraan karyawannya dan ini merupakan contoh pemimpin idola.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Drama Korea dan Serial TV Soal Perempuan Pemimpin

Jika kamu ingin tahu cara menjadi pemimpin ideal, jangan menggunakan gaya kepemimpinan otoriter yang membuat karyawanmu tidak nyaman dan malah sebal denganmu. Mau laki-laki atau perempuan, semua memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin idola dan dihargai oleh karyawan-karyawanmu. Nah untuk itu, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan agar karyawanmu bahagia dan kamu pun juga bisa menjadi pemimpin yang efektif. Yuk simak hal-hal berikut ini.

1. Pemimpin Idola Selalu Mengutamakan Empati pada Karyawannya


“Entrepreneur Pandji berbeda banget dari stand-up comedian Pandji. I push people. I am demanding. And I don’t mince words. Plus I fire people quick (sic)”. Begitu cuitan komika Panji Pragiwaksono. Dia menambahkan bahwa dia tidak segan-segan menghubungi staf-nya tengah malam atau di hari libur.

Twit ini langsung viral dan mendapat banyak kritik dari warganet yang mengatakan bahwa yang dilakukan Panji sebagai pemimpin ini sudah toksik. 

Baca Juga: 4 Cara Mendidik Anak Perempuan Sejak Dini Untuk Jadi Pemimpin

Para pengkritik tidak salah, sih. Sikap-sikap seperti ini sudah ketinggalan zaman banget kalau diterapkan di dalam kepemimpinan. Jika ingin menjadi pemimpin yang bijaksana, seorang pemimpin harus memiliki sikap empati dan juga welas asih pada karyawannya.  

Baik pemimpin maupun karyawan harus sama-sama menghormati waktu istirahat. Jangan chat soal pekerjaan di akhir pekan, atau ketika sedang cuti. Jika karyawanmu izin sakit, ya jangan dibebankan dengan pekerjaan, biarkan dia istirahat.

2. Atasan Idola Selalu Mengutamakan Kolaborasi Ketimbang Egoisme Pribadi


Sebel enggak, sih, kalau kita mendapat bos yang maunya menang sendiri, tidak mau mendengarkan masukan, dan suka mengklaim idemu sebagai idenya? Aduh, itu sih menyebalkan sekali. 

Kalau kamu bersikap seperti ini, siap-siap saja tim kamu bakal berantakan. Mana buktinya kalau sikap kolaborasi itu efektif? Coba kamu dengarkan episode podcast ini, yang membahas keberhasilan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arden dalam menangani pandemi COVID-19. Salah satu yang ia lakukan adalah berkolaborasi dengan berbagai sektor untuk menangani pandemi ini.

Tidak cuma Arden, pemimpin perempuan dunia sukses kendalikan Covid-19 juga melakukan kolaborasi untuk menangani pandemi ini.

3. Bos Idola Selalu Bersikap Rendah Hati 


Pemimpin idola adalah pemimpin yang punya sikap rendah hati. Bersikap rendah hati kepada sesama itu penting banget loh, apalagi jika kamu seorang pemimpin. Ibaratnya, nih, semakin kamu di posisi atas maka seharusnya kamu semakin bersikap rendah hati. Sebagai seorang pemimpin yang ideal, jangan bersikap sok tahu segalanya, apalagi kalau kamu sebenarnya tidak menguasai materi tersebut. 

Jika kamu tidak tahu, ya bilang saja kamu tidak memahami hal ini dan ingin belajar lebih banyak dari karyawanmu. Ini juga bisa menjadi ajang berkomunikasi dengan baik di antara kamu dengan karyawanmu juga kan. Pemimpin yang bijaksana akan selalu mendengarkan masukkan dari karyawan-karyawannya dan menerima kritik serta saran yang membangun, agar kamu bisa berubah menjadi pemimpin yang efektif. 

4. Pemimpin Idola Merupakan Orang-orang yang Passionate dalam Pekerjaannya

Mungkin beberapa di antara kita pernah menemukan tipe-tipe pemimpin yang enggak niat menjalankan tugasnya dan terkesan memakan gaji buta. Jika kamu ingin menjadi pemimpin ideal, jangan sekali-kali melakukan hal ini. 

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Kita tahu tidak semua pekerjaan kondisinya ideal dan sesuai dengan keinginan kita, akan tetapi, sangat disarankan lakukan pekerjaan itu dengan bersungguh-sungguh. Jangan kerjakan suatu pekerjaan setengah-setengah yang malah akan berdampak pada kinerja tim kamu.

5. Pemimpin Idola adalah Pemimpin yang Dapat Bersikap Fleksibel

Nah, ini salah satu hal yang mesti dan kudu kamu terapkan dalam kepemimpinan kamu, jika kamu ingin menjadi pemimpin yang ideal. Seorang pemimpin yang efektif, akan bersikap fleksibel dalam berbagai situasi, apalagi situasi saat ini dalam keadaan pandemi. 

Dalam episode podcast How Women Lead ini, Vice CEO PT Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto mengatakan, sikap fleksibel itu mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan apalagi di tengah krisis pandemi. Ketika banyak perusahaan yang bangkrut karena COVID-19, Pan Brothers dengan gesit melakukan “pivot” untuk bertahan di tengah krisis.

6. Pemimpin Idola adalah Orang yang Berpikir untuk Jangka Panjang

Ingin menjadi pemimpin yang ideal? Jangan memberikan tugas pada karyawanmu secara tiba- tiba. Selain bikin ambyar jadwal kerja, sikap ini juga buruk bagi kinerja tim. Kamu sangat disarankan untuk merencanakan pekerjaanmu dari jauh-jauh hari, dan berpikir untuk jangka panjang.

Read More
rekomen podcast indonesia

12 Rekomendasi Podcast Spotify Indonesia 2021

Sudah hampir satu tahun masyarakat dunia hidup berdampingan dengan pandemi COVID-19, yang membuat segala aspek kehidupan kita berubah secara drastis. Yang seharusnya di pagi hari kita sudah bersiap berangkat bekerja atau pun berkuliah, sekarang kita menghabiskan seluruh waktu kita #dirumahsaja. Awalnya kita kaget dengan perubahan ini dan sulit untuk menyesuaikan diri. Tapi dengan kebiasaan-kebiasaan baru seperti memasak, bercocok tanam, dan mendengarkan podcast, #dirumahsaja menjadi tidak terlalu membosankan. 

Ya, biasanya kita mendengarkan podcast Indonesia dalam perjalanan menuju tempat kerja kita. Sekarang, kita melakukannya di waktu-waktu senggang kita, seperti saat sedang jalan pagi atau sore. 

Beberapa tahun terakhir, dunia podcast di Indonesia tengah berkembang dengan pesat. Mulai banyak saluran-saluran podcast yang berkembang dengan beragam genre serta tema yang menarik. 

Rekomendasi Podcast Indonesia

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dunia podcast Indonesia saat ini berkembang dengan pesat, mulai dari genre obrolan politik, gaya hidup, hobi, hingga life hacks atau tips-tips menjalani hidup. Dengan beragam genre terbut, para pendengar mendapat banyak pilihan. 

Tapi sebelumnya, buat kamu yang belum tahu apa itu podcast atau siniar, podcast merupakan sebuah produk media berbasis suara. Pendengarnya dapat mendengar produk tersebut di mana saja dan kapan saja serta tersedia secara on-demand. Jadi, kamu tidak perlu khawatir jika kamu telat mendengar episode terbaru podcast kesayanganmu, karena kamu tinggal mendengar dan atau mengunggah episode tersebut. 

Nah, buat kamu yang baru saja menjelajah podcast-podcast Indonesia, kamu bisa banget mulai dengan 12 rekomendasi podcast berikut. 

1. Podcast Indonesia mengenai Perempuan Pemimpin

Sudah bukan zamannya lagi jika kamu membandingkan mana pemimpin yang lebih kompeten di antara laki-laki atau perempuan. Faktanya, pemimpin yang baik itu bukan berdasarkan jenis kelaminnya tetapi kompetensi dan gaya kepemimpinannya. 

Namun, di masyarakat sendiri, masih banyak prasangka buruk terhadap perempuan yang menjadi pemimpin, mulai dari terlalu emosional,  judes, dan lain sebagainya. Padahal, faktanya, di antara para pemimpin dunia yang berhasil mengendalikan pandemi, sebagian besar adalah perempuan. Di podcast How Women Lead, kamu bakal diajak mengupas tuntas soal isu-isu kepemimpinan perempuan serta tips-tips menjadi pemimpin yang baik. 

2. Podcast Indonesia yang Membahas Kepemimpinan Macho

rekomendasi podcast indonesia

Pemimpin harus tangguh, super maskulin, dan agresif? Aduh, itu pemikiran yang sudah ketinggalan zaman banget. Faktanya, gaya kepemimpinan super macho yang dipercaya efektif digunakan untuk memimpin, ternyata ya jauh dari efektif bahkan cuma bikin pegawai tidak nyaman. 

Bagi kamu yang sedang belajar menjadi pemimpin atau bingung banget ini bagaimana cara menjadi pemimpin yang efektif di situasi pandemi ini, episode “Bye Kepemimpinan Macho” ini bisa banget kamu dengarkan dan untuk melakukan refleksi juga. 

3. Rekomendasi Podcast Indonesia Membahas Buku Inspiratif   

rekomendasi podcast tentang buku inspiratif

Kamu lagi bingung mau baca buku apa di akhir pekan nanti? Sebelum mencari di toko buku daring, ada baiknya kamu mendengarkan episode podcast Indonesia ini soal buku “The Athena Doctrine” dari John Gerzema dan pemenang Pulitzer Prize, Michael D’Antonio. 

Dalam  buku ini, Gerzema dan D’Antonio mengupas tuntas soal bagaimana nilai-nilai feminin seperti empati, agile, serta compassion adalah faktor-faktor yang membuat suatu kepemimpinan efektif. Buku ini mereka susun berdasarkan hasil riset bertahun-tahun di berbagai negara, dengan total 64 ribu responden. Buku ini juga banyak menceritakan cerita dari beberapa pemimpin inspiratif yang berhasil mengatasi krisis ekonomi di negara-negara mereka. Buku ini cocok buat kamu yang sedang membangun bisnis dan perlu banyak bacaan soal mengatasi krisis.  

4. Podcast Indonesia Soal Ilmuwan Indonesia

Podcast Indonesia Soal Ilmuwan Indonesia

Kamu pernah mendengar nama Herawati Sudoyo? Seorang ilmuwan perempuan asal Indonesia yang berhasil meletakkan dasar pemeriksaan DNA forensik untuk mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 2004 silam. Saat itu pihak kepolisian ditantang untuk segera mengenali pelaku bom bunuh diri tersebut dan mengungkap kelompok mana yang berada di balik kejahatan yang menewaskan 10 orang dan membuat 180 orang luka-luka.

Dalam episode podcast Indonesia ini, dikisahkan bagaimana Herawati saat ini sibuk menangani pandemi COVID-19 di Lembaga Eijkman. Ia bercerita soal tantangan yang ia hadapi saat ini sebagai ilmuwan dan perjalanannya sebagai perempuan bekerja dan ibu dalam menggapai posisinya saat ini. 

Ia mengatakan bahwa sangat penting bagi tempat kerja untuk mendukung pekerja perempuannya karena mereka memiliki kondisi-kondisi yang berbeda dengan laki-laki, termasuk pekerjaan domestik yang dibebankan pada mereka. Nah, buat kamu yang sedang meniti karier sebagai ilmuwan, kamu wajib banget mendengarkan cerita dari Ibu Herawati ini.  

5. Rekomendasi Podcast Membahas Politik di Indonesia

podcast tentang politik indonesia

Obrolan soal politik Indonesia memang enggak ada habisnya. Tapi kalau berbicara soal perempuan dalam politik, isu ini masih kurang menjadi perhatian dalam masyarakat. Nah, salah satu tokoh yang sangat peduli dengan isu ini adalah Titi Anggraini dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). 

Kita sering mendengar bahwa panggung politik merupakan panggung super maskulin yang sangat patriarkal dan sering kali menghambat keterlibatan perempuan di sektor ini. Padahal, keterlibatan perempuan dalam panggung politik ini sangat penting, loh. Dampaknya sangat besar agar aspirasi-aspirasi perempuan dapat didengar oleh pemerintah. Nah, seperti apa sih tantangan yang dihadapi Titi dalam memperjuangkan keterwakilan perempuan dalam sektor ini? Langsung dengarkan saja podcast-nya ya.

6. Rekomendasi Podcast Soal Tips agar Bisnis Maju

Podcast membahas bisnis

Kamu sedang merintis bisnis atau baru mau memulai bisnis di tengah pandemi seperti ini? Kamu wajib mendengarkan podcast berisi wawancara dengan seorang pengusaha perempuan pendiri perusahaan Sari Ayu, Martha Tilaar beserta anaknya, Wulan Tilaar. Mereka menceritakan bagaimana mereka jatuh bangun membangun bisnis, dan terutama upaya-upaya mereka menavigasi perusahaan mereka di tengah-tengah krisis. 

Jauh sebelum krisis akibat pandemi COVID-19, perusahaan Sari Ayu telah melewati berbagai krisis ekonomi, termasuk pada 1998. Alih-alih terpukul, perusahaan malah meraup keuntungan. Bagaimana caranya? Simak podcastnya, ya. 

7. Podcast Indonesia tentang Menciptakan Ruang Kerja yang Ideal 

membuat ruang kerja ideal

Kamu yang baru mendapat pekerjaan mungkin bingung bagaimana seharusnya ruang kerja yang ideal untuk semua karyawan. Bagaimana dengan karyawan perempuan? Tentu saja perusahaan perlu memenuhi hak-hak pekerjanya seperti hak cuti haid, cuti hamil dan melahirkan, termasuk cuti ayah untuk para suami ketika istri mereka melahirkan.  

Nah, tentu saja hal ini masih agak sulit diterapkan, tetapi setidaknya kamu perlu tahu bagaimana lingkungan pekerjaan yang aman dan ideal tersebut. Yuk, dengarkan podcast-nya ya. Klik tautan di atas. 

8. Podcast yang Membahas Soal Kehidupan Pesantren

podcast membahas tentang pesantren

Orang tuamu sedang berpikir untuk mengirimkan adikmu untuk belajar ke pesantren? Kamu dan orang tuamu bisa banget mendengarkan episode podcast ini. Cerita yang diangkat berdasarkan  pengalaman dari Nyai Masriyah Amva, pemimpin Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Cirebon, Jawa Barat.

Awalnya Nyai Masriyah tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin pondok pesantren. Namun, karena suaminya meninggal dunia, ia terpaksa menggantikan sang suami untuk memimpin pondok pesantren tersebut. Awalnya banyak yang meremehkan Nyai Masriyah, tetapi ia tidak gentar dan terus maju, melakukan sejumlah terobosan sehingga pesantrennya ini sangat berkembang dan dikenal masyarakat luas. 

9. Podcast Tokoh Inspiratif dari Perusahaan Pan Brothers 

podcast tokoh inspiratif Pan Brothers

Ketika pandemi COVID-19 menimpa Indonesia, banyak perusahaan yang terkena dampaknya, terutama perusahaan padat karya seperti industri tekstil. Namun, PT. Pan Brothers, sebagai salah satu perusahaan tekstil besar di Indonesia, berhasil bertahan dan mengubah kondisi ini menjadi sebuah kesempatan. Hal ini terjadi, salah satunya, berkat aksi cepat tanggap Anne Patricia Sutanto selaku Vice CEO PT Pan Brothers.

Dalam episode ini, Anne menceritakan bagaimana fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi sangat penting diterapkan sebagai pemimpin. Yuk, dengarkan episode podcast Indonesia ini ya.

10. Rekomendasi Podcast Indonesia Tentang Industri Media

podcast tentang industri media

Dalam episode podcast ini, kita diajak melihat perkembangan industri media dari waktu ke waktu, berdasarkan pengalaman mantan wartawan senior yang sekarang menjadi konsultan bisnis, Gabriel Sugrahetty.

Mengawali kariernya sebagai reporter di Tempo pada tahun 1988, Hetty kemudian menduduki berbagai posisi serta divisi dalam perusahaan media ini. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, yang paling Hetty rasakan adalah bagaimana saat itu ruang redaksi masih sangat maskulin dan cenderung meremehkan perempuan. Walaupun tantangannya seperti itu, Hetty tetap tidak pantang menyerah dan terus berjuang. Nah, di sini juga Hetty berbagi tips bagaimana cara menghadapi kolega-kolega yang sering kali meremehkan kita. 

11. Podcast yang Membahas Pengembangan Karier

podcast tentang pengembangan karir

Buat kamu, teman-teman perempuan yang lagi galau ini mau melanjutkan karier atau memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, jangan takut dan gundah, kamu bisa mendengarkan episode podcast ini. Sebetulnya kamu tidak perlu memilih loh, kamu bisa menjalankan keduanya asal lingkungan dan keluargamu mendukung. Bagaimana ya caranya? Nah, dengarkan episode ini ya! 

12. Podcast yang Membahas Soal Perempuan Poso

podcast perempuan poso

Setelah peristiwa kerusuhan Poso, kita jadi bertanya-tanya, bagaimana sih keadaan masyarakat Poso saat ini? Ternyata cerita yang jarang kita dapatkan dari media adalah bagaimana dedikasi para perempuan Poso saling bahu-membahu membantu komunitas antarsuku dan agama. 

Keadaan ini dikisahkan oleh pendiri Institute Mosintuwu, Lian Gogali, yang baru menyadari bahwa mendengarkan itu juga berakar pada kemauan kita untuk memahami kehidupan sehari-hari lawan bicara kita. Ada juga ini beberapa tips dan cerita inspiratif dari Lian tentang perempuan-perempuan Poso. Sangat menyentuh dan inspiratif!

Read More
Ilmuwan Perempuan Pengembang Vaksin Covid-19

Kizzmekia Corbett Ilmuwan Perempuan Kulit Hitam di Garis Depan Pengembangan Vaksin Covid-19

Satu tahun sudah  dunia menghadapi krisis kesehatan global yaitu pandemi COVID-19, sebuah virus yang menyerang sistem saluran pernapasan seperti flu, dengan beberapa gejala seperti batuk, demam, dan pneumonia, sampai kematian. Hingga saat ini, jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 103.948.221 jiwa, dengan angka kematian mencapai 2.248.090 jiwa. 

Untuk mencegah penyebaran, beberapa negara melakukan tindakan sigap dengan melakukan lockdown. Beberapa negara seperti Selandia Baru dan Taiwan berhasil mengendalikan laju virus ini, sedangkan Indonesia termasuk negara-negara yang masih kesulitan dalam menjalankan penanganan kasus COVID-19.

Baca Juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Di awal tahun 2020, distribusi vaksin Covid-19 mulai berjalan. Berbagai negara bekerja sama dengan para ilmuwan untuk menciptakan vaksin secepatnya, beberapa di antaranya adalah vaksin Sinovac, Pfizer BioNtech, Moderna, dan Oxford Astrazeneca. Di balik pengembangan vaksin-vaksin ini ada tangan-tangan para ilmuwan yang bekerja keras agar virus ini dapat efektif menjadi penangkal virus Covid-19. 

Salah satu ilmuwan yang namanya menjadi perhatian adalah Dr. Kizzmeka Corbett, perempuan ahli imunologi asal Amerika yang turut mengembangkan vaksin Moderna. 

Salah Satu Ilmuwan Kunci dalam Pengembangan Vaksin Moderna

Kizzy, begitu ia dipanggil, merupakan ilmuwan perempuan pengembang vaksin yang bekerja di Vaccine Research Center (VRC) di National Institute of Allergy and Infectious Diseases National Institutes of Health (NIAID NIH) di Bethesda, Maryland. Ia diangkat ke bagian VRC pada tahun 2014, dan saat ini ia mengepalai tim VRC’s Coronavirus yang bekerja mengembangkan vaksin virus corona baru.

Pada Desember 2020, Direktur NIAID NIH, Anthony Fauci mengatakan, “Kizzy merupakan ilmuwan Afrika-Amerika yang berada tepat di garis depan pengembangan vaksin Covid-19.”  

Baca Juga: Profesor Adi Utarini Ilmuwan Perintis Pembasmian Demam Berdarah Dengue

Corbett lahir di Hurdle Mills, North Carolina pada 26 Januari 1986. Dalam wawancara bersama The Washington Post, guru kelas 4-nya, Myrtis Bradsher, mengatakan ia telah mengamati kecerdasan luar biasa dari Corbett dan meminta orang tuanya untuk menempatkannya di kelas yang lebih tinggi. 

Corbett lulus dari Universiy of Maryland Baltimore dan mendapatkan gelar sarjana dalam ilmu biologi dan sosiologi. Pada tahun 2014, ia mendapatkan gelar doktor dalam ilmu mikrobiologi dan imunologi dari University of North Carolina di Chapel Hill.  

Awal Karir Kizzmeka Corbett Sebagai Perempuan Ilmuwan Pengembang Vaksin COVID-19

Sejak ia SMA, Corbett sudah menyadari bahwa ingin berkarier sebagai ilmuwan. Ia kemudian menghabiskan liburan musim panasnya di laboratorium riset program ProjeckSEED, salah satunya di Kenan Lab di UNC bersama dengan ahli kimia organik, James Morkin. Pada tahun 2005, ia magang di Stony Brook University di Laboraturium Gloria Vibound, tempat ia belajar soal Patogenesis Yersinia Pseudotuberculosis. 

Setelah mendapatkan gelar sarjananya, Corbett bekerja di National Institute of Health (NIH), mengerjakan pathogenesis virus pernafasan syncytial serta pada proyek-proyek vaksin yang inovatif. 

Ilmuwan Perempuan ini Tertarik Belajar Soal Virus SARS dan MERS hingga Pengembang Vaksin COVID-19

Pada bulan Oktober 2014, ilmuwan perempuan pengembang vaksin COVID-19 ini bekerja sebagai ahli imunologi virus di NIH. Penelitiannya banyak berfokus serta bertujuan untuk mengungkapkan mekanisme patogenesis virus dan imunitas inang. Corbett secara khusus berfokus dalam pengembangan vaksin baru coronaviridae. Pada awal penelitian, Corbett mempertimbangkan pengembangan antigen Vaksin dari virus Severe Acute Respiratory Syndrome (Sars) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Baca Juga: Kesenjangan Gender di Dunia Profesional, Mulai dari Upah sampai Penugasan

Ketika virus COVID-19 menyebar di seluruh dunia, Corbett mulai bekerja untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Untuk membuat dan mengembangkan vaksin tersebut, timnya bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Moderna, agar proses pengembangan vaksin berjalan lancar.  Tidak hanya mengembangkan vaksin di laboratorium, Corbett juga ikut mengedukasi masyarakat yang masih meragukan vaksinasi COVID-19, salah satunya komunitas kulit hitam. 

Pada Oktober 2020, Corbett mempresentasikan perkembangan vaksin Covid-19 kepada komunitas Black Health Matters. Hal ini menjadi fokus pemerintah Amerika karena, hanya 14 persen dari komunitas kulit hitam yang percaya bahwa vaksin COVID-19 akan aman.

Read More
Perdana Menteri Perempuan Pertama Estonia

Kajja Kallas Perdana Menteri Perempuan Pertama Estonia

Estonia adalah salah satu negara di Eropa Utara yang masuk ke dalam kawasan Uni Eropa. Negara ini memiliki penduduk 1,34 juta jiwa dan merupakan negara anggota Uni Eropa dengan jumlah penduduk paling sedikit. Sejak merdeka pada 1918, untuk pertama kalinya Estonia memiliki presiden serta perdana menteri perempuan dalam periode yang sama.  

Perdana Menteri Perempuan Pertama Estonia

Beberapa tahun belakangan, seperti yang dialami oleh sejumlah negara lainnya di dunia, kekuatan politik konservatif kanan di Estonia semakin menguat dan membuat kondisi perpolitikan Estonia kurang kondusif. The Guardian melaporkan bahkan di saat partai nasionalis EKRE (Conservative People’s Party of Estonia) memenangkan 19 dari 101 kursi dalam pemilihan umum pada Maret 2019 lalu, tidak ada yang terkejut dengan hal ini.  

Baca Juga: Beri Perempuan Kesempatan: Pembelajaran dari Islandia Soal Kepemimpinan Perempuan

Namun, dalam periode baru ini, Estonia memiliki harapan baru untuk memperbaiki kondisi politiknya yang sebelumnya dikuasai kelompok politik sayap kanan, dengan terpilihnya Kajja Kallas sebagai perdana menteri. Kallas dilantik pada 26 Januari 2021 lalu, dan menjadi perdana menteri perempuan pertama di negara itu. Sebelumnya, Kallas sudah berkarier di politik dan kemudian ia adalah pemimpin The Reform Party sejak 2018. 

Dikutip dari Reuters, Kallas mengatakan, ia akan kembali membangun hubungan baik dengan sekutu mereka, negara-negara tetangga, dan memupuk kepercayaan kembali bahwa Estonia adalah negara yang baik untuk berinvestasi. 

Profil Kajja Kallas Perdana Menteri Perempuan Pertama Estonia 

Kajja Kallas lahir di Talinn  pada 18 Juni 1977 dan merupakan putri dari Sim Kallas, Perdana Menteri Estonia ke-14. Kallas muda mendapat gelar sarjana hukum dari Universitas Tartu pada 1999. Di tahun 2007, ia melanjutkan studi di Sekolah Bisnis Estonia dan mendapatkan gelar EMBA (Master Eksekutif Administrasi Bisnis) di bidang Ekonomi pada tahun 2010. 

Baca Juga: Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Kallas mengawali kariernya sebagai pengacara dan bergabung dalam asosiasi pengacara Estonia pada 1999. Ia juga menjadi salah satu mitra di firma hukum Luiga Mody Hääl Borenius dan Tark & Co dan bekerja sebagai pelatih eksekutif di Sekolah Bisnis Estonia. 

Pada 2010, Kallas memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan masuk ke dalam Estonian Reform Party  (Riigikogu). Ia kemudian maju ke kursi parlemen di tahun 2011 mewakili daerah konstituen Harju dan Rapla dan mendapatkan 7.157 suara. Ia pun terpilih menjadi anggota parlemen ke-12 Estonia dan mengepalai Komite urusan ekonomi dari 2011 hingga 2014. 

Pada tahun 2014, Kallas maju menjadi salah satu kandidat untuk maju ke parlemen uni Eropa dan akhirnya menang dengan 21.498 suara dan bertugas Komite Industri, Riset dan Energi dan merupakan pengganti Komite Pasar Internal dan Perlindungan Konsumen.

Suasana Politik Estonia yang Seksis Beberapa Tahun ini

Walaupun pada 2019 partai yang Kallas pimpin memenangkan suara paling banyak dalam pemilihan umum 2019, mereka gagal dalam membentuk koalisi yang lebih besar. Hal itu karena partai pesaing yaitu Centre Party lebih memilih membentuk sebuah koalisi dengan partai EKRE serta beberapa partai sayap kanan lainnya. 

Baca Juga: Jejak Perempuan Pemimpin Kerajaan Nusantara

Dikutip dari media The Guardian, koalisi yang dibentuk The Reform Party saat itu begitu rapuh dan terus menerus diserang oleh partai sayap kanan. Pada 2019 lalu, anggota parlemen dari Partai EKRE, Ruuben Kaalep, memberikan pernyataan yang menyerang  partai tersebut bahwa agenda partainya adalah untuk melawan, “agenda LGBT” serta “hegemoni ideologi global kiri”. 

Pemerintahan di bawah kepemimpinan perdana menteri sebelumnya, Juri Ratas, memang banyak menimbulkan kontroversi dari para anggota parlemennya. Desember lalu, Presiden Estonia, Kersti Kaljulaid meminta maaf pada pemerintah Finlandia atas ujaran Menteri Dalam Negeri Estonia, Mart Helme, yang juga pemimpin EKRE, yang mengejek Perdana Menteri Finlandia yang baru terpilih sebagai “salesgirl”.

Pada akhirnya, kepemimpinan Juri Ratas jatuh akibat skandal korupsi. Ia memutuskan untuk mundur awal Januari ini. Centre Party dan Reform Party akhirnya membentuk koalisi dan menunjuk Kajja Kallas sebagai perdana menteri. Kallas mengatakan bahwa sangat penting memperhatikan gender yang seimbang di anggota parlemen Estonia.

Read More