anime bertema dunia kerja yang wajib di tonton

5 Anime Seru tentang Dunia Kerja yang Wajib Ditonton

Selain berfokus pada aksi petualangan dan action, ada banyak sekali anime yang membahas seputar kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan sekolah, kisah romantis, hobi, sampai dengan dunia kerja yang dekat dengan keseharian orang dewasa.

Pada artikel kali ini, saya akan merekomendasikan beberapa judul anime tentang dunia kerja yang dapak kamu tonton waktu senggang. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya yang dirangkum dari CBR, The 10 Best Anime About Work Life & Adulthood!

5 Rekomendasi Anime tentang Dunia Kerja

  1. Shirobako
anime tentang dunia kerja shiro bako

Shirobako menceritakan perjalanan lima teman yang bertekad untuk membuat anime sendiri setelah lulus dari sekolah menengah. Mereka memasuki industri animasi dengan cita-cita besar dan mimpi yang melekat pada keinginan untuk menciptakan karya yang akan diakui banyak orang.

Anime ini tidak hanya memberikan tontonan menarik, tetapi juga memberi pemahaman mendalam tentang industri animasi. Para penonton akan melihat bagaimana proses kreatif dimulai dari konsep hingga produksi final. Dari perencanaan skenario hingga desain karakter, dan dari animasi hingga distribusi, Shirobako memperlihatkan ke para penonton kerumitan dan kerja sama di industri ini.

Bagi para profesional di industri kreatif, Shirobako memberikan wawasan yang berharga. Melalui karakter-karakternya yang berjuang dan berkolaborasi, anime ini menggambarkan tantangan dan kebahagiaan dalam bekerja di industri kreatif. Menontonnya dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk mengejar impian di dunia seni dan kreativitas.

Shirobako memberikan pesan moral tentang tekad, ketahanan, dan semangat kolaborasi. Para karakternya menghadapi berbagai rintangan, tetapi tekad mereka untuk mencapai impian mereka tetap kuat. Ini adalah pengingat bahwa perjalanan profesional penuh dengan rintangan, tetapi dengan kerja keras dan semangat, setiap tantangan dapat diatasi.

Baca juga: Film-film Hayao Miyazaki dan Representasi Kepemimpinan Perempuan

  1. New Game!
anime dunia kerja new game!!

Anime tentang dunia kerja ini mengisahkan perjalanan Aoba Suzukaze, seorang gadis muda yang baru saja lulus sekolah tinggi dan memulai karier di perusahaan pengembangan game bernama Eagle Jump. Aoba harus menyesuaikan diri dengan budaya kerja yang baru dan merangkai hubungan dengan rekan-rekannya, sambil belajar lebih dalam tentang dunia kreatif pembuatan game.

New Game! menggabungkan elemen humor dengan penggambaran realitas industri game. Dari tekanan deadline hingga tantangan kreatif, anime ini menghadirkan gambaran yang akurat dan menyenangkan tentang kehidupan di balik layar pembuatan game. Para penonton akan merasakan kesibukan, dinamika tim, dan kebahagiaan ketika melihat produk akhir dari usaha bersama.

Bagi para profesional di industri game, anime ini akan terasa sangat relatable. Dari proses brainstorming hingga penyelesaian proyek, New Game! menggambarkan berbagai aspek kerja di dunia game. Karakter-karakternya mencerminkan beragam peran dalam industri, mulai dari desainer karakter hingga programmer, memberikan perspektif menyeluruh.

Selain menjadi hiburan, New Game! juga menyampaikan pesan motivasi. Melalui perjuangan dan pencapaian Aoba, anime ini mengajarkan pentingnya tekad, rasa ingin tahu, dan semangat kolaborasi dalam meraih sukses profesional. Ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang berada di dunia kreatif dan ingin mengoptimalkan potensi mereka.

Baca juga: Tips Temukan ‘Passion’ Kerja, demi Capai Karier Idaman

  1. Wotaku ni Koi wa Muzukashii
anime tema kantoran Wotaku ni Koi wa Muzukashii

Anime tentang dunia kerja ini mengikuti kehidupan dua pasangan, Narumi dan Hirotaka, yang bekerja di perusahaan yang sama. Narumi adalah seorang fujoshi (penggemar berat anime dan manga) yang berusaha menyembunyikan hobinya, sedangkan Hirotaka adalah seorang gamer yang terbuka. Mereka menjalin hubungan romantis yang penuh komedi dan kejujuran.

Wotaku ni Koi wa Muzukashii menghadirkan gambaran yang realistis tentang cinta di tempat kerja. Dari tantangan menjaga rahasia hobi yang unik hingga dinamika hubungan di antara rekan kerja, anime ini menciptakan cerita yang dapat dirasakan oleh banyak orang yang berada dalam lingkungan profesional.

Melalui karakter Narumi yang berusaha menyembunyikan hobinya, anime ini menyampaikan pesan tentang penerimaan diri. Terkadang, di tempat kerja, seseorang merasa perlu menyembunyikan aspek-aspek tertentu dari diri mereka. Wotaku ni Koi wa Muzukashii mengajarkan bahwa penerimaan diri sendiri adalah langkah pertama menuju hubungan yang sehat dan bahagia.

Bagi para pekerja profesional, Wotaku ni Koi wa Muzukashii mungkin terasa akrab. Dinamika hubungan di tempat kerja, tantangan dalam membaurkan kehidupan profesional dan pribadi, semuanya disajikan dengan cara yang dapat dihubungkan. Anime ini menyuguhkan cerita cinta yang menghibur tanpa meninggalkan realitas kehidupan sehari-hari.

  1. Hataraku Saibou
anime tentang dunia kerja Hataraku Saibou

Hataraku Saibou membawa kita ke dalam petualangan yang unik di dalam tubuh manusia, menjelajahi proses biologis melalui karakter-karakter personifikasi sel. Anime ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pemahaman yang menarik tentang kerja sama dan kompleksitas dalam tubuh manusia.

Anime ini menghadirkan sel-sel manusia sebagai karakter utama yang berinteraksi dalam tubuh manusia. Berfokus pada sel darah merah, sel darah putih, dan berbagai jenis sel lainnya, Hataraku Saibou menggambarkan perjuangan mereka dalam melindungi tubuh dari serangan penyakit dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Hataraku Saibou tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat pembelajaran yang kreatif. Dengan memadukan fakta-fakta biologi dengan cerita yang menarik, anime ini mengajarkan penontonnya tentang berbagai fungsi dan peran sel dalam tubuh manusia. Pendekatan edukatif ini membuatnya menarik untuk semua usia.

Anime ini menciptakan dunia di dalam tubuh manusia yang penuh kreativitas. Dengan merancang karakter-karakter yang mewakili berbagai jenis sel dan fungsinya, Hataraku Saibou menghadirkan gambaran yang unik dan menghibur tentang interaksi yang terjadi di tingkat mikroskopis.

Bagi para profesional kesehatan, Hataraku Saibou dapat memberikan sudut pandang unik tentang dunia kesehatan. Anime ini menyoroti pentingnya kerja sama dan koordinasi dalam menjaga keseimbangan tubuh, sesuatu yang dapat dihubungkan dengan prinsip-prinsip kerja tim dalam dunia kesehatan.

Baca Juga: Kiat-kiat Kantor Dukung Kesehatan Mental Karyawan yang Patut Dicoba

  1. Great Teacher Onizuka
anime tentang sekolah guru Great Teacher Onizuka

Tokoh utama, Eikichi Onizuka, adalah mantan anggota geng motor yang bermimpi menjadi guru untuk mendekatkan diri dengan siswanya yang kerap diabaikan. Dengan metode pengajaran yang tidak biasa dan sikapnya yang eksentrik, Onizuka berusaha mengubah pandangan siswanya tentang kehidupan dan belajar.

Great Teacher Onizuka menghadirkan pendekatan pengajaran yang unik dan menyegarkan. Onizuka tidak hanya mengajar melalui buku pelajaran, tetapi juga melalui pengalaman hidupnya sendiri. Pendekatannya yang tidak konvensional membuat siswa-siswanya memahami makna belajar di luar batas kelas.

Melalui cerita, anime ini mengeksplorasi perjalanan transformasi karakter Onizuka dari seorang yang eksentrik menjadi guru yang peduli dan berkomitmen. Ini menciptakan narasi yang menginspirasi tentang kemampuan setiap individu untuk tumbuh dan berubah, bahkan di tengah tantangan yang sulit

Anime ini menunjukkan betapa pentingnya keterlibatan seorang guru dengan siswanya. Onizuka tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga terlibat dalam kehidupan pribadi siswanya. Pendekatan ini menciptakan hubungan yang erat antara guru dan murid, memungkinkan Onizuka untuk memahami dan membimbing siswanya dengan lebih baik.

Read More
Menjaga boundaries di tempat kerja

Tips Menjaga Boundaries di Tempat Kerja: Panduan Efektif Hidup-Kerja Seimbang

Di tempat kerja, menjaga batas-batas interpersonal dan profesional bukan hanya sekadar norma, tetapi merupakan pondasi yang vital untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Banyak hal terjadi di sekitar kita saat kita berada di dunia kerja, dari tanggung jawab pekerjaan hingga hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menerapkan tips menjaga boundaries di tempat kerja agar kita dapat mencapai kesuksesan tanpa harus mengorbankan keseimbangan hidup.

Ketika kita berbicara tentang boundaries, kita merujuk pada garis yang memisahkan kehidupan pribadi dan profesional kita di tempat kerja. Menerapkan konsep ini tidak hanya melibatkan pengaturan fisik di ruang kantor, tetapi juga melibatkan cara kita berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan mengelola waktu. Dengan kata lain, menjaga boundaries di tempat kerja adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Mengapa Menjaga Boundaries di Tempat Kerja Penting?

Dikutip dari Better Up, Your guide to drawing the line and setting boundaries that work, keberhasilan seseorang di tempat kerja tidak selalu diukur dari berapa banyak waktu yang dihabiskan di meja atau seberapa sering dia menjalankan tugas tambahan. Sebaliknya, kesuksesan dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk menjaga keseimbangan hidup dan tetap fokus pada pekerjaan yang bernilai. Dengan menjaga batas dengan baik, kamu dapat meningkatkan produktivitas kerja, dan memastikan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika boundaries di tempat kerja diabaikan, risiko burnout dan kelelahan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas berbagai tips praktis dan strategi yang dapat membantu kamu memahami, menetapkan, dan menjaga batas-batas di tempat kerja. Dari pengenalan konsep hingga implementasi praktis, mari kita eksplorasi bersama cara-cara yang dapat memperkaya pengalaman kerja kamu tanpa mengorbankan keseimbangan hidup yang berharga.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Tantangan Umum dalam Menjaga Boundaries di Tempat Kerja

Salah satu perjalanan yang paling menantang di tempat kerja adalah menjaga batas-batas yang jelas dan sehat. Dikutip dari Indeed, 16 Ways To Set Boundaries at Work and Why It Matters, berikut beberapa tantangan umum yang sering dihadapi pekerja termasuk:

  • Overworking dan Burnout

Terjebak dalam kebiasaan bekerja terlalu keras adalah tantangan umum. Pekerja sering merasa perlu untuk terus bekerja melebihi batas jam kerja yang seharusnya, memicu kelelahan fisik dan mental. Burnout, yang ditandai dengan kelelahan ekstrim, kehilangan motivasi, dan penurunan kinerja, dapat merusak kesejahteraan secara keseluruhan.

  • Komunikasi yang Tidak Pantas

Komunikasi yang tidak sesuai konteks atau tidak pantas dapat menjadi ancaman serius terhadap batas-batas interpersonal. Pesan yang kurang jelas atau kurang sopan dapat menciptakan ketidaknyamanan di antara rekan kerja, mengancam hubungan profesional.

  • Invasi Ruang Pribadi

Ketika batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur, ada risiko invasi ruang pribadi. Hal ini terutama terjadi dalam era digital, di mana pesan pekerjaan dapat merayap ke dalam kehidupan pribadi melalui email atau pesan instan, bahkan di luar jam kerja.

  • Perbedaan Tuntutan Pekerjaan dan Harapan Pribadi

Tantangan lainnya adalah menyelaraskan tuntutan pekerjaan dengan harapan pribadi. Beberapa pekerja mungkin merasa sulit untuk menentukan batasan antara pekerjaan dan waktu bersantai, sehingga merugikan keseimbangan hidup.

  • Pelecehan atau Intimidasi di Tempat Kerja

Bentuk pelecehan atau intimidasi di tempat kerja juga dapat mengancam batas-batas personal. Hal ini dapat mencakup perilaku diskriminatif, komentar tidak pantas, atau situasi yang mengintimidasi, yang semuanya dapat merusak kesejahteraan dan performa karyawan.

  • Ketidakseimbangan Beban Kerja

Adanya ketidakseimbangan dalam pemberian tugas atau tanggung jawab dapat menciptakan tekanan ekstra pada sebagian pekerja. Ini dapat merusak keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi.

Baca Juga: Beban Kerja Mahasiswa Magang Setara Pekerja Penuh Waktu, tapi Mayoritas Tak Diupah

Mengenali Batas Diri Kamu Sendiri

Mengenali batas pribadi di tempat kerja adalah langkah kritis untuk menjaga keseimbangan dan kesejahteraan kamu. Terkadang, dalam upaya untuk sukses, kita cenderung mengabaikan tanda-tanda bahwa kita telah mencapai atau melampaui batas yang sehat. Berikut adalah beberapa langkah untuk membantu kamu lebih memahami dan mengenali batas diri kamu:

  • Self-awareness di Tempat Kerja

Menjadi sadar diri tentang bagaimana kamu merespon tekanan dan tuntutan pekerjaan adalah langkah pertama. Perhatikan perasaan stres, kelelahan, atau frustrasi yang mungkin muncul. Kesadaran ini memungkinkan kamu untuk mengenali kapan kamu mulai mendekati atau melewati batas diri.

  • Identifikasi Tanda-tanda Pelanggaran Batas

Ada tanda-tanda khas yang menunjukkan bahwa batas pribadi kamu mungkin dilanggar. Mungkin kamu mulai merasa terbebani secara emosional, atau muncul gejala fisik seperti sakit kepala atau gangguan tidur. Identifikasi tanda-tanda ini membantu kamu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah sebelum menjadi lebih serius.

  • Dengarkan Sinyal Tubuh

Tubuh kita sering memberi sinyal ketika kita mencapai batasnya. Jika kamu merasa lelah atau tegang, ini mungkin pertanda bahwa kamu perlu beristirahat atau mengambil waktu untuk diri sendiri. Dengarkan tubuh kamu dan beri diri kamu kesempatan untuk pulih.

  • Buat Batasan yang Jelas untuk Diri Sendiri

Sebelumnya, tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri. Tentukan jam kerja yang realistis dan lakukan upaya untuk mematuhi mereka. Dengan mengklarifikasi ekspektasi untuk diri sendiri, kamu dapat mencegah pelanggaran batas sebelum terjadi.

Baca Juga: Mungkinkah Karyawan Tidur di Kantor? Tips Efektif Maksimalkan Istirahat

  • Tetapkan Prioritas dengan Bijak

Pahami prioritas kamu dan fokuslah pada tugas-tugas yang benar-benar penting. Jangan ragu untuk mengatakan ‘tidak’ pada tugas tambahan yang mungkin mengganggu keseimbangan kamu. Mengetahui prioritas akan membantu kamu mengenali kapan saatnya untuk membatasi diri.

  • Berbicara dengan Rekan Kerja atau Atasan

Jika kamu merasa batas kamu terus-menerus dilanggar, jangan ragu untuk berbicara dengan rekan kerja atau atasan. Komunikasi terbuka dapat membantu menciptakan pemahaman bersama tentang batas kamu dan mencegah situasi yang tidak nyaman.

  • Rutin Evaluasi dan Perbarui Batasan Kamu

Batasan pribadi tidak bersifat statis; tapi dapat berubah seiring waktu. Lakukan evaluasi rutin tentang batasan kamu dan perbarui jika diperlukan. Ini memungkinkan kamu untuk terus mengikuti perubahan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi kamu.

Read More
Mengatasi Kekerasan di Tempat Kerja

Adakah Solusi Terbaik Menghadapi Kekerasan di Tempat Kerja?

Kekerasan di tempat kerja, atau workplace violence, merupakan isu serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan di berbagai perusahaan di Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek kekerasan di tempat kerja, mulai dari definisi hingga dampaknya terhadap produktivitas kerja dan langkah-langkah pencegahannya.

Jenis Kekerasan di Tempat Kerja

Dikutip dari Forbes, What Are The Signs Of Workplace Violence?, kekerasan di tempat kerja dapat terwujud berbagai bentuk yang merugikan, dan memahami jenis-jenis kekerasan ini penting untuk mencegah serta melindungi karyawan dari risiko. Berikut adalah beberapa jenis workplace violence yang perlu diidentifikasi:

  • Kekerasan Fisik

Jenis kekerasan ini mencakup tindakan fisik yang menyakiti atau merugikan karyawan. Hal ini bisa berupa pukulan, tendangan, atau penggunaan kekerasan fisik lainnya dalam lingkungan kerja.

  • Pelecehan Verbal

Bentuk pelecehan ini melibatkan penggunaan kata-kata kasar, ancaman, atau bahasa merendahkan yang dapat merugikan kesejahteraan emosional dan psikologis karyawan. Pelecehan verbal dapat terjadi antara rekan kerja atau dari atasan ke bawahan.

  • Perundungan (Bullying) dan Pelecehan

Bullying di tempat kerja melibatkan perilaku yang terus-menerus dan merugikan terhadap satu atau lebih karyawan. Ini bisa mencakup intimidasi, pengucilan, atau penyebaran gosip yang merugikan reputasi seseorang.

  • Diskriminasi

Kekerasan berbasis diskriminasi melibatkan perlakuan tidak adil terhadap karyawan berdasarkan karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, ras, agama, atau orientasi seksual. Diskriminasi dapat menyebabkan ketidaksetaraan dan konflik di tempat kerja.

  • Ancaman atau Intimidasi

Ancaman atau intimidasi adalah tindakan mengancam atau menciptakan ketakutan yang dapat merugikan psikologis karyawan. Hal ini bisa dilakukan secara langsung atau melalui media komunikasi elektronik.

  • Kekerasan terhadap Properti

Selain terhadap individu, workplace violence juga dapat mencakup kerusakan atau perusakan properti perusahaan atau milik karyawan. Tindakan ini dapat merugikan secara finansial dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak aman.

  • Kekerasan terhadap Karyawan dengan Kekuasaan Rendah

Karyawan dengan kekuasaan rendah, seperti anak magang atau pekerja kontrak, mungkin rentan terhadap kekerasan di tempat kerja. Bentuk ini dapat mencakup eksploitasi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh atasan atau rekan kerja.

  • Kekerasan oleh Pihak Ketiga

Workplace violence tidak selalu berasal dari sesama karyawan. Pihak ketiga, seperti pelanggan atau mitra bisnis, juga dapat menjadi sumber kekerasan. Ini mencakup ancaman atau tindakan kekerasan oleh individu di luar perusahaan.

Penting untuk memahami bahwa setiap jenis workplace violence memiliki dampak yang serius terhadap kesejahteraan karyawan dan produktivitas keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan kekerasan di tempat kerja perlu menjadi fokus utama bagi setiap organisasi.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Penyebab Kekerasan di Tempat Kerja

Kekerasan di tempat kerja bukanlah masalah yang muncul begitu saja, melainkan akibat dari sejumlah faktor yang kompleks. Memahami penyebab-penyebab tersebut sangat penting untuk mengidentifikasi risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif. Berikut adalah beberapa penyebab utama kekerasan di tempat kerja:

  • Stres dan Beban Kerja Berlebih

Tingginya tingkat stres dan beban kerja dapat menciptakan lingkungan yang tegang di tempat kerja. Karyawan yang merasa tertekan atau overload secara emosional cenderung lebih rentan terhadap konflik dan kekerasan.

  • Manajemen yang Buruk

Kekerasan di tempat kerja seringkali berkaitan dengan manajemen yang buruk atau tidak efektif. Kurangnya kepemimpinan yang baik, ketidakjelasan dalam komunikasi, dan kebijakan manajerial yang tidak adil dapat memicu konflik di antara karyawan.

  • Kurangnya Komunikasi

Komunikasi yang buruk atau kurang transparan dapat menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di tempat kerja. Karyawan yang merasa tidak terinformasikan dengan baik tentang kebijakan, perubahan, atau tujuan perusahaan dapat menjadi frustrasi dan cenderung terlibat dalam konflik.

  • Konflik Personal

Masalah personal di antara karyawan, seperti persaingan yang tidak sehat atau perbedaan pribadi yang tidak terselesaikan, dapat berkembang menjadi bentuk kekerasan di tempat kerja. Menangani konflik pribadi dengan cara yang tidak sehat dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman.

  • Penyalahgunaan Substansi

Penggunaan obat-obatan atau alkohol yang disalahgunakan oleh karyawan dapat memengaruhi perilaku mereka di tempat kerja. Penyalahgunaan substansi dapat merangsang tindakan agresif dan merugikan terhadap sesama karyawan.

  • Ketidaksetaraan dan Diskriminasi

Ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam hal penggajian, promosi, atau perlakuan yang tidak adil dapat menjadi pemicu workplace violence. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau diperlakukan dengan tidak adil lebih mungkin terlibat dalam konflik.

  • Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental pekerja, seperti depresi atau gangguan bipolar, dapat memainkan peran dalam kekerasan di tempat kerja. Pengelolaan stres yang buruk atau ketidakmampuan untuk mengatasi masalah kesehatan mental dapat meningkatkan risiko konflik.

  • Ketidaksetujuan terhadap Kebijakan Perusahaan

Jika karyawan merasa ketidakpuasan terhadap kebijakan atau praktik perusahaan, hal ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik. Membangun keterbukaan untuk mendengarkan keluhan dan masukan karyawan dapat mengurangi risiko kekerasan.

Baca Juga: Awas, Kekerasan Seksual Hantui Perempuan Pelamar Kerja

Penanganan Kekerasan di Kantor

Dikutip dari Psychology Today, Violence in the Workplace, pelaporan dan penanganan workplace violence adalah langkah krusial dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung. Memiliki mekanisme yang efektif untuk melaporkan dan menangani kasus kekerasan penting untuk melindungi karyawan dan memastikan kesejahteraan mereka. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dapat diambil dalam pelaporan dan penanganan kekerasan di tempat kerja:

  • Pelaporan Secepatnya

Karyawan harus merasa nyaman melaporkan kekerasan atau perilaku merugikan secepat mungkin. Perusahaan harus menyediakan saluran pelaporan yang mudah diakses dan memastikan bahwa karyawan tahu cara melaporkan insiden tersebut.

  • Kerahasiaan Pelaporan

Penting untuk menjaga kerahasiaan pelaporan agar karyawan merasa aman dan terlindungi. Mekanisme pelaporan harus dirancang untuk melindungi identitas pelapor dan mencegah pembalasan.

  • Intervensi Cepat

Setelah menerima laporan, perusahaan harus segera melakukan intervensi untuk mencegah kekerasan lebih lanjut. Hal ini mungkin melibatkan sanksi terhadap pelaku dan langkah-langkah untuk melindungi korban.

  • Investigasi Mendalam

Melakukan investigasi menyeluruh terhadap kasus kekerasan adalah langkah penting. Tim investigasi yang terlatih harus memeriksa semua saksi dan bukti yang relevan untuk memahami konteks dan sebab kejadian.

  • Penghentian Sementara

Jika diperlukan untuk melindungi korban, perusahaan harus bersedia untuk memberikan penghentian sementara kepada pelaku selama proses penyelidikan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko lebih lanjut.

  • Penanganan Hukum

Jika kekerasan melibatkan pelanggaran hukum, perusahaan harus bekerja sama dengan pihak berwenang dan mengambil langkah-langkah hukum yang diperlukan. Ini melibatkan pelaporan ke polisi atau otoritas hukum setempat.

  • Dukungan Psikologis untuk Korban

Memberikan dukungan psikologis kepada korban kekerasan adalah prioritas. Perusahaan harus menyediakan layanan konseling atau bantuan psikologis bagi karyawan yang terkena dampak kejadian tersebut.

Baca Juga: Apa itu ‘Power Harassment’, Kekerasan yang Dinormalisasi di Dunia Kerja

  • Perbaikan Prosedur (SOP) dan Kebijakan

Hasil dari investigasi harus digunakan untuk memperbaiki prosedur dan kebijakan perusahaan terkait kekerasan di tempat kerja. Langkah-langkah pencegahan tambahan dapat diterapkan untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

  • Keterlibatan Pihak Luar

Pihak eksternal, seperti advokat atau konsultan keamanan, dapat terlibat untuk memberikan perspektif independen dan membantu perusahaan dalam menangani workplace violence dengan efektif.

  • Pelatihan Lanjutan

Setelah kasus kekerasan diatasi, penting untuk memberikan pelatihan lanjutan kepada karyawan dan manajemen untuk meningkatkan kesadaran akan kekerasan di tempat kerja dan cara mengatasinya.

Read More
meningkatkan semangat kerja sehabis liburan

Semangat Baru: Tips Agar Performa Kerja Melesat Pasca-Liburan

Setelah menikmati liburan yang menyenangkan, sering kali kita merasa sulit untuk kembali ke rutinitas pekerjaan. Menjaga semangat kerja setelah liburan bisa menjadi tantangan, tetapi penting untuk produktivitas kerja dan keberhasilan pribadi. Mari kita eksplorasi beberapa strategi efektif untuk mengembalikan semangat kerja dengan cepat.

Pahami Kenapa Semangat Kerja Menurun

Setelah melewati periode liburan yang menyenangkan, terkadang sulit untuk kembali dengan semangat yang sama di tempat kerja. Pemahaman yang mendalam tentang mengapa semangat kerja dapat mengalami penurunan setelah liburan dapat membantu kita mengatasi tantangan ini.

A. Dampak liburan terhadap semangat kerja

Dikutip dari Easing Back into Work After a Holiday: A Guide to a Smooth Transition, setelah menikmati momen-momen santai selama liburan, terkadang sulit untuk kembali ke rutinitas yang padat di kantor. Perbedaan antara suasana liburan yang penuh kegembiraan dengan realitas pekerjaan dapat menciptakan perasaan tidak seimbang. Beban pekerjaan yang menumpuk juga dapat menciptakan rasa stres dan kecemasan, mengurangi semangat untuk kembali bekerja.

Beberapa orang mungkin merasa sulit menyesuaikan diri dengan perubahan dari kehidupan santai menjadi tekanan pekerjaan. Hal ini dapat memengaruhi motivasi dan minat terhadap tugas-tugas pekerjaan sehari-hari.

B. Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan semangat

  • Tumpukan Pekerjaan Menanti

Jumlah pekerjaan yang menumpuk selama kita pergi dapat menciptakan perasaan tertekan dan sulit untuk kembali ke ritme kerja. Melihat sejumlah pekerjaan yang belum selesai dapat mengurangi semangat untuk memulai.

  • Perasaan Kewalahan

Perubahan cepat dari suasana liburan yang santai ke tekanan pekerjaan dapat menciptakan perasaan kewalahan. Mengatasi perasaan ini memerlukan waktu dan upaya ekstra untuk kembali menyesuaikan diri.

  • Ketidakpastian Setelah Liburan

Beberapa orang mungkin mengalami ketidakpastian tentang apa yang diharapkan setelah liburan. Pertanyaan tentang tugas baru, proyek, atau tanggung jawab tambahan dapat menciptakan ketidakpastian yang menurunkan semangat kerja.

Baca Juga: ‘Holiday Stress’: Memahami Stres yang Datang Menjelang Liburan

Tips untuk Mengembalikan Semangat Kerja usai Liburan

Dikutip dari Bustle, 11 Ways to Successfully Get Back to Work After Your Vacation, setelah memahami mengapa semangat kerja dapat mengalami penurunan pasca liburan, saatnya membahas kiat-kiat praktis yang dapat membantu kita mengembalikan semangat dan motivasi di tempat kerja. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

A. Pilihan Kegiatan Relaksasi

  • Yoga dan Meditasi

Setelah periode liburan, manfaatkan kegiatan relaksasi seperti yoga atau meditasi. Ini bukan hanya membantu merilekskan pikiran, tetapi juga meningkatkan kesadaran diri, membantu mengatasi stres, dan membawa ketenangan ke dalam kehidupan sehari-hari.

  • Jalan-jalan di Taman

Menikmati alam segar setelah liburan dapat memberikan energi positif. Cobalah untuk berjalan-jalan di taman atau area hijau terdekat untuk merasakan kesejukan udara dan mendapatkan perspektif yang lebih baik.

B. Langkah-langkah Sederhana Sehari-hari

  • Bangun Lebih Awal

Memulai hari dengan bangun lebih awal dapat memberikan waktu tambahan untuk mempersiapkan diri secara mental dan fisik. Ini membantu menciptakan perasaan keteraturan yang diperlukan untuk mengembalikan semangat kerja.

  • Jadwal Harian yang Terstruktur

Buat jadwal harian yang terstruktur. Tentukan waktu untuk pekerjaan, istirahat, dan kegiatan pribadi. Dengan memiliki rencana yang jelas, Anda dapat mengatasi perasaan kewalahan dan meningkatkan produktivitas.

  • To-Do List yang Jelas

Buat daftar tugas harian yang jelas. Meraih pencapaian kecil sepanjang hari dapat meningkatkan motivasi secara keseluruhan. Sisihkan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut satu per satu.

Baca Juga: Mengatasi Toxic Positivity: Menjaga Keseimbangan Emosional di Lingkungan Kerja

C. Menciptakan Rutinitas yang Mendukung Semangat Kerja

  • Waktu untuk Pekerjaan Kreatif

Sisihkan waktu dalam rutinitas harian untuk pekerjaan kreatif atau proyek-proyek yang memberikan kepuasan pribadi. Ini membantu menjaga semangat dan membangkitkan kreativitas.

  • Istirahat yang Efektif

Jangan lupa untuk memberikan diri kamu istirahat yang efektif. Sesekali beristirahat sejenak dari layar komputer atau dari meja kerja dapat menyegarkan pikiran dan meningkatkan konsentrasi.

Fokus pada Pencapaian Tujuan

Mengalami penurunan semangat setelah liburan seringkali dapat diatasi dengan memfokuskan diri pada pencapaian tujuan. Menetapkan tujuan yang jelas dan merumuskan langkah-langkah konkret untuk mencapainya dapat memberikan arah dan tujuan yang diperlukan untuk memulihkan semangat kerja. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan:

Menetapkan Tujuan Setelah Liburan

  • Tujuan yang Realistis dan Spesifik

Tentukan tujuan yang realistis dan spesifik. Hindari tujuan yang terlalu umum dan tetapkan sasaran yang dapat diukur untuk melacak kemajuan.

  • Prioritaskan Pencapaian Tujuan

Identifikasi tujuan yang paling penting dan prioritaskan mereka. Fokus pada satu atau dua tujuan utama dapat membantu mencegah perasaan kewalahan.

Menyusun Langkah-langkah Menuju Pencapaian Tujuan

  • Langkah-langkah Kecil yang Dapat Diukur

Pisahkan setiap tujuan menjadi langkah-langkah kecil yang dapat diukur. Ini membuat pencapaian tujuan tampak lebih mudah dicapai dan memberikan rasa pencapaian setiap langkah.

  • Jadwal Waktu untuk Setiap Langkah

Tentukan jadwal waktu untuk setiap langkah menuju tujuan. Membuat rencana waktu membantu menjaga fokus dan mengurangi prokrastinasi.

Evaluasi dan Perbarui Tujuan

  • Evaluasi Rutin

Lakukan evaluasi rutin terhadap kemajuan pencapaian tujuan. Pertimbangkan apa yang telah dicapai dan perbarui strategi jika diperlukan.

  • Menyesuaikan Tujuan Jika Diperlukan

Jika ada perubahan dalam kondisi atau prioritas, bersedia untuk menyesuaikan tujuan. Fleksibilitas adalah kunci untuk tetap relevan dalam mencapai hasil.

Baca Juga: Manfaat Bekerja ‘Single-Tasking’: Tingkatkan Produktivitas dan Konsentrasi

Menemukan Motivasi dari Pencapaian Tujuan

  • Ciptakan Insentif Pribadi

Tetapkan insentif pribadi untuk mencapai setiap langkah menuju tujuan. Ini dapat mencakup penghargaan kecil atau waktu istirahat tambahan.

  • Visualisasi Kesuksesan

Gunakan teknik visualisasi untuk membayangkan kesuksesan dalam mencapai tujuan. Ini dapat memberikan dorongan motivasi yang kuat.

Read More
cara maksimalkan istirahat di tempat kerja

Mungkinkah Karyawan Tidur di Kantor? Tips Efektif Maksimalkan Istirahat

Beberapa waktu belakangan, sejumlah kantor start up kerap memposting fasilitas istirahat siang untuk para pekerjanya. Baik di kamar khusus atau ruangan kerja dengan kursi yang bisa diubah ke mode rebah. Tentu tak semua kantor menyediakan ini, tak semua pekerja juga punya privilese untuk bisa istirahat siang (power nap).

Padahal, dilansir dari Okezone, penelitian yang terbit di Journal of Sleep Research menyebutkan, tidur siang tepat waktu, mampu menghindarkan orang dari pengambilan keputusan yang keliru. Tidur siang–meski sebentar tapi berkualitas–juga bisa memulihkan badan dari kelelahan, sehingga jadi lebih produktif bekerja.

Magdalene berbagi tips untuk memaksimalkan waktu istirahat di tempat kerja. Tips ini relatif mudah dilakukan dan tak berpotensi mengganggu profesionalitasmu sebagai pekerja.

Mengapa Waktu Istirahat Kerja Penting?

  1. Manfaat Psikologis

Dikutip dari Better Up, Breaks for breakthroughs: The importance of taking breaks during the workday, waktu istirahat memiliki dampak positif secara psikologis terhadap karyawan. Saat seseorang merasa lelah atau stres, istirahat memberikan waktu untuk melepaskan beban pikiran. Aktivitas selama istirahat, seperti berjalan-jalan sebentar di sekitar kantor atau duduk santai di ruang istirahat, dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan mood secara keseluruhan. Ini membuka pintu untuk suasana hati yang lebih positif dan produktif.

  1. Dampak Positif pada Produktivitas

Penelitian telah menunjukkan bahwa mengambil waktu istirahat yang cukup dapat memberikan dampak positif pada produktivitas kerja. Sebaliknya, terus-menerus bekerja tanpa istirahat dapat mengakibatkan kelelahan mental, menurunkan tingkat konsentrasi, dan menghambat kreativitas. Waktu istirahat memberikan otak kesempatan untuk beristirahat sejenak, menghilangkan kejenuhan, dan mempersiapkan diri untuk tugas-tugas berikutnya.

Pentingnya aspek psikologis ini tidak bisa diabaikan. Dengan memberikan waktu istirahat yang memadai, perusahaan tidak hanya mendukung kesejahteraan mental karyawan tetapi juga berinvestasi dalam produktivitas jangka panjang.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Tips Memaksimalkan Waktu Istirahat di Tempat Kerja

  • Menetapkan Waktu Istirahat yang Terjadwal

Menetapkan waktu istirahat yang terjadwal merupakan langkah pertama yang sangat penting. Dengan memiliki jadwal istirahat yang tetap, karyawan dapat mengantisipasi dan merencanakan waktu untuk beristirahat. Ini membantu mencegah kelalaian dalam mengambil istirahat dan memastikan bahwa waktu tersebut benar-benar dihargai sebagai momen untuk merilekskan diri.

  • Melakukan Aktivitas Pemulihan

Istirahat bukan hanya tentang menjauh dari meja kerja. Aktivitas pemulihan seperti berjalan-jalan singkat di sekitar kantor atau melakukan teknik pernapasan dapat membantu merefresh pikiran dan memberikan energi tambahan. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mendukung kesehatan fisik dan mental.

  • Berinteraksi dengan Rekan Kerja

Berinteraksi dengan rekan kerja selama waktu istirahat dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif. Ini adalah kesempatan untuk saling mengenal lebih baik, membangun hubungan yang kuat, dan mengurangi stres yang mungkin muncul selama jam kerja. Sesi obrolan ringan atau tertawa bersama rekan kerja dapat menjadi cara efektif untuk meredakan ketegangan.

  • Menjauh dari Pekerjaan

Dikutip Harvard Business Review, How to Take Better Breaks at Work, According to Research, penting untuk sepenuhnya menjauh dari pekerjaan selama waktu istirahat. Membawa pekerjaan ke ruang istirahat dapat menghilangkan manfaat istirahat tersebut. Ketika karyawan benar-benar memutuskan hubungan sementara dengan tugas kerja, mereka memberikan otak kesempatan untuk benar-benar istirahat dan mempersiapkan diri untuk tugas selanjutnya dengan energi baru.

Aktivitas yang Bisa Dilakukan Selama Istirahat

  1. Olahraga Ringan

Melakukan olahraga ringan selama waktu istirahat dapat memberikan manfaat besar untuk kesehatan fisik dan mental. Sebuah jalan ringan di sekitar kantor atau melakukan gerakan peregangan dapat meningkatkan aliran darah, mengurangi kekakuan otot, dan memberikan tambahan energi. Olahraga ringan juga dapat membantu mengatasi kelelahan fisik akibat duduk terlalu lama di depan komputer.

  1. Meditasi dan Yoga

Teknik meditasi dan yoga adalah cara yang efektif untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan fokus. Waktu istirahat yang singkat dapat dimanfaatkan untuk melakukan beberapa gerakan yoga atau sesi meditasi singkat. Ini membantu mengurangi tingkat stres, meningkatkan keseimbangan emosional, dan menciptakan suasana hati yang lebih tenang.

  1. Membaca atau Mendengarkan Musik

Membaca buku atau mendengarkan musik selama istirahat dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk melepaskan diri dari kegiatan kerja. Membaca artikel inspiratif atau mendengarkan musik favorit dapat mengubah suasana hati dan memberikan hiburan yang sangat dibutuhkan. Ini juga dapat menjadi cara efektif untuk menghilangkan stres sejenak.

  1. Makan dengan Segera dan Sehat

Jangan abaikan waktu makan selama istirahat. Menu makanan yang sehat, memberikan nutrisi penting yang diperlukan untuk menjaga energi dan konsentrasi. Hindari makanan berat yang dapat membuat mengantuk dan pilih opsi makanan ringan yang memberikan dorongan energi tanpa menyebabkan kantuk setelahnya.

Baca Juga: ‘Holiday Stress’: Memahami Stres yang Datang Menjelang Liburan

Menciptakan Lingkungan Istirahat yang Nyaman

  • Desain Ruang Istirahat yang Menyenangkan

Menciptakan ruang istirahat yang nyaman dan menyenangkan adalah kunci untuk memaksimalkan waktu istirahat di tempat kerja. Desain ruang istirahat yang baik menciptakan atmosfer yang positif dan mengundang, memberikan karyawan tempat yang menyenangkan untuk melepaskan diri dari kegiatan kerja. Pemilihan furnitur yang nyaman, warna yang menenangkan, dan dekorasi yang bersahaja dapat menciptakan suasana yang mengundang untuk istirahat.

  • Menjaga Kebersihan dan Ketenangan

Kebersihan ruang istirahat adalah aspek penting untuk kenyamanan. Pastikan bahwa ruang istirahat tetap bersih dan teratur. Kebersihan menciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk beristirahat dan menghindari potensi stres yang dapat muncul dari kekacauan. 

Selain itu, menjaga ketenangan adalah kunci untuk memberikan pengalaman istirahat yang efektif. Upayakan untuk mengurangi kebisingan dan menciptakan lingkungan yang tenang agar karyawan dapat benar-benar bersantai dan melepaskan diri dari hiruk-pikuk kantor.

Baca Juga: ‘Brain Dump’: Apa Itu, Fungsi, dan Cara Tepat Melakukannya

Tantangan dalam Memaksimalkan Waktu Istirahat

  • Gangguan dari Teknologi

Salah satu tantangan utama dalam memaksimalkan waktu istirahat adalah gangguan dari teknologi. smartphone, tablet, dan perangkat elektronik lainnya dapat menjadi distraksi yang signifikan selama istirahat. 

Notifikasi email dan pesan instan dapat merusak momen ketenangan yang seharusnya dialami karyawan. Untuk mengatasi tantangan ini, disarankan untuk menetapkan batasan penggunaan teknologi selama waktu istirahat. Mematikan ponsel atau menggunakan mode “tidak mengganggu” dapat membantu karyawan benar-benar fokus pada istirahat mereka tanpa gangguan eksternal.

  • Kesulitan Menjaga Konsistensi

Tantangan lainnya adalah kesulitan dalam menjaga konsistensi dalam mengambil waktu istirahat. Terkadang, tuntutan pekerjaan yang tinggi atau proyek-proyek mendesak dapat membuat karyawan enggan untuk mengambil istirahat secara teratur. Kesulitan menjaga konsistensi ini dapat mengakibatkan kelelahan yang berkelanjutan dan menurunkan kualitas pekerjaan. Agar dapat mengatasi tantangan ini, diperlukan disiplin diri dan pemahaman bahwa waktu istirahat adalah investasi yang penting untuk kesehatan dan produktivitas jangka panjang.

Read More
toxic positivity di tempat kerja

Mengatasi Toxic Positivity: Menjaga Keseimbangan Emosional di Lingkungan Kerja

Dalam dunia kerja yang penuh dengan tekanan dan tantangan, seringkali kita mendapati budaya positivitas yang tidak sehat yang dikenal sebagai “Toxic Positivity.” Apa sebenarnya Toxic Positivity? Bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan budaya tempat kerja secara keseluruhan? Mari kita telaah lebih lanjut.

Mengenali Toxic Positivity

Tanda-tanda Toxic Positivity di Tempat Kerja

Dikutip The Muse, What Toxic Positivity Looks Like at Work—and How to Deal With It, di tempat kerja, toxic positivity bisa sulit diidentifikasi karena terkadang tersembunyi di balik upaya meningkatkan semangat. Namun, beberapa tanda dapat membantu mengenali kehadiran positivitas berlebih yang mungkin merugikan kesejahteraan mental karyawan.

1. Minimnya Pengakuan terhadap Emosi Negatif

Salah satu tanda yang jelas dari toxic positivity adalah minimnya pengakuan terhadap emosi negatif. Jika rekan kerja atau atasan selalu menekankan untuk “selalu berpikir positif” tanpa memberikan ruang bagi ekspresi emosi yang tidak menyenangkan, ini bisa menjadi indikator bahwa toksisitas positivitas ada di lingkungan kerja.

2. Penolakan terhadap Kritik atau Masalah

Orang yang terjebak dalam pola toxic positivity sering menolak menerima kritik atau menghadapi masalah dengan serius. Mereka mungkin cenderung menghindari pembicaraan yang menantang dan bersikeras untuk tetap pada narasi positif, bahkan jika ada masalah yang perlu diatasi.

3. Perasaan Kewajiban untuk Selalu Bahagia

Ketika karyawan merasa terbebani dengan harapan untuk selalu bahagia dan optimis, ini bisa menjadi tanda toxic positivity. Pemaksaan untuk menunjukkan rasa bahagia terus-menerus dapat menciptakan tekanan tambahan dan membuat orang merasa tidak bebas untuk mengungkapkan emosi mereka dengan jujur.

4. Kekurangan Empati dan Pengertian

Kurangnya empati terhadap pengalaman emosional rekan kerja adalah indikator lain dari toxic positivity. Jika seseorang cenderung mengabaikan atau meremehkan perasaan negatif orang lain dengan memberikan reaksi yang terlalu optimis, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak mendukung.

5. Kesalahan dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat

Sering kali, tanda toxic positivity terlihat dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, tetapi dengan cara yang tidak sehat. Misalnya, menyuruh orang untuk “tidak mengeluh” atau “melupakan masalah” dapat menghasilkan penekanan emosional yang merugikan.

6. Mengabaikan Isu Kesehatan Mental

Toxic positivity sering kali mengabaikan isu kesehatan mental dengan menekankan pemikiran positif sebagai solusi tunggal. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi karyawan yang menghadapi tantangan mental.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Memahami Emosi dan Kesejahteraan Mental

Pentingnya Mengakui Emosi

Salah satu fondasi kesejahteraan mental di tempat kerja adalah kemampuan untuk mengakui dan menghargai beragam emosi yang dialami oleh setiap individu. Pengakuan terhadap emosi merupakan langkah penting menuju lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

  1. Normalisasi Beragam Ekspresi Emosional

Mengerti bahwa setiap orang memiliki beragam emosi, termasuk yang positif maupun negatif, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Menormalisasi pengalaman emosional membantu mengurangi stigma terkait dengan perasaan yang mungkin dianggap ‘negatif’.

  1. Membangun Keterbukaan Komunikasi

Mengakui emosi juga membuka pintu untuk komunikasi yang lebih terbuka di antara rekan kerja. Ketika orang merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi, tim dapat lebih mudah bersinergi dan menyelesaikan konflik.

  1. Menciptakan Ruang untuk Dialog

Penting untuk menciptakan ruang di tempat kerja di mana karyawan dapat berbagi pengalaman emosional mereka tanpa takut akan konsekuensi negatif. Ini bisa melibatkan pertemuan tim yang lebih informal atau program dukungan kesehatan mental di perusahaan.

Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Mental di Tempat Kerja

  1. Program Dukungan Kesehatan Mental

Perusahaan yang proaktif dalam mendukung kesejahteraan mental karyawan seringkali menawarkan program dukungan, seperti konseling atau seminar tentang manajemen stres. Ini memberikan karyawan alat dan sumber daya untuk mengatasi tantangan mental.

  1. Fasilitas untuk Kesehatan Mental

Menciptakan fasilitas yang mendukung kesehatan mental di tempat kerja, seperti ruang meditasi atau kantor yang ramah kesejahteraan, dapat memberikan karyawan tempat untuk meresapi dan mengatasi stres.

  1. Pembinaan Kesehatan Mental

Penting untuk memiliki program pembinaan kesehatan mental yang memberdayakan karyawan untuk mengenali dan mengelola emosi mereka. Ini tidak hanya berfokus pada saat-saat sulit, tetapi juga pada pencegahan masalah kesehatan mental.

  1. Penyuluhan tentang Kesehatan Mental

Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental di seluruh organisasi adalah langkah kunci. Penyuluhan tentang kesehatan mental dapat membantu mengurangi stigma, mempromosikan empati, dan memberikan dukungan yang diperlukan.

  1. Pengakuan Prestasi dan Penghargaan

Mengakui prestasi karyawan tidak hanya dalam konteks profesional tetapi juga dalam upaya mereka untuk menjaga kesehatan mental adalah langkah positif. Penghargaan semacam ini menciptakan budaya di mana kesehatan mental dianggap penting.

  1. Fleksibilitas Kerja

Memberikan fleksibilitas dalam hal jam kerja, bekerja dari rumah, atau waktu cuti tambahan dapat membantu karyawan mengelola keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, mendukung kesejahteraan mental mereka.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Masih Diabaikan, Perusahaan Perlu Buat Perubahan Kebijakan

Mengatasi Toxic Positivity: Langkah-langkah Praktis

Toxic positivity dapat menjadi hambatan serius bagi kesejahteraan mental di tempat kerja. Berbagai langkah praktis dapat diambil untuk mengatasi fenomena ini, dan penting untuk merujuk pada sumber daya yang dapat memberikan panduan lebih lanjut.

Pelatihan dan Kesadaran

Mengatasi toxic positivity dimulai dengan peningkatan kesadaran dan pemahaman di seluruh organisasi. Inisiatif pelatihan dapat mencakup:

  1. Workshop Kesadaran Emosional

Menyelenggarakan workshop yang fokus pada kesadaran emosional membantu karyawan dan manajemen memahami pentingnya mengenali dan mengelola beragam emosi. Ini menciptakan dasar untuk pemahaman lebih mendalam tentang dampak toxic positivity.

  1. Pelatihan Keterampilan Komunikasi

Memberikan pelatihan keterampilan komunikasi memungkinkan individu untuk menyampaikan pendapat, kritik, atau masalah secara positif dan efektif. Ini dapat membantu mengurangi tekanan untuk selalu menunjukkan sikap positif dan membuka ruang untuk diskusi yang lebih konstruktif.

  1. Sesi Diskusi Kelompok

Mengadakan sesi diskusi kelompok tentang toxic positivity membantu menciptakan forum yang aman untuk membahas masalah ini. Karyawan dapat saling berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi toxic positivity.

Mendorong Keterbukaan dan Komunikasi Terbuka

  1. Forum Keterbukaan

Membuat forum keterbukaan, baik secara daring maupun luring, di mana karyawan dapat berbicara tentang tantangan dan frustrasi mereka tanpa takut akan stigmatisasi. Ini menciptakan keberanian untuk mengakui dan mengatasi toxic positivity.

  1. Sistem Umpan Balik Terbuka

Mendorong budaya umpan balik terbuka memungkinkan karyawan memberikan masukan tanpa takut dicap sebagai negatif. Hal ini membantu mengatasi ketakutan akan pembicaraan yang sulit dan mempromosikan perbaikan kontinu.

  1. Komunikasi Atasan ke Bawahan

Manajemen perlu memberikan contoh dalam keterbukaan dan komunikasi terbuka. Atasan yang dapat mengakui tantangan, berbicara secara jujur, dan menunjukkan empati menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa diterima.

Memfokuskan pada Solusi daripada Supresi Emosi

  1. Pembinaan Emosional

Pembinaan emosional dapat membantu karyawan mengenali dan mengelola emosi mereka tanpa menekannya. Ini membantu mengalihkan fokus dari sekadar menunjukkan kebahagiaan ke pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri.

  1. Menyediakan Ruang untuk Diskusi Konstruktif

Menciptakan ruang untuk diskusi konstruktif mengenai permasalahan di tempat kerja dapat membantu mengatasi kecenderungan untuk menyembunyikan atau menolak masalah. Diskusi ini haruslah berfokus pada solusi dan pembelajaran bersama.

Baca Juga: Apa Itu ‘Toxic Productivity’, Kenapa Kamu Perlu Menghentikannya?

Penerapan Kebijakan Kesehatan Mental

  1. Kebijakan yang Mendukung Kesehatan Mental

Menyusun kebijakan yang secara eksplisit mendukung kesehatan mental di tempat kerja adalah langkah penting. Ini termasuk fleksibilitas jam kerja, cuti kesehatan mental, dan fasilitas lain yang membantu karyawan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.

  1. Sumber Daya Kesehatan Mental

Menyediakan sumber daya kesehatan mental, seperti akses ke konseling atau program kesehatan mental, dapat memberikan dukungan konkret bagi karyawan yang mengalami dampak dari toxic positivity.

Read More

Habis ‘Quiet Quitting’ Terbitlah ‘Loud Quitting’, Tren Baru yang Berbahaya

“Akhirnya Terbebas juga dari sini, fyuhhh!!” Begitulah bunyi Story Instagram “Cahya”, awal Desember lalu. Perempuan berusia 26 tahun itu sudah beberapa kali mengeluh dan bercerita kepadaku terkait beracunnya tempat ia bekerja.

Di sana, Cahya bekerja sebagai pegawai arsip yang menginput data-data klien bank. Ia mengeluh, perusahaan tak cukup transparan, memaksa ia bekerja hingga larut malam di akhir pekan tanpa upah layak, dan kontrak kerja yang sekadar tempelan karena kerap dilanggar perusahaan.

Mulanya, Cahya sendiri merasa ragu untuk berhenti kerja, setiap kali harus membayangkan sulitnya mendapat tempat kerja baru. Namun, karena semua keluhan Cahya terus direspons sepi oleh perusahaan, akhirnya ia menyerah.

Ia memutuskan mundur dan tak menyelesaikan tugas terakhirnya. Ia kesal dan kecewa setengah mati karena perusahaan dan atasan enggak bisa melindungi karyawan dan merugikannya.

Apa yang dialami oleh Cahya disebut dengan loud quitting. Istilah ini cukup populer akhir-akhir ini di lingkungan kerja. Menurut Forbes, loud quitting berpotensi lebih berbahaya dibandingkan quiet quitting. Lalu sebenarnya apa itu loud quitting?

Baca juga: Quiet Quitting: Kenapa Sedikit Kerja itu Bagus untukmu dan Bos

Perusahaan yang Toxic Menuntun Adanya Loud Quitting

Salah satu alasan Cahya mundur dari pekerjaannya adalah karena perusahaan dan atasan yang beracun (toksik). Mereka enggak pernah berterus terang tentang transparansi isi pekerjaan hingga mengabaikan kesejahteraan para pegawai.

Nihilnya transparansi itu kerap dikaitkan dengan istilah detoksifikasi budaya (cultural detox). Istilah tersebut datang dari dosen senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge, Amerika Serikat, Sloan Donald Sull.

Dalam laporan Kompas, Sull mengatakan, detoksifikasi budaya mengacu pada proses mengidentifikasi dan mengatasi subkultur beracun dalam perusahan. Biasanya budaya perusahaan toksik berasal dari perpaduan kepemimpinan yang keras dan norma-norma sosial yang enggak inklusif, tanpa penghargaan, enggak etis, dan kejam. Makanya budaya ini menjadi pendorong kuat banyak pegawai yang stres, kelelahan dan memilih mencari tempat kerja lain.

Faktor-faktor inilah yang membuat loud quitting menjadi tak terhindarkan, sama seperti yang dilakukan Cahya. Enggak heran jika akhirnya ia ajeg mengungkapkan kekecewaan dan kekesalan ketika keluar dari tempat kerjanya. Ini adalah strateginya agar perusahaan bisa menyadari alasan mengapa ia mengundurkan diri.

Baca juga: Ratusan Kali Melamar Kerja, Ditolak karena Gendut

Berbahaya untuk Kedua Belah Pihak

Jika enggak segera dicarikan solusi, tindakan yang dilakukan oleh loud quitters ini akan berdampak negatif bagi perusahaan. Dilansir dari Forbes, para karyawan ini mungkin akan keluar tanpa pemberitahuan, membuat keributan di depan umum, mengunggah komentar daring yang menghasut, menolak melakukan tugas yang diberikan, melakukan tindakan yang mengganggu, serta berpotensi menyabotase. Perilaku ini dapat menjadi risiko besar dalam perusahaan dan enggak boleh diabaikan begitu saja oleh para atasan.

Sedangkan Gallup, perusahaan konsultasi manajemen kinerja asal Amerika Serikat mengatakan tindakan dari loud quitters juga berdampak pada reputasi, budaya serta produktivitas dalam perusahaan. Hal ini mencakup berkurangnya tingkat produktivitas karyawan, distraksi-distraksi, peningkatan turnover, hilangnya talenta terbaik, dan beban kerja meningkat bagi mereka yang tetap bekerja.

Lalu bagi karyawan yang memilih loud quitting, juga memiliki dampak buruk. Salah satunya, hubungan buruk dengan perusahaan sebelumnya akan merugikan ketika ingin mencari pekerjaan baru. Apalagi jika atasan memiliki pengaruh besar dan bisa memasukkan nama karyawan tersebut ke dalam blacklist-nya. Mereka disebut-sebut akan kesulitan untuk mendapat surat rekomendasi baik dari perusahaan tempat ia melakukan loud quitting.

Maka dari itu meski loud quitting cukup bisa membuat sebuah perusahaan berefleksi, namun alangkah baiknya kita masih ingin mencari pekerjaan untuk mempertimbangkan tindakan ini.

Baca juga: Ciri Lingkungan Kerja yang Sehat: Produktif dan Karyawan yang Sejahtera

Yang Bisa Dilakukan

Satu faktor penting yang menjadi banyaknya terjadi loud quitting karena lingkungan dan atasan yang toksik. Sull menawarkan beberapa cara yang bisa diambil oleh atasan untuk mulai memproses detoksifikasi budaya di perusahaan mereka.

Pertama, dengan menghitung detoksifikasi agar tetap menjadi agenda tim teratas. Contohnya, pemimpin bisa menjelaskan manfaat-manfaat apa saja dari lingkungan dan budaya kerja yang sehat, agar semua karyawan bisa mengetahuinya.

Kedua, melaporkan secara transparan kemajuan dan kekurangan pekerjaan juga berpotensi membentuk budaya kerja yang sehat.

Ketiga, pemimpin atau atasan perlu memberikan contoh baik yang mereka harapkan dari para karyawan.

Keempat, pemimpin sama sekali enggak boleh mengabaikan saran dan pesan yang dibuat oleh karyawan. Ketika mereka ingin menilai kinerja budaya perusahaan.

Selain itu yang paling penting adalah pemimpin harus bisa memprioritaskan kesejahteraan para pekerjanya. Pun, mereka harus bisa menunjukkan apresiasi bagi siapa saja yang melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan ini, karyawan akan merasa dihargai dan diakui kinerjanya. Hal ini pun akan membuat baik perusahaan dan para karyawan bisa menciptakan lingkungan kerja yang sehat bersama-sama.

Read More
menghadapi bullying di kantor

Jadi Korban ‘Bullying’ di Kantor? Lakukan Hal ini

Pada 1 September 2021, kita digegerkan oleh surat terbuka lelaki “MS” yang mengaku dilecehkan dan jadi korban pelecehan seksual di Komisi Penyiaran Indonesia. Konon, sejak 2012, ia kerap diintimidasi, dihina, ditelanjangi, dicoret buah zakarnya dengan spidol, juga dipaksa membelikan makanan.

Karena perundungan tersebut, MS harus bolak balik ke rumah sakit karena tertekan. Dua kali melapor ke polisi pada 2019 dan 2020, tapi diabaikan. Kasusnya jadi perhatian publik usai surat terbukanya viral di media sosial.

Apa yang dialami MS adalah bukti bahwa perundungan adalah masalah nyata di lingkungan kerja. Bullying bukan hanya merusak mental korban, tetapi juga berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan seluruh tim.

Mengenali Bullying di Kantor

Bullying di tempat kerja bisa terjadi dalam berbagai bentuk, dan mengenali tanda-tandanya merupakan langkah penting dalam melindungi diri dan rekan kerja. Dikutip Signs and Effects of Workplace Bullying (2023) di Verywell Mind, denan memahami karakteristik bullying, kita dapat lebih cepat bertindak.

1. Bentuk-bentuk Bullying

Bullying dapat muncul dalam bentuk verbal, fisik, atau non-verbal. Tindakan melecehkan, mengolok-olok, atau merendahkan secara terus-menerus merupakan contoh bullying verbal. Sementara itu, tindakan mengisolasi atau menyebarkan gosip termasuk dalam bentuk non-verbal yang merugikan.

Baca Juga: Pelecehan Seksual di Industri Film dan Kenapa Perlu Lebih Banyak Pekerja Film Perempuan

2. Pentingnya Mengamati Perubahan 

Perubahan perilaku yang tiba-tiba, seperti penarikan diri, perasaan cemas, atau bahkan peningkatan ketegangan, dapat menjadi indikator seseorang sedang mengalami bullying. Observasi terhadap perubahan ini membantu dalam mendeteksi kasus bullying lebih awal.

3. Mengenali Bullying dalam Dunia Maya

Bullying di tempat kerja tak hanya terjadi di ruang fisik kantor. Melalui platform digital, seperti email atau media sosial perusahaan, tindakan cyberbullying juga bisa meracuni lingkungan kerja. Mengenali perubahan perilaku online juga menjadi kunci dalam menghadapi bullying.

4. Dampak pada Individu dan Tim

Memahami bahwa bullying tidak hanya memengaruhi individu yang menjadi korban, tetapi juga tim secara keseluruhan. Atmosfer kerja yang negatif dapat merusak hubungan antar rekan, menurunkan produktivitas kerja, dan bahkan menciptakan ketidakstabilan di dalam organisasi.

5. Pentingnya Komunikasi Terbuka

Untuk mengenali bullying, komunikasi terbuka dalam tim menjadi krusial. Menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka membantu dalam mendeteksi dan mencegah bullying sejak dini.

Baca Juga: Ciri Lingkungan Kerja yang Sehat: Produktif dan Karyawan yang Sejahtera

Efek Bullying pada Individu

Dikutip dari Klik Dokter, 7 Dampak Bullying bagi Psikologis Korban dan Pelaku (2023), bullying di tempat kerja tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga berimbas pada kesehatan mental korban. Terus-menerus mengalami perlakuan buruk dapat menimbulkan stres kronis, kecemasan, dan bahkan depresi. Mereka mungkin mengalami penurunan harga diri karena merasa tidak dihargai dan sering kali merasa terisolasi dalam lingkungan kerja.

Efek ini tidak hanya terbatas pada saat bekerja, tapi juga kehidupan pribadi korban, menciptakan ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan. Dalam kasus MS, kualitas relasinya dengan istri dan keluarga berantakan karena ia dilanda stres berat. 

Selain itu, korban bullying cenderung mengalami penurunan produktivitas dan motivasi, yang pada gilirannya dapat merusak karier mereka.

Adanya dampak psikologis ini tidak hanya menyangkut individu yang langsung terlibat, tetapi juga merambah ke seluruh tim, menciptakan lingkungan kerja yang toksik dan dapat merugikan produktivitas keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk mengatasi bullying di tempat kerja secara serius demi melindungi kesejahteraan psikologis dan profesional karyawan.

Mengatasi Bullying di Kantor: Panduan Langkah demi Langkah

Menghadapi kasus bullying di tempat kerja memerlukan pendekatan yang sistematis dan berfokus pada pencegahan. Dikutip dari The Muse, Don’t Let Workplace Bullies Win—Here’s How to Spot Them and Stop Them, berikut adalah panduan langkah demi langkah yang dapat membantu individu dan organisasi mengatasi masalah ini.

  • Membangun Kesadaran

Langkah pertama dalam mengatasi bullying adalah dengan meningkatkan kesadaran di antara semua anggota tim. Workshop, seminar, atau kampanye internal dapat membantu mengedukasi karyawan tentang bentuk-bentuk bullying dan dampaknya.

  • Menciptakan Kebijakan Anti-Bullying

Penting untuk memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan mudah dipahami oleh seluruh anggota organisasi. Kebijakan ini harus mencakup definisi bullying, tindakan yang dianggap sebagai bullying, dan konsekuensi bagi pelakunya.

  • Membuat Lingkungan Aman untuk Melaporkan

Menciptakan saluran yang aman untuk melaporkan insiden bullying sangat penting. Karyawan perlu merasa yakin bahwa laporan mereka akan ditangani secara rahasia dan adil tanpa takut akan represalias.

  • Pendekatan Resolusi Secara Internal

Dalam kasus-kasus yang lebih ringan, upaya resolusi secara internal dapat diambil. Ini melibatkan mediasi antara korban dan pelaku, dipandu oleh pihak yang netral, dengan tujuan mencapai pemahaman dan perdamaian.

  • Dokumentasi dan Pelaporan

Karyawan yang mengalami bullying harus didorong untuk mendokumentasikan setiap insiden dengan rinci, termasuk tanggal, waktu, dan saksi-saksi yang terlibat. Informasi ini dapat membantu dalam penyelidikan lebih lanjut.

  • Melibatkan Manajemen dan HR

Jika kasus bullying tidak dapat diatasi secara internal, melibatkan manajemen dan departemen sumber daya manusia (HR) adalah langkah berikutnya. Mereka dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan kebijakan perusahaan.

  • Penyelidikan yang Adil

Proses penyelidikan harus dilakukan dengan adil dan transparan. Keterlibatan pihak yang netral dan independen dapat memastikan bahwa penilaian kasus tidak dipengaruhi oleh bias internal.

  • Menanggapi dengan Tegas

Jika pelaku terbukti bersalah, langkah-langkah tegas harus diambil sesuai dengan kebijakan perusahaan. Ini dapat mencakup peringatan, sanksi, atau bahkan pemecatan tergantung pada tingkat keparahan kasus.

Baca Juga: Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

  • Memberikan Dukungan kepada Korban

Penting untuk memberikan dukungan psikologis kepada korban bullying. Ini dapat melibatkan konseling atau dukungan dari tim sumber daya manusia untuk membantu mereka pulih dari dampak psikologis yang mungkin mereka alami.

Peran Pemimpin dalam Pencegahan Bullying di Kantor

Pemimpin perusahaan memegang peran krusial dalam membentuk budaya organisasi yang bebas dari bullying. Dengan memimpin dengan contoh positif, mereka tidak hanya memberikan standar tinggi dalam berinteraksi, tetapi juga menciptakan norma-nilai yang mengecualikan perilaku merendahkan.

Pemimpin harus secara aktif mendukung kebijakan anti-bullying, tidak hanya dengan mengumumkannya, tetapi juga dengan mempraktikkannya dalam setiap aspek kepemimpinan mereka. Melalui komunikasi terbuka, pemimpin dapat memberikan penekanan pada pentingnya menghormati satu sama lain, membangun kerjasama, dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.

Mereka harus proaktif dalam mendeteksi dan menanggapi tanda-tanda bullying, memastikan bahwa setiap karyawan merasa didengar dan dilindungi. Pelibatan pemimpin dalam pelatihan anti-bullying untuk tim manajerial dan karyawan juga menjadi kunci, memberikan pemahaman yang mendalam tentang dampak bullying dan cara mencegahnya. Dengan melibatkan pemimpin sebagai agen perubahan, organisasi dapat membentuk budaya kerja yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, empati, dan saling menghormati, yang pada akhirnya akan melindungi kesejahteraan mental dan emosional semua anggota tim.

Read More
Bekerja Secara Single-Tasking

Manfaat Bekerja ‘Single-Tasking’: Tingkatkan Produktivitas dan Konsentrasi

Di era ini pekerjaan terus berkembang dan tuntutan kehidupan yang cepat, bekerja secara single-tasking menjadi suatu keahlian yang semakin dihargai. Tetapi apa sebenarnya arti dari bekerja secara single-tasking?

Banyak dari kita meyakini bahwa multitasking adalah kunci kesuksesan. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa otak kita tidak dirancang untuk menangani banyak tugas sekaligus. Justru, multitasking dapat menyebabkan kelelahan kognitif dan menurunkan produktivitas.

Manfaat Bekerja Secara Single-Tasking

Dalam dunia yang penuh dengan tuntutan dan gangguan, berkomitmen untuk fokus pada satu tugas pada satu waktu dapat membawa dampak yang sangat positif. Dikutip dari Forbes, Why Single-Tasking Makes You Smarter, berikut ini beberapa manfaat dari bekerja secacara single-tasking.

  1. Meningkatkan Fokus

Bekerja secara single-tasking memungkinkan kita untuk memberikan perhatian penuh pada satu pekerjaan tanpa terpecah oleh banyak hal sekaligus. Dengan meningkatnya fokus, kita dapat menghindari kebingungan dan membuat keputusan yang lebih baik.

  1. Produktivitas yang Lebih Tinggi

Dengan tidak adanya gangguan dari tugas-tugas lain, kita dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien. Single-tasking menghindarkan kita dari jebakan multitasking yang dapat mengurangi efektivitas dan menghasilkan pekerjaan yang setengah-setengah.

Baca Juga: Tips Manajemen Stres di Tempat Kerja yang Efektif

  1. Kualitas Pekerjaan yang Meningkat

Ketika kita memberikan fokus penuh pada satu tugas, kualitas pekerjaan kita secara alami meningkat. Setiap detail dapat diperhatikan dengan cermat, menghasilkan hasil akhir yang lebih berkualitas dan memuaskan.

  1. Pengelolaan Stres yang Lebih Baik

Multitasking dapat menciptakan tingkat stres yang tinggi karena otak harus beralih secara cepat antara tugas-tugas yang berbeda. Dengan bekerja secara single-tasking, kita dapat mengurangi stres karena fokus pada satu hal pada satu waktu memberikan perasaan kendali yang lebih besar.

  1. Peningkatan Kesejahteraan Mental

Kesejahteraan mental sangat terkait dengan cara kita menangani beban kerja. Single-tasking membantu mengurangi tekanan dan kecemasan karena kita dapat lebih tenang dan terorganisir dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada.

  1. Efisiensi Waktu yang Lebih Baik

Melalui single-tasking, waktu yang sebelumnya terbuang akibat peralihan antar tugas dapat dimanfaatkan secara lebih efisien. Ini membuka peluang untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang sama.

  1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Fokus yang mendalam pada satu tugas memungkinkan kita untuk memahami masalah dengan lebih baik dan menemukan solusi yang lebih kreatif. Ini membuka pintu untuk inovasi dan peningkatan kemampuan problem solving.

Baca Juga: Ciri Lingkungan Kerja yang Sehat: Produktif dan Karyawan yang Sejahtera

Cara Memulai Bekerja Single-Tasking

Dikutip dari Buffer, The Science of Single-Tasking: How Focus Unlocks Extreme Productivity, memulai untuk bekerja secara single-tasking melibatkan perubahan mindset dan kebiasaan. Prioritaskan tugas-tugas kamu dan tetap realistis dalam menetapkan tujuan harian. Berikut adalah panduan praktis untuk memulai single-tasking:

  • Prioritaskan Tugas Kamu

Mulailah dengan membuat daftar tugas harian kamu. Identifikasi tugas-tugas yang paling penting dan membutuhkan fokus utama. Prioritaskan pekerjaan berdasarkan urgensi dan tingkat kompleksitas.

  • Tetapkan Tujuan yang Realistis

Jangan terlalu ambisius. Tetapkan tujuan harian yang dapat dicapai dengan nyaman. Tujuan yang realistis membantu menghindari kelelahan dan memberikan kepuasan ketika kamu mencapainya. Kamu dapat menerapkan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) untuk menetapkan tujuan yang terukur dan dapat dicapai. Ini membantu Anda tetap fokus dan memastikan tujuan memiliki arah yang jelas.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Semangat Kerja yang Sedang Turun

  • Singkirkan Gangguan Eksternal

Ciptakan lingkungan kerja yang minim gangguan. Matikan pemberitahuan pada perangkat kamu seperti notifikasi di handphone, berikan tahu rekan kerja atau anggota keluarga kamu ketika kamu memerlukan waktu fokus, dan hindari ruang kerja yang berisik.

  • Membuat daftar Checklist

Bentuk kebiasaan membuat daftar checklist untuk setiap tugas. Ini membantu memandu langkah-langkah yang perlu diambil dan memberikan perasaan pencapaian setelah tugas selesai.

  • Mulai dengan Satu Tugas pada Satu Waktu

Jangan mencoba melakukan terlalu banyak hal sekaligus. Mulailah dengan fokus pada satu tugas pada satu waktu. Setelah selesai, baru beralih ke tugas berikutnya.

  • Bekerja dengan Kesabaran dan Konsistensi

Memulai single-tasking memerlukan waktu untuk membentuk kebiasaan. Bersabarlah dengan diri sendiri dan pertahankan konsistensi dalam menerapkan pendekatan ini. Hasilnya akan terasa seiring berjalannya waktu. Jangan lupa Berikan diri kamu reward kecil setiap kali kamu mencapai tujuan konsistensi. Ini bisa menjadi momen menyenangkan, seperti istirahat sejenak atau menikmati camilan favorit, yang membantu menjaga semangat tinggi.

Read More
Jenis Masalah Mental Pekerja

Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, tidak dapat dihindari bahwa banyak pekerja mengalami masalah mental. Dan Sampai sekarang, belum semua perusahaan, bahkan pekerja peduli dengan masalah mental yang dialami di tempat kerja.

Padahal, baik kesehatan mental dan fisik itu sama pentingnya buat tubuh dan harus dijaga tetap seimbang. Saat kesehatan mental diabaikan dan tidak segera diobati atau mencari bantuan profesional, maka bisa berdampak negatif pada karier ke depannya.

Pasalnya, waktu mengalami masalah mental pasti kamu akan jadi susah untuk fokus saat bekerja sehingga produktivitas kerja jadi menurun.

Nah, jika selama ini kamu belum begitu paham dengan jenis masalah mental yang bisa dialami oleh seorang pekerja kantoran, coba simak dulu penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Jenis Masalah Mental yang Bisa Menyerang Pekerja

  1. Stres Kerja

Dilansir dari WHO, Occupational health: Stress at the workplace, stres kerja dapat didefinisikan sebagai respons fisiologis dan psikologis terhadap tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasi atau menyesuaikan diri. Dalam konteks tempat kerja, stres kerja dapat muncul akibat tekanan yang bersumber dari berbagai aspek, termasuk tuntutan tugas, target kinerja, dan lingkungan kerja yang kompetitif.

Stres kerja bukan sekadar perasaan ketidaknyamanan, tetapi dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat memicu stres kerja dan bagaimana mengelolanya.

Baca Juga: Tips Manajemen Stres di Tempat Kerja yang Efektif

Faktor-Faktor Pemicu Stres Kerja

  • Beban Kerja yang Berlebihan
    Salah satu penyebab utama stres kerja adalah beban kerja yang berlebihan. Pekerja yang merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat atau dengan tingkat kesulitan yang tinggi cenderung mengalami stres.
  • Konflik Interpersonal di Tempat Kerja
    Konflik antar rekan kerja atau atasan dapat menjadi sumber stres yang signifikan. Ketidakharmonisan hubungan di tempat kerja dapat mengganggu kesejahteraan emosional pekerja.
  • Ketidakpastian Pekerjaan
    Tingginya tingkat ketidakpastian dalam pekerjaan, seperti rencana restrukturisasi perusahaan atau perubahan kebijakan, dapat menciptakan kekhawatiran dan kecemasan di kalangan pekerja.

Dampak Stres Kerja Terhadap Kesehatan Mental

  • Kelelahan Mental
    Stres kerja yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan mental, membuat pekerja merasa kehabisan energi secara emosional dan kognitif.
  • Kecemasan
    Stres yang tidak diatasi dapat berkembang menjadi kecemasan, di mana pekerja merasa cemas, khawatir, atau tegang secara terus-menerus.
  • Depresi
    Dalam beberapa kasus, stres kerja kronis dapat menjadi pemicu depresi, dengan gejala seperti perubahan suasana hati, kehilangan minat, dan perasaan putus asa.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

  1. Kecemasan dan Depresi

Kecemasan di tempat kerja tidak hanya menjadi gejala umum tetapi juga dapat menjadi dampak langsung dari tekanan dan tantangan yang dihadapi pekerja. Adanya target kinerja yang tinggi, perubahan dalam tugas pekerjaan, atau bahkan ketidakpastian mengenai masa depan karir dapat menciptakan perasaan cemas di kalangan pekerja. Hubungan ini bisa menjadi kompleks, di mana tekanan kerja dapat memicu kecemasan, dan sebaliknya.

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terdeteksi dengan mudah karena beberapa gejala dapat diabaikan atau dianggap sebagai hal biasa. Beberapa gejala depresi yang sering diabaikan meliputi penurunan produktivitas, perubahan sikap dan perilaku, serta isolasi sosial. Dikutip dari Harvard Business Review, We Need to Talk More About Mental Health at Work, pekerja yang mengalami depresi mungkin menunjukkan kurangnya minat dalam pekerjaan, seringkali absen, dan kesulitan berinteraksi dengan rekan kerja.

Baca juga: ‘Sunday Scaries’: Rasa Cemas Hari Minggu yang Serang Pekerja

Cara Pekerja Mengatasi Kecemasan dan Depresi

Penting bagi pekerja untuk memiliki strategi mengatasi kecemasan dan depresi di lingkungan kerja. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain:

  • Mencari Dukungan Sosial
    Berbicara dengan rekan kerja atau atasan yang dipercayai bisa membantu pekerja merasa didengar dan memperoleh dukungan emosional.
  • Melibatkan Diri dalam Kegiatan Positif
    Terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan di luar jam kerja dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan dan depresi, menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik.
  • Mencari Bantuan Profesional
    Jika kecemasan atau depresi semakin mengganggu fungsi sehari-hari, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater dapat menjadi langkah yang bijaksana.
  1. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Dikutip dari Forbes, The Evolving Definition Of Work-Life Balance, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance merupakan elemen kritis dalam menjaga kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan kompetitif, terkadang pekerja cenderung mengabaikan kehidupan pribadi mereka demi memenuhi tuntutan pekerjaan. Namun, keseimbangan ini penting untuk mencegah kelelahan, stres, dan bahkan risiko burnout.

Keseimbangan yang baik antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan waktu untuk kehidupan pribadi dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan kreativitas, dan membantu pekerja merasa lebih bahagia dan puas secara keseluruhan.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Tips untuk Mencapai Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

  • Menetapkan Batas Waktu Kerja yang Jelas
    Menentukan batas waktu kerja yang jelas membantu mencegah pekerja membawa pekerjaan ke dalam waktu pribadi mereka. Ini juga membantu menciptakan perbatasan yang sehat antara kehidupan profesional dan pribadi.
  • Melibatkan Diri dalam Aktivitas Rekreasi
    Aktivitas rekreasi di luar jam kerja dapat membantu mengurangi tingkat stres dan memungkinkan pekerja untuk bersantai. Hal ini termasuk berolahraga, membaca, atau mengejar hobi yang dicintai.
  • Berkomunikasi dengan Baik di Rumah dan di Tempat Kerja
    Komunikasi yang baik dengan keluarga dan rekan kerja penting untuk mencapai keseimbangan yang optimal. Berbicara terbuka mengenai harapan dan kebutuhan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung.

Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi tidak hanya memberikan manfaat bagi para pekerja saja, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di tempat kerja. Perusahaan yang mendorong keseimbangan ini melalui kebijakan fleksibilitas waktu atau dukungan kesehatan mental cenderung memiliki karyawan yang lebih bersemangat dan berkinerja tinggi.

Read More