pengertian locus of control untuk meningkatkan karier

Apa Itu ‘Locus of Control’ di Tempat Kerja? Mengapa Penting Demi Kariermu?

Dalam dunia kerja yang kompetitif, banyak faktor mempengaruhi tingkat keberhasilan seseorang di tempat kerja. Salah satu faktor yang sering diabaikan adalah Locus of Control. Apa itu Locus of Control, dan mengapa hal ini begitu penting di tempat kerja?

Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan konsep Locus of Control, bagaimana hal ini memengaruhi kinerja dan kebahagiaan di tempat kerja, serta bagaimana kamu dapat mengembangkan Locus of Control yang positif untuk mencapai kesuksesan.

Apa Itu Locus of Control?

Dikutip dari Better Up, Understand your locus of control and how it shapes and moves you, Locus of Control adalah konsep psikologis yang menggambarkan pandangan individu terhadap kendali atau kontrol atas kejadian-kejadian dalam hidupnya. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh psikolog Julian B. Rotter pada tahun 1954. Untuk memahami konsep ini lebih dalam, mari kita bahas lebih lanjut.

Internal Locus of Control:

Lokus kontrol internal adalah keyakinan bahwa individu memiliki kendali atas tindakan, pilihan, dan keputusan dalam hidupnya. Orang yang memiliki lokus kontrol internal cenderung percaya bahwa mereka bisa memengaruhi hasil-hasil yang mereka alami. Mereka merasa bahwa usaha dan tindakan yang mereka lakukan memiliki dampak langsung pada apa yang terjadi dalam hidup mereka.

Sebagai contoh, jika seseorang dengan Locus Kontrol Internal menghadapi tantangan di tempat kerja, mereka mungkin akan mencari cara untuk mengatasinya, meningkatkan skill mereka, atau mencari solusi yang efektif. Mereka merasa bahwa mereka memiliki peran penting dalam menentukan hasil akhir.

External Locus of Control:

Sebaliknya, lokus kontrol eksternal adalah keyakinan bahwa faktor-faktor di luar kendali individu lebih berperan dalam menentukan kejadian-kejadian dalam hidupnya. Orang yang memiliki lokus kontrol eksternal cenderung lebih mempercayai keberuntungan, takdir, atau faktor-faktor lain yang berada di luar kendali mereka dalam memengaruhi hasil hidup mereka.

Baca Juga: Tips Temukan ‘Passion’ Kerja, demi Capai Karier Idaman

Contohnya, jika seseorang dengan Locus Kontrol Eksternal mengalami kesulitan di tempat kerja, mereka mungkin cenderung menyalahkan keadaan, orang lain, atau faktor eksternal lainnya sebagai penyebabnya, tanpa banyak mencoba mengubah situasinya.

Penting untuk diingat bahwa Locus of Control adalah suatu spektrum, dan individu dapat memiliki campuran dari kedua tipe ini dalam berbagai situasi. Seseorang mungkin memiliki Locus Kontrol Internal dalam hal kesehatan fisiknya, tetapi Locus Kontrol Eksternal dalam hal finansialnya.

Pemahaman terhadap Locus of Control pribadi dapat membantu seseorang untuk mengenali pola-pola perilaku, merencanakan tujuan, dan mengambil tindakan yang sesuai dengan keyakinan mereka. Dengan kata lain, Locus of Control dapat memengaruhi bagaimana seseorang menghadapi tantangan, mengambil risiko, dan mencapai kesuksesan di berbagai aspek kehidupan mereka.

Pentingnya Locus of Control di Tempat Kerja

Kinerja yang Lebih Baik

Salah satu alasan mengapa Locus of Control begitu penting di tempat kerja adalah karena dampaknya terhadap kinerja. Individu dengan lokus kontrol internal cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Mereka merasa bahwa mereka memiliki kendali atas tindakan dan keputusan mereka, yang memotivasi mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas.

Misalnya, seorang pekerja dengan lokus kontrol internal yang tinggi akan lebih cenderung untuk mengambil inisiatif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka akan merasa bahwa usaha mereka akan membawa hasil yang positif. Hasilnya, mereka mungkin lebih produktif, kreatif, dan efisien dalam pekerjaan mereka.

Kepuasan Kerja yang Lebih Tinggi

Selain kinerja yang lebih baik, Locus of Control juga memengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang. Individu dengan lokus kontrol internal cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka. Mengapa demikian? Karena mereka merasa bahwa mereka memiliki peran aktif dalam mencapai kesuksesan mereka.

Ketika seseorang merasakan bahwa usaha dan kerja keras mereka berkontribusi langsung terhadap pencapaian tujuan di tempat kerja, mereka merasa dihargai dan diakui. Hal ini meningkatkan kebahagiaan mereka di tempat kerja dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Baca Juga: Apa Itu ‘Soft Skill’ dan Kenapa Hal ini Penting untuk Karier Kamu?

Resilien di Tengah Tantangan

Di dunia kerja yang penuh dengan tantangan, kemampuan untuk menghadapinya dengan baik adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang. Orang dengan lokus kontrol internal lebih cenderung bersikap tahan terhadap stres dan tantangan.

Mereka melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh dan mengembangkan diri mereka, bukan sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi. Mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan mencapai hasil yang diinginkan.

Mengembangkan Internal Locus of Control

Self-awareness

Langkah pertama untuk mengembangkan lokus kontrol internal adalah dengan meningkatkan kesadaran diri. Pertimbangkan bagaimana kamu merespons kejadian-kejadian dalam hidup kamu dan apakah kamu cenderung menyalahkan faktor eksternal.

Pengendalian Emosi

Pengendalian emosi adalah kunci dalam mengembangkan Internal Locus of Control. Ketika menghadapi kegagalan, tantangan, atau situasi sulit di tempat kerja, penting untuk mengelola emosi dengan baik. Hal ini termasuk kemampuan untuk:

  • Tetap tenang dan berfokus pada solusi ketika menghadapi kesulitan.
  • Mengatasi rasa takut atau kecemasan yang mungkin muncul.
  • Menerima kritik atau masukan dengan lapang dada tanpa merasa terancam.
  • Dengan mengendalikan emosi, individu dapat membuat keputusan yang lebih baik dan mengambil tindakan yang lebih efektif.

Pengembangan Keterampilan

Salah satu cara terbaik untuk merasa lebih memiliki kendali adalah dengan meningkatkan skill dan pengetahuan kamu. Semakin kom peten kamu dalam pekerjaan, semakin besar perasaan kendali yang kamu miliki. Ini dapat menciptakan kepercayaan diri yang kuat.

Baca Juga: ‘Social Skill’, Cara Agar Tetap Terhubung Saat WFH

Kamu dapat mencoba mencari pelatihan tambahan, belajar dari pengalaman, dan terus mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan sekarang ini. Ketika kamu merasa mampu dan kompeten, kamu akan lebih cenderung untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan kamu sendiri dan merasa memiliki kendali yang lebih besar atas hasilnya. Jadi, Locus of Control adalah faktor penting yang memengaruhi kesuksesan dan kebahagiaan di tempat kerja. Memiliki lokus kontrol internal dapat meningkatkan kinerja, kepuasan kerja, dan ketahanan terhadap tantangan. Penting untuk mengembangkan Locus of Control yang positif melalui kesadaran diri, pengendalian emosi, dan pengembangan keterampilan

Read More
pengertian walk ini interview

Memahami ‘Walk in Interview’ dan Cara Terbaik untuk Bersiap

Walk in interview adalah salah satu cara umum untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Ini adalah kesempatan bagi calon karyawan untuk berbicara langsung dengan perwakilan perusahaan dan membuktikan diri mereka dengan kemampuan berkomunikasi, keterampilan, dan kepribadian mereka.

Namun, menghadapi walk in interview dapat menjadi pengalaman yang menantang, terutama jika kamu tidak siap. Dalam artikel ini, kita akan membahas segala yang perlu kamu ketahui tentang walk in interview dan bagaimana kamu dapat bersiap secara efektif.

Apa Itu Walk in Interview?

Walk in interview adalah sebuah metode rekrutmen yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dalam walk in interview, perusahaan memberikan kesempatan kepada calon pelamar pekerjaan untuk datang secara langsung ke lokasi mereka tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu. Ini berarti kamu dapat mengunjungi kantor perusahaan tersebut pada waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, yang biasanya diumumkan di situs web mereka atau di media sosial.

Saat menghadirinya, kamu akan berbicara langsung dengan perwakilan perusahaan, seperti HRD atau pihak yang berwenang dalam proses penerimaan. Kamu akan diberi waktu untuk memperkenalkan diri, membahas pengalaman kerja kamu selama ini, dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perwakilan perusahaan tersebut. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk memungkinkan perusahaan mengevaluasi calon karyawan secara langsung dan mengamati keterampilan komunikasi serta kepribadian mereka.

Penting untuk diingat bahwa walk in interview biasanya memiliki jumlah pesaing yang banyak, jadi penting untuk mempersiapkan diri dengan baik dan memberikan kesan yang baik kepada perwakilan perusahaan. Dengan memahami apa itu walk in interview dan cara terbaik untuk bersiap, kamu dapat meningkatkan peluang Anda untuk berhasil mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan.

Baca Juga: Ratusan Kali Melamar Kerja, Ditolak karena Gendut

Keuntungan dari Walk in Interview

Terdapat beberapa keuntungan penting yang dapat kamu peroleh dengan mengikuti wawancara langsung. Berikut ini adalah beberapa keuntungan utama dari menghadiri jenis wawancara ini:

  1. Keterampilan Kandidat dapat Terlihat Langsung: Dalam walk in interview, kamu mempunyai kesempatan untuk berbicara langsung dengan perwakilan perusahaan. Ini berarti kamu dapat langsung memperlihatkan kepribadian, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan yang kamu kuasai. Rekruter dapat mengamati bagaimana kamu berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung, yang tidak selalu dapat terlihat dari resume atau surat lamaran kerja. Dengan begitu, kamu dapat meningkatkan peluang memperoleh pekerjaan di perusahaan tersebut.
  2. Kemungkinan Mendapatkan Tawaran Langsung: Dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin memberikan tawaran pekerjaan secara langsung kepada calon yang berhasil mengesankan dalam walk in interview. Ini berarti kamu dapat segera mendapatkan pekerjaan tanpa harus menunggu proses seleksi yang panjang. Namun, tawaran langsung ini biasanya tergantung pada seberapa baik kamu memenuhi kriteria perusahaan.
  3. Memudahkan Pelamar Kerja: Tak bisa dimungkiri, walk in interview sebenarnya memberikan banyak kemudahan untuk kandidat pelamar kerja. Sebab, dalam waktu yang singkat tersebut kamu punya kesempatan untuk langsung membuktikan dirimu sebagai kandidat potensial dan tidak perlu menunggu lama untuk tahu hasilnya.

Baca Juga: 7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

Bagaimana Persiapan yang Efektif?

Persiapan adalah kunci untuk berhasil dalam walk in interview. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu coba:

  1. Mencari Tahu Latar Belakang Perusahaan

Sebelum kamu datang ke tempat wawancara, penting untuk memahami perusahaan tersebut. Ini termasuk mempelajari visi-misi perusahaan, sejarahnya, dan produk atau layanan yang mereka tawarkan. Informasi ini bisa membantu kamu dalam menjawab pertanyaan seperti “Mengapa kamu ingin bekerja di perusahaan ini?” dengan lebih baik. Selain itu, pemahaman yang baik tentang perusahaan akan menunjukkan kepada rekruter bahwa kamu sudah mencari tahu sebelumnya.

  1. Mempersiapkan Resume

Pastikan kamu sudah meng-update resume dan mencantumkan pengalaman dan keterampilan yang relevan. CV merupakan dokumen yang akan membantu rekruter untuk memahami lebih dalam tentang latar belakang kamu.

  1. Pertimbangkan Pertanyaan yang Mungkin Diajukan

Kamu dapat mempersiapkan jawaban yang biasanya akan ditanyakan oleh rekruter, seperti “Ceritakan tentang kamu” dan “Mengapa kamu tertarik bekerja di perusahaan ini?”

Baca Juga: Tips Anti-Gagal Saat Wawancara Kerja: Perhatikan Bahasa Tubuhmu

Jadi, Walk in interview adalah kesempatan yang berharga untuk kamu mendapatkan pekerjaan. Dengan persiapan yang baik, kemampuan berbicara yang baik, dan sikap yang positif, kamu dapat meningkatkan peluang memperoleh pekerjaan. Selalu ingat untuk tetap tenang dan percaya diri.

Read More
Apa itu Soft Skill di dunia kerja

Apa Itu ‘Soft Skill’ dan Kenapa Hal ini Penting untuk Karier Kamu?

Dalam era globalisasi saat ini, dunia kerja semakin kompetitif. Bukan hanya kualifikasi akademik yang penting, tetapi juga soft skill yang menjadi kunci sukses di tempat kerja. Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam tentang apa itu soft skill, mengapa penting, dan bagaimana kamu dapat mengembangkannya.

Apa Itu Soft Skill?

Dikutip dari Indeed, Soft Skills in the Workplace to Give You a Competitive Edge, soft skill adalah kemampuan non-teknis yang melibatkan aspek kepribadian, interaksi sosial, dan komunikasi. Ini mencakup berbagai keterampilan seperti komunikasi verbal dan non-verbal, kepemimpinan, kerja tim, adaptasi, dan kemampuan berpikir kritis.

Kenapa Soft Skill Penting?

Dalam dunia kerja yang semakin kompleks dan dinamis, pertanyaan tentang mengapa soft skill begitu penting adalah sangat relevan. Soft skill memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karier seseorang. Di bawah ini, kita akan melihat lebih dalam mengapa kemampuan ini begitu penting di tempat kerja.

Baca Juga: Tips Temukan ‘Passion’ Kerja, demi Capai Karier Idaman

  • Meningkatkan Hubungan Kerja: Soft skill membantu dalam membangun hubungan yang baik di antara rekan-rekan kerja. Kemampuan untuk mendengarkan dengan baik dan berkomunikasi secara efektif memungkinkan kolaborasi yang lebih baik dalam tim. Ini menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan meminimalkan konflik antar rekan kerja.
  • Kemampuan Beradaptasi: Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk beradaptasi sangat penting. Kemampuan beradaptasi akan sangat membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan tuntutan pekerjaan yang berubah-ubah. Mereka yang fleksibel lebih mungkin berhasil mengatasi tantangan baru.
  • Efektivitas Komunikasi: Salah satu aspek paling krusial dari soft skill adalah kemampuan komunikasi. Ini melibatkan tidak hanya kemampuan berbicara dengan baik, tetapi juga mendengarkan dengan seksama. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk menyampaikan gagasan mereka dengan jelas dan memahami perspektif orang lain.
  • Kepemimpinan yang Berkualitas: Dalam peran kepemimpinan, soft skill seperti kepemimpinan, motivasi kerja, dan pengelolaan konflik sangat diperlukan. Pemimpin yang baik mampu memotivasi tim mereka, memandu mereka menuju tujuan bersama, dan mengelola konflik dengan bijak.
  • Kemampuan Berpikir Kritis: Soft skill juga mencakup kemampuan berpikir kritis. Ini memungkinkan individu untuk menganalisis informasi dengan cermat, mengambil keputusan yang baik, dan menemukan solusi yang efektif untuk masalah yang kompleks.
  • Meningkatkan Produktivitas: Beberapa soft skill seperti manajemen waktu dan organisasi membantu meningkatkan produktivitas kerja. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk mengatur pekerjaan mereka dengan baik, menghindari pemborosan waktu, dan menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan.

Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Soft Skill yang Dicari oleh Perusahaan

Dalam upaya untuk memilih karyawan yang paling cocok dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan, perusahaan sering mencari soft skill tertentu yang menjadi indikator penting tentang bagaimana individu akan berkinerja di dalamnya. Dikutip dari Forbes, 11 Essential Soft Skills In 2023, berikut adalah beberapa soft skill yang paling dicari oleh perusahaan:

  • Kemampuan Komunikasi yang Kuat: Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik adalah salah satu soft skill paling dicari oleh hampir setiap perusahaan. Mampu mengungkapkan ide dengan jelas, mendengarkan dengan baik, dan berkomunikasi dengan semua tingkat organisasi adalah aset berharga.
  • Kemampuan Kerja Tim: Kemampuan untuk bekerja dalam tim adalah hal yang penting. Perusahaan ingin karyawan yang dapat berkolaborasi dengan rekan kerja, menghargai kontribusi orang lain, dan mencapai tujuan bersama.
  • Kemampuan Manajemen Konflik: Konflik di tempat kerja bisa tak terhindarkan. Oleh karena itu, perusahaan mencari individu yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan meresolusi konflik dengan bijak, tanpa mengganggu produktivitas.
  • Kepemimpinan: Keterampilan kepemimpinan sangat dicari, terutama untuk posisi manajemen. Pemimpin yang efektif dapat memotivasi tim, membuat keputusan yang bijak, dan mencapai hasil yang diinginkan.
  • Kemampuan Berpikir Kritis: Kemampuan untuk berpikir kritis adalah aset berharga. Perusahaan menginginkan karyawan yang dapat menganalisis situasi, membuat keputusan yang informasi-basis, dan menyelesaikan masalah dengan baik.

Baca Juga: ‘Social Skill’, Cara Agar Tetap Terhubung Saat WFH

Bagaimana Cara Kita Mengembangkan Soft Skill?

Mengembangkan soft skill adalah investasi berharga dalam karier, dan ada berbagai cara untuk melakukannya. Berikut adalah panduan tentang bagaimana kamu dapat mengembangkan dan meningkatkan soft skill:

  • Pendidikan dan Pelatihan: Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan soft skill adalah dengan mengambil kursus atau pelatihan yang relevan. Misalnya, jika kamu ingin meningkatkan kemampuan komunikasi, ambil kursus public speaking atau menulis profesional. Pelatihan semacam ini akan memberikan kamu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
  • Praktek: Praktek adalah kunci untuk mengasah kemampuan ini. Terapkan keterampilan yang ingin kamu tingkatkan dalam situasi sehari-hari. Misalnya, jika kamu ingin mengembangkan kemampuan kerja tim, aktif berpartisipasi dalam proyek tim di tempat kerja atau dalam kegiatan sosial.
  • Mentorship: Mencari seorang mentor adalah cara yang efektif untuk belajar dari pengalaman seseorang yang lebih berpengalaman. Mentor dapat memberikan panduan, feedback, dan wawasan berharga tentang bagaimana mengembangkan soft skill kamu dengan lebih baik.
  • Ambil Tanggung Jawab Tambahan: Di tempat kerja, carilah tanggung jawab tambahan yang memungkinkan kamu melatih soft skill. Misalnya, mengambil peran kepemimpinan dalam proyek atau menjadi mentor bagi rekan kerja yang lebih junior.
Read More

Polusi Udara DKI Jakarta Kian Buruk, WFH Bisa Jadi Jalan Ninjanya

Beberapa waktu belakangan ini, topik tentang polusi udara di Jakarta ramai diperbincangkan. Bukan tanpa alasan, polusi udah di ibu kota kian buruk setiap harinya.

Bahkan menurut aplikasi dari perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir, Jakarta berkali-kali menduduki peringkat pertama untuk tingkat kualitas udara paling buruk di seluruh dunia. Contohnya pada tanggal 8 Agustus dan 3 September yang lalu.

Baca juga: Tidak Bisa Tidak, Kita Harus ‘WFH’ Sekarang

Faktor yang Menyebabkan Polusi Udara Jakarta

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan polusi ini kian buruk di Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui siaran persnya pada (14/8) membagikan beberapa penyebabnya. Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro menjelaskan sektor transportasi menjadi penyumbang 44 persen sumber pencemar, diikuti sektor industri 31 persen, manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen dan komersial satu persen.

Sigit juga menambahkan, menurut kajian ahli Prof. Puji Lestari bahwa akan ada beberapa rekomendasi untuk memperbaiki kualitas udara ini. Studi tersebut nantinya akan dilakukan untuk seluruh wilayah Indonesia. Namun sekarang fokus utamanya pulau Jawa, karena wilayah ini memiliki potensi tinggi dalam pencemaran udara.

Pencemaran udara ini pun menjadi ancaman dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Dilansir dari website resmi Kementerian Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan enam besar penyakit akibat polusi udara ini, yaitu pneumonia (infeksi paru), infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, tuberkolosis, kanker paru dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).

Dikutip dari VOA Indonesia, polusi udara di Jabodetabek berakibat meningkatkan kasus ISPA. Pada periode Januari hingga Juli tahun ini saja, sudah ada 100 ribu kasus di wilayah tersebut. Menyikapi hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membentuk Komite Respirologi dan Dampak Polusi Udara. Komite rencananya akan memiliki empat strategis, deteksi, penurunan risiko kesehatan, pengendalian emisi maupun debu, dan juga adaptasi.

Kemenkes menambahkan, kualitas udara di wilayah DKI Jakarta akan terus dipantau keadaannya. Puskesmas dan rumah sakit akan dilengkapi dengan peralatan deteksi polusi udara. Kemenkes juga akan mengembangkan sistem peringatan dini yang terintegrasi dan terkait data-data polutan di aplikasi Satu Sehat.

Terkait masalah ini pemerintah pun mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi polusi ini. salah satunya dengan bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Menurut BBC Indonesia, kebijakan WFH ini akan diwajibkan kepada aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta terlebih dahulu, mengingat tingginya polusi udara di ibu kota.

Baca juga: Polusi di Jabodetabek Memburuk, Kami Harus ‘Bayar’ Udara Bersih

Keuntungan WFH yang Perlu Kamu Tahu

WFH pun memiliki beberapa keuntungan jika dilakukan pada keadaan Jakarta yang kualitas udaranya buruk saat ini. Diambil dari Flex Jobs, berikut beberapa keuntungan WFH bagi pekerja:

1.  Mengurangi Stres dan Biaya Perjalanan

Lewat kerja dari rumah, pekerja bisa mengurangi stres karena perjalanan harian ke kantor. Mereka tak perlu lagi menghadapi kemacetan lalu lintas dan desak-desakan di transportasi umum. Hari-hari mereka akan menjadi lebih tenang sejenak dan terhindar dari stres yang tak perlu. Biaya untuk transportasi yang habis sehari-harinya bisa dialokasikan untuk hal yang lain. Mungkin untuk ditabung atau dibelanjakan untuk barang yang berguna.

2.  Fleksibilitas Waktu dan Lokasi

Salah satu keuntungan yang paling sering dicari dari WFH sendiri, waktu dan lokasi yang fleksibel. Banyak orang menganggap inilah yang mereka cari selama melakukan WFH. Para pekerja pun bisa mengatur jadwal kerja dan tempat yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan pribadinya.

Mereka bisa menyesuaikan pekerjaannya dengan ritme kehidupan pribadi, seperti mengurus keluarga selama ini jarang dilakukan, menjalan hobi yang disuka hingga berlibur tanpa harus meninggalkan pekerjaan utama. Karena kamu juga bisa menerapkan work from anywhere atau WFA.

3.  Keseimbangan dalam Kehidupan Pribadi dan Pekerjaan

WFH memberikan kesempatan bagi para pekerja untuk menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Orang-orang biasa menamainya work-life balance. Fleksibilitas waktu dan lokasi tadi memungkinkan bisa lebih dekat dengan keluarga.

Pekerja dapat dengan leluasa dekat dengan orang-orang tercintanya dan menghabiskan waktu lebih banyak, tanpa harus mengorbankan tanggung jawab pekerjaan.

4.   Lingkungan Kerja yang Lebih Nyaman

Selain waktu dan lokasi yang fleksibel, pekerja bisa menciptakan suasana kerja sesuai kebutuhan. Mereka dapat mengatur ruang kerjanya sesuai kenyamanan. Hal ini memungkinkan konsentrasi yang dikeluarkan lebih tinggi dan produktivitas dalam kerja bisa lebih banyak. Karena pekerja merasa lebih santai dan nyaman dalam lingkungan yang mereka sukai.

5.  Kepuasan Kerja Menjadi Meningkat

Banyaknya fleksibilitas yang didapatkan para pekerja, membuat mereka akan lebih merasa dihargai dan diizinkan memegang kendali atas pekerjaannya. Kemandirian dan kepercayaan diri dari perusahaan kepada mereka akan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Tak hanya itu motivasi kerja akan semakin berkembang karena mereka akan memberikan yang terbaik.

Baca juga: Kerja Remote Makin Populer, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?

Dengan adanya informasi-informasi mengenai keuntungan WFH ini, setidaknya bisa membuat pemerintah menerapkan peraturan ini meluas ke sektor swasta. Pakar ekonomi transportasi dan energi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Alloysius Joko Purwanto dalam tanggapannya melalui The Conversation mengatakan pemerintah bisa merumuskan kebijakan ini bersama pihak sektor swasta. Tujuannya untuk mencari tahu sektor mana saja yang memungkinkan pegawainya untuk bekerja dari rumah.

Joko juga meyakini pekerjaan sejumlah sektor ekonomi bisa berjalan tanpa adanya kewajiban untuk datang ke kantor. Karena, mereka sudah melalui dan cukup terbiasa dengan kebijakan pembatasan pergerakan yang sudah berlangsung saat pandemi covid-19.

Ilustrasi oleh: Karina Tungari

Read More
Self Efficacy di Lingkungan Kerja

Apa itu ‘Self Efficacy’ dan Kenapa Pekerja Harus Punya

Apakah kamu pernah merasa serba kurang di tempat kerja? Bahkan saking kurangnya, kamu juga dihinggapi perasaan takut gagal. Apakah kamu pernah merasa tak layak berada di tempatmu sekarang? Jika iya, kemungkinan kamu tak memiliki self efficacy.

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, konsep self efficacy atau keyakinan pada diri sendiri memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan kinerja karyawan di lingkungan kerja.

Artikel ini secara khusus akan membahas apa itu self efficacy di lingkungan kerja, bagaimana hal ini memengaruhi produktivitas dan kepuasan karyawan. Lalu, langkah-langkah apa saja untuk meningkatkan self efficacy.

Self Efficacy: Apa Itu?

Pengertian Self Efficacy

Dikutip dari Indeed, How To Practice Self-Efficacy at Work (With Tips), self efficacy adalah konsep psikologis yang mengacu pada keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu, serta mengelola tantangan dalam berbagai situasi. Dalam konteks lingkungan kerja, self efficacy mencerminkan sejauh mana seseorang merasa yakin dan kompeten dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Keyakinan dalam self efficacy lebih dari sekadar optimisme atau harapan. Ini melibatkan pandangan realistis tentang apa yang dapat dicapai oleh individu berdasarkan penilaian objektif terhadap keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya. Albert Bandura, psikolog terkemuka yang mengembangkan konsep ini, percaya self efficacy merupakan faktor kunci dalam menumbuhkan motivasi, perilaku, dan pencapaian individu.

Penting untuk memahami, self efficacy tidak hanya berlaku untuk tugas-tugas yang sudah dikuasai. Seorang individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi mungkin merasa mampu mengatasi tugas yang belum pernah dia hadapi sebelumnya dengan keyakinan bahwa dia bisa mempelajari apa yang diperlukan.

Baca Juga: Apa itu Sabotase Diri dalam Pekerjaan, Bagaimana Menghentikannya?

Komponen Self Efficacy

Self efficacy terdiri dari tiga komponen utama:

  • Pengalaman Pribadi (Personal Experience): Pengalaman berhasil atau gagal dalam tugas-tugas sebelumnya memengaruhi tingkat keyakinan seseorang terhadap kemampuannya.
  • Pengamatan Terhadap Orang Lain (Vicarious Experience): Melihat orang lain berhasil dalam tugas tertentu dapat mempengaruhi keyakinan diri sendiri.
  • Pemahaman Terhadap Proses (Understanding the Process): Keyakinan bahwa dengan usaha yang tepat, kemampuan dapat ditingkatkan.

Pengaruh Self Efficacy di Lingkungan Kerja

Self efficacy memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk dinamika dan performa karyawan di lingkungan kerja. Keyakinan individu terhadap kemampuannya berdampak pada produktivitas kerja hingga kesejahteraan mental. Mari kita eksplorasi beberapa pengaruh utama self efficacy di tempat kerja.

  1. Produktivitas yang Lebih Tinggi
    Karyawan dengan tingkat self efficacy yang tinggi cenderung lebih produktif. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri mendorong mereka untuk menyelesaikan tugas dengan efisiensi tinggi. Mereka merasa mampu mengatasi kendala yang muncul dan percaya bahwa usaha mereka akan menghasilkan hasil yang baik. Ini mengarah pada peningkatan produktivitas secara keseluruhan di tempat kerja.
  2. Kepuasan Kerja yang Meningkat
    Self efficacy berkontribusi pada kepuasan kerja karyawan. Orang yang merasa kompeten dan efektif dalam pekerjaan, cenderung merasa puas dengan pencapaian. Mereka merasa senang atas hasil kerja mereka dan memiliki perasaan prestasi yang lebih besar. Kepuasan kerja yang meningkat dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan menguntungkan.
  3. Ketahanan terhadap Stres
    Karyawan dengan self efficacy yang kuat memiliki ketahanan mental yang lebih baik terhadap stres. Mereka merasa mampu menghadapi tekanan dan tantangan yang mungkin muncul dalam pekerjaan mereka. Bahkan dalam situasi yang menekan, keyakinan pada diri sendiri membantu mereka tetap fokus dan mencari solusi ketimbang putus asa.
  4. Inisiatif dan Kemandirian
    Self efficacy merangsang inisiatif dan kemandirian. Karyawan yang percaya pada kemampuan diri sendiri lebih cenderung mengambil tanggung jawab ekstra dan mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah. Mereka merasa yakin dalam mengambil keputusan dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
  5. Kinerja yang Konsisten
    Individu dengan self efficacy yang kuat cenderung memiliki kinerja yang konsisten dan unggul. Keyakinan pada diri sendiri membantu mereka tetap fokus pada tujuan dan mencapai hasil yang diinginkan. Kinerja yang konsisten ini berkontribusi pada reputasi profesional yang baik dan peluang pengembangan karir yang lebih besar.

Baca Juga: Di Balik Menolak Pujian: Rendahnya Kepercayaan Diri Hingga Budaya

Meningkatkan Self Efficacy di Lingkungan Kerja

Meningkatkan self efficacy di lingkungan kerja bisa membantu pekerja meraih potensi penuh. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan self efficacy di tempat kerja:

  1. Penyediaan Pelatihan dan Dukungan

Pelatihan yang relevan dan dukungan yang memadai adalah langkah pertama dalam meningkatkan self efficacy. Karyawan perlu merasa didukung dalam upaya mereka untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Dengan memberikan pelatihan yang sesuai, karyawan merasa lebih kompeten dalam tugas-tugas mereka, yang pada gilirannya meningkatkan keyakinan pada diri sendiri.

  1. Penetapan Tujuan yang Realistis

Menetapkan tujuan yang dapat diukur dan realistis membantu karyawan merasa lebih percaya diri dalam mencapai hasil yang diharapkan. Saat mereka mencapai tujuan-tujuan kecil secara bertahap, self efficacy bakal tumbuh. Manajer dapat bekerja sama dengan karyawan untuk menetapkan tujuan yang menantang tetapi tercapai, memberikan dorongan positif untuk meningkatkan keyakinan diri.

  1. Feedback yang Positif

Feedback yang konstruktif dan positif memainkan peran penting dalam membangun self efficacy. Ketika karyawan menerima pengakuan dan penghargaan atas prestasi mereka, keyakinan diri mereka meningkat. Manajer dan rekan kerja dapat memberikan umpan balik yang mendukung dan mengakui usaha serta pencapaian karyawan.

  1. Lingkungan Kerja yang Mendukung

Menciptakan budaya kerja yang mendukung dan inklusif juga berperan dalam meningkatkan self efficacy. Ketika karyawan merasa dihargai dan didukung dalam mengembangkan potensi mereka, mereka cenderung memiliki keyakinan yang lebih tinggi terhadap kemampuan diri sendiri. Budaya yang mempromosikan kolaborasi, pembelajaran, dan eksplorasi juga berkontribusi pada perkembangan self efficacy.

Baca Juga: Kantor Berbudaya Maskulin Tambah Beban bagi Pekerja Perempuan

Jadi, self efficacy adalah faktor kunci dalam membentuk kinerja dan kepuasan karyawan di lingkungan kerja. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri memiliki dampak positif pada produktivitas, kepuasan kerja, dan inovasi. Organisasi dapat meningkatkan self efficacy melalui pelatihan, dukungan, penetapan tujuan yang realistis, dan umpan balik positif.

Read More

3 Alasan Perusahaan Tolak Pelamar dengan Tunggakan Utang dan ‘Bi Checking’ Buruk

Kamu pasti pernah dengar kabar tentang penolakan lamaran kerja fresh graduate karena status kreditnya tercatat ‘Kolektibilitas 5’ atau macet. Semua orang urun pendapat, bahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut komentar.

Persoalan ini banyak dikaitkan dengan perilaku berutang generasi muda pada pinjol (pinjaman online). Menurut catatan OJK, generasi Z atau Gen Z (rentang usia 19-25 tahun) dan generasi milenial (26-35 tahun) menjadi kelompok usia yang paling banyak berutang pada tahun 2021 dengan nilai pinjaman online saja mencapai Rp 14,74 triliun.

Generasi muda mungkin tidak banyak memiliki akses terhadap perbankan, sehingga jalur pinjol merupakan alternatif yang menarik. Apalagi, aksesnya mudah dengan teknologi yang hanya dalam genggaman jari.

Namun, layaknya hutang pada jalur konvensional seperti bank, hutang pada pinjol juga tercatat dalam riwayat kredit. Ketepatan waktu membayar akan menjadi catatan untuk pihak terkait–termasuk lembaga penyalur simpanan lain dan pemberi kerja.

Kasus yang baru-baru ini terjadi pun mungkin menjadi viral karena sangat jarang terdengar secara umum seseorang gagal mendapat kerja karena peringkat kreditnya. Perdebatan yang muncul bahkan sampai menyebut pemberi kerja yang menolak pelamar tersebut ‘alay’.

Akan tetapi, bagaimana dengan perspektif pemberi kerja? Perlukah credit score (skor kredit) calon karyawan digunakan sebagai dasar seleksi?

Sebagai perspektif, saya akan membahas peran skor kredit individu terhadap berbagai variabel kerja dan performa karyawan dan organisasi berdasarkan berbagai riset terdahulu.

Baca juga: Di Balik Melonjaknya Utang ‘Paylater’ Anak Muda Hingga Absennya Pemerintah

Mengenal Status dan Penilaian Kredit

Sebelumnya, penting bagi kita untuk mengetahui skor kredit dan pemeringkatannya.

Skor kredit merupakan penilaian performa utang individu untuk memberi informasi–misalnya kepada lembaga pemberi pinjaman–seberapa bertanggung jawabnya seseorang ketika berutang dan melunasi pinjaman tepat waktu.

Di Indonesia, hal ini diukur melalui skor kolektibilitas kredit yang mencatat lancar atau macetnya pembayaran utang. Riwayat utang individu ini terekam di dalam BI Checking atau Informasi Debitur Individual (IDI) Historis. Data ini ditampung dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang diampu OJK sebagai pengawas jasa keuangan di Indonesia.

Ada lima skor: lancar (Kolektibilitas 1, tidak ada tunggakan), dalam perhatian khusus (Kolektibilitas 2, memiliki catatan penunggakan 1-90 hari), kurang lancar (Kolektibilitas 3, memiliki catatan penunggakan 90-120 hari), diragukan (Kolektibilitas 4, memiliki catatan penunggakan 120-180 hari), dan macet (Kolektibilitas 5, memiliki catatan utang melewati jatuh tempo).

Jika sudah sampai ke tahap macet, sang pengutang bisa diberi catatan hitam atau blacklist dan bisa ditolak jika ingin mengajukan cicilan rumah atau kredit lainnya. Namun, mereka yang sudah masuk ke Kolektibilitas 2 dan seterusnya juga perlu waspada karena sudah dianggap memiliki rekam jejak buruk.

3 Alasan Skor Kredit Jadi Alat Seleksi Karyawan

Tepatkah menggunakan skor kredit untuk menilai seseorang layak atau tidak diterima? Nah, dari berbagai riset yang pernah dilakukan sebelumnya, saya menemukan adanya tiga alasan mengapa perusahaan menggunakan skor kredit seseorang dalam rekrutmen–dan ini berkaitan dengan potensi karyawan berlaku problematik di tempat kerja.

Ada tiga hal:

1. Penilaian risiko

Skor kredit sering dikaitkan sebagai indikator stres finansial. Kajian dalam bidang kriminologi dan etika bisnis sering kali menyoroti bagaimana stres finansial menjadi faktor pendorong individu untuk melakukan kegiatan yang menyalahi etika atau hukum. Strain theory, misalnya, menghubungkan tekanan ekonomi dengan probabilitas tindakan delinkuen atau etika kerja yang rendah.

Tekanan finansial yang dihadapi seseorang bisa memengaruhi pilihan etis mereka dan menjadikan mereka lebih rentan terhadap berbagai perilaku berisiko seperti kriminalitas.

2. Kemampuan pengambilan keputusan

Dalam ekonomi perilaku, kualitas pengambilan keputusan seseorang dalam aspek keuangan pribadi kerap menjadi indikator yang dianggap representatif untuk kemampuan pengambilan keputusan secara umum. Hal ini didasarkan pada konsep seperti bounded rationality (rasionalitas terbatas) dan cognitive biases (biasa kognitif), yang menjelaskan bagaimana keputusan finansial yang buruk bisa menjadi manifestasi dari keterbatasan kognitif atau bias dalam proses pengambilan keputusan.

Individu yang kurang baik dalam mengelola keuangan pribadi-yang bisa tercermin dari skor kredit yang buruk–seringkali juga menunjukkan kecenderungan untuk membuat keputusan yang kurang tepat dalam situasi lain. Ini bisa berdampak pada berbagai aspek pekerjaan, seperti manajemen proyek, alokasi sumber daya, atau bahkan interaksi interpersonal.

Dari perspektif praktis perusahaan, memahami skor kredit calon bisa menjadi pertimbangan strategis. Misalnya, untuk posisi yang memerlukan analisis dan evaluasi risiko yang rumit, atau yang mengharuskan alokasi sumber daya secara efisien, perusahaan mungkin lebih berhati-hati dalam memilih calon dengan skor kredit rendah.

3. Kestabilan hubungan pribadi dan sosial

Skor kredit yang rendah berpotensi sebagai indikator ketidakstabilan hubungan pribadi dan sosial calon karyawan di masa depan. Perusahaan seringkali memandang kestabilan finansial sebagai pilar kesejahteraan secara keseluruhan. Sehingga, skor kredit yang kurang menunjukkan adanya ketidakstabilan finansial dan akan berdampak ke dalam interaksi di tempat kerja.

Hal ini juga dibuktikan dalam berbagai kasus pinjol, yakni ketika perusahaan serta rekan peminjam dihubungi oleh penagih utang. Hal ini berpotensi mengganggu hubungan kerja dalam tim dan menciptakan lingkungan kerja yang kurang produktif. Selain itu stres finansial juga meningkatkan risiko terjadinya kasus interpersonal baik di lingkungan rumah ataupun tempat kerja. Selanjutnya, seorang karyawan yang mengalami stres finansial mungkin memiliki probabilitas absen yang lebih tinggi.

Baca juga: Balada ‘PayLater’ Gen Z: Selesaikan Masalah dengan Masalah

Penggunaan Skor Kredit Bisa bermasalah

Meskipun berbagai penelitian telah membahas stres finansial terhadap performa kerja, isu skor kredit sebagai alat seleksi calon karyawan tetap menuai pro dan kontra.

Pihak yang kontra juga didukung oleh hasil riset, di antaranya sebagai berikut:

– Potensi diskriminasi: Studi-studi di bidang etika bisnis dan kebijakan publik telah menunjukkan bahwa penggunaan skor kredit bisa menyebabkan diskriminasi sistemik, terutama terhadap kelompok minoritas yang kerap terjebak kemiskinan struktural karena keterbatasan sumber daya atau mereka yang memiliki akses keuangan yang terbatas.

– Invasi privasi: Beberapa literatur di bidang hukum dan etika berpendapat bahwa memeriksa skor kredit calon karyawan bisa dianggap sebagai invasi privasi.

– Keterbatasan data: Meski ada hubungan antara skor kredit dan beberapa aspek perilaku, banyak penelitian dalam psikologi organisasional dan manajemen sumber daya manusia menunjukkan bahwa skor kredit tidak selalu adalah indikator terbaik untuk performa atau fitur budaya perusahaan.

– Faktor eksternal: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa skor kredit bisa terpengaruh oleh sejumlah faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, perubahan kebijakan keuangan, atau bahkan masalah kesehatan yang di luar kendali individu.

Bukan Sekadar Angka

Skor kredit bisa menjadi indikator dari berbagai aspek perilaku dan kinerja di tempat kerja. Namun, penggunaannya dalam seleksi karyawan juga membawa berbagai masalah etis dan praktis seperti potensi diskriminasi, bias, dan invasi privasi. Karena itu, keputusan untuk menggunakan skor kredit sebagai alat seleksi memerlukan pertimbangan yang matang.

Bagi generasi muda, khususnya Gen Z, sangat disarankan untuk berhati-hati dalam mengelola kredit terutama dari pinjaman daring. Kemudahan akses dan proses yang cepat tidak boleh mengecilkan pentingnya menjaga skor kredit. Selalu lakukan cek kesehatan keuangan pribadi sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman dan pastikan untuk mematuhi syarat dan kondisi, termasuk ketepatan waktu pembayaran.

Jika kamu punya tunggakan utang, jangan dulu berputus asa: BI Checking-mu bisa dibersihkan. Pastikan kamu melunasi pinjamanmu dan rajin mengecek skor kreditmu di layanan iDebku yang disediakan OJK. Jika tak kunjung bersih, kamu bisa membawa surat klarifikasi dari lembaga yang menerbitkan pinjaman dan mengajukannya ke OJK.

Ingatlah bahwa riwayat kreditmu bukan hanya angka, tetapi sebuah refleksi dari kestabilan finansial dan kapabilitas pengambilan keputusan Anda, yang dapat memengaruhi peluang kerja dan relasi sosial di masa depan.

Wahyu Fahrul Ridho, Dosen Manajemen Keuangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More
cara menemukan passion dalam bekerja

Tips Temukan ‘Passion’ Kerja, demi Capai Karier Idaman

Apakah akhir-akhir ini kamu sering merasa kehilangan semangat saat bekerja? Apakah rutinitas harian terasa monoton dan kurang bermakna? Jika demikian, kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami tantangan dalam menemukan hasrat atau passion dalam pekerjaan mereka.

Passion kerja sendiri adalah salah satu kunci mencapai kepuasan dan kebahagiaan yang dalam karier. Artikel ini akan membahas tips bagaimana menemukan passion dalam bekerja, kenapa penting, dan langkah-langkah praktis yang bisa kamu ambil untuk mencapainya.

Mengapa Menemukan Passion Penting?

Menurut Indeed, menemukan passion kerja mampu mengarahkan arah karier dan kehidupan seseorang. Passion atau hasrat yang mendalam, bukan sekadar istilah populer, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan fisik, emosional, dan mental.

Berikut beberapa alasan yang melatarbelakangi pentingnya menemukan passion dalam karier:

  1. Motivasi yang Kuat: Ketika seseorang memiliki passion, motivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut jadi lebih tinggi. Mereka merasa lebih termotivasi untuk bangun setiap pagi dengan semangat. Motivasi ini menjadi sumber energi positif yang dapat membantu mereka mengatasi rintangan yang mungkin muncul dalam perjalanan karier.
  2. Kepuasan dan Kebahagiaan: Passion membawa kepuasan yang dalam dan kebahagiaan dalam bekerja. Ketika melakukan sesuatu yang mereka cintai, mereka merasa terhubung dengan pekerjaan secara emosional. Ini mengurangi tingkat stres dan kelelahan yang sering kali terkait dengan pekerjaan yang kurang memuaskan.
  3. Pengembangan Keterampilan: Passion mendorong individu untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Mereka dengan sukacita berinvestasi waktu dan usaha dalam mengasah keterampilan. Pada akhirnya, itu meningkatkan kualitas kerja dan membantu mereka mencapai kesuksesan jangka panjang.
  4. Fokus yang Lebih Tajam: Ketika menemukan passion, mereka memiliki fokus yang lebih tajam pada tujuan. Mereka punya visi jelas tentang apa yang ingin dicapai, yang memungkinkan mereka untuk mengarahkan usaha dan energi mereka dengan lebih efektif.
  5. Kreativitas yang Mengalir: Passion memicu kreativitas yang mengalir dengan bebas. Ketika seseorang terlibat dalam bidang yang mereka cintai, ide-ide baru dan inovasi sering kali muncul secara alami. Kreativitas ini dapat menghasilkan solusi baru dan pendekatan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah.
  6. Peningkatan Produktivitas: Individu yang memiliki passion, cenderung lebih produktif. Mereka merasa lebih terlibat dan bersemangat dalam melakukan tugas-tugas, yang berdampak positif pada hasil kerja dan efisiensi.
  7. Daya Tahan Emosional: Passion membantu individu mengembangkan daya tahan emosional yang lebih kuat. Ketika mereka menghadapi hambatan atau kegagalan, hasrat mereka terhadap pekerjaan tersebut menjadi sumber dukungan yang dapat membantu mereka bangkit kembali dan terus berjuang.
  8. Membuat Koneksi yang Lebih Dalam: Menemukan passion sering kali melibatkan interaksi dengan orang-orang yang memiliki minat serupa. Ini dapat membantu seseorang membangun koneksi sosial yang lebih dalam dan memperluas jaringan profesional mereka.

Singkatnya, passion mendorong kita untuk mencapai potensi penuh, merasa puas, dan mendapatkan kebahagiaan yang tulus dari setiap langkah perjalanan karier kita.

Baca Juga: Pebisnis Perempuan Grace Tahir dan Passion di Bidang Kesehatan

Tantangan dalam Menemukan Passion

Proses menemukan passion dalam bekerja mungkin tidak selalu mulus. Ada berbagai tantangan yang dapat muncul dan menghalangi. Pemahaman tentang tantangan ini dapat membantu individu menghadapinya dengan lebih bijak dan tetap bersemangat. Berikut adalah beberapa tantangan umum yang dapat muncul saat mencari passion:

  1. Ketidakpastian Minat Pribadi: Tak semua orang memiliki pemahaman yang jelas tentang minat pribadi mereka. Tantangan pertama adalah mengatasi ketidakpastian ini dan mengeksplorasi berbagai bidang untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya membuat mereka bersemangat.
  2. Tekanan Ekonomi: Sering kali, tekanan ekonomi dapat menghalangi seseorang untuk mengejar passion mereka. Mereka mungkin merasa perlu untuk memilih pekerjaan yang lebih stabil secara finansial daripada mengikuti hasrat mereka.
  3. Ekspektasi Lingkungan: Ekspektasi dari keluarga, teman, atau masyarakat dapat menjadi hambatan dalam mengejar passion. Beberapa orang merasa terbebani oleh pandangan orang lain tentang pekerjaan yang dianggap “layak” atau “bergengsi.”
  4. Rasa Takut Gagal: Rasa takut akan kegagalan atau ketidakpastian dapat menghalangi seseorang untuk mencoba hal baru atau mengejar passion yang belum teruji. Mereka mungkin ragu tentang apakah mereka dapat berhasil dalam bidang yang mereka cintai.
  5. Keterbatasan Waktu: Kehidupan yang sibuk dan tanggung jawab sehari-hari sering kali membuat sulit bagi individu untuk memiliki waktu dan energi yang cukup untuk mengeksplorasi minat dan mencari passion.
  6. Kurangnya Informasi: Beberapa orang mungkin tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai bidang pekerjaan atau aktivitas yang ada di luar pekerjaan saat ini. Kurangnya informasi ini dapat membatasi pandangan mereka tentang peluang yang ada.
  7. Menyesuaikan dengan Perubahan: Dunia pekerjaan terus berkembang dan berubah. Sering kali, individu harus beradaptasi dengan perubahan tersebut, yang dapat menyulitkan mereka untuk terus mengejar passion yang mungkin telah berubah arah.
  8. Tantangan Internal: Beberapa tantangan datang dari dalam diri kita sendiri, seperti rasa kurang percaya diri atau kecemasan tentang apa yang orang lain pikirkan tentang pilihan kita.

Baca Juga: Mau Tingkatkan ‘Personal Branding’ Kamu? Lakukan 4 Cara ini di LinkedIn

Meskipun tantangan-tantangan ini bisa terasa mengintimidasi, bukan berarti kita harus berhenti menemukan passion. Sebaliknya, tantangan-tantangan ini dapat diatasi melalui kesabaran, eksplorasi diri, dan komitmen untuk mengatasinya. Setiap tantangan dapat dianggap sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang, serta untuk mendekati passion kita dengan sikap yang lebih kuat dan tekad.

Langkah-Langkah Menemukan Passion dalam Bekerja

Dikutip dari The Muse, 6 Steps That’ll Help You Find Your Passion, proses menemukan passion dalam bekerja adalah perjalanan berharga, penuh eksplorasi, dan pemahaman diri. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kamu ambil untuk membantumu menemukan hasrat dan minat yang mendalam dalam karier:

  1. Mengeksplorasi Minat Pribadi

Langkah pertama adalah mengidentifikasi minat pribadi kamu di luar pekerjaan sekarang. Apa yang membuat kamu bersemangat? Apa yang kamu nikmati lakukan di waktu luang? Menemukan koneksi antara minat pribadi dan pekerjaan dapat membantu kamu menemukan passion yang baru.

  1. Mengidentifikasi Keterampilan dan Bakat

Selanjutnya, pertimbangkan keterampilan dan bakat yang kamu miliki. Apa yang telah kamu kuasai? Bagaimana kamu dapat mengintegrasikan keterampilan ini ke dalam pekerjaan kamu saat ini atau pekerjaan baru yang kamu cari?

Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

  1. Menentukan Value Diri

Nilai-nilai pribadi memainkan peran penting dalam menemukan passion. Apa yang benar-benar penting bagi kamu dalam kehidupan dan pekerjaan? Mencocokkan nilai-nilai ini dengan lingkungan kerja dapat membantu kamu merasa lebih terhubung dengan pekerjaan.

  1. Mencoba Hal Baru

Jangan takut untuk mencoba hal baru yang mungkin berada di luar zona nyaman. Cobalah kegiatan atau pekerjaan yang mungkin belum pernah kamu pertimbangkan sebelumnya. Eksplorasi ini dapat membuka pintu bagi passion yang belum terungkap.

Read More

Budaya Kerja Toksik Dimulai dari Kepemimpinan Medioker

Bayangkan, kamu ada di sebuah rapat penting. Anehnya saat kamu mencoba berbicara, ada rekan kerja yang menghela napas panjang dan bertukar pandang dengan teman lainnya berulang kali. Mereka jelas tampak menyimpan sesuatu.

Ya, hubungan di tempat kerja memang tak selalu harmonis. Entah itu di kafe, pabrik atau parlemen, orang-orang melakukan dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Mereka bisa saja berbicara padamu dengan nada merendahkan, “menegurmu” di depan umum, membuat gurauan yang menyakitkan, bergosip di belakangmu, atau bahkan mendiamkanmu.

Bentuk-bentuk tindakan kasar dan tak menyenangkan di tempat kerja, yang kerap dikenal dengan istilah “workplace incivility”, memiliki intensitas yang cukup rendah untuk bisa kamu laporkan ke HR dan mendapatkan penyelesaian yang memuaskan. Umumnya, organisasi memiliki aturan untuk melawan tindakan rasisme, seksisme, pelecehan atau perundungan lainnya. Namun, incivility–dengan dampak yang tak tampak dan sulit untuk dibuktikan–cenderung tak terdeteksi.

Kebanyakan dari kita akan menjumpai incivility pada suatu titik selama kita bekerja. Lebih dari 50% mengalaminya tiap minggu. Menurut sebuah metaanalis terhadap 105 studi tentang perilaku ini, kamu akan lebih mungkin mengalaminya jika kamu karyawan baru, perempuan, berada di posisi bawahan, atau berasal dari etnis minoritas.

Kata-kata yang tidak baik dan tak dipikirkan itu penting. Seperti yang dikatakan ahli bahasa Louise Banks dalam film tahun 2016, Arrival: “Bahasa adalah senjata pertama yang ditembakkan dalam sebuah konflik.”

Apa yang orang katakan dan bagaimana mereka mengatakannya sangat memengaruhi kita. Satu komentar kejam dapat merusak seluruh harimu. Jika dibiarkan, perilaku semacam ini membuat tempat kerja menjadi toxic.

Baca juga: Tinggalkan yang Lama Ciptakan yang Setara

Mengapa Orang Kasar pada Orang Lain?

Mudah untuk sekadar menyalahkan karakter buruk seseorang. Memang, perilaku seperti ini lebih mungkin datang dari orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian, terutama dari “tiga serangkai kegelapan”: narsisisme, psikopati dan Machiavellianisme.

Tiga serangkai kegelapan
Wikimedia Commons, CC BY

Narsisis terobsesi dengan diri sendiri dan mendominasi interaksi sosial. Psikopat kurang empati dan tidak memahami norma sosial. Machiavellian adalah orang yang manipulatif, egois, dan amoral.

Namun, orang “baik” pun bisa berperilaku kasar. Tiga pemicu utama incivility disebabkan oleh rasa kecewa pada atasan, mendapatkan tekanan lebih besar dari yang bisa mereka tangani, atau karena orang lain berperilaku kasar duluan–baik terhadap mereka atau orang lain.

Perilaku-perilaku ini dapat menjadi lingkaran jahat yang mengubah korban atau penonton menjadi pelaku. Dan seperti itulah tempat kerja toxic lahir, berkembang, dan melanggeng.

Perilaku Tak Menyenangkan di Tempat Kerja

Kepemimpinan membentuk atmosfer tempat kerja toxic. Kita adalah makhluk sosial dan belajar apa yang diharapkan dan dapat kita terima dari orang yang dijadikan panutan. Perilaku pemimpin kita–entah itu yang baik atau yang buruk – dapat menular, mengalir turun dan menyebar ke penjuru organisasi.

Incivility paling berbahaya ketika datang dari atasan: seseorang yang mestinya kita percaya, yang seharusnya menjaga kita.

Adanya asimetris kekuasaan berarti perilaku yang tak seharusnya dari seorang pemimpin menjadi sulit untuk dilawan. Ambil contoh Harvey Weinstein, yang selama puluhan tahun menyalahgunakan posisinya sebagai salah satu produser film paling sukses di Hollywood untuk mengeksploitasi perempuan secara seksual, sebelum akhirnya dimintai pertanggungjawaban.

Namun, seorang manajer bisa saja melakukan kelalaian dalam pekerjaannya tanpa dijadikan pelaku. Dalam kasus pelecehan seksual misalnya, perilaku mereka kerap didiamkan karena mereka mungkin disukai sebagai orang yang berprestasi atau sebagai teman. Dengan kapasitas satu individu untuk menyengsarakan banyak kolega, kegagalan kepemimpinan dapat menimbulkan budaya toxic di tempat kerja.

Baca juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Kepemimpinan Otentik

Terserah pada para pemimpin untuk bisa menjadi penggerak pertama melawan perilaku-perilaku tak menyenangkan dan menciptakan budaya tempat kerja yang positif dengan perilaku mereka sendiri. Apa yang bisa ditoleransi seorang pemimpin akan menjadi standar terhadap bagaimana orang lain akan bertindak.

Bersama dengan kolega saya, Stephen Teo dan David Pick, saya mensurvei 230 perawat di penjuru Australia mengenai kualitas kepemimpinan yang dapat mengurangi perilaku tak menyenangkan di tempat kerja.

Mengapa perawat? Karena pekerjaan mereka penuh tekanan dan tuntutan. Stres yang timbul dari menyediakan perawatan kritis untuk pasien menyuburkan situasi rawan konflik, mulai dari memaki hingga kekerasan fisik.

Perilaku tak menyenangkan kerap ditemukan dalam profesin ini dan adanya berbagai faktor pemicu stres juga meningkatkan potensi kesalahan medis. Ini menjadi alasan penting untuk mengurangi perilaku tak menyenangkan dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

lingkungan kerja toksik
Perawat bekerja dalam kondisi yang penuh tekanan dan tuntutan, kondusif terhadap timbulnya konflik. Shutterstock

Riset kami menunjukkan bahwa kepemimpinan otentik mendukung berkembangnya budaya tempat kerja yang minim incivility dan dengan kesejahteraan yang lebih baik. Kepemimpinan otentik menyadari kekuatannya dan kekurangannya, mengambil tindakan berdasarkan nilai yang mereka pegang meski di bawah tekanan, dan berupaya memahami bagaimana kepemimpinan mereka dapat memengaruhi orang lain.

Yang Bisa Kamu Lakukan

Incivility tak boleh diabaikan. Ia tak boleh diamini hanya sebagai “bagian dari pekerjaan”.

Jika ini terjadi padamu, atau pada rekan kerjamu, sekadar mendiamkannya tak akan membantumu atau kolegamu. Menahan diri dari perilaku ini melelahkan secara emosional, menanamkan rasa dendam, dan bisa saja menimbulkan konflik yang lebih besar di kemudian hari.

Meresponsnya dengan perilaku serupa juga bukan ide yang baik. Pembalasan dendam jarang bisa menghentikan orang yang memiliki perilaku sedemikian dan justru malah mempromosikannya secara efektif.

Salah satu pendekatan yang direkomendasikan psikolog ketika menghadapi orang-orang yang suka berkonflik adalah teknik “BIFF”: singkat (brief), informatif, ramah (friendly), dan tegas (firm).

Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang jahat, kamu bisa setenang mungkin merespons dengan: “Komentarmu sangat menyakitkan dan merusak hubungan kerja kita. Mari kita tetap profesional.”

Jangan membalas dendam. Berperilakulah secara singkat, informatif, ramah, tetapi tetap tegas.
Jangan membalas dendam. Berperilakulah secara singkat, informatif, ramah, tetapi tetap tegas. Shutterstock

Jika perilaku mereka tidak berubah, dekati atasanmu. Sekali lagi, tetap tenang. Jelaskan apa yang terjadi dan bagaimana hal ini memengaruhimu. Kamu juga tak harus melakukannya sendirian: pertimbangkan untuk mengajak kolega-kolega yang bisa memberikan dukungan untukmu dan terhadap pernyataanmu.

Apakah hal ini akan menyelesaikan masalah? Mungkin saja tidak. Manajermu mungkin hanya akan sekadar mengangkat bahu, atau melakukan “mediasi” yang tak menyelesaikan apapun. Namun, tak mengatakan atau melakukan apa-apa sudah hampir pasti akan membuatmu merasa tak puas.

Jika pelakunya adalah atasanmu, hubungi HR (jika organisasimu memilikinya) atau serikat kerjamu. Serikat dapat menawarkan nasihat mengenai jalan lain untuk menyelesaikan persoalan ini.

Badan hukum seperti Fair Work Ombudsman di Australia, Employment New Zealand di Selandia Baru, dan Layanan Penasihat, Konsiliasi, dan Arbitrase Inggris Raya memiliki wewenang untuk menyelidiki keluhan di tempat kerja dan campur tangan dalam perselisihan melalui konsiliasi formal atau arbitrase. Tetapi sebelum memulai proses seperti ini, sebaiknya dapatkan nasihat ahli. Kamu mungkin mendapatkan keadilan, tetapi juga masih perlu mencari pekerjaan lain.

Invicility tak akan bisa berhenti dengan sendirinya. Suaramu penting dan dapat membantu memutus siklus.

Andrei Lux, Dosen Leadership and Director of Academic Studies, Edith Cowan University

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Ilustrasi oleh: Karina Tungari

Read More
membangun positive vibe di tempat kerja

Cara Bangun ‘Positive Vibe’ di Tempat Kerja

Pernahkah kamu merasa tak nyaman berada di lingkungan kerja? Kamu bangun pagi hari dengan lesu, ogah-ogahan berangkat kerja. Lalu sesampainya di kantor pun, tak ada semangat selain emosi negatif saja?

Padahal agar produktivitas meningkat, karyawan perlu memastikan suasana hatinya bahagia. Sayangnya, membangun positive vibe di tempat kerja–meski penting–tapi relatif sulit dilakukan. Apalagi jika teman-teman di lingkungan kerja cenderung toksik.

Mengenali Pentingnya Positive Vibe di Tempat Kerja

Suasana kerja yang positif memiliki peran penting dalam membentuk budaya dan kinerja organisasi. Ketika karyawan merasa nyaman dan termotivasi di tempat kerja, dampaknya ternyata tak cuma bikin individu bahagia, tapi juga sederet kebaikan lainnya. Berikut Magdalene rangkumkan untukmu.

Kesejahteraan Karyawan

Salah satu dampak langsung dari suasana kerja yang positif adalah kesejahteraan karyawan. Lingkungan yang mendukung, penuh dengan interaksi yang baik, dan kepercayaan yang kuat, membantu karyawan merasa lebih nyaman dan bahagia saat bekerja. Karyawan yang merasa dihargai dan diperhatikan akan memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kesehatan mental lebih baik.

Produktivitas Meningkat

Suasana kerja yang positif memiliki keterkaitan langsung dengan produktivitas kerja. Karyawan yang merasa dihargai dan termotivasi akan lebih bersemangat untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan efisien dan kreatif. Lingkungan yang mendukung juga mendorong kolaborasi yang produktif dan pemecahan masalah yang efektif.

Peningkatan Retensi Karyawan

Suasana kerja yang positif dapat membantu meningkatkan retensi karyawan. Ada kecenderungan bertahan dalam lingkungan di mana mereka merasa diperlakukan dengan baik dan dihargai. Pemeliharaan karyawan yang berpengalaman membantu mengurangi biaya pelatihan dan perekrutan yang terkait dengan pergantian karyawan.

Baca Juga: Apa itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

Peningkatan Kualitas Kerja

Karyawan yang merasa termotivasi dan bahagia cenderung menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik. Mereka lebih cenderung berinovasi, berpikir kreatif, dan mencari solusi yang lebih baik. Lingkungan yang positif mendorong karyawan untuk berkontribusi dengan ide-ide baru dan berusaha untuk mencapai standar kualitas yang lebih tinggi.

Peningkatan Hubungan Kerja

Positive vibe di tempat kerja juga memfasilitasi hubungan kerja yang lebih baik antara karyawan. Interaksi positif dan saling dukung menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara rekan kerja. Hubungan yang baik ini meningkatkan kolaborasi, komunikasi, dan kemampuan tim untuk bekerja bersama.

Citra Perusahaan yang Positif

Lingkungan kerja yang positif juga mencerminkan citra positif perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan yang dikenal memiliki budaya kerja yang baik akan lebih menarik bagi calon karyawan. Ini dapat meningkatkan daya tarik perusahaan dalam merekrut bakat-bakat terbaik di industri.

Langkah-langkah Membangun Positive Vibe di Tempat Kerja

Dikutip dari Forbes, 12 Simple Ways Leaders Can Boost Positivity In The Workplace, membangun suasana kerja yang positif adalah tantangan tersendiri. Untuk menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa dihargai, termotivasi, dan bahagia, ada beberapa langkah yang dapat diambil. 

Fasilitasi Komunikasi yang Terbuka

Langkah pertama untuk membangun positive vibe adalah dengan memfasilitasi komunikasi yang terbuka. Manajer dan karyawan perlu memiliki saluran komunikasi yang mudah diakses dan ramah. Pertemuan reguler, forum diskusi, dan alat komunikasi digital dapat digunakan untuk memfasilitasi pertukaran ide, feedback, dan kolaborasi.

Apresiasi dan Pengakuan

Penting untuk menghargai dan mengakui usaha karyawan. Pengakuan atas prestasi mereka, baik yang besar maupun kecil, membangun rasa percaya diri dan motivasi. Manajer dan rekan kerja dapat memberikan pujian secara terbuka, memberikan penghargaan, atau menyelenggarakan acara penghargaan untuk mengakui kontribusi yang luar biasa.

Baca Juga: Apa itu ‘Growth Mindset’ dan Cara Kita Mengembangkannya

Fleksibilitas dalam Lingkungan Kerja

Memberikan fleksibilitas dalam lingkungan kerja adalah langkah lain untuk membangun suasana positif. Ini termasuk memberikan pilihan jadwal yang lebih fleksibel, kesempatan untuk bekerja dari rumah, atau mengakomodasi kebutuhan karyawan dengan tanggung jawab pribadi. Fleksibilitas ini membantu karyawan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Timbang antara Tantangan dan Dukungan

Membangun suasana positif juga melibatkan menciptakan keseimbangan antara tantangan dan dukungan. Memberikan tugas yang menantang memotivasi karyawan untuk tumbuh dan berinovasi. Namun, pastikan juga ada dukungan yang memadai untuk membantu mereka mengatasi tantangan tersebut. Dukungan dari manajer dan rekan kerja membantu mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Keterlibatan Karyawan dalam Pengambilan Keputusan

Mengajak karyawan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka adalah langkah penting. Ini memberi mereka rasa memiliki dan membuat mereka merasa bahwa suara mereka dihargai. Keterlibatan ini juga menciptakan rasa tanggung jawab kolektif terhadap hasil pekerjaan.

Lingkungan Kerja yang Aman

Membangun positive vibe juga melibatkan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan menghormati semua karyawan. Nol toleransi terhadap pelecehan atau diskriminasi harus ditekankan. Karyawan harus merasa nyaman untuk menyatakan pendapat, berbagi ide, dan menjadi diri mereka sendiri tanpa takut dihakimi.

Pelatihan dan Pengembangan

Memberikan pelatihan dan peluang pengembangan kepada karyawan adalah cara lain untuk membangun suasana positif. Ini menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan pertumbuhan mereka dan ingin membantu mereka mencapai potensi penuh. Karyawan yang merasa didukung dalam pengembangan karir mereka akan lebih termotivasi dan memiliki rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap pekerjaan mereka.

Read More
cara mengatur keuangan pribadi buat para karyawan pekerja

5 Cara Tepat Atur Keuangan buat Pekerja, Agar Tak Gampang Boncos

Pernahkah kamu merasa keuangan mulai menanjak di pertengahan bulan, lalu ngos-ngosan di tanggal tua? Pernah enggak saking besarnya pengeluaran, kamu mesti berurusan dengan banyak pinjaman online atau berutang sana sini? Jika mayoritas jawabanmu adalah “iya”, ada baiknya mulai serius mengatur keuangan pribadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, mengatur keuangan pribadi mendesak dilakukan, terutama bagi para pekerja. Keuangan yang teratur akan membantu menciptakan stabilitas dan memberikan kebebasan finansial di masa depan.

Masalahnya, mengelola keuangan pribadi bisa jadi tantangan tersendiri bagi mereka yang baru memulai karier, generasi sandwich, atau memiliki pendapatan tidak tetap. Karena alasan itulah, Magdalene memberikan panduan tentang cara mengatur keuangan pribadi secara efektif untuk para pekerja, tentu saja dengan langkah-langkah praktis untuk mencapai kestabilan finansial.

1. Menetapkan Tujuan Keuangan

Langkah pertama yang krusial dalam mengatur keuangan pribadi adalah menetapkan tujuan keuangan yang jelas dan terukur. Dengan memiliki tujuan yang spesifik, kamu akan lebih mudah merencanakan dan mengalokasikan dana kamu secara bijaksana.

Ada beberapa langkah yang dapat Anda ikuti dalam menetapkan tujuan keuangan:

  • Identifikasi Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Mulailah dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan keuangan kamu baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek dapat mencakup pembayaran cicilan utang, membeli barang tertentu, atau menabung untuk liburan. Sementara itu, tujuan jangka panjang meliputi persiapan pensiun, membeli properti, atau mencapai kebebasan finansial.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

  • Buat Tujuan yang Realistis dan Terukur

Pastikan tujuan yang kamu tetapkan realistis dan dapat diukur. Hindari menetapkan tujuan yang terlalu ambisius atau tidak masuk akal, karena hal ini dapat menimbulkan frustrasi dan kekecewaan jika tidak tercapai. Sebaliknya, pecahkan tujuan besar menjadi target-target yang lebih kecil agar lebih mudah dicapai.

  • Prioritaskan Tujuan Kamu

Dalam menetapkan tujuan keuangan, prioritaskan hal-hal yang paling penting bagi kamu. Apakah itu membayar utang tertentu terlebih dahulu, menabung untuk pendidikan anak, atau berinvestasi untuk masa depan. Dengan memprioritaskan tujuan, kamu dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana.

  • Tetapkan Batas Waktu

Setiap tujuan harus memiliki batas waktu yang jelas. Dengan menetapkan batas waktu, kamu akan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, kamu dapat menetapkan target untuk mencapai jumlah tabungan tertentu dalam waktu satu tahun.

  • Perbarui dan Evaluasi Secara Berkala

Keadaan keuangan kamu mungkin berubah dari waktu ke waktu. Karena itu, penting untuk secara berkala memperbarui dan mengevaluasi tujuan keuangan kamu. Jika ada perubahan dalam pendapatan atau pengeluaran, kamu dapat sesuaikan tujuan dan anggaran sesuai dengan situasi terkini.

  • Libatkan Pasangan atau Keluarga

Jika kamu memiliki pasangan atau keluarga, libatkan mereka dalam proses menetapkan tujuan keuangan. Diskusikan bersama tentang impian dan rencana keuangan keluarga agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama dan saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama.

2. Membuat Anggaran Keuangan Pribadi

Membuat anggaran merupakan langkah penting dalam mengatur keuangan pribadi dengan efektif. Anggaran adalah rencana keuangan yang menyusun pendapatan dan pengeluaran kamu secara terperinci. Dengan memiliki anggaran yang baik, kamu dapat mengelola uang dengan lebih bijaksana dan menghindari pemborosan yang tidak perlu.

Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat anggaran yang efektif:

  • Catat Pendapatan

Langkah pertama dalam membuat anggaran adalah mencatat semua sumber pendapatan. Ini termasuk gaji atau penghasilan tetap dari pekerjaan utama, pendapatan tambahan, seperti bonus atau komisi, dan bunga dari investasi atau tabungan. Pastikan untuk mencatat jumlah pendapatan yang pasti dan konsisten setiap bulan.

  • Rinci Pengeluaran

Selanjutnya, kamu dapat mencatat semua pengeluaran kamu secara terperinci. Pisahkan pengeluaran menjadi kategori seperti makanan, transportasi, tagihan, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain. Jangan lupakan pengeluaran yang mungkin tidak terjadi setiap bulan, seperti biaya perawatan kesehatan atau liburan.

  • Tetapkan Batas Pengeluaran

Setelah mengetahui berapa total pendapatan dan pengeluaran kamu, tentukan batas pengeluaran untuk setiap kategori. Pastikan agar total pengeluaran tidak melebihi total pendapatan. Jika pengeluaran melebihi pendapatan, kamu perlu mencari cara untuk mengurangi pengeluaran atau mencari sumber pendapatan tambahan.

  • Prioritaskan Pengeluaran

Dalam membuat anggaran, penting untuk memprioritaskan pengeluaran kamu. Pastikan untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan tagihan. Setelah itu, alokasikan dana untuk tabungan dan investasi. Baru setelah itu, alokasikan dana untuk keinginan atau hal-hal yang bersifat hiburan.

3. Menabung Secara Rutin

Menabung adalah langkah penting untuk mencapai kestabilan keuangan. Tetapkan persentase tertentu dari pendapatan kamu untuk ditabung setiap bulan. Kamu bisa menggunakan metode transfer otomatis ke rekening tabungan untuk memudahkan proses menabung.

Baca Juga: 5 Cara atau Strategi Tepat Meminta Kenaikan Gaji ke Atasan

4. Melunasi Utang

Jika kamu memiliki utang, prioritaskan untuk melunasinya. Mulailah dengan membayar utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu, sambil tetap membayar jumlah minimum untuk utang lainnya. Dengan melunasi utang secara teratur, kamu akan mengurangi beban finansial dan meningkatkan skor kredit.

5. Jaga Konsumsi Berlebih

Salah satu kunci penting dalam mengatur keuangan pribadi yang sehat adalah dengan menjaga konsumsi berlebih. Konsumsi berlebih atau sering disebut sebagai gaya hidup konsumtif dapat menjadi tantangan serius dalam mencapai stabilitas finansial. Konsumsi berlebih ditandai dengan kebiasaan mengeluarkan uang lebih dari yang sebenarnya kamu butuhkan, terutama untuk barang-barang atau layanan yang sebenarnya tidak mendukung kebutuhan pokok kamu.

Baca Juga: Apa itu ‘Mid-career Crisis’ dan Bagaimana Mengatasinya?

  • Sadari Perbedaan antara Kebutuhan dan Keinginan

Langkah pertama untuk menjaga konsumsi berlebih adalah dengan menyadari perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah hal-hal yang benar-benar kamu perlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan. Sementara keinginan adalah hal-hal yang diinginkan namun tidak benar-benar diperlukan untuk bertahan hidup. Dengan memahami perbedaan ini, kamu dapat lebih bijaksana dalam mengalokasikan dana kamu untuk hal-hal yang benar-benar penting.

  • Buat Rencana Belanja

Sebelum berbelanja, buatlah rencana belanja yang matang. Tuliskan daftar barang atau layanan yang benar-benar kamu butuhkan, dan patuhi daftar tersebut saat berbelanja. Hindari godaan untuk membeli barang-barang impulsif yang sebenarnya tidak terencana sebelumnya.

  • Gunakan Teknik Berbelanja yang Bijaksana

Selain membuat rencana belanja, kamu juga dapat menggunakan beberapa teknik berbelanja yang bijaksana untuk menghindari konsumsi berlebih. Misalnya, bandingkan harga dari berbagai toko sebelum membeli, cari diskon atau promo, dan pertimbangkan untuk membeli barang bekas yang masih dalam kondisi baik.

Read More