tips meningkatkan social skill waktu WFH

Kerja Remote Makin Populer, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?

Kerja remote atau remote working telah menjadi fenomena yang makin populer di era modern. Konsep ini memungkinkan pekerja untuk bekerja dari lokasi yang berbeda dari kantor fisik perusahaan. Dengan teknologi yang terus berkembang, lebih banyak pekerja dapat menikmati fleksibilitas waktu dan ruang dalam menjalankan tanggung jawab mereka.

Pengertian Kerja Remote

Kerja remote adalah fenomena yang semakin berkembang pasca-pandemi Covid-19. Konsep ini telah mengubah cara orang bekerja dengan memberikan fleksibilitas dan kebebasan untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dari lokasi yang berbeda, bukan hanya terbatas pada kantor fisik perusahaan. Pekerjaan remote menjadi semakin populer di Indonesia dan seluruh dunia karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Kerja remote biasanya didefinisikan sebagai situasi pekerja yang bisa melakukan pekerjaannya dari rumah, kafe, atau bahkan tempat-tempat liburan asalkan terhubung dengan internet. Ini memberikan kesempatan bagi para pekerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pribadi mereka. Selain itu, pekerjaan remote juga memungkinkan fleksibilitas waktu, memungkinkan pekerja untuk mengatur jadwal kerja mereka secara lebih mandiri.

Kerja remote sendiri akhirnya membawa perubahan besar dalam dunia tenaga kerja. Bukan hanya untuk individu yang mencari fleksibilitas, tetapi juga untuk perusahaan yang ingin mengoptimalkan produktivitas dan efisiensi. Dengan pekerjaan remote, perusahaan dapat mengakses bakat dari berbagai wilayah tanpa batasan geografis. Ini juga membuka peluang bagi pekerja dengan mobilitas terbatas atau kesulitan berkomitmen untuk bekerja secara penuh di kantor fisik.

Baca Juga: ‘Work from Anywhere’, Apa Untung Ruginya?

Meski terdengar menarik, kerja remote juga membawa tantangan tersendiri. Beberapa orang mungkin menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berbeda dan kurangnya interaksi fisik dengan rekan kerja. Selain itu, kebutuhan untuk disiplin diri juga lebih besar, karena pekerja harus dapat mengatur waktu dan menyelesaikan tugas dengan mandiri tanpa pengawasan langsung.

Kelebihan Kerja Remote

Kerja remote menawarkan berbagai keuntungan menarik bagi para pekerja. Dalam era digital ini, model kerja begini makin diminati dan menjadi alternatif menarik bagi banyak individu. Dikutip dari Flex Jobs, berikut adalah beberapa keuntungan kerja remote:

  1. Fleksibilitas Waktu dan Lokasi

Salah satu keuntungan utama dari kerja remote adalah fleksibilitas waktu dan lokasi. Para pekerja dapat mengatur jadwal kerja mereka sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pribadi. Tidak terikat dengan jam kerja tradisional, pekerja dapat menyesuaikan waktu kerja dengan ritme hidup mereka. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka untuk menghadiri keperluan pribadi, seperti mengurus keluarga, menjalankan hobi, atau bahkan berlibur tanpa harus meninggalkan tugas pekerjaan.

  1. Mengurangi Stres dan Biaya Perjalanan

Dengan kerja remote, pekerja dapat mengurangi stres yang terkait dengan perjalanan harian ke kantor. Tidak perlu menghadapi kemacetan lalu lintas atau berdesakan di transportasi umum membuat hari-hari mereka menjadi lebih tenang dan terhindar dari stres yang tidak perlu.

  1. Keseimbangan antara Kehidupan Kerja dan Pribadi

Kerja remote memberikan kesempatan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi atau work-life balance. Dengan fleksibilitas waktu, pekerja dapat mengatur jam kerja mereka untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan keluarga. Mereka dapat lebih dekat dengan orang-orang tercinta dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga tanpa mengorbankan tanggung jawab pekerjaan.

  1. Lingkungan Kerja yang Lebih Nyaman

Dalam kerja remote, pekerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Mereka dapat mengatur ruang kerja sesuai dengan kenyamanan dan kebutuhan ergonomi mereka. Hal ini dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas kerja karena pekerja merasa lebih nyaman dan santai di lingkungan yang mereka sukai.

Baca Juga: 8 Jenis Pekerjaan ‘Freelance’ untuk Tambahan Cuan

  1. Meningkatkan Keterlibatan dan Kepuasan Kerja

Kerja remote juga dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan kerja. Dengan fleksibilitas yang ditawarkan, pekerja merasa lebih dihargai dan diizinkan untuk memiliki kendali lebih atas pekerjaan mereka. Rasa kemandirian dan kepercayaan dari perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi pekerja untuk memberikan yang terbaik.

Tantangan dalam Remote Working

Meskipun memiliki banyak keuntungan, kerja remote juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kesulitan dalam berkomunikasi dan kolaborasi dengan rekan kerja. Komunikasi yang efektif sangat penting dalam lingkungan kerja, dan tantangan ini dapat diatasi dengan menggunakan alat-alat kolaborasi online dan rapat virtual.

Selain itu, bekerja jarak jauh memerlukan tingkat disiplin yang tinggi. Pekerja harus mandiri dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas-tugas tanpa pengawasan langsung. Ini bisa menjadi tantangan bagi beberapa individu yang membutuhkan pengawasan lebih ketat.

Tips untuk Menjalankan Remote Working

Untuk berhasil menjalankan kerja remote, ada beberapa tips yang dapat diikuti. Pertama, penting untuk menciptakan ruang kerja yang nyaman dan produktif di rumah. Ruang kerja yang terorganisir membantu meningkatkan fokus dan efisiensi.

Selanjutnya, mengatur jadwal kerja yang terstruktur adalah kunci keberhasilan. Menentukan jam kerja yang tetap dan menghindari gangguan selama jam kerja akan membantu menjaga konsentrasi dan meningkatkan produktivitas.

Baca Juga: Habis WFH Terbit ‘Workcation’, Ini Fakta-fakta yang Perlu Kamu Tahu

Selain itu, berkomunikasi secara efektif dengan tim juga penting. Memastikan saluran komunikasi terbuka dan responsif membantu menjaga keterlibatan dan kolaborasi yang baik.

Pekerjaan remote telah menjadi sebuah alternatif yang menarik bagi banyak pekerja di seluruh dunia. Fleksibilitas dan kemudahan akses teknologi telah membuka peluang luas bagi individu untuk mengejar karier tanpa terikat oleh batasan fisik. Namun, untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan remote, dibutuhkan disiplin, komitmen, dan kemampuan beradaptasi.

Dengan terus berkembangnya teknologi, pekerjaan remote akan terus berkembang dan menawarkan potensi karir yang menarik di masa depan. Bagi individu yang ingin mengejar pekerjaan remote, penting untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dan menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

Ilustrasi oleh: Karina Tungari

Read More

Inklusivitas Gender di Tempat Kerja, Cowok Harus Lebih Terlibat

Istilah girlboss kerap digunakan untuk menyebut perempuan yang bekerja keras demi kemajuan kariernya. Namun, kata ini problematis karena peran lelaki dihilangkan dalam diskusi. Sebaliknya, perempuan difokuskan untuk bisa jadi penutan buat perempuan lain. Meskipun buku, nasihat dan pelatihan-pelatihan tentang kepemimpinan di tempat kerja sering kali tampak netral gender, kebanyakan masih belum menyentuh tanggung jawab pemimpin untuk mendorong inklusivitas gender.

Penelitian menunjukkan, untuk menciptakan organisasi yang benar-benar inklusif gender, laki-laki juga dapat – bahkan harus – menjadi panutan untuk kesetaraan gender.

“Cuthbert”, pemimpin senior di perusahaan global yang saya wawancara sebagai bagian dari penelitian, bisa menjadi satu contoh bagaimana laki-laki dapat membantu mendorong kesetaraan gender di tempat kerja.

Sebelumnya dia pikir sudah melakukan cara yang benar dalam mendorong kesetaraan gender di kantornya. Salah satunya dengan cara berhati-hati agar tidak bias saat merekrut karyawan dan berusaha mendukung perempuan di kantor lewat bimbingan pengembangan karier.

Namun, selama sesi mentoring dengan Phillipa, salah satu mentee-nya (orang yang diberikan mentoring), Cuthbert menyarankan untuk mencontoh perempuan lain yang bisa jadi panutan jika mau sukses.

Di saat bersamaan, Cuthbert juga membimbing karyawan laki-laki bernama Ben. Dalam salah satu sesi tersebut, Cuthbert menyarankan agar Ben menjadi panutan bagi orang lain.

Jika melihat percakapan dalam dua sesi mentoring ini, ada perbedaan nasihat yang diberikan kepada kedua mentee-nya: Menemukan panutan dan menjadi panutan.

Ben dan Phillipa mungkin memang membutuhkan saran yang berbeda untuk pengembangan karier masing-masing. Namun, apa yang dilakukan Cuthbert secara kebetulan membuktikan kebenaran penelitian yang mengungkap, perempuan sering kali dituntut untuk mencari panutan, sedangkan laki-laki didorong jadi panutan.

Penelitian tersebut juga mempertanyakan mengapa ada banyak buku tentang kepemimpinan perempuan, sementara literatur tentang kepemimpinan laki-laki hampir tidak ada. Ini karena kepemimpinan laki-laki sudah dianggap hal yang lumrah. Buku-buku umum tentang kepemimpinan seringkali tidak berbicara tentang bagaimana para pemimpin bisa lebih inklusif gender.

Dalam sebuah artikel pada jurnal European Management Review, saya mendefinisikan para pembawa perubahan (agen perubahan), sebagai orang yang memimpin organisasi mereka menuju inklusivitas. Untuk membuat perubahan dalam hal kesetaraan gender di tempat kerja, mereka perlu menyadari bahwa nasihat yang mereka berikan kepada orang yang mereka bimbing mungkin, nyatanya, masih memiliki kesenjangan dalam dimensi gender.

Hal ini berlaku baik bagi perempuan maupun laki-laki yang berperan sebagai mentor. Namun, karena laki-laki umumnya masih lebih dominan (overrepresented) menempati posisi senior di kantor, mereka punya peluang lebih besar untuk menjadi mentor. Ini membuat semakin pentingnya mereka untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang memimpin keberagaman gender.

Baca juga: Komunikasi Inklusif dan Strategis, Tak Cuma Untungkan Buruh tapi juga Pengusaha

Bikin Perubahan

Dalam buku terbaru saya, saya menjabarkan tiga perbedaan sikap laki-laki tentang kesetaraan gender di tempat kerja. Beberapa dari mereka memang telah mendukung kesetaraan gender dari dulu dan memiliki gagasan yang cukup bagus tentang apa yang harus dilakukan. Beberapa lainnya cenderung mengalami kesulitan menghubungkan antara kebutuhan akan kesetaraan gender dengan pencapaian prestasi. Namun, ada juga kelompok ketiga, yaitu laki-laki yang ingin mempromosikan kesetaraan gender, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

Selama melakukan penelitian, saya menemukan kelompok yang ingin mempromosikan kesetaraan gender dapat memperoleh manfaat dari mempelajari cara menjadi agen perubahan untuk kesetaraan gender. Kemudian, calon agen perubahan ini bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang memungkinkan mereka membuat perbedaan melalui tindakan mereka.

Hal pertama, dan penting, yang bisa mereka lakukan penting untuk memikirkan alasan personal dalam mendukung kesetaraan gender. Pemimpin laki-laki perlu menciptakan lingkungan yang membuka ruang bagi semua orang yang bekerja padanya untuk dapat mengambil tindakan yang dapat mewujudkan kesetaraan gender. Contohnya bisa dalam bentuk tindakan sederhana, seperti menegaskan pentingnya program kesetaraan gender – jika ada karyawan menentang gagasan tersebut.

Agen perubahan juga harus menjadi role model untuk mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja, agar dapat memengaruhi bagaimana karyawan lainnya bersikap dalam kaitannya dengan kesetaraan gender. Seorang role model diharapkan menunjukkan perilaku yang akan dapat ditiru orang lain.

Inklusivitas Gender di tempat kerja
Banyak tempat kerja mencoba menjadi lebih terbuka terhadap keberagaman. Ground Picture/Shutterstock

Baca juga: Kerap Dinomorduakan, Karier Perempuan Minim Harapan

Contohkan Perilaku Inklusif

Menjadi role model bisa mencakup beragam aktivitas. Selain memberikan mentoring, seperti yang dilakukan Cuthbert dengan Ben dan Phillipa, tugas penting lainnya adalah menentang perilaku apa pun yang menghalangi upaya penyetaraan gender.

Ini bisa terkait dengan perekrutan karyawan, misalnya dengan memberi peringatan jika diskusi dalam rekrutmen karyawan dilakukan dengan cara yang bias, atau jika seorang karyawan (yang bias) mencoba mempekerjakan orang lain yang mirip dengan dirinya.

Umumnya, seorang agen perubahan pun mungkin masih meyakini bahwa kemampuan laki-laki dan perempuan diukur dengan cara yang berbeda. Contoh klasiknya adalah jika seorang perempuan cenderung asertif, seringkali ia dianggap agresif. Dalam sebuah rapat, misalnya, mereka mungkin juga akan merespons dengan benar komentar yang disampaikan oleh perempuan yang kerap diabaikan oleh karyawan lainnya – atau berbicara secara personal dengan seseorang yang mengabaikan komentar perempuan itu setelah rapat selesai.

Dalam beberapa situasi, menghadapi perilaku yang tidak mendukung kesetaraan gender secara langsung bisa menjadi cara yang tepat. Namun, pada beberapa situasi lain, melakukan intervensi secara halus bisa jadi lebih efektif. Penting bagi agen perubahan untuk memiliki keterampilan untuk mencari tahu strategi mana yang digunakan dan dalam situasi apa. Inilah jalan menuju kepemimpinan inklusif.

Tentu saja, para pemimpin tersebut mungkin masih melakukan kesalahan atau perlu banyak koreksi. Butuh kesabaran, karena banyak praktik, yang menimbulkan ketidaksetaraan gender di tempat kerja, yang sulit untuk diubah. Namun, sangat penting bagi laki-laki, bukan hanya perempuan, untuk bertindak sebagai agen perubahan dan panutan bagi kesetaraan gender, baik di tempat kerja maupun di luar lingkungan pekerjaan.

Elisabeth Kelan, Professor of Leadership and Organisation, University of Essex.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More

Mau Tingkatkan ‘Personal Branding’ Kamu? Lakukan 4 Cara ini di LinkedIn

Enggak cuma selebriti dan influencer, kita juga membutuhkan personal branding. Jika sering menghabiskan waktu di LinkedIn, kamu akan tahu ini adalah sesuatu yang bisa dikembangkan oleh siapa saja dengan unggahan dan engagement yang dibuat dengan baik.

Dalam beberapa tahun terakhir, para pelajar dan profesional muda telah menjadikan personal branding sebagai alat untuk meraih kesuksesan di pasar kerja global yang kompetitif. Personal branding adalah tentang bagaimana kamu membedakan diri dengan orang lain, dan tentang bagaimana orang lain memandangmu.

Cara kamu merepresentasikan diri secara daring dapat berimplikasi pada prospek kariermu. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana cara mengembangkan personal branding dengan sukses, kami mewawancarai mereka yang berhasil melakukannya dengan baik – mahasiswa Generasi Z (Gen Z) di tahun terakhir kuliah. Kami juga berbicara dengan perekrut dan penasihat karier tentang cara membangun personal branding di LinkedIn.

Kami menemukan Gen Z lebih menyukai gaya personal branding yang dinamis, interaktif, dan berproses, dibandingkan dengan gaya yang terlalu dikurasi dan palsu. Mereka membagikan proyek yang sedang berjalan, perjuangan dan tantangan di dunia profesional, dan meminta pengikut untuk menyumbangkan ide dan memberikan saran.

Hal ini tidak selalu menunjukkan “kesempurnaan”, tapi mereka bersedia berbagi ketidaksempurnaan dan kelemahan mereka. Salah satu perekrut yang kami wawancarai bilang, pendekatan ini membuat kandidat “lebih menonjol dari yang lain dan membuat saya berhenti dan membaca profil mereka daripada hanya mengklik ke profil berikutnya”.

Baca juga: Perempuan Pekerja, Simak Cara Ini untuk Keluar dari ‘Likeability Trap’

Berikut adalah beberapa tips untuk menciptakan personal branding kamu:

1. Tetap Up to date

Perusahaan mengharapkan para profesional muda untuk menggunakan platform seperti LinkedIn untuk membangun profil daring yang asli dan unik. Mereka menggunakan profil ini untuk mengevaluasi bakat dan keterampilan profesional calon karyawan, serta kecocokannya dengan budaya perusahaan. Semakin terkini dan detail profilmu, semakin mudah bagi perusahaan yang tepat untuk menemukanmu. Kamu mungkin tidak akan bekerja di perusahaan yang sama sepanjang kariermu, jadi penting untuk menjaga dan menyegarkan persona online-mu.

Seorang penasihat karier memberi tahu kami bahwa ia khawatir para pelajar “menjual diri mereka sendiri” di LinkedIn dengan hanya menyertakan informasi wajib seperti nama dan jabatan saat ini. Dia merekomendasikan untuk memasukkan detail spesifik tentang pencapaian dalam sebuah peran, serta meminta orang-orang yang pernah bekerja dengan mereka untuk memposting dukungan dan testimoni, yang merupakan sesuatu yang tidak ada di CV.

Seorang perekrut mengatakan, beberapa perusahaan beralih ke profil daring daripada CV karena memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang merek pribadi pelamar.

Baca juga: Women Lead Forum 2021: Perusahaan Perlu Rekrut Pemimpin yang Berpihak pada Perempuan

2. Jangan Hilangkan Kekuranganmu

Ketika membangun profil daring, mungkin terasa wajar untuk hanya menyertakan kekuatan dan kesuksesan saja. Namun, wawancara kami menunjukkan bahwa mengambil risiko untuk menunjukkan kelemahan dan ketidaksempurnaan bisa membuahkan hasil.

Unggahan tentang tantangan dan perjuangan dalam belajar atau tempat kerja menunjukkan kepada calon pemberi kerja apa yang membuat kamu unik, dan bahwa kamu mampu merefleksikan diri dan tumbuh dari kesalahan. Para peserta mengatakan kepada kami bahwa postingan-postingan ini populer di kalangan pengikut, membantu memantik percakapan, dan menghasilkan personal branding yang lebih kuat.

Seorang siswa mengunggah postingan di LinkedIn tentang kemampuan menulisnya dan bagaimana ia berusaha untuk meningkatkannya. Postingan tersebut menarik ratusan likes dan komentar, termasuk saran, dorongan, dan cerita serupa dari orang-orang di jaringannya.

Jangan takut membuat kesalahan – terobsesi untuk menciptakan personal branding yang sempurna dapat menyebabkan penundaan, kekhawatiran akan dihakimi atau ditolak, dan dapat menyebabkan terputus dari upaya pencarian kerja secara keseluruhan.

Membuat profil linkedin di Linkedin
Tantangan dan kelemahan kamu bisa menjadi bagian penting dari profil yang otentik. Pressmaster/Shutterstock

3. Berinteraksi dengan Orang Lain

Personal branding yang baik bukan hanya tentang profil kamu saja, namun juga melibatkan interaksi dengan orang lain untuk menunjukkan dedikasi dan ketertarikan kamu pada profesi tersebut. Kamu harus memulai percakapan, mengumpulkan pemikiran, dan mengumpulkan umpan balik dari orang lain di bidangmu. Seperti yang dikatakan oleh seorang siswa kepada kami:

Kita semua sedang berkembang, dan saya tidak ingin menunjukkan kepada pemberi kerja sebuah citra yang sempurna tetapi bukan ‘saya’. Sebaliknya, saya akan menunjukkan bahwa saya adalah seorang pembelajar yang konstan.

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah, seperti siswa yang menulis tentang memperbaiki tulisannya, dengan berbagi cerita tentang bagaimana kamu menyelesaikan sesuatu atau mencapai tujuan. Unggahan dengan narasi yang kuat tentang proses kesuksesan (atau kegagalan) dapat memicu diskusi dan perdebatan, memperkuat personal branding kamu dan menarik perhatian perekrut atau pemberi kerja.

Baca juga: Bersiap (Kembali) Bekerja

4. Pisahkan Kehidupan Pribadimu

Meskipun keaslian dapat membuatmu disukai oleh atasan, kamu tetap harus menjaga profesionalisme. Penting untuk menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadimu, dan manfaatkan pengaturan privasi dengan baik untuk menjaga personal branding-mu.

Pemantauan diri secara teratur terhadap profil media sosial penting untuk mengelola persona online yang kamu inginkan. Sebaiknya sesuaikan pilihan bahasa dan gaya penulisan di LinkedIn dengan industri dan perusahaan tempat kamu ingin bekerja.

Unggahanmu di situs-situs profesional bisa saja bersifat pribadi, namun dalam konteks profesional dan bukan sesuatu yang tidak ingin dilihat oleh rekruter – misalnya, foto yang menunjukkan kamu sedang berpesta. Kamu mungkin juga ingin, seperti yang dilakukan oleh beberapa partisipan Gen Z kami, mencari nama kamu di Google atau platform media sosial lainnya untuk melihat gambar dan postingan apa saja yang muncul, dan memantaunya dari sana.

Brad McKenna, Associate Professor in Information Systems, University of East Anglia; Alastair Maclean Morrison, Research professor, University of Greenwich, dan Wenjie Cai, Associate Professor in Tourism, University of Greenwich. Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More
cara meminta kenaikan gaji keatasan

5 Cara atau Strategi Tepat Meminta Kenaikan Gaji ke Atasan

Gaji adalah aspek penting dalam kehidupan pekerja. Namun, terkadang gaji yang diterima belum sepenuhnya mencerminkan nilai dan kontribusi pekerja.

Oleh karena itu, meminta kenaikan gaji adalah suatu hal yang sangat wajar. Bagaimana cara meminta naik gaji dengan bijaksana dan efektif? Artikel ini akan membahas strategi yang efektif untuk menegosiasikan kenaikan gaji dengan percaya diri.

Memulai percakapan mengenai kenaikan gaji memang bisa terasa menegangkan, tetapi ini adalah langkah yang penting untuk meningkatkan nilai diri dan memastikan kompensasi yang adil.

Sebelum memulai proses negosiasi, pastikan sebelumnya kamu sudah melakukan evaluasi diri untuk mengidentifikasi pencapaian dan kontribusi yang telah kamu berikan kepada perusahaan.

1. Evaluasi Diri dan Kontribusi

Dikutip dari Indeed, How To Ask for a Raise, sebelum meminta kenaikan gaji, langkah pertama yang penting adalah melakukan evaluasi diri secara jujur dan mendalam. Proses ini akan membantu kamu memahami sejauh mana kontribusi kamu bagi perusahaan dan sejauh mana kamu telah mencapai target kerja yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Alokasi Gaji yang Cermat: Tips Perencanaan Keuangan yang Efektif

Tinjau Pencapaian Diri

Mulailah dengan meninjau pencapaian diri kamu selama periode kerja tertentu, biasanya satu tahun terakhir. Catat semua proyek atau tugas yang kamu selesaikan dengan sukses. Tinjau apa saja peran dan tanggung jawab kamu dalam proyek-proyek tersebut. Identifikasi pencapaian besar dan kecil yang telah kamu raih, baik dalam tim maupun secara individu.

Jangan lupa untuk mencatat pula pencapaian yang mungkin tidak terlalu mencolok, tetapi memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaan. Misalnya, kemampuan kamu dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin dengan efisien dan akurat juga merupakan bentuk kontribusi yang berharga.

Tunjukkan Nilai kamu Bagi Perusahaan

Setelah kamu meninjau pencapaian diri, langkah selanjutnya adalah menunjukkan nilai kamu bagi perusahaan. Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apa dampak dari proyek-proyek yang telah saya selesaikan terhadap pencapaian tujuan perusahaan?
  • Bagaimana kontribusi saya membantu meningkatkan efisiensi atau produktivitas di departemen atau tim saya?
  • Apakah ada ide atau inovasi yang telah saya berikan yang berdampak positif bagi perusahaan?
  • Bagaimana saya membantu meningkatkan reputasi atau citra perusahaan di mata klien atau mitra bisnis?
  • Jawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan sejujur mungkin, dan sertakan data atau angka konkret jika memungkinkan. Data dan fakta akan memberikan dasar yang kuat dalam membuktikan nilai kamu sebagai seorang pekerja.

Presentasikan dengan Percaya Diri

Setelah menyelesaikan evaluasi diri, saatnya untuk mempresentasikan hasilnya kepada atasan atau pihak yang bertanggung jawab dalam proses kenaikan gaji. Pastikan kamu melakukannya dengan percaya diri dan lugas. Bawalah bukti konkret mengenai pencapaian dan kontribusi kamu.

Sebagai contoh, jika kamu berhasil meningkatkan penjualan tim kamu sebesar 20 persen selama satu tahun terakhir, sertakan data penjualan dan grafik perkembangannya. Jelaskan bagaimana strategi atau tindakan kamu telah membawa perubahan positif bagi perusahaan.

Dalam presentasi kamu, tetaplah rendah hati, namun jangan ragu untuk menyoroti keahlian dan kemampuan kamu yang telah membantu mencapai hasil-hasil tersebut.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

2. Riset Standar Gaji di Industri Kamu

Salah satu langkah yang tidak kalah penting sebelum meminta kenaikan gaji adalah melakukan riset standar gaji di industri kamu. Riset ini akan memberikan kamu pemahaman yang lebih baik tentang besaran gaji yang seharusnya kamu dapatkan berdasarkan posisi, pengalaman, dan tingkat keterampilan yang kamu miliki. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat kamu ikuti dalam melakukan riset standar gaji di industri kamu:

Memahami Kisaran Gaji

Langkah pertama dalam riset standar gaji adalah memahami kisaran gaji yang umum untuk posisi kamu sekarang di perusahaan. Kamu dapat mendapat informasi ini lewat berbagai sumber, seperti situs web khusus yang menyediakan data gaji, atau survei gaji yang dilakukan oleh lembaga profesional.

Perlu dicatat bahwa gaji dapat bervariasi berdasarkan lokasi geografis, ukuran perusahaan, dan industri tertentu. Oleh karena itu, pastikan kamu mencari data yang relevan dengan situasi kamu sekarang ini.

Bandingkan dengan Pengalaman dan Keterampilan Kamu

Setelah kamu sudah mengetahui kisaran gaji umum untuk posisi kamu, sekarang bandingkan dengan pengalaman dan keterampilan yang kamu miliki. Jika kamu memiliki pengalaman kerja yang lebih luas atau keterampilan khusus yang jarang orang lain kuasai, maka kemungkinan kamu dapat menuntut gaji di atas kisaran rata-rata.

Namun, jika kamu masih dalam tahap awal karier atau memiliki tingkat keterampilan yang standar, maka gaji kamu mungkin berada di sekitar nilai tengah kisaran.

Pertimbangkan Faktor Tambahan Sebelum Meminta Kenaikan Gaji

Selain pengalaman dan keterampilan, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan standar gaji. Misalnya, tingkat inflasi, perkembangan ekonomi, dan tingkat persaingan di industri kamu bisa mempengaruhi nilai gaji. Selain itu, faktor-faktor seperti tunjangan, bonus, dan benefit tambahan juga perlu dipertimbangkan dalam keseluruhan paket kompensasi yang kamu dapatkan.

3. Waktu yang Tepat untuk Meminta Kenaikan Gaji

Pilih waktu yang tepat untuk mengajukan permintaan kenaikan gaji. Jika perusahaan kamu baru saja merilis laporan keuangan positif atau mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, ini bisa menjadi waktu yang tepat. Pastikan juga kamu memilih momen ketika atasan sedang tidak sibuk dengan pekerjaan atau masalah lain.

Hindari meminta kenaikan gaji pada saat-saat kritis atau sulit dalam perusahaan. Misalnya, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau sedang menghadapi tekanan bisnis, ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk meminta tambahan pengeluaran.

4. Sampaikan Permintaan Kenaikan Gaji dengan Jelas

Ketika berbicara dengan atasan, sampaikan permintaan kamu dengan jelas dan tegas. Ungkapkan rasa percaya diri dan ungkapkan apresiasi atas kesempatan bekerja di perusahaan tersebut. Jelaskan dengan bijaksana jumlah kenaikan gaji yang kamu harapkan dan tunjukkan bagaimana kamu layak mendapatkannya.

Baca Juga: 5 Cara Tepat Terima Kritik dari Atasan

5. Menghadapi Penolakan dengan Bijaksana Kalau Kenaikan Gaji Ditolak

Tidak semua permintaan kenaikan gaji akan disetujui. Jika permintaan kamu ternyata ditolak, jangan merasa putus asa. Mintalah feedback mengenai apa yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kinerja dan mempersiapkan diri untuk meminta kenaikan gaji di masa depan.

Minta kenaikan gaji adalah hak yang patut kamu pertimbangkan sebagai pekerja. Dengan melakukan persiapan yang matang, menyusun argumen yang kuat, dan bersikap fleksibel selama proses negosiasi, peluang kamu untuk berhasil mendapatkan kenaikan gaji akan semakin meningkat.

Read More
Tips Anti-Gagal Saat Wawancara Kerja perhatikan bahasa tubuh

Tips Anti-Gagal Saat Wawancara Kerja: Perhatikan Bahasa Tubuhmu

Jangan remehkan tindakan berjabat tangan, mengangguk, atau menjaga postur tubuh agar tetap tegah. Semua itu adalah contoh bahasa tubuh yang penting diperhatikan, terutama saat menjalani wawancara kerja.

Bahasa tubuh atau bahasa non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang kuat dan mendalam. Bahkan ketika kata-kata tidak diucapkan, bahasa tubuh dapat menyampaikan pesan yang jelas kepada orang lain.

Saat berhadapan dengan situasi penting seperti wawancara kerja, bahasa tubuh dapat menjadi kunci kesuksesan dalam menciptakan kesan positif.

Pentingnya Bahasa Tubuh dalam Interview

Dikutip dari Indeed, Body language in an interview: importance and tips, bahasa tubuh berperan penting dalam proses wawancara kerja. Lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkan, bahasa tubuh dapat menjadi penanda kuat tentang kepribadian, sikap, dan kepercayaan diri seseorang.

Ketika kamu berbicara dengan pewawancara, bahasa tubuh kamu akan menyampaikan pesan yang tidak terucapkan secara verbal, dan hal ini dapat memengaruhi pandangan mereka tentang kamu sebagai calon karyawan.

Salah satu aspek utama dari bahasa tubuh dalam wawancara adalah ekspresi wajah dan senyuman. Saat kamu memasuki ruangan wawancara dengan senyuman hangat, itu menciptakan kesan positif pertama pada pewawancara. Senyuman adalah tanda kepercayaan diri dan kenyamanan, dan hal ini menunjukkan kamu bersemangat dan antusias di momen itu.

Selain senyuman, kontak mata juga memainkan peran penting. Melakukan kontak mata dengan perekrut memberi kesan, kamu benar-benar terlibat dan fokus pada wawancara. Ini menandakan kamu percaya diri dan siap untuk berinteraksi dengan baik di tempat kerja. Namun, perlu diingat untuk tidak berlebihan dalam kontak mata, karena itu bisa membuat perekrut merasa tidak nyaman.

Selain itu, gerakan tangan yang tepat juga dapat mendukung komunikasi kamu. Menggunakan gerakan tangan yang sesuai dan mendukung apa yang kamu katakan dapat menambah daya tarik dalam penyampaian pesan. Akan tetapi, sebaiknya hindari gerakan tangan yang terlalu berlebihan, karena itu dapat mengganggu perhatian pewawancara dari konten wawancara.

Baca Juga: 7 Tips Latihan ‘Interview’ Kerja demi Pikat HRD

Kiat-kiat Menggunakan Bahasa Tubuh yang Efektif dalam Wawancara

Kiat-kiat menggunakan bahasa tubuh yang efektif dalam wawancara kerja sangatlah penting untuk menciptakan kesan positif dan meningkatkan peluang kamu sukses mendapat pekerjaan. Bahasa tubuh yang tepat dapat menunjukkan rasa percaya diri, profesionalisme, dan keterbukaan kamu sebagai calon karyawan.

Dikutip dari Linkedin, Importance of Body Language In Interviews, berikut adalah beberapa tips tentang bagaimana kamu dapat menggunakan bahasa tubuh dengan efektif dalam wawancara:

  • Bersikap Ramah dengan Senyuman

Saat memasuki ruangan wawancara, berikan senyuman hangat kepada para pewawancara. Senyuman adalah salah satu bentuk ekspresi yang paling positif dan dapat membantu menciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat. Senyuman juga menunjukkan kamu percaya diri dan senang menghadiri wawancara tersebut.

  • Tatap Mata dengan Percaya Diri

Selama wawancara, jangan ragu untuk menjaga kontak mata dengan pewawancara. Kontak mata yang kuat menunjukkan kamu fokus dan terlibat sepenuhnya dalam percakapan. Ini juga memberi kesan kamu memiliki rasa percaya diri dalam diri sendiri dan siap untuk berkomunikasi dengan baik.

  • Menggunakan Gerakan Tangan yang Tepat

Gerakan tangan yang tepat dapat memperkuat apa yang kamu katakan dan menambah daya tarik komunikasi. Gunakan gerakan tangan yang mendukung dan relevan dengan apa yang kamu sampaikan. Namun, hindari gerakan yang terlalu berlebihan atau mengganggu perhatian.

  • Postur Tubuh yang Menunjukkan Kepercayaan Diri

Pertahankan postur tubuh yang tegak dan terbuka. Hindari bersandar atau menyilangkan lengan di dada, karena itu dapat memberikan kesan kurangnya minat atau ketidakpercayaan diri. Berdiri atau duduk dengan postur tubuh yang tegak menunjukkan, kamu percaya diri dan siap menghadapi tantangan.

  • Tanggapi dengan Ekspresi Wajah yang Sesuai

Ekspresi wajah kamu dapat mencerminkan perasaan dan sikap kamu. Cobalah untuk menanggapi pertanyaan dengan ekspresi wajah yang sesuai dan positif. Hindari mengernyitkan atau menggumamkan bibir, karena itu dapat memberikan kesan ketidaknyamanan atau ketidakpuasan.

  • Jaga Volume dan Tempo Suara

Selain bahasa tubuh, suara kamu juga memiliki peran penting dalam wawancara. Pastikan untuk berbicara dengan volume yang sesuai, jelas, dan mudah didengar. Jangan terlalu pelan atau terlalu keras. Selain itu, kendalikan tempo bicara kamu agar terdengar tenang dan teratur.

  • Mendengarkan saat Rekruter Berbicara

Selain berbicara dengan baik, penting juga untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tunjukkan bahwa kamu tertarik dengan pertanyaan dan informasi yang diberikan oleh pewawancara. Dengarkan dengan sabar dan jangan terburu-buru memberikan tanggapan.

  • Jaga Kontrol Diri saat Merasa Gugup

Merasa gugup adalah hal yang wajar dalam wawancara. Cobalah untuk tetap tenang dan mengontrol perasaan gugup kamu. Latih diri kamu sebelumnya dengan melakukan latihan pernapasan atau teknik relaksasi untuk mengatasi perasaan nervous.

  • Lakukan Isyarat Terima Kasih

Setelah wawancara selesai, jangan lupa untuk memberikan isyarat terima kasih kepada pewawancara. Anggukkan kepala dengan sopan dan berikan senyuman singkat sebagai tanda penghargaan atas kesempatan wawancara tersebut.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Bahasa Tubuh yang Perlu Dihindari dalam Interview

  • Kontak Mata yang Berlebihan

Kontak mata yang berlebihan atau terlalu intens dapat membuat lawan bicara merasa tidak nyaman. Berikan tatap mata dengan wajar dan alami.

  • Gerakan Tangan Terlalu Banyak

Terlalu banyak gerakan atau gelisah dapat mengalihkan perhatian perekrut dari apa yang kamu katakan. Cobalah untuk tetap tenang dan terkendali.

  • Menyilangkan Tangan

Hindari menyilangkan lengan di dada atau menyembunyikan tangan kamu, karena hal ini dapat memberikan kesan ketertutupan dan kurangnya keterbukaan.

Bahasa Tubuh di Berbagai Budaya dan Konteks

Perlu diingat bahwa setiap budaya memiliki bahasa tubuh yang berbeda. Apa yang dianggap sopan dan pantas dalam satu budaya mungkin dianggap tidak lazim dalam budaya lain. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan bahasa tubuh kamu sesuai dengan konteks dan budaya tempat kamu berada.

Baca Juga: 6 Alasan Pindah Kerja yang Bisa Kamu Pakai

Atasi Rasa Gugup dalam Interview

Merasa gugup adalah hal yang wajar saat menghadapi wawancara kerja. Untuk mengatasi perasaan ini, cobalah melakukan latihan pernapasan atau visualisasi positif sebelum wawancara. Ingatlah bahwa perekrut juga manusia dan mereka memahami bahwa kamu bisa merasa gugup dalam situasi penting seperti ini.

Dalam wawancara kerja, bahasa tubuh dapat berbicara lebih keras daripada kata-kata. Penggunaan bahasa tubuh yang tepat dan efektif dapat meningkatkan kesempatan kamu untuk berhasil dalam wawancara. Tatap mata yang percaya diri, senyuman ramah, gerakan tangan yang tepat, dan postur tubuh yang menunjukkan kepercayaan diri dapat mencerminkan kepribadian dan kemampuan kamu secara positif.

Read More
hak pekerja perempuan di indonesia

Hak Pekerja Perempuan di Indonesia yang Perlu Diketahui

Penting untuk memastikan hak-hak semua individu dihormati dan dilindungi. Hal ini juga berlaku untuk hak-hak pekerja perempuan di Indonesia. Pekerja perempuan memainkan peran penting dalam dunia kerja, kontribusi mereka tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian, tetapi juga terhadap perkembangan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam lingkungan kerja, pekerja perempuan sering menghadapi tantangan yang unik, termasuk diskriminasi, ketidakadilan upah, dan kekerasan seksual. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami hak-hak yang dijamin oleh hukum Indonesia serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan perlindungan dan kesetaraan bagi pekerja perempuan.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek penting hak-hak pekerja perempuan di Indonesia, termasuk perlindungan terhadap diskriminasi, kekerasan seksual, hak cuti persalinan, kesetaraan upah, promosi dan kenaikan jabatan, perlindungan terhadap pelecehan dan mobbing, serta keamanan dan kesehatan kerja.

Dengan memahami dan memperjuangkan hak-hak pekerja perempuan, kita dapat mendorong terciptanya lingkungan kerja yang adil, inklusif, dan berkeadilan gender. Hak-hak pekerja perempuan tidak hanya penting untuk individu, tetapi juga untuk kemajuan dan kemakmuran negara secara keseluruhan.

Kesetaraan Gender di Tempat Kerja

Perlindungan terhadap Diskriminasi

Salah satu aspek penting dalam hak pekerja perempuan di Indonesia adalah kesetaraan gender di tempat kerja. Setiap pekerja, baik pria, perempuan, dan lainnya, memiliki hak yang sama untuk bekerja tanpa adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan dengan jelas bahwa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dilarang dalam hal penerimaan kerja, kenaikan jabatan, dan kesempatan berkarier. Artinya, tidak ada alasan bagi perusahaan atau organisasi untuk membedakan perlakuan terhadap pekerja berdasarkan jenis kelamin mereka.

Akses terhadap Pendidikan dan Pelatihan

Pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa pekerja perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja perempuan, sehingga mereka memiliki peluang yang sama dalam dunia kerja.

Baca Juga: Menghadapi Diskriminasi di Tempat Kerja

Melalui kebijakan dan program pendidikan yang inklusif, perempuan diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal dan non-formal yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan memiliki kualifikasi dan keterampilan yang memadai, pekerja perempuan dapat bersaing secara adil dalam pasar tenaga kerja.

Kesetaraan Upah

Hak pekerja perempuan untuk upah yang setara dengan pekerja laki-laki juga dijamin undang-undang di Indonesia. Pekerja perempuan berhak menerima upah yang adil dan setara untuk pekerjaan yang sama atau setara dengan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki.

Perlindungan terhadap Kekerasan Seksual

Perlindungan terhadap kekerasan seksual merupakan salah satu aspek penting dalam hak pekerja perempuan di Indonesia. Setiap individu memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman kekerasan, termasuk kekerasan seksual.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan melarang tindakan kekerasan seksual dan pelecehan seksual di tempat kerja. Hal ini mencakup segala bentuk perilaku yang tidak diinginkan atau memaksa yang berkaitan dengan seksualitas seseorang, seperti pelecehan verbal, pelecehan fisik, atau pemaksaan hubungan seksual.

Pemberi kerja diwajibkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. Mereka harus menjalankan tanggung jawab dalam mencegah, mengatasi, dan menindak tegas tindakan kekerasan seksual di tempat kerja. Hal ini termasuk memberikan pelatihan kepada karyawan tentang kekerasan seksual, mempromosikan kesadaran akan hak-hak pekerja perempuan, dan menyediakan mekanisme pengaduan yang efektif.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan dan program untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan seksual. Salah satunya adalah pembentukan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di dalam kepolisian yang khusus menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan adanya unit ini, diharapkan korban kekerasan seksual dapat melaporkan kasusnya dengan aman dan mendapatkan perlindungan serta keadilan yang layak.

Cuti Persalinan dan Hak Kesehatan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan hak cuti persalinan bagi pekerja perempuan. Seorang pekerja perempuan berhak mendapatkan cuti persalinan selama minimal 3 bulan. Selama masa cuti persalinan ini, pekerja perempuan akan mendapatkan tunjangan yang tetap dibayarkan oleh pemberi kerja.

Baca Juga: Cuti Haid bagi Pekerja Perempuan: Problem Klasik yang Masih Mengusik

Hak cuti persalinan memberikan kesempatan bagi pekerja perempuan untuk pulih secara fisik dan emosional setelah melahirkan. Selain itu, cuti persalinan juga memberikan waktu yang diperlukan untuk merawat dan memberikan perhatian kepada bayi yang baru lahir. Hal ini penting dalam memastikan kesejahteraan ibu dan anak serta memberikan dukungan bagi pemberian ASI secara eksklusif.

Selain cuti persalinan, pekerja perempuan juga memiliki hak untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang memadai selama masa kehamilan dan setelah melahirkan. Hak ini mencakup pemeriksaan kesehatan rutin, pemantauan kehamilan, dan perawatan medis yang diperlukan.

Perlindungan terhadap Pelecehan dan Mobbing

Perlindungan terhadap pelecehan dan mobbing adalah salah satu aspek penting dalam hak pekerja di Indonesia. Setiap individu memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang bebas dari pelecehan, intimidasi, atau perlakuan yang merendahkan.

Pelecehan dan mobbing di tempat kerja dapat merugikan kesejahteraan dan produktivitas pekerja perempuan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan melarang segala bentuk pelecehan, intimidasi, atau tindakan yang merugikan martabat seseorang di tempat kerja.

Perlindungan terhadap pelecehan dan mobbing mencakup langkah-langkah preventif dan penanganan kasus yang efektif. Pemberi kerja diharapkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mengadopsi kebijakan yang jelas dalam menangani kasus pelecehan dan mobbing. Kebijakan ini harus memberikan prosedur pengaduan yang jelas, menjaga kerahasiaan pelapor, dan menjamin tidak adanya tindakan balasan terhadap pelapor.

Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pelecehan dan mobbing di tempat kerja. Pelatihan dan sosialisasi kepada pekerja perempuan dan pemberi kerja tentang hak-hak pekerja, kode etik kerja, dan mekanisme pengaduan yang ada merupakan langkah penting dalam mencegah dan mengatasi pelecehan dan mobbing.

Kesetaraan Promosi dan Kenaikan Jabatan

Kesetaraan promosi dan kenaikan jabatan adalah salah satu aspek penting dalam hak pekerja perempuan di Indonesia. Setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak yang sama untuk kesempatan dan perlakuan yang adil dalam hal promosi dan kenaikan jabatan di tempat kerja.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah menetapkan dasar hukum yang melindungi hak-hak pekerja perempuan terkait kesetaraan promosi dan kenaikan jabatan. Undang-undang ini mendorong pemberi kerja untuk memastikan bahwa proses seleksi dan promosi didasarkan pada kualifikasi dan kinerja, bukan diskriminasi gender.

Pentingnya kesetaraan promosi dan kenaikan jabatan terletak pada penciptaan kesempatan yang adil bagi pekerja perempuan untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka di tempat kerja. Dalam lingkungan kerja yang setara, individu, termasuk pekerja perempuan, dievaluasi berdasarkan kompetensi, pengetahuan, dan kinerja mereka.

Keamanan dan Kesehatan Kerja

Keamanan dan kesehatan kerja adalah aspek penting dalam hak pekerja perempuan di Indonesia. Setiap individu, termasuk pekerja perempuan, memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman, sehat, dan bebas dari risiko yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Masih Diabaikan, Perusahaan Perlu Buat Perubahan Kebijakan

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk memastikan perlindungan dan keselamatan pekerja perempuan di tempat kerja. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjadi dasar hukum yang mengatur standar keamanan dan kesehatan kerja di Indonesia.

Undang-undang ini mewajibkan pemberi kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, termasuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pemberi kerja juga harus memberikan perlindungan dan pelatihan yang diperlukan kepada pekerja perempuan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka.

Keamanan dan kesehatan kerja melibatkan berbagai aspek, seperti pemenuhan standar keamanan fisik, penggunaan alat pelindung diri, penanganan bahan berbahaya, dan pengendalian risiko lingkungan kerja. Pekerja perempuan memiliki hak yang sama dengan pekerja laki-laki untuk melindungi diri mereka sendiri dari risiko dan bahaya di tempat kerja.

Selain itu, keamanan dan kesehatan kerja juga melibatkan pemantauan dan evaluasi secara rutin terhadap kondisi kerja dan dampaknya terhadap kesehatan pekerja. Pemerintah dan pemberi kerja diharapkan melakukan inspeksi dan penilaian terhadap lingkungan kerja untuk memastikan bahwa standar keamanan dan kesehatan terpenuhi.

Read More
cara meningkatkan semangat kerja turun

5 Cara Meningkatkan Semangat Kerja yang Sedang Turun

Semangat kerja tentu dapat menurun pada waktu-waktu tertentu, apalagi kalau ternyata kamu baru saja menyelesaikan pekerjaan berat ditambah dengan deadline yang mepet. Tentu hal ini bisa membuat kamu jadi kurang fokus, kurang produktif, dan kurang bahagia dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Penting bagi kita untuk menemukan cara-cara yang efektif demi meningkatkan semangat kerja supaya tingkat produktivitas kerja terjaga.

Ada beberapa cara tepat untuk mengembalikan semangat kerja yang turun dan juga caranya bisa dibilang cukup mudah buat kamu coba. Beirkut beberapa tips efektif yang bisa kamu coba, dirangkum dari berbagai sumber.

Cara Sederhana Meningkatkan Semangat Kerja yang Turun

  1. Mengatur Waktu dengan Bijak

Mengatur waktu dengan bijak adalah kunci penting dalam meningkatkan semangat kerja dan produktivitas. Saat sedang bekerja, seringkali kita merasa kehabisan waktu dan sulit untuk menyelesaikan semua tugas yang ada. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki strategi yang efektif dalam mengelola waktu kita.

Salah satu cara yang efektif dalam mengatur waktu adalah dengan membuat jadwal harian atau mingguan yang terperinci. Dalam jadwal ini, catatlah semua tugas dan aktivitas yang perlu kamu selesaikan. Prioritaskan tugas-tugas yang paling penting dan tentukan waktu yang tepat untuk menyelesaikannya. Dengan memiliki jadwal yang terstruktur, kamu dapat lebih fokus dan efisien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain membuat jadwal, penting juga untuk menghindari penyebab pemborosan waktu, seperti gangguan dari media sosial atau percakapan yang tidak perlu. Identifikasi apa yang membuat kamu jadi tidak fokus dan cari cara untuk mengelolanya. kamu dapat menggunakan teknik pomodoro, di mana kamu bekerja selama periode waktu tertentu, misalnya 25 menit, kemudian mengambil istirahat singkat selama 5 menit. Dengan cara ini, kamu dapat mempertahankan fokus kamu dan menghindari kelelahan mental.

Baca Juga: ‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

  1. Menghindari Prokrastinasi atau Menunda Pekerjaan

Prokrastinasi adalah kebiasaan menunda-nunda atau menunda pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Ini adalah masalah umum yang dapat menghambat semangat kerja dan produktivitas kita. Menghindari prokrastinasi merupakan langkah penting dalam mencapai keberhasilan di tempat kerja. Dikutip dari Time, Psychologists Explain Why You Procrastinate—And How to Stop, berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kamu mengatasi prokrastinasi:

  • Mulailah dengan tugas yang sulit: Cenderung untuk memulai hari kerja dengan menyelesaikan tugas-tugas yang lebih mudah atau menyenangkan. Namun, ini dapat menjadi jebakan prokrastinasi. Sebaliknya, mulailah dengan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit atau membutuhkan konsentrasi lebih tinggi. Setelah tugas sulit selesai, kamu akan merasa lega dan semangat kerja akan meningkat.
  • Buat tenggat waktu yang realistis: Mengatur tenggat waktu yang jelas dan realistis untuk setiap tugas dapat membantu mencegah prokrastinasi. Ketika kamu memiliki tenggat waktu yang ditetapkan, kamu akan merasa lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Pastikan untuk mempertimbangkan kompleksitas dan skala tugas saat menetapkan tenggat waktu.
  • Temukan sumber motivasi dan inspirasi: Cari sumber motivasi dan inspirasi yang dapat membantu kamu mengatasi prokrastinasi. Dapat berupa buku, podcast yang dapat menginspirasi. Mengingatkan diri sendiri tentang tujuan dan impian kamu akan membantu mempertahankan semangat dan mengatasi prokrastinasi.

Baca Juga: Kehilangan Motivasi Kerja, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

  1. Membangun Hubungan yang Positif dengan Rekan Kerja

Membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja adalah faktor penting dalam meningkatkan semangat kerja dan produktivitas. Lingkungan kerja yang harmonis dan kerjasama yang baik antara tim dapat menciptakan atmosfer yang positif dan mendukung. Berikut adalah beberapa tips untuk membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja:

  • Komunikasi yang baik: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam membangun hubungan yang positif. Berikan perhatian pada cara kamu berkomunikasi dengan rekan kerja kamu. Dengarkan dengan saksama, berbicaralah dengan sopan, dan jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan atau klarifikasi jika ada yang tidak kamu mengerti. Komunikasi yang baik akan meningkatkan pemahaman dan mengurangi kesalahpahaman di tempat kerja.
  • Hindari konflik yang tidak perlu: Konflik dapat merusak semangat kerja dan menciptakan atmosfer yang negatif. Jika terjadi perbedaan pendapat atau masalah, carilah cara untuk menyelesaikannya secara dewasa dan konstruktif. Hindari konfrontasi langsung dan berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
  • Memberikan apresiasi: Berikan apresiasi kepada rekan kerja kamu ketika mereka melakukan pekerjaan yang baik atau memberikan kontribusi yang berharga. Katakan terima kasih secara tulus dan jangan ragu untuk memberikan pujian yang tulus. Ini dapat meningkatkan semangat kerja dan motivasi rekan kerja kamu.
  1. Menjaga Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance adalah hal yang penting untuk meningkatkan semangat kerja. Terlalu banyak fokus pada pekerjaan dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan mengorbankan waktu bersama keluarga, teman, dan diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan keseimbangan yang sehat antara keduanya.

  1. Mencari Tantangan Baru

Mencari tantangan baru merupakan langkah penting dalam meningkatkan semangat kerja dan menghindari rasa bosan atau kejenuhan dalam pekerjaan. Rutinitas yang monoton dapat mengurangi semangat dan motivasi kita. Oleh karena itu, penting untuk aktif mencari tantangan baru yang dapat memicu perkembangan dan pertumbuhan karier kita.

Baca Juga: Apa itu ‘Coping Mechanism’ dan Manfaatnya untuk Pekerja

Salah satu cara untuk mencari tantangan baru adalah dengan mengambil inisiatif untuk mengambil proyek-proyek yang menantang di tempat kerja. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Proyek-proyek yang menantang akan memaksa kita untuk berpikir kreatif, mengembangkan keterampilan baru, dan menghadapi tantangan yang lebih besar. Hal ini akan memberikan perasaan pencapaian dan kepuasan yang dapat meningkatkan semangat kerja kita.

Selain itu, kita juga dapat mencari tantangan baru di luar pekerjaan. Misalnya, mengikuti kursus atau pelatihan yang relevan dengan bidang pekerjaan kita. Ini tidak hanya akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kita, tetapi juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang baru dan mengembangkan jaringan profesional yang lebih luas. Tantangan baru di luar pekerjaan dapat memberikan perspektif yang segar dan memotivasi kita untuk tetap belajar dan berkembang.

Read More
pengertian job crafting

Apa itu ‘Job Crafting’ dan Manfaatnya untuk Pekerja

Dalam dunia kerja yang terus berkembang, konsep job crafting menjadi semakin relevan. Job crafting mengacu pada proses di mana individu merancang dan mengubah tugas, peran, dan hubungan dalam pekerjaan untuk menciptakan pengalaman yang lebih memuaskan dan bermakna. 

Dengan melakukannya, seseorang dapat meningkatkan keterlibatan, kepuasan kerja, dan kinerja secara keseluruhan.

Artikel ini akan menjelaskan secara rinci tentang konsep job crafting, manfaat, dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan profesional.

Apa itu Job Crafting?

Dikutip dari Better Up, What is job crafting, why does it matter, and how can you do it?, Job crafting adalah konsep yang diperkenalkan oleh Amy Wrzesniewski dan Jane E. Dutton pada 2001. Ini mengacu pada proses di mana individu secara aktif mengubah elemen-elemen pekerjaan mereka, seperti tugas, peran, dan hubungan, untuk mencapai kepuasan dan makna yang lebih besar dalam pekerjaan mereka. Konsep ini memberikan karyawan kebebasan untuk mengatur dan mengelola pekerjaan mereka sesuai dengan pilihan dan kebutuhan masing-masing.

Baca Juga: Apa itu ‘Peak Performance’ di Dunia Kerja, Bagaimana Mencapainya

Dalam job crafting, individu berperan aktif dalam menciptakan pengalaman kerja yang lebih memuaskan dan bermakna. Mereka dapat mengubah fokus, menambahkan tantangan baru, menghilangkan tugas yang kurang bermakna, atau mengubah cara berinteraksi dengan rekan kerja, atasan, atau klien. Selain itu, individu juga dapat mengubah cara mereka memahami dan memberi makna pada pekerjaan.

Konsep ini juga menciptakan kesempatan bagi individu untuk memadukan minat, keahlian, dan nilai-nilai pribadi ke dalam pekerjaan mereka. Misalnya, seseorang yang memiliki minat dalam proyek-proyek kreatif, dapat mencoba mengubah tugas mereka agar lebih banyak terlibat dalam proyek semacam itu. Atau seseorang yang menikmati interaksi sosial dapat mencoba memperkuat hubungan dengan rekan kerja atau mengambil peran yang melibatkan lebih banyak kolaborasi.

Jenis-jenis Job Crafting

  1. Task crafting

Task crafting melibatkan mengubah dan menyesuaikan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan. Misalnya, seseorang dapat menambahkan tugas baru yang lebih menarik atau mengurangi tugas yang kurang bermakna.

  1. Relationship crafting

Relationship crafting melibatkan mengubah hubungan dan interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau klien. Individu dapat mencari peluang untuk bekerja sama dengan orang-orang yang memotivasi mereka atau menghindari interaksi yang negatif.

  1. Cognitive crafting

Cognitive crafting melibatkan perubahan dalam cara seseorang memahami dan memandang pekerjaan mereka. Ini melibatkan pengaturan kembali persepsi dan makna yang melekat pada pekerjaan.

Manfaat Job Crafting

Job crafting memiliki beberapa manfaat bagi individu dalam mengelola pekerjaan mereka. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Kepuasan Kerja yang Lebih Tinggi: 

Dengan melakukan job crafting, individu dapat memilih tugas-tugas yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka. Mereka dapat menyesuaikan pekerjaan mereka agar lebih sejalan dengan preferensi pribadi. Hal ini secara langsung berdampak pada peningkatan kepuasan kerja secara keseluruhan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Ketika individu merasa pekerjaan mereka relevan dengan minat dan nilai-nilai sendiri, maka cenderung akan lebih puas dengan pekerjaan yang dilakoni.

  • Peningkatan Keterlibatan:

Job crafting memungkinkan individu untuk merasa lebih terlibat dalam pekerjaan mereka. Mereka memiliki kontrol yang lebih besar atas pekerjaan mereka dan dapat menyesuaikannya sesuai dengan preferensi pribadi. Dengan ini, individu menjadi lebih fokus, motivasi kerja meningkat, dan bersemangat dalam menjalankan tugas-tugas. Mereka merasa memiliki kontribusi yang lebih besar dalam organisasi dan merasa penting dalam mencapai tujuan bersama.

  • Motivasi yang Lebih Besar:

Dengan adanya kebebasan untuk merancang pekerjaan mereka sendiri, individu cenderung lebih termotivasi dan bersemangat untuk mencapai tujuan kerja. Mereka memiliki kebebasan untuk menetapkan target yang lebih menantang atau memilih proyek-proyek yang lebih menarik bagi mereka. Dalam mengubah pekerjaan mereka agar lebih sesuai dengan minat dan tujuan pribadi, individu merasa lebih terdorong untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.

  • Pengembangan Karir yang Lebih Baik:

Job crafting memungkinkan individu untuk mengubah peran dan tanggung jawab, sehingga dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dan meningkatkan peluang karire. Dengan merancang pekerjaan mereka agar sesuai dengan minat dan keahlian, individu dapat mengarahkan perkembangan karir mereka ke arah yang diinginkan. Mereka dapat memilih tugas-tugas yang membantu mereka tumbuh dan berkembang, serta memperluas jaringan profesional mereka melalui kolaborasi dengan rekan kerja yang relevan.

Baca Juga: Apa itu ‘Growth Mindset’ dan Cara Kita Mengembangkannya

Dengan semua manfaat ini, job crafting memberikan individu kendali yang lebih besar atas pengalaman kerja. Ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih bermakna, memuaskan, dan memotivasi. Dengan menggabungkan minat, nilai, dan keahlian pribadi ke dalam pekerjaan, individu dapat mencapai kepuasan kerja yang lebih tinggi, keterlibatan yang lebih dalam, motivasi yang lebih besar, dan peluang pengembangan karir yang lebih baik.

Job crafting adalah konsep yang memungkinkan individu untuk merancang pekerjaan mereka sendiri agar lebih memuaskan dan bermakna. Dengan mengubah tugas, hubungan, dan persepsi tentang pekerjaan, seseorang dapat mencapai kepuasan kerja yang lebih tinggi, meningkatkan keterlibatan, dan mengembangkan karir mereka. Penting untuk menghadapi tantangan dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk melaksanakan job crafting.

Read More
Self Efficacy di Lingkungan Kerja

Beban Kerja Mahasiswa Magang Setara Pekerja Penuh Waktu, tapi Mayoritas Tak Diupah

Baru-baru ini, warganet membicarakan praktik magang mahasiswa yang umumnya tak mendapatkan upah. Ada yang pro, ada juga yang kontra dengan alasan beban kerja yang cukup berat.

Soal magang sendiri secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 6 Tahun 2020, sering dianggap sebagai sarana praktik sebelum memasuki dunia kerja, memperoleh jejaring profesional, hingga pengembangan kapasitas individu.

Sayangnya, meski para pemagang dipekerjakan penuh waktu layaknya pekerja, Pemernaker tersebut tak mengamanatkan kompensasi berupa upah dan hanya berupa uang saku yang meliputi “biaya transportasi, uang makan, dan insentif peserta pemagangan” yang layak.

Yang lebih parah lagi justru adalah peserta magang akademik, utamanya yang melibatkan pelajar dan mahasiswa.

Relasi kerja yang diatur dalam Permenaker di atas, sebenarnya merujuk pada “percantrikan” (apprenticeship), yakni pelatihan sebelum pekerja ditempatkan ke posisi jabatan tertentu. Sedangkan, magang yang melibatkan pelajar dan mahasiswa bukan bertujuan untuk itu, melainkan untuk tujuan pembelajaran (internship) – dan kegiatan ini belum memiliki payung hukum yang formal di Indonesia.

Akibatnya, meski juga kerap dipekerjakan secara penuh waktu, pemagang akademik bahkan tak mendapat hak uang saku sama sekali.

Hasil sementara dalam penelitian saya (belum dipublikasikan) memberi gambaran bagaimana alih-alih mengasah kompetensi pemagang, praktik magang akademik justru menempatkan mereka dalam posisi yang rentan di tempat kerja. Banyak dari mereka bekerja penuh waktu tanpa upah dan hak kerja layak.

Studi ini melibatkan 215 responden pekerja magang selama menjadi pelajar atau mahasiswa.

Berdasarkan jenjang pendidikan mereka ketika magang, sebanyak 88 persen merupakan mahasiswa sedangkan 12 persen berjenjang sekolah menengah. Di antara mahasiswa, sebanyak 66 persen dari rumpun ilmu sosial dan humaniora sedangkan 34 persen dari rumpun ilmu sains dan teknologi.

Instansi magang mereka berada di sektor lembaga publik (44 persen), swasta (41 persen), dan sebanyak 15 persen lainnya tersebar di sektor lain seperti Badan Usaha Milik Negara atau Daerah (BUMN/D), sektor pendidikan, dan nonprofit.

Baca juga: 9 Jurus Penting Sebelum Sah Jadi Anak Magang

Lemahnya Pemagang Akademik dalam Hierarki Kerja

Akibat absennya regulasi, banyak pemberi kerja di Indonesia menyamakan beban kerja pemagang akademik setara dengan pekerja formal.

Misalnya, mayoritas pemberi kerja sering menerapkan durasi kerja 8 jam per hari atau 40 jam per minggu sesuai Undang-undang (UU) Ketenagakerjaan. Padahal, regulasi ketenagakerjaan berlaku hanya jika ada hubungan pekerja dan pemberi kerja secara formal, bukan dalam konteks magang akademik.

Tak hanya itu, para pemagang dibebankan mekanisme target, kewajiban, kontrol, serta sanksi yang diberlakukan selayaknya pekerja penuh waktu.

Namun, berbeda dengan pekerja, pengelompokan pemagang akademik sebagai orang yang masih belajar atau mencari pengalaman juga membuat mereka rentan ditekan dalam “kultur kepatuhan” terhadap atasan dan instansi.

Seluruh dinamika tersebut membuat pekerja magang akademik justru menanggung beban kerja besar yang menghasilkan nilai bagi pemberi kerja – tanpa timbal balik yang setara buat mereka.

Hasil survei, misalnya, menunjukkan bahwa 53 persen responden pemagang menyatakan mereka seringkali bekerja di luar jam kerja hingga terpaksa membawa pekerjaan ke rumah karena beban kerja yang tinggi. Target yang harus mereka selesaikan juga setara dengan pekerja.

Ini bisa berupa penanganan keluhan pelanggan, rapat, membuat laporan, menginput data, atau observasi yang menyebabkan pemagang bekerja lembur.

Bahkan, beberapa menyatakan pernah bekerja lembur sampai dini hari, dan 3 persen responden bekerja lebih dari 8 jam per hari untuk menyelesaikan target.

Survei Magang Layak, Wulansari (2023)

Tak hanya itu, para responden kami juga melaporkan berbagai tekanan kerja akibat beberapa hal lainnya, termasuk:

  • hambatan teknis yang meliputi miskomunikasi, alat dan instrumen kerja yang tidak berfungsi, dan pendelegasian tugas yang buruk,
  • fasilitas pembelajaran yang tidak sesuai ekspektasi mulai dari minimnya ruang untuk berpendapat hingga mentor yang kurang handal dan responsif, serta
  • diskriminasi karena status mereka sebagai pemagang yang posisinya dianggap rendah.

Selain itu, sebanyak 72,6 persen responden menyatakan tidak memiliki kesempatan untuk memilih minat pekerjaan dan kompetensi yang mereka inginkan saat magang.

Pemagang justru hanya bisa menerima beban kerja yang diberikan oleh tempat magang, bahkan oleh oknum pekerja yang melimpahkan beban kerja penuh waktu mereka pada pemagang.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Mayoritas Tak Diupah dan Tanggung Ongkos Sendiri

Meski sering menanggung beban dan target kerja yang sama dengan pekerja penuh waktu, kekosongan hukum dan kerangka kerja pemagang akademik sebagai “pembelajar” membuat mereka tidak punya jaminan hak-hak kerja yang layak dan adil.

Banyak dari mereka harus mengandalkan “kebaikan hati” pemberi kerja untuk memberikan upah. Misalnya, hanya 23,72 persen responden pemagang akademik menyatakan menerima upah.

Survei Magang Layak, Wulansari (2023)

Di antara mereka, mayoritas yang dibayar oleh perusahaan hanya berkisar Rp1-2 juta.

Sedangkan, bagi mereka yang melaksanakan program magang pemerintah, seperti lewat Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) dalam kerangka Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mayoritas dibayar sebesar Rp2-2,9 juta.

Survei Magang Layak, Wulansari (2023)

Ongkos produksi yang harus ditanggung oleh pemagang akademik pun menjadi salah satu persoalan besar. Sebanyak 65,58% responden menyatakan tidak diberikan kompensasi ongkos transportasi dan uang makan.

Bagi mereka yang menerima, besarannya per bulan mayoritas hanya berkisar Rp 200-400 ribu.

Survei Magang Layak, Wulansari (2023)
Survei Magang Layak, Wulansari (2023)

Padahal, banyak pemagang harus menanggung ongkos transportasi dan uang makan sebesar Rp400-720 ribu per bulan. Banyak dari mereka membayar bahan bakar kendaraan dan banyak pula yang menggunakan moda transportasi umum untuk pulang dan pergi magang.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Pemangkasan Biaya Produksi

Relasi kerja magang akademik juga menunjukkan adanya fenomena penggeseran risiko kerja dan ongkos produksi dari perusahaan ke pemagang.

Pada sektor swasta atau profit, ada banyak kasus juga ketika kompensasi justru diberikan oleh negara, misalnya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang disebutkan sebelumnya.

Sebagai gambaran, lewat skema magang akademik seperti pada program MBKM, ada kisaran Rp55,9-78,3 miliar anggaran yang seharusnya menjadi ongkos pengupahan dari 216 perusahaan “mitra” yang justru ditanggung oleh pemerintah.

Padahal, skema ini mempermudah perusahaan melihat dan menguji talenta, kecocokan, dan kualifikasi profesional spesifik dari pegawai – dengan biaya rendah atau bahkan tanpa ongkos rekrutmen.

Di satu sisi, program ini pada kenyataannya memang memfasilitasi program magang yang lebih layak pada pekerja magang.

Di sisi lain, mekanisme ini menunjukkan adanya penyimpangan amanat regulasi kewajiban hak atas upah layak dalam relasi kerja yang idealnya dibebankan pada pemberi kerja.

Selain itu, karena adanya batasan kuota, tidak semua pendaftar program magang yang diupah pemerintah, dapat diterima.

Baca Juga: 7 Tips Latihan ‘Interview’ Kerja demi Pikat HRD

Mendorong Program Magang Layak

Dalam praktiknya, alih-alih ditempatkan sebagai pembelajar, mayoritas pemagang akademik justru terjebak dalam sistem sukarelawan (volunteer) yang hanya mengandalkan kebaikan hati pemberi kerja untuk sekadar mendapatkan kompensasi atas ongkos produksi.

Dengan skema ini, posisi tawar pemagang – apalagi pemagang akademik – yang secara politik lebih lemah menyebabkan mereka sering kali harus pasrah dengan mekanisme kerja yang rentan.

Pemerintah perlu melakukan intervensi untuk menutup celah regulasi yang ada terkait pemagangan, baik akademik dan nonakademik. Harus ada kerangka hak dan kewajiban yang adil, beserta mekanisme pendisiplinan untuk pemberi kerja, agar tidak ada lagi praktik magang yang tidak layak.

Menegaskan kelayakan upah atau uang saku juga dapat mencegah praktik ketidakadilan karena timpangnya ongkos produksi yang dibebankan pada pemagang. Batasan minimum ini perlu dikaji – misalnya menggunakan survei kelayakan upah dan survei pengeluaran ongkos kerja oleh pemagang di setiap daerah.

Jika merefleksikan magang dalam kultur akademik, penting untuk menjamin regulasi yang menempatkan pemagang sebagai pihak otonom agar dapat memilih kompetensi yang mereka ingin dalami selama magang. Target dan beban kerja ditentukan berdasarkan kesepakatan yang demokratis antara pemagang, pemerintah yang menaungi relasi kerja, dan pemberi kerja dengan memperhatikan hak-hak kerja layak.

Anindya Dessi Wulansari, Research Fellow at Institute of Governance and Public Affairs Universitas Gadjah Mada (UGM) and Lecturer, Universitas Tidar Magelang.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More
mengatasi mental block di dunia kerja

Mengatasi Mental Block: Cara Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas

Apakah kamu pernah mengalami mental block? Ketika kamu merasa sulit untuk memikirkan atau menghasilkan ide-ide kreatif, bisa jadi kamu sedang mengalami kondisi yang umum terjadi ini. Mental block adalah suatu kondisi seseorang mengalami kesulitan memperoleh ide atau gagasan baru.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang apa itu mental block, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana mengatasinya untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas kerja.

Pengertian Mental Block

Dikutip dari Lifehack, 8 Practical Ways to Get Over a Mental Block, mental block adalah kondisi seseorang mengalami kesulitan memperoleh ide atau gagasan baru. Ketika seseorang mengalami kondisi ini, pikiran mereka terasa terhenti dan sulit untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Hal ini sering terjadi pada orang-orang kreativitas dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari mereka. Baik penulis, seniman, pengusaha, maupun mahasiswa dapat mengalaminya. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama.

Saat mengalaminya, seseorang mungkin merasa terjebak dalam pikiran yang kosong. Mereka merasa sulit untuk menghasilkan ide-ide baru, merancang konsep baru, atau menyelesaikan tugas dengan kemampuan kreatif yang biasanya mereka miliki. Hal ini dapat menimbulkan rasa frustrasi, stres, dan hilangnya motivasi kerja.

Mental block dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk tekanan, stres, kurangnya inspirasi, rasa takut akan kegagalan, atau gangguan konsentrasi. Terkadang, ketika seseorang terlalu memaksakan diri untuk menciptakan sesuatu, mereka justru menjadi terjebak dalam mental block. Hal ini dapat menghambat aliran kreativitas dan mengurangi produktivitas.

Baca Juga: Apa itu ‘Growth Mindset’ dan Cara Kita Mengembangkannya

Faktor Penyebab Mental Block

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan mental block. Beberapa di antaranya adalah:

  • Ketegangan dan Stres
    Stres dan tekanan yang tinggi dapat menghambat kreativitas seseorang. Ketika seseorang merasa tertekan, pikiran mereka menjadi kaku dan sulit untuk berpikir secara fleksibel.
  • Kurangnya Inspirasi
    Ketika seseorang kurang terpapar dengan ide-ide baru atau kurang mendapatkan inspirasi, mereka cenderung mengalaminya. Kekeringan ide dapat menghambat kreativitas dan mengurangi produktivitas.
  • Rasa Takut akan Kegagalan
    Rasa takut akan kegagalan dapat membuat seseorang takut untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Hal ini dapat menyebabkan mental block dan menghambat kreativitas.
  • Gangguan Konsentrasi
    Ketika seseorang sulit untuk fokus atau konsentrasi pada tugas yang sedang dihadapi, mereka dapat mengalami mental block. Gangguan konsentrasi seperti bunyi bising atau gangguan lingkungan lainnya dapat mengganggu aliran pikiran yang kreatif.

Tanda-tanda Kamu Mengalami Mental Block

Berikut adalah beberapa tanda bahwa kamu mungkin mengalaminya:

  • Kesulitan menghasilkan ide-ide baru
  • Merasa terjebak dalam pikiran yang kosong
  • Kesulitan menyelesaikan tugas yang diberikan
  • Ketidakmampuan untuk berpikir secara fleksibel
  • Rasa frustrasi atau kehilangan minat dalam pekerjaan kreatif

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Cara Tepat Mengatasinya

Dikutip dari Entrepreneur, 7 Unexpected Ways to Get Around Mental Blocks, untuk mengatasi mental block, kamu dapat mencoba langkah-langkah berikut:

  • Mengistirahatkan Pikiran kamu
    Ketika kamu merasa terjebak dalam mental block, istirahatkan pikiran kamu sejenak. Berjalan-jalan atau melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan pekerjaan dapat membantu meremajakan pikiran kamu.
  • Berolahraga Secara Teratur
    Olahraga memiliki banyak manfaat, bila dilakukan secara teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan membantu mengatasinya.
  • Menjaga Pola Makan yang Sehat
    Pola makan yang sehat berkontribusi pada kesehatan otak. Pastikan kamu mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi penting untuk fungsi otak yang optimal.
  • Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
    Melakukan aktivitas yang kamu nikmati dapat membantu merangsang kreativitas kamu. Temukan kegiatan yang menyenangkan bagi kamu, seperti membaca buku, menulis, atau mendengarkan musik.
  • Mengubah Lingkungan Kerja
    Kadang-kadang, mengubah lingkungan kerja dapat mengatasi mental block. Cobalah bekerja di tempat yang berbeda atau mengatur ulang meja kerja kamu untuk menciptakan suasana yang baru dan segar.
  • Berdiskusi dengan Orang Lain
    Berdiskusi dengan orang lain dapat membantu memperoleh perspektif baru dan ide-ide segar. Bicarakan ide-ide kamu dengan rekan kerja, teman, atau keluarga untuk mendapatkan masukan yang berharga.
  • Mencatat Ide-Ide yang Kamu Dapat
    Seringkali, ide-ide brilian muncul secara tiba-tiba. Pastikan kamu mencatat ide-ide tersebut agar tidak terlupakan. Gunakan buku catatan atau aplikasi di ponsel kamu untuk mencatat ide-ide yang muncul di saat-saat tidak terduga.
  • Menggunakan Teknik Relaksasi
    Teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam dapat membantu mengatasi stres dan meningkatkan fokus kamu. Luangkan waktu setiap hari untuk berlatih teknik relaksasi ini.
  • Mencoba Teknik Kreativitas seperti Brainstorming
    Brainstorming adalah teknik yang efektif untuk menghasilkan ide-ide baru. Ajak tim kamu atau teman-teman kamu untuk melakukan sesi brainstorming dan jadikanlah suasana yang santai dan bebas kritik.
  • Membuat Rencana Kerja
    Membuat rencana kerja yang terstruktur dapat membantu mengatasi mental block. Bagi pekerjaan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan buat jadwal yang jelas untuk setiap tugas.

Baca Juga: Lamaran Kerja Ditolak, Siapa Bertindak: 9 Tanda Wawancaramu Gagal

Manfaat Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas

Meningkatkan kreativitas dan produktivitas memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Kemampuan untuk memecahkan masalah dengan lebih efektif
  • Pengembangan ide-ide baru yang inovatif
  • Peningkatan kinerja dan efisiensi
  • Meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi
  • Meningkatkan peluang untuk mencapai kesuksesan

Mental block adalah hal yang umum terjadi dan dapat mempengaruhi kreativitas dan produktivitas seseorang. Dengan menggunakan beberapa teknik dan strategi yang telah disebutkan di atas, kamu dapat mengatasinya dan meningkatkan kreativitas serta produktivitas kamu. Ingatlah untuk memberikan waktu istirahat bagi pikiran kamu, menjaga kesehatan tubuh dan pikiran, dan mencari inspirasi dari lingkungan sekitar kamu. Dengan melakukannya, kamu akan dapat melampaui batasan mental dan mencapai potensi kreatif kamu yang sebenarnya.

Read More