sunday scaries cara mengatasinya

‘Sunday Scaries’: Rasa Cemas Hari Minggu yang Serang Pekerja

Apakah saban Minggu malam kamu selalu merasa khawatir karena besok bertemu Senin? Sunday scaries adalah sebutan untuk rasa cemas itu.

Menurut Whiteboardjournal.com, Sunday scaries adalah gejala yang merujuk kepada rasa khawatir hingga ketakutan setiap Minggu karena sadar akhir pekan bakal segera berakhir.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Masih Diabaikan, Perusahaan Perlu Buat Perubahan Kebijakan

Perasaan cemas ini diperburuk dengan bayang-bayang pekerjaan di keesokan harinya. Dikutip dari Health.clevelandclinic.org, kamu dapat merasakan sejumlah gejala tidak nyaman, seperti:

  • gampang marah
  • detak jantung jadi lebih cepat
  • sakit perut
  • sulit untuk tidur.

Terkadang, ada juga yang menyebutkannya Sunday syndrome atau Sunday evening feeling.

Kendati punya embel-embel Minggu, gangguan ini tidak selalu menyerang pada hari itu. Seandainya kamu mulai bekerja pada Selasa, Sunday syndrome dapat timbul di Senin sebelumnya.

Sunday Syndrome atau Masalah Lain?

Penyebab Sunday scaries adalah rasa takut dengan pekerjaan esok hari. Menurut Verywellmind.com, perasaan cemas ini sangat wajar diidap banyak orang. Pasalnya, di akhir pekan, kamu biasanya mengerjakan hobi dan hal yang kamu senangi, alih-alih bekerja keras sepanjang minggu.

Sunday syndrome tidak dapat dibiarkan apalagi diabaikan. Sebab, ia dapat memicu rentetan masalah lain, termasuk tidak nyaman atau tidak suka dengan pilihan karier sekarang, work-life balance yang terganggu, hingga lingkungan di tempat kerja yang toksik.

Baca Juga: 10 Jurus Anti-Lemas Saat Harus Puasa di Kantor

Karena itu, ada bagusnya kamu renungkan masih dalam tahap wajarkah Sunday syndrome yang yang kamu alami? Jangan-jangan, rasa khawatir yang kamu idap itu merupakan puncak dari masalah yang sebenarnya jauh lebih besar?

Tips Atasi Sunday Scaries

Lantas, bagaimana, sih cara mengenyahkan rasa cemas itu dengan mudah? Magdalene mencatat sejumlah hal yang bisa kamu tempuh:

Selesaikan Pekerjaan pada Jumat

Menurut Psychologytoday.com, cara ini mungkin bisa mengatasi Sunday scaries karena akar mula dari gangguan ini memang kecemasan soal bayang – bayang pekerjaan yang belum tuntas.

Baca Juga: Terlalu Banyak WFH, Awas Bahaya ‘Cabin Fever

Dengan membereskan pekerjaan dan tugas pada Jumat, diharapkan pada Senin, setidaknya pekerjaan tak menumpuk lebih banyak.

Istirahat yang Cukup

Tidur atau istirahat adalah salah satu indikator yang sangat penting dan seringkali terlupakan. Padahal menurut survei Sciencedirect.com, tidur yang kurang seringkali bisa mengerek rasa cemas dalam dirimu. Jadi, pada Minggu malamnya, coba tenangkan pikiran dan tidur dengan cukup.

Ciptakan Work-Life Balance

Tidak bisa dimungkiri, mungkin keseimbangan adalah hal yang penting bagi setiap aspeknya. Begitu pula dalam atasi Sunday syndrome. Saat akan memasuki akhir pekan, segerakan untuk melakukan hal yang bersifat rekreasi atau relaksasi dengan maksimal. Kamu bisa berolahraga atau menghirup udara segar yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

Rutin Berolahraga

Selain membuat badan jadi sehat, apa manfaat lain dari rajin berolahraga? Mencegah Sunday scaries adalah jawabannya.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Dikutip dari Nbcnews.com, selain latihan fisik, berinteraksi dengan orang lain juga dapat mencegah kecemasan ini. Meski begitu, kamu perlu menghindari pesta atau berkumpul hingga larut malam hingga begadang. 

Mencari Teman Dekat di Tempat Kerja

Punya banyak teman di tempat kerja pastinya sangat bermanfaat. Salah satunya demi menekan Sunday scaries. Teman-teman ini bisa diajak berbagi keresahan, sehingga kamu merasa jauh lebih tenang.

Read More
pengertian cabin fever

Terlalu Banyak WFH, Awas Bahaya ‘Cabin Fever

Merasa bosan dan cemas saat work from home (WFH)? Bisa jadi itu merupakan pertanda kamu terkena cabin fever. Menariknya, “demam” ini cukup jamak menjangkiti semua orang, baik lelaki, perempuan, dan lainnya. Khususnya jika tak banyak yang tersisa dari pilihan bekerja selama pandemi.

Memang apa, sih cabin fever ini? Mengapa bisa terjadi pada kita?

Pengertian Cabin Fever

Menurut Verywellmind.com, cabin fever adalah perasaan-perasaan yang muncul karena terlalu lama berada di ruangan yang membuat kita terisolasi.

Baca Juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Karena selalu berada di rumah, seseorang bisa mengalami perasaan-perasaan negatif, termasuk cemas, sedih, dan bosan.

Istilah ini sendiri sebelumnya dihubungkan dengan orang-orang yang harus terus berada di rumah akibat musim dingin, sehingga tak bisa beraktivitas di luar.

Ciri-ciri Terkena Cabin Fever

Gejala cabin fever yang dialami setiap orang dapat berbeda. Namun, biasanya perasaan negatif yang muncul berlangsung lumayan lama sampai memengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk saat sedang bekerja, berhubungan dengan orang lain, dan beristirahat.

Berikut ciri-ciri umumnya:

Susah untuk Fokus 

Pandemi COVID-19 berpengaruh pada segala hal, seperti ke mata pencarian. Berbagai berita yang muncul di media pun rata-rata berita yang kurang baik yang semakin berpengaruh pada kesehatanmu.

Kamu pun juga tetap diminta untuk bisa bekerja dengan baik. Hal ini pastinya menjadi beban pikiran tersendiri untuk seseorang sehingga tidak heran kalau mereka jadi susah untuk fokus.

Mereka akan selalu terbebani dengan pikiran yang datang karena pemberitaan tersebut.

Jam Tidur Tak Teratur

Salah satu tanda kamu mengalami cabin fever adalah jam tidur kamu jadi tidak teratur. Kamu akan merasa sulit tidur di malam hari, dan semakin susah untuk bangun keesokannya. Bahkan, di siang hari kamu malah bisa tertidur karena merasa lelah.

Baca Juga: Habis WFH Terbit ‘Workcation’, Ini Fakta-fakta yang Perlu Kamu Tahu

Pelupa adalah Tanda Kamu Terkena Cabin Fever

Tanda lain yang muncul adalah kamu menjadi pelupa. Pasalnya, rasa cemas bisa memengaruhi memori. Menurut Calmclinic.com, hal ini disebabkan saat kita cemas, tubuh akan memproduksi hormon stres yang mengakibatkan kita jadi susah mengingat hal-hal tertentu.

Terkait gejala susah fokus, ini juga membuatmu rawan lupa akan sejumlah hal. Pikiranmu menjadi terdistraksi dan susah mengingat suatu kejadian, perkataan, dan sebagainya.

Kamu Jadi Lebih Emosional

Tanda lainnya yang dapat kamu rasakan adalah kamu akan jadi lebih emosional. Karena sedikitnya interaksi, kamu jadi mempunyai ekspektasi lebih terhadap sesuatu. Hal inilah yang membuatmu bisa menjadi lebih emosional bahkan gampang tersulut emosi.

Baca Juga: Perasaan Languishing yang Banyak Terjadi Karena WFH

Cara Tepat Atasi Cabin Fever

Sebenarnya, cara paling tepat untuk mencegah dan atasi cabin fever adalah dengan pergi keluar rumah. Namun, di saat pandemi COVID-19 seperti sekarang, cara tersebut bukanlah opsi yang tepat.

Supaya kamu bisa terhindar dari cabin fever, kamu bisa mencoba langkah-langkah berikut ini:

Mencari Rutinitas Baru

Tips pertama, kamu dapat mencari suatu rutinitas baru yang selama ini belum sempat dilakukan.

Dengan bekerja di rumah, maka waktu yang biasanya kamu habiskan untuk perjalanan ke kantor dan pulang bisa kamu gunakan.

Contohnya, setelah bangun pagi kamu bisa manfaatkan untuk berolahraga sejenak, menulis jurnal, dan yang lainnya.

Keluar Rumah Sebentar untuk Atasi Cabin Fever

Untuk mencegah dan mengatasi rasa jenuh bekerja karena seharian di rumah saja, kamu dapat keluar ke depan rumah atau duduk di teras untuk sekadar mencari udara segar, berjemur sinar matahari pagi, santai sejenak, atau melihat keadaan sekitar.

Namun, pastikan kamu tetap memberlakukan physical distancing dengan orang yang kamu jumpai, menggunakan masker, serta mencuci tangan setelah kembali ke rumah. Jika kamu sampai berjalan-jalan lumayan jauh dari rumah, sangat disarankan untuk segera mandi dan ganti pakaian setelahnya.

Jaga Hubungan Sosial dengan Orang Lain

Supaya tidak merasakan bosan dan gelisah karena harus di rumah saja, maka kamu perlu untuk menjaga komunikasi dengan orang lain.

Baca Juga: Dear Karyawan, Kamu Layak Dapat Insentif Jika…

Jika biasanya kamu bisa berkumpul dengan teman di suatu tempat, kali ini kamu bisa melakukannya dengan cara virtual. Tak ada salahnya menggunakan via telepon atau video call dengan teman lama di luar jam kantor supaya terhindar dari cabin fever.

Manfaatkan Waktu untuk Me Time

Selanjutnya, yang bisa kamu lakukan untuk menghindari cabin fever adalah dengan menikmati ‘me time’. Aktivitas ini merupakan waktu untuk memberikan dirimu kebebasan dari apa pun.

Kamu dapat menonaktifkan notifikasi ponsel sementara, dan memilih untuk membaca buku, atau melakukan hobi yang lain.

Hal ini dapat membuat perasaan negatif yang kamu rasakan jadi lebih berkurang.

Read More
pengertian insentif untuk para karyawan

Dear Karyawan, Kamu Layak Dapat Insentif Jika…

Kata siapa karyawan tidak bisa dapat kepuasan tambahan selain gaji bulanan? Adalah insentif yang bisa didapatkan oleh para pekerja sebagai bentuk kompensasi, pun sebagai apresiasi atas prestasi yang baik. Kompensasi ini penting untuk dianggarkan lantaran dapat menaikan produktivitas kerja, serta mengerek dedikasi pekerja.

Sebagai pekerja, kamu perlu tahu apa itu insentif, bagaimana cara mendapatkannya, serta dalam kondisi apa kamu laik menerima. Simak penjelasan lengkap mengenai insentif di bawah ini yang sudah Magdalene rangkum dari berbagai sumber.

Pengertian Insentif

Menurut Achievers.com, insentif adalah tambahan pemasukan di luar gaji yang diperoleh karyawan atas prestasi dalam pekerjaannya. Tak hanya menguntungkan karyawan, perusahaan pun juga memperoleh keuntungan signifikan. Pasalnya, insentif diyakini membuat karyawan kian terpacu untuk terus berprestasi.

Baca Juga: Apa itu ‘Information Overload’ dan Kenapa Penting Dipahami Pekerja

Jenis Insentif

Pada dasarnya, insentif adalah apresiasi berupa uang atau objek bernilai. Namun, pada perusahaan yang sedang berkembang atau startup, penghargaan seperti makan bersama atau pujian saat rapat juga dapat dianggap sebagai kompensasi.

Intinya, semua bentuk pemberian tersebut harus dapat membuat karyawan merasa dihargai. Kompensasi yang diberikan juga harus dapat memotivasi pekerja untuk secara konsisten menghasilkan kinerja terbaiknya.

Jenis-jenis Insentif

Finansial

Menurut Indeed.com, jenis insentif pertama yang paling sering ditawarkan oleh perusahaan adalah insentif finansial. Persis seperti namanya, bentuk kompensasi ini diberikan dalam bentuk uang di luar gaji pokok pekerja.

Baca Juga: Ketimpangan Gender dan Kerentanan Perempuan di Sektor Pertambangan

Jenis tunjangan tersebut juga dapat diberikan berdasarkan keuntungan perusahaan serta hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan.

Beberapa contoh insentif finansial yang umum diterima oleh para pekerja, yakni asuransi kesehatan, Jaminan Hari Tua (JHT), atau reimbursement untuk keperluan pendidikan pribadi dan keluarga.

Nonfinansial

Jenis kompensasi yang lain yang menjadi hak para pekerja adalah insentif nonfinansial. Kompensasi yang ini umumnya diberikan dalam bentuk lain selain uang. Mirip dengan insentif finansial, kompensasi yang disediakan tentu harus dapat menunjang kesejahteraan karyawan.

Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat diberikan perusahaan sebagai insentif non-finansial.

  • naik jabatan
  • pujian secara terbuka
  • asuransi kesehatan mental
  • lingkungan kerja yang tidak toksik
  • makan bersama
  • peluang perkembangan karier

Sosial

Masih dilansir dari Indeed.com, bentuk insentif terakhir yang layak didapat karyawan adalah insentif sosial. Bentuk tunjangan ini biasanya tidak akan dirasakan secara langsung oleh para pekerja.

Itu diberikan supaya karyawan dapat mempunyai hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan.

Baca Juga: Untung Rugi Kerja di Perusahaan ‘Startup’

Adapun bentuk-bentuk insentif sosial yang bisa didapat oleh para pekerja, di antaranya:

  • acara makan bersama di tempat kerja
  • merayakan ulang tahun
  • sesi bonding atau team building bersama teman satu divisi
  • testimoni performa karyawan

Indikator Pemberian Insentif

Karena insentif adalah bonus, tidak berarti semua karyawan otomatis mendapatkannya. Bahkan, untuk dapat memperoleh kompensasi, ada beberapa indikator yang harus dicapai pekerja.

Disitir dari Thebalancecareers.com, berikut sejumlah indikator pemberian insentif yang sering diterapkan perusahaan.

  • Kualitas kerja: Indikator ini memaparkan kualitas kerja dan prestasi yang berhasil diperoleh oleh pekerja.
  • Efisiensi pekerjaan: Indikator efisiensi pekerjaan memperlihatkan cara kerja karyawan serta ketuntasan tanggung jawab yang mereka miliki.
  • Jabatan atau level senioritas: Besaran kompensasi juga sering dihitung lewat level senioritas karyawan. Urgensi ini didasari oleh kebutuhan kualitas hidup yang baik seiring usia yang bertambah.
  • Keadilan dan kelayakan: Keadilan serta kelayakan karyawan bisa ditentukan dengan melakukan penilaian jabatan dan kinerja sehingga intensif yang diberikan bisa cair dengan lebih tepat.

Indikator terakhir ini dinilai sangat penting. Sebab, kalau perusahaan gagal memberikan kompensasi dengan adil, mereka akan mengalami kerugian yang lumayan besar. Contohnya, karyawan jadi merasa kurang dihargai dan kualitas kerja mereka bisa menurun.

Manfaat Insentif

Pemberian tunjangan tidak cuma akan menguntungkan pekerja saja, tetapi perusahaan juga. Apa saja manfaat insentif yang dirasakan pegawai dan perusahaan? Magdalene juga telah merangkumnya di bawah ini:

Manfaat untuk Karyawan

Motivasi Kerja Meningkat

Pengaruh kompensasi adalah naiknya motivasi kerja dan semangat karyawan dalam bekerja. Mereka umumnya memperoleh dorongan etos kerja lebih tinggi dan berusaha sebaik mungkin dalam memberikan usaha untuk perusahaan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Buku Motivasi untuk Perempuan Pekerja

Menerima Pendapatan Selain Gaji

Selain itu, karyawan juga untung lantaran menerima pendapatan tambahan selain gaji. Pastinya hal ini dapat meningkatkan pemasukan dan bisa dipakai oleh karyawan untuk memenuhi keperluan lainnya.

Merasa lebih Dihargai

Insentif merupakan tanda terima kasih perusahaan kepada prestasi pekerjanya. Dalam hal ini, usaha karyawan diukur secara kualitatif dan kuantitatif dengan adanya fasilitas tunjangan. Imbas dari semua ini, karyawan akan merasa dimanusiakan dan dianggap ada. Sehingga, ini berpeluang menambah rasa kepemilikan mereka terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

Manfaat untuk Perusahaan

Buat perusahaan, beberapa manfaat insentif, yaitu:

Kinerja Karyawan Jadi Lebih Baik

Memberikan dorongan motivasi dari perusahaan kepada pekerja. Harapannya, pemberian uang kompensasi dapat mendorong kinerja karyawan semakin baik. Sehingga, ini berpengaruh kepada kemajuan perusahaan.

Pekerja Jadi Lebih Menghormati Atasan

Manfaat lainnya adalah karyawan makin menghormati atasan. Dengan adanya uang kompensasi, karyawan jadi merasa lebih dihargai, sehingga rasa hormat mereka pada atasan pun meningkat.

Rasa Memiliki Karyawan Kepada Perusahaan Meningkat

Ketika perusahaan menghargai prestasi dan kerja keras pekerjaannya lewat dukungan kompensasi, artinya perusahaan mempunyai rasa kepemilikan karyawan sangat besar. Perusahaan tidak cuma menuntut pekerjanya agar bekerja dengan baik, tetapi ada hubungan kerja sama dan saling menghargai antara pekerja serta perusahaan.

Baca Juga: Generasi Milenial Sering Jadi Kutu Loncat, Apa Alasannya?

Turnover Karyawan Rendah

Adanya uang tunjangan dapat membuat pekerja merasa nyaman dengan perusahaan. Akhirnya, turnover karyawan pun akan turun.

Karyawan Sukarela Mengerjakan Sesuatu di Luar Tugasnya

Terakhir, manfaat kompensasi untuk perusahaan adalah karyawan sukarela mengerjakan sesuatu di luar tugasnya. Waktu pekerja mendapatkan kompensasi, maka akan muncul rasa balas jasa dan dorongan menaikkan kualitas kinerjanya untuk perusahaan.

Setelah menyimak penjelasan di atas, apabila kamu merasa sudah cukup berprestasi, jangan ragu untuk ajukan insentif pada atasan atau HRD di kantor, ya.

Read More
externship adalah

Apa itu ‘Externship’ dan Kenapa Penting untuk Mahasiswa

externship – Biasanya kita cenderung familier dengan magang (internship). Magang sendiri dinilai bermanfaat lantaran bisa membuat mahasiswa yang nantinya terjun dalam profesionalitas, bisa melakukan “pemanasan kerja”. Yang jarang kita tahu, ternyata selain magang, ada program yang tak kalah penting. 

Adalah externship yang bisa jadi jalan mahasiswa untuk bersiap masuk dunia kerja. Apa itu externship dan apa yang membedakan dengan program magang biasa? Yuk, cek rangkumannya di bawah ini.

Apa yang Dimaksud dengan Externship?

Tampaknya kita harus bersepakat, sebelum nyemplung ke dunia kerja, kamu ingin mempersiapkan diri dengan pengalaman dan skill baru. Tujuannya tak lain agar kamu jadi kandidat unggul di mata HRD.

Cara mempertebal skill dan pengalaman itu salah satunya adalah lewat externship. Secara harfiah, externship adalah program magang yang memberi pengenalan serta pengalaman terkait dunia kerja atau industri secara langsung.

Menurut Corporatefinanceinstitute.com, istilah ini berasal dari dua kata, yaitu experience dan internship. Kalau magang yang pada umumnya berfokus pada praktik kerja, externship akan membuat kamu terjun untuk mengamati lewat job shadowing.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Job shadowing sendiri menurut Resumecoach.com, adalah praktik yang umumnya dilakukan karyawan magang untuk belajar dari karyawan lama dengan mengikuti gerak-gerik serta mempelajari keterampilannya.

Secara tidak langsung, ini termasuk bentuk latihan yang dilakukan karyawan magang agar memahami arus lingkungan kantor dan tugas-tugas di dalamnya.

Sekarang ini biasanya kampus sudah punya beberapa organisasi yang bekerja sama untuk menjalankan program ini. Meski begitu, kamu boleh saja mencarinya sendiri.

Beberapa Jenis Externship

Program ini umumnya hanya berlangsung sebentar. Jadi, tujuannya adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai dunia kerja kepada pesertanya.

Menurut Thebalancecareers.com, ada dua jenis externship yang dapat kamu temukan, yaitu:

Short-term externship

Persis seperti namanya, jenis program ini terjadi dalam waktu yang sebentar, sekitar beberapa hari atau minggu. Biasanya, kamu cuma akan mengamati segala hal yang terjadi dalam perusahaan tersebut.

Proses mengamati ini dapat dilakukan dengan cara ikut rapat atau wawancara beberapa karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.

Graduate externship

Jenjang pendidikan pascasarjana juga biasanya memberikan kesempatan mengikuti program ini, dan metodenya pun masih sama.

Baca Juga: Cara Menemukan Karier yang Tepat untuk Para Fresh Graduate

Akan tetapi, waktu yang diperlukan akan sedikit lebih panjang, bisa jadi full time atau part time.

Perbedaan Externship dengan Internship

Berikut ini penjelasan yang lebih detail, mengenai perbedaan externship dan internship:

Periode Program

Kalau dibandingkan dengan magang, program ini jauh lebih singkat. Magang biasanya membutuhkan waktu tiga sampai enam bulan, atau bisa juga lebih.

Sementara, externship dapat selesai dalam hitungan minggu bahkan hari saja.

Menurut Indeed.com, biar pun cuma sebentar, kamu tetap akan mendapatkan gambaran secara umum mengenai aspek-aspek dari organisasi atau perusahaan.

Meski “hanya” informasi tersebut, kamu tetap mempunyai bekal pengetahuan mengenai dunia kerja secara umum, jadi tidak masalah kalau kamu ternyata mau beralih haluan karier nantinya.

Selain itu, keuntungan lainnya adalah kamu mempunyai kesempatan untuk mengikuti banyak externship mengingat waktunya yang lumayan sebentar.

Jadi, kamu akan lebih yakin sebelum memutuskan perusahaan atau industri mana yang akan jadi tujuan karier nantinya.

Kedalaman Program

Karena waktu yang terbilang singkat dan kamu tidak terjun langsung untuk jadi karyawan waktu menjalani program ini.

Baca Juga: Untuk Kamu Karyawan Baru, Simak 9 Jurus Tepat Beradaptasi

Sementar, hal yang lebih detail mengenai pekerjaan umumnya kamu dapatkan dari internship.

Supaya tetap memperoleh manfaatnya, salah satu cara yang dapat kamu lakukan adalah dengan ikut externship sebelum akhirnya mengikuti internship.

Alhasil, kamu jadi lebih yakin bidang mana yang benar-benar ingin dipelajari lebih mendalam.

Hal yang Dipelajari

Kala mengikuti externship, kamu akan mengikuti program:

  • job shadowing
  • ikut seminar
  • mengikuti pembelajaran kelompok
  • mempelajari beberapa tugas profesional
  • mengerjakan proyek kecil

Di sini kamu sangat mungkin belajar banyak hal. Sementara itu, internship lebih fokus pada satu pekerjaan operasional sehari-hari yang sama dalam periode magang.

Gaji

Dalam externship, peserta umumnya tidak dibayar. Hal ini juga persis seperti unpaid internship. Ini karena waktu yang dijalani sebentar dan pekerjaan yang kamu lakukan pun tidak berat.

Menyiapkan diri dengan berbagai pengalaman tentu jadi modal yang sangat baik buat kamu memasuki dunia kerja nantinya. Hal ini tentu bisa kamu cantumkan ke dalam CV-mu sebagai poin yang positif.

Read More
information overload yang terjadi di era digital

Apa itu ‘Information Overload’ dan Kenapa Penting Dipahami Pekerja

Di era kiwari di mana semua serba terdigitalisasi, sangat mudah mencari informasi melalui berbagai platform. Namun, kamu berisiko mengalami banjir informasi atau information overload yang berdampak buruk jika tidak dikelola. Hal tersebut bisa terjadi saat kamu melakukan beragam kerja sekaligus (multitasking), percakapan, atau memakai internet.

Jika kamu dihadapkan pada information overload, salah satu akibat yang dirasakan adalah kesusahan dalam mengambil keputusan. Tentunya, kamu tidak mau hal ini sampai terjadi waktu bekerja, bukan?

Magdalene akan menjelaskan padamu apa itu banjir informasi dan tips menghindari information overload. Yuk, kita simak.

Apa Itu Information Overload atau Banjir Informasi?

Menurut Indeed.com, banjir informasi atau information overload merupakan kondisi di mana seseorang mencerna terlalu banyak informasi dalam satu waktu.

Hal yang termasuk dalam informasi pun beragam, misalnya pesan, berita, artikel, konten di media sosial, maupun video.

Akibatnya, kamu harus memerhatikan dan memproses banyak hal dengan bersamaan yang menyebabkan kapasitasmu bekerja secara efektif jadi menurun. Lebih lanjut, hal ini nantinya akan membuatmu jadi susah membuat keputusan. Apabila dibiarkan, bahkan kamu rentan terkena burnout.

Sayangnya, di zaman yang serba digital, risiko mengalami information overload semakin tinggi dan sukar dihindari.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Contohnya, saat sedang membaca artikel di satu website, akan ada efek di mana kamu sulit memahami isi dari artikel tersebut. Pasalnya, ada beragam informasi yang dijejalkan, dari format foto, video, tulisan, data, dan lainnya.

Karena itulah, memahami bagaimana cara mencegah dan tanggap terhadap information overload akan sangat membantumu dalam mengonsumsi informasi yang kamu butuhkan.

Kenapa Penting Menghindari Banjir Informasi?

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, banjir informasi bisa menyulitkan kamu dalam memutuskan dan susah untuk bekerja secara efektif.

Namun, tidak cuma alasan itu saja untuk menghindari information overload. Dikutip dari Interaction-design.org, berikut beberapa manfaat yang lainnya:

  • menaikan kualitas keputusan yang dibuat
  • meningkatkan produktivitas kerja
  • mengembangkan mental clarity serta fokus
  • mengembangkan rasa ingin tahu dan menikmati proses menggali informasi

Tips Menghindari Banjir Informasi

Pastinya kamu pun tidak bisa menghindari untuk tidak memakai handphone atau laptop kamu dalam menghindari banjir informasi.

Dengan melakukan hal tersebut, justru bakal muncul masalah baru, seperti tidak bisa mengetahui tren terbaru di bidang industri yang kamu jalani.

Lalu, bagaimana cara sederhana untuk menghindari information overload? Dirangkum dari Forbes.com, berikut ini beberapa tips untuk menghindarinya.

  1. Buat Batasan dalam Menerima Informasi

Meski ada beberapa hal yang tidak bisa kita hindari, misalnya email atau pesan dari rekan kerja serta atasan, ada keadaan di mana kamu tidak perlu mengonsumsi informasi.

Contohnya, kamu dapat membatasi informasi yang diterima dengan tidak mengakses media sosial, melihat situs berita atau membaca artikel yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaanmu.

Baca Juga: Gara-gara Stigma Janda Media, Ibu Tunggal Sulit Berkarier

Kamu bisa mencoba untuk menghitung jumlah informasi yang kamu terima setiap minggu dan mencatat bagaimana perasaanmu.

Dari situ, kamu tahu kalau berapa banyak sih informasi yang bisa kamu dapat tiap minggunya, tanpa membuat kamu jadi merasakan information overload.

  1. Aktifkan Fitur Filter dan Blocker di Browser

Hal pertama yang bisa kamu coba adalah dengan memakai aplikasi filtering atau blocker yang bisa dipasang di browser-mu.

Dengan begitu, kamu membatasi informasi yang bisa diterima kala berselancar di dunia maya.

Bahkan, beberapa filter bisa mencegah kamu melihat situs tertentu misalnya media sosial. Sehingga, akan membuatmu jadi lebih fokus bekerja.

Blockers juga mencegah munculnya iklan di website, jadi membuat tampilan layar lebih bersih dan menghilangkan beragam bentuk distraksi.

  1. Matikan Notifikasi Handphone dan Browser

Cara sederhana selanjutnya untuk menghindari banjir informasi adalah dengan menonaktifkan notifikasi di smartphone dan browser.

Contohnya, saat sedang bekerja bekerja, ada notifikasi teks dari teman, kamu pun tertarik untuk meninggalkan pekerjaan demi membaca pesan tersebut.

Dengan mematikan notifikasi juga kamu membuat lingkungan kerja lebih kondusif dan menghindari information overload.

  1. Sering Menyegarkan Pikiran atau Istirahat Sejenak

Setiap hari kita pasti duduk di depan komputer atau laptop, menonton TV akan membuat kita memperoleh banyak informasi. Namun tidak kita sadari, informasi-informasi yang kita peroleh tersebut tidak semuanya betul-betul dibutuhkan.

Bahkan bila terlalu banyak informasi, akan membuat kita banyak pikiran. Jika dibiarkan, ini dapat membuat kita mudah stres.

Baca Juga: ‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

Hal yang membantu kita supaya tidak stres, dengan menyegarkan pikiran. Menyegarkan pikiran bisa dilakukan dalam berbagai hal misalnya bertamasya, atau sekedar keluar kantor untuk membuat pikiran kita jadi lebih tenang.

  1. Tentukan Sumber dalam Mencari Informasi

Kamu juga dapat menentukan sumber yang menurutmu bisa diandalkan dalam mencari informasi yang kamu butuhkan.

Dengan begitu, kamu jadi mendapatkan informasi yang benar-benar relevan. Di sisi lain, kamu jadi lebih menghemat waktu dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

  1. Lakukan Kegiatan di Luar Ruangan Tanpa Membawa Gawai

Jika kamu merasa terbebani karena banyaknya informasi yang diterima belakangan ini, cobalah sediakan waktu beraktivitas tanpa gawai.

Baca Juga: Afirmasi Positif dalam Pekerjaan dan Apa Pentingnya

Contohnya, berjalan kaki di luar tanpa membawa handphone bisa meningkatkan keadaan mentalmu. Kamu pun dapat mencoba meditasi untuk menambah fokus dan kesehatan mental jadi terjaga.

Nah, sudah kita bahas beberapa hal yang perlu diketahui tentang banjir informasi atau information overload. Apakah kamu punya cara tersendiri untuk menghindarinya?

Read More
Mau Cuti Lebaran? Ingat Tips Ini Agar Lebih Efektif

Mau Cuti Lebaran? Ingat Tips Ini Agar Lebih Efektif

Pemerintah sudah memutuskan cuti bersama Idulfitri 1443 Hijriah jatuh dari (29/4) hingga (6/5). Ketetapan ini sontak dinanti-nantikan oleh publik, khususnya masyarakat Muslim. Pasalnya, selain bisa bersilaturahmi, cuti Lebaran merupakan waktu yang tepat untuk beristirahat. Syaratnya tentu saja agar pikiran dapat kembali segar, harus benar-benar bebas dari pekerjaan dan tanggung jawab lain selama curi.

Baca Juga: Cara Paling Mudah Menghitung THR Prorata untuk Karyawan Baru

Berikut  beberapa tips mengelola cuti Lebaran yang sudah kamu rangkum buat kamu.

Pastikan Pekerjaan Kamu Sudah Beres

Tips pertama kelola cuti Lebaran adalah memastikan kalau semua pekerjaan kamu sudah diselesaikan. Hal ini penting kamu lakukan supaya jadwal libur tidak terganggu dengan panggilan tugas. Selain itu, inisiatif ini diperlukan agar rekan kerja di kantor terbebas dari tanggung jawab yang kamu tinggalkan.

Baca Juga: 6 Tips Agar Ibadah Puasa dan Kerja Tetap Seimbang

Sudah menyelesaikan pekerjaan dari jauh hari pun dapat jadi cara yang baik untuk memperoleh izin cuti dari atasan.

Izin Cuti Lebaran dari Jauh Hari

Izin cuti dari jauh hari merupakan tips kelola libur Lebaran berikutnya yang perlu kamu ikuti.

Menurut Themuse.com, hal satu ini sangat penting kamu lakukan supaya dapat memperoleh tanggal cuti yang diinginkan.

Selain itu, meminta izin cuti dari jauh hari juga dapat membantu perusahaan untuk membatalkan semua timeline kerjamu, serta mencari rekan kerja yang lain untuk menggantikanmu sementara waktu.

Dengan begini, kamu jadi bisa liburan tanpa perlu khawatir dengan pekerjaan atau bentrok dengan jadwal cuti teman kerja yang lain.

Buat Rencana Kerja Sehabis Cuti Lebaran

Tips kelola cuti Lebaran berikutnya adalah untuk menyiapkan rencana kerja usai berlibur. Dalam membuat rencana ini, kamu harus memikirkan kembali hal-hal yang belum diselesaikan.

Selain itu, pikirkan juga durasi kerja yang kamu perlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tersebut.

Apabila dirasa kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungi atasan atau teman kerja satu divisi untuk menolongmu menuntaskan pekerjaan itu.

Baca Juga: 10 Jurus Anti-Lemas Saat Harus Puasa di Kantor

Ingat ya, rencana kerja yang kamu buat harus realistis dan sesuai dengan kebutuhan.

Bicarakan Jadwal Cuti Ke Atasan

Tips lainnya untuk kelola cuti Lebaran dengan baik adalah dengan membicarakan jadwal liburmu pada atasan serta rekan kerja. Hal ini harus dilakukan agar atasan lebih siap dengan absensimu selama sedang berlibur.

Rekan kerja juga perlu diinfokan supaya rencana liburnya tidak bertabrakan dengan jadwal cutimu.

Tidak cuma itu, menurut Bizjournals.com, inisiatif ini penting dilakukan agar kamu terbebas dari pekerjaan-pekerjaan yang akan diberikan selama libur.

Periksa Tenggat Pekerjaan Kamu

Memeriksa semua tenggat waktu dan status pekerjaan merupakan tips kelola cuti Lebaran yang sering dilupakan para pekerja.

Hal satu ini tidak dapat kamu lupakan. Sebab, menurut siliconrepublic.com, proyek akan terus berjalan biarpun kamu sedang cuti.

Memperhatikan deadline juga penting agar kamu dapat mengganti jadwalnya bila memang tidak sempat diselesaikan.

Sebagai saran, bila ada deadline pekerjaan yang belum selesai, beri tahu atasan dan rekan kerja di kantor.

Dengan begitu, mereka bisa membuat jadwal baru setelah waktu cutimu selesai.

Cek Apakah Ada Jadwal Meeting Waktu Cuti Lebaran

Sebelum mulai liburan, kamu bisa mengecek apakah ada jadwal rapat saat kamu sedang cuti. Tips kelola cuti Lebaran satu ini penting dilakukan supaya waktu libur tidak terganggu pekerjaan.

Jika ada rapat saat kamu cuti, bila memungkinkan kamu dapat membuat kesepakatan dan jadwal baru dengan peserta meeting yang lain sebelum berlibur.

Baca Juga: Kokok Dirgantoro: Cuti Ayah Dukung Perempuan Berkarier

Dengan itu, kamu bisa merencanakan tanggal rapat yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Bila meeting tetap harus dilaksanakan saat kamu cuti, jangan lupa minta kesimpulan dan minutes of meeting (MOM)-nya pada peserta meeting yang lain.

Pastikan Kamu Dapat Dihubungi

Tips terakhir untuk kelola cuti Lebaran adalah dengan memastikan kamu nanti tetap bisa dihubungi orang kantor.

Biarpun kamu berhak menjauhkan diri dari pekerjaan selama cuti, pastikan kamu masih bisa selama selama liburan.

Baca Juga: Pangkas Jam Kerja Panjang untuk Hasil Lebih Optimal, Dorong Kesetaraan Gender

Pasalnya, terkadang ada pekerjaan atau informasi penting yang penting kamu terima selama cuti.

Selain itu, infokan juga lokasi yang akan kamu tuju selama mengambil cuti Lebaran.

Dengan begini, mereka akan mengerti kalau kamu agak sulit dihubungi, apalagi kalau tempat tujuanmu tidak mempunyai sinyal yang baik.

Itulah beberapa tips yang dapat kamu terapkan untuk mengatur waktu cuti buat para pekerja kantoran. Jadi, di libur Lebaran tahun ini apakah kamu yang termasuk mengambil jatah cuti?

Read More
Tips Sederhana Menyeimbangkan Ibadah dan Kerja Waktu Puasa

6 Tips Agar Ibadah Puasa dan Kerja Tetap Seimbang

kerja dan ibadah – Ramadan dikenal sebagai bulan untuk berlomba mencari pahala. Namun, tentu saja kamu tidak dapat melupakan pekerjaanmu sepenuhnya, bukan? Perlu ada keseimbangan antara pekerjaan dan ibadah.

Berikut ini ada beberapa tips sederhana untuk menyeimbangkan ibadah dan pekerjaan saat berpuasa, agar produktivitas kerja kamu terjaga di kantor:

Jaga Stamina Supaya Ibadah dan Kerja Optimal

Supaya waktu bekerja kerja nanti tidak terganggu karena puasa, manfaatkan makan sahur kamu sebaik-baiknya. Dengan memakan makanan yang sehat dan kaya energi, mengerjakan pekerjaan harian dalam keadaan berpuasa seharusnya tidak akan jadi masalah. Selain memaksimalkan sahur, jangan lupakan minum air yang cukup, konsumsi vitamin atau suplemen, istirahat, serta olahraga secukupnya guna menjaga stamina.

Baca Juga: 10 Jurus Anti-Lemas Saat Harus Puasa di Kantor

Buat Tujuan yang Ingin di Capai

Menurut Timeskuwait.com, tips selanjutnya supaya kamu dapat menyeimbangkan ibadah dan kerja saat puasa adalah dengan membuat goals-mu di bulan Ramadan. Catat apa saja yang ingin kamu capai di bulan Ramadan kali ini.

Contohnya, kamu ingin membaca Alquran setidaknya sekali waktu bulan Ramadan atau tidak pernah absen untuk salat tarawih di masjid dari hari pertama sampai terakhir.

Baca Juga: Apa itu ‘Divergent Thinking’ dan Manfaatnya di Dunia Kerja

Apapun goals-mu di bulan Ramadan, pastikan kalau goals tersebut bersifat spesifik, realistis, serta terukur.

Buat Rencana Kerja dan Ibadah

Setelah memilih tujuan yang ingin dicapai di bulan puasa, tips lain supaya dapat menyeimbangkan ibadah dan kerja adalah dengan membuat persiapan untuk mencapainya.

Contohnya, kamu sudah menentukan goals untuk salat tarawih di Masjid dari hari pertama sampai akhir bulan Ramadan. Dari goals tersebut, kamu bisa merencanakan untuk lebih cepat menyelesaikan pekerjaan di kantor supaya bisa pulang lebih awal.

Utamakan Pekerjaan Kantor Terlebih Dahulu

Cara lain supaya kamu dapat menyeimbangkan ibadah dan kerja saat puasa adalah dengan mengutamakan pekerjaanmu terlebih dahulu.

Baca Juga: 8 Jurus Ampuh Agar Kamu Lebih Kreatif

Tentunya, kalau pekerjaanmu sudah selesai, kamu pun jadi tidak kepikiran pekerjaan waktu beribadah, bukan?

Menurut Emirates247.com, kamu dapat menyusun skala prioritas untuk menyelesaikan pekerjaan dari yang paling penting terlebih dahulu. Hal ini karena badan dan pikiranmu masih bugar setelah tidur di malam hari.

Manfaatkan Waktu Istirahat untuk Beribadah

Untuk menyeimbangkan waktu, kamu juga dapat memakai waktu istirahat kantor untuk beribadah.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Karena sedang puasa, tentu kamu tidak akan makan siang, sehingga waktu istirahat tersebut bisa kamu manfaatkan untuk beribadah.

Biasanya, jam istirahat siang yang lumayan panjang, kamu pun bisa melanjutkan rencana membaca 1 juz per hari.

Apabila kamu mempunyai goals untuk bisa tamat baca Alquran selama bulan Ramadan, tips ini sangat pas untuk kamu lakukan. Sebab, istirahat siang yang lumayan lama memberikanmu jeda waktu untuk dapat melanjutkan bacaan Alquranmu ketika sebelum mulai bekerja kembali.

Jangan Malas dan Segera Selesaikan Pekerjaan

Tips terakhir supaya dapat menyeimbangkan ibadah dan kerja saat puasa adalah dengan tidak bermalas-malasan serta menunda pekerjaan.

Seperti yang ada di poin sebelumnya, kamu akan jadi susah untuk fokus dan tenang waktu beribadah jika terus memikirkan pekerjaan yang belum selesai. Oleh karena itu, kamu harus segera mungkin membereskan pekerjaanmu dan jangan malah menunda-nunda. Pastinya, kamu tidak ingin malah jadi lebur waktu sedang puasa juga, bukan?

Read More
Apa itu Divergent Thinking dan Manfaatnya di Dunia Kerja

Apa itu ‘Divergent Thinking’ dan Manfaatnya di Dunia Kerja

Dunia kerja yang makin dinamis, menuntut kita para “budak korporat” untuk selalu berpikir kreatif. Pola pikir yang juga familier dengan sebutan divergent thinking ini sebenarnya sudah mulai populer sejak medio 1950-an. 

Apa sih sebenarnya divergent thinking itu dan bagaimana implementasinya dalam pekerjaan? Yuk, simak penjelasan lengkap kami berikut ini, yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

Apa yang Dimaksud dengan Divergent Thinking?

Menurut Binus.ac.id, divergent thinking adalah kapabilitas berpikir kreatif untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah di waktu yang singkat.

Baca Juga: Afirmasi Positif dalam Pekerjaan dan Apa Pentingnya

Senada, menurut Airfocus.com, divergent thinking adalah proses berpikir untuk mendapatkan banyak solusi, jawaban, atau ide unik.

Dari dua referensi di atas, dapat disimpulkan divergent thinking merupakan cara berpikir yang cenderung spontan, kreatif, dan visioner.

Apa Bedanya Divergent Thinking dengan Convergent Thinking?

Menurut Psychologytoday.com, dalam convergent thinking, semua kemungkinan solusi diperhitungkan berdasarkan informasi yang sudah diketahui secara pasti. Maka, umumnya pola pikir convergent akan menghasilkan satu gagasan atau solusi yang terbaik. Pola pikir ini sangat tepat diterapkan buat permasalahan yang memang butuh pemecahan secara logis. Atau contohnya menjawab soal pilihan ganda.

Sementara itu, dalam divergent thinking, kamu dituntut untuk lebih kreatif waktu melihat suatu permasalahan. Kamu bisa saja mendapatkan banyak solusi sekaligus, tidak cuma satu. Karena itu, metode berpikir ini lebih membutuhkan brainstorming dan keterbukaan.

Baca Juga: Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Contoh perbedaan divergent thinking dengan convergent thinking adalah sebagai berikut:

  • Convergent: kalau layar monitor komputer di kantor bermasalah, solusinya adalah dengan memanggil teknisi untuk memperbaiki monitor
  • Divergent: kalau monitor di kantor rusak, cari tahu dulu akar permasalahannya lalu pikirkan semua solusi yang mungkin. Misalnya cari video cara memperbaiki monitor yang blank di YouTube, tanya ke rekan kerja di kantor yang terakhir menggunakan monitor tersebut, atau menelepon teknisi untuk langsung memperbaikinya.

Pentingnya Divergent Thinking

  1. Membuka Peluang Mendapatkan Solusi Terbaik

Divergent thinking dapat memberikan peluang seluasnya untuk segala kemungkinan terbaik.

Dengan pola pikir yang biasanya, kamu mungkin tidak akan terpikirkan solusi yang out of the box.

  1. Membuat Kamu Lebih Fleksibel

Melatih divergent thinking adalah cara yang bagus supaya kamu dapat lebih adaptif dan fleksibel dalam menghadapi keadaan sesulit apa pun.

Ini pastinya sangat penting karena perkembangan teknologi yang sangat cepat di dunia kerja.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Semua permasalahan yang timbul dapat dibilang merupakan tantangan baru yang butuh solusi baru pula.

  1. Membuat Tim jadi Lebih Bersemangat

Semakin banyak kemungkinan solusinya, setiap anggota tim akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan ide mereka. Jadi bukan cuma satu atau dua orang saja yang dapat memberikan ide.

Hal ini dapat membantu membangun semangat dan solidaritas tim dalam mencapai satu tujuan bersama.

Cara Menerapkan Pola Pikir Divergent

Ingat, divergent thinking merupakan pola pikir yang harus kamu latih terus-menerus, tidak bisa instan, ya.

Karena itu, coba beberapa tips yang dikutip dari berbagai sumber ini secara rutin, ya.

  1. Membuat Mind Map

Menurut Indeed.com, dengan membuat mind map, kamu dapat melihat masalah utamanya secara visual, di tengah-tengah.

Baca Juga: Tersandera ‘Glass Cliff’, Perempuan Pekerja Sulit Berkembang

Dari situ, kamu dapat membuat cabang serta turunan sebanyak-banyaknya. Bahkan setiap cabang bisa kamu cabangkan lagi tanpa batas.

Ini akan lebih efektif dalam menciptakan banyak ide dibanding memakai tabel untuk membandingkan plus minus berbagai solusi.

2. Mencoba Sesuatu yang Beda dari Biasanya

Sesekali, coba cara lain dalam menyelesaikan pekerjaan meskipun kamu sudah terbiasa dengan cara yang selama ini kamu terapkan.

Contohnya, kamu selalu memberikan laporan ke atasanmu dalam bentuk tabel angka. Sekarang coba untuk membuat laporan dalam bentuk visual.

  1. Teratur Membuat Jurnal

Kalau kamu teratur membuat jurnal, kamu akan terbiasa menuliskan bermacam ide yang tiba-tiba muncul. Pasalnya, ide dapat datang kapan saja dan di mana saja. Bahkan waktu kamu lagi sedang tidak meeting dengan tim.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

  1. Sering Melakukan Brainstorming

Biasakan untuk melakukan brainstorming dengan rekan kerjamu, baik yang satu divisi ataupun tidak.

Brainstorming akan memunculkan ide-ide yang lebih beragam dan mungkin yang belum pernah terpikirkan oleh kamu saat mencari solusi sendirian.

Nah, itulah penjelasan mengenai divergent thinking yang sudah kami rangkum untukmu.

Ternyata melatih pola pikir divergent tidak begitu susah, bukan? Yang penting kamu sudah mulai melatih diri demi karier yang terus menanjak naik.

Read More
Kelebihan dan Kekurangan Bekerja di Perusahaan Startup

Untung Rugi Kerja di Perusahaan ‘Startup’

Bekerja di perusahaan startup kini jadi impian para fresh graduate. Bukan tanpa alasan, perusahaan startup biasanya berani menawarkan suasana kerja yang asyik serta gaji yang bersaing. Ini berbeda dengan bekerja di perusahaan mapan yang cenderung menerapkan nilai-nilai lama.

Padahal, persis seperti bekerja di korporat atau perusahaan yang lain, pasti akan ada tantangan yang akan dihadapi. Pun, perlu kamu kamu tahu, tidak semua perusahaan startup dalam kondisi yang sama. Hal itu bergantung pada kondisi perusahaan sampai budaya kerja yang diterapkan.

Yuk, kita bahas kelebihan dan kekurangan bekerja di perusahaan startup yang sudah dirangkum Magdalene dari berbagai sumber.

Kelebihan Bekerja di Perusahaan Startup

Ada beberapa hal positif yang dapat kamu rasakan saat bekerja di sebuah perusahaan startup, di antaranya:

1. Bekerja di Lingkungan yang Menyenangkan

Kalau kita lihat, umumnya yang bekerja di perusahaan startup diisi oleh generasi milenial. Karena usia yang masih muda, lingkungan kerja akan terasa lebih menyenangkan. Kamu akan merasa bekerja dengan teman-temanmu sendiri.

Jadi kamu dapat memberikan pendapat, bertanya, berkomunikasi, dan melakukan hal lain dengan lebih santai tapi tetap profesional. Santai yang dimaksud disini tidak terlalu kaku dari cara kerjanya.

Selain itu, desain kantor juga akan dibuat lebih menyenangkan. Dinding dengan banyak warna, disediakan cemilan, ada sudut-sudut ruangan yang bisa dipakai untuk istirahat, dan berbagai fasilitas lain untuk mengurangi stres saat bekerja.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

2. Setiap Kontribusi akan Diberikan Apresiasi

Menurut Codeburst.io, umumnya juga jumlah anggota setiap divisi di perusahaan startup jauh lebih kecil. Karena itu, pendapat dan kontribusi dari setiap orang akan selalu terlihat, terdengar, dan diapresiasi.

Seperti yang kita tahu, perusahaan startup masih dalam fase berkembang. Jadi setiap gagasan, inovasi atau pekerjaan yang kamu kerjakan dapat memberi pengaruh pada pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan.

Bekerja di perusahaan yang selalu memberi apresiasi, pastinya akan membuat kamu jadi lebih semangat untuk memberikan perubahan-perubahan menarik lainnya.

3. Membuat Kamu Terus Belajar dan Berkembang

Perusahaan konvensional biasanya sudah mempunyai sistem dan manajemen yang stabil. Jadi, bila kamu bekerja disana, kamu cenderung mengikuti sistem yang sudah ada tersebut.

Berbeda kalau kamu bekerja di perusahaan startup yang masih dalam fase pengembangan. Sangat memungkinkan mereka tengah mencoba beragam strategi, pembaruan sistem, dan manajemen. Karena itu, kamu punya kesempatan untuk menyumbangkan ide atau inovasi untuk perusahaan.

Kamu akan belajar untuk memberikan ide, menciptakan inovasi baru, melakukan banyak riset, meningkatkan pemikiran yang lebih kritis. Kemampuan yang sudah kamu miliki pastinya akan semakin berkembang. Selain itu dengan perubahan yang terjadi, kamu akan jadi gampang beradaptasi dengan berbagai kondisi.

4. Kamu Bebas Berinovasi

Kamu punya banyak sekali ide di kepala dan ingin selalu membuat sebuah inovasi? Maka, kamu sepertinya cocok bekerja di startup, nih!

Menurut Indeed.com, karyawan yang bekerja di perusahaan startup mempunyai kesempatan lebih besar untuk memperlihatkan ide dan berkontribusi dalam proses pengembangan inovasi.

Baca Juga: Agar Tetap Produktif Meski Kerja dari Rumah

Hal ini pastinya akan bermanfaat buat karyawan yang kreatif karena dimudahkan untuk membagikan idenya kepada tim dan menciptakan inovasi baru.

Berbeda bila kamu bekerja di perusahaan konvensional yang sudah stabil, umumnya proses penyampaian ide lebih ribet dan harus melewati persetujuan beberapa atasan terlebih dahulu.

5. Punya Kepuasan Kerja

Tanpa kamu sadari, kamu ternyata ikut berkembang bersama perusahaan. Kamu ada di setiap proses, dimulai dari perusahaan yang baru lahir, belajar merangkak, sampai akhirnya berhasil berjalan dengan stabil.

Dari sini, akan muncul kepuasan dan senang tersendiri. Apalagi saat kamu mengingat kembali ide apa saja yang sudah kamu berikan dan bisa memberikan dampak yang baik untuk perusahaan.

Contohnya, karena ide yang kamu berikan, perusahaan bisa berhasil mendapatkan penjualan tertinggi selama beberapa tahun.

Kekurangan Bekerja di Perusahaan Startup

Dimanapun bekerja, pasti ada kelebihan dan kekurangan, Sama halnya bila kamu bekerja di startup. Tadi kita sudah membahas kelebihannya, sekarang kita akan membahas kekurangannya:

1. Kamu Dituntut untuk Multitasking

Menurut Theladders.com, multitasking merupakan hal yang wajib dikuasai karena besar kemungkinannya kamu akan mengerjakan pekerjaan di luar kewajibanmu.

Hal itu disebabkan, karyawan di perusahaan startup biasanya masih sedikit sehingga kamu harus bekerja dalam tim yang kecil. Jadi, kamu dituntut untuk selalu cekatan dan dapat melakukan dua tiga pekerjaan sekaligus.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Beban kerja juga semakin banyak, sehingga kadang menyita banyak waktu untuk membereskannya. Bahkan mau tidak mau karyawan harus merelakan jam istirahat kalau masih ada pekerjaan yang belum terselesaikan.

Meskipun mendapatkan kesempatan untuk belajar hal baru, tapi beban kerja yang besar juga bisa menimbulkan stres.

2. Startup Biasanya Belum Stabil

Bekerja di startup memang menantang dan akan membuatmu mendapatkan banyak pengalaman baru. Sayangnya, perusahaan startup biasanya belum stabil.

Menurut Blogs.berkeley.edu, lebih dari 90 persen perusahaan startup gagal dalam tiga tahun pertamanya.

Itulah mengapa lumayan banyak perusahaan startup yang harus tutup karena untuk mempunyai keuangan yang stabil bukanlah perkara gampang.

Meskipun perusahaan startup mempunyai banyak ide menarik, tapi kalau tidak berhasil mendapatkan pendanaan, tentu akan sangat susah buat bertahan.

3. Harus Mampu Mengatur Work-life Balance

Para pekerja pasti menginginkan kehidupan kerja dan sosial yang seimbang. Jika kamu ingin berhasil bekerja di perusahaan startup, maka harus mampu dalam mengatur work-life balance.

Startups.com menyebutkan kalau perbedaan yang sangat terlihat dari bekerja di sebuah perusahaan konvensional dan startup.

Perbedaan utama tersebut berada pada struktur perusahaan. Hal itu berpengaruh pada jam kerja, proses kerja, sampai hubungan kerja.

Jadi, jangan kaget kalau kamu bekerja dalam waktu yang lebih lama karena ada banyak meeting yang harus dihadiri atau pekerjaan yang harus diselesaikan.

Waktu bekerja di perusahaan startup memang fleksibel dan tidak harus dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore. Namun, banyak karyawan yang mau tidak mau bekerja lebih lama, karena harus menyelesaikan beragam pekerjaan.

Saat tidak bisa mengatur work-life balance pastinya akan kesulitan untuk beristirahat dan punya waktu bersama keluarga atau teman.

4. Gaji yang Tidak Besar

Kamu mungkin pernah mendengar kalau bekerja di startup, kamu akan mendapatkan gaji yang sangat besar. Padahal hal ini tidak selalu benar. Faktanya, ada perusahaan startup yang memberikan gaji yang cenderung kecil untuk semua pekerjaannya, terlebih jika startup baru mendapatkan dana dari investor. Selain kompensasi yang cenderung kecil, fasilitas lain seperti asuransi kesehatan juga belum tentu bisa kamu dapatkan.

5. Bekerja di Startup, Kamu Dituntut untuk Bisa Beradaptasi

Kemampuan adaptasi memang sangat diperlukan kalau kamu ingin berhasil kerja di startup.

Menurut Themuse.com, perusahaan startup akan sering mengalami perubahan baik pada sistem organisasi sampai target pekerjaan dari setiap pekerjanya.

Baca Juga: Enggak Melulu Buruk, ‘Overthinking’ Kerjaan Punya Segudang Manfaat

Apalagi kalau perusahaan startup tersebut belum lama berdiri. Tidak perlu kaget kalau sering terjadi perubahan, bahkan sampai ke model bisnisnya.

Buat kamu yang susah untuk beradaptasi dengan cepat, pastinya bekerja di perusahaan startup akan menjadi tantangan tersendiri.

Itulah mengapa, kalau kamu ingin mencoba berkarir di perusahaan startup, sebaiknya pertajam dahulu beberapa kemampuan yang diperlukan, seperti beradaptasi dengan cepat, komunikasi, sampai problem solving.

Kalau sudah tahu untung rugi bekerja di perusahaan startup, semoga kamu tidak salah pilih ya nanti.

Read More

Tersandera ‘Glass Cliff’, Perempuan Pekerja Sulit Berkembang

Sampai saat ini bias gender relatif masih menyandera pekerja perempuan, khususnya di perusahaan yang didominasi laki-laki. Buntut bias ini membuat kemampuan mereka dipandang sebelah mata.

Bahkan jika ingin meniti karier lebih jauh, kebanyakan perempuan terjebak dalam keadaan stagnan. Penyebabnya, masyarakat mengondisikan mereka untuk tidak berkembang dalam karier, dan perusahaan turut berperan dalam hal ini.

Saat menghadiri Pesta Perempuan yang digelar Magdalene pada (26/3), Executive Director Indonesia Business Coalition for Women (IBCWE) Maya Juwita menceritakan, salah satu perusahaan di bawah koalisi itu sempat enggan mempromosikan perempuan.

“Akhirnya mereka mempromosikan dua perempuan dari bagian sales, ke suatu daerah yang sales-nya nggak pernah nutup” ujarnya. “Setelah enam bulan, ternyata sales di sana menutup dari targetnya. Mereka menempati posisi ketiga dan keempat top sales di perusahaan.”

Peristiwa seperti yang dijelaskan Maya, merupakan contoh glass cliff. Itu merupakan kondisi ketika perusahaan mempromosikan perempuan untuk jabatan lebih tinggi, saat mengalami krisis atau sewaktu resesi, ketika kegagalan lebih mungkin terjadi.

Baca Juga: Bias Gender yang Harus Dialami Perempuan STEM

Kondisi tersebut umumnya diberikan kepada perempuan, karena perannya lebih mudah digantikan dan dikambing hitamkan. Pun jika kesuksesan diraih perempuan, akan membawa keberhasilan bagi perusahaan. Sedangkan jika gagal dan situasi di perusahaan memburuk, perempuan justru disalahkan dan laki-laki kembali ditunjuk mengambil alih peran tersebut.

Dalam Think crisis—think female: The glass cliff and contextual variation in the think manager—think male stereotype (2011) oleh profesor psikologi di University of Queensland, Australia S. Alexander Haslam, dkk., disebutkan, pada dasarnya perempuan tidak selalu diharapkan memperbaiki situasi. Acapkali, mereka diposisikan sebagai sosok yang dapat disalahkan atas kegagalan.

Pasalnya, perusahaan tidak ingin mengorbankan pekerjanya yang lebih potensial dan bernilai—dalam hal ini laki-laki. Namun, perempuan kerap menerima promosi tersebut karena tidak memiliki akses informasi terkait posisinya. Dalam hal ini, tawaran itu dianggap satu-satunya kesempatan mengembangkan karier, padahal mereka dianggap tidak berharga.

Maka itu, pekerja yang menerima promosi jabatan perlu menerima dukungan yang membantunya mengembangkan perusahaan. Karena apabila gagal membawa perusahaannya ke arah lebih baik, kemungkinannya perempuan akan meninggalkan perusahaan. Ini juga yang memperkuat stereotip tentang mereka yang kurang ahli dalam kepemimpinan, seperti disebutkan Investopedia.

Baca Juga: Kerap Dinomorduakan, Karier Perempuan Minim Harapan

Glass Cliff Merupakan Second-Generation Gender Bias

Glass cliff merupakan salah satu second-generation gender bias, yaitu bias yang tidak terlihat dan dilakukan secara tidak sadar, tetapi mendiskriminasi gender dan membentuk stereotip. Bias ini juga umumnya terjadi di perusahaan, misalnya ketika pemimpin perempuan diharapkan bersikap tegas, justru dipandang terlalu agresif dan dominan.

Sebenarnya bias ini mencerminkan nilai maskulinitas di dalam perusahaan, dan mengakar dalam kultur. Alhasil berdampak pada pengambilan keputusan proses rekrutmen, kesempatan promosi jabatan, dan penghasilan pekerja.

Pernyataan ini didukung oleh akademisi asal India, Vijay Grover, dalam Second generation gender bias: Invisible barriers holding women back in organizations (2015). Pada penelitian tersebut disebutkan, kesenjangan gaji merupakan fenomena yang terjadi di seluruh dunia, dan lebih tinggi di beberapa negara. Seperti Korea mencapai 37,5 persen, Rusia sejumlah 32,1 persen, adn Estonia sebesar 27,9 persen.

Menurut Grover, pay gap itu adalah strategi untuk memengaruhi perempuan, agar memegang jabatan tinggi di perusahaan.

Belum lagi, sebagian perusahaan cenderung lebih menyukai pekerja yang memprioritaskan pekerjaan, dibandingkan keluarga. Kondisi ini menjadi hambatan bagi perempuan yang memikul beban ganda, tepatnya mengurus anak dan rumah tangga. 

Karena itu, mereka tidak memiliki waktu kerja yang cukup fleksibel, dan pekerja laki-laki kembali berdiri di bawah spotlight. Dan perempuan cenderung menginternalisasi bias tersebut, sehingga menganggap dirinya tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk meraih suatu jabatan.

Namun, sebetulnya tidak menutup kemungkinan second-generation gender bias dilakukan perempuan. Maya mengungkapkan, tanpa disadari ia melakukannya beberapa waktu lalu.

“Kami harus pergi ke Manila di pertengahan Mei. Nah, dua hari sebelumnya ada seorang staf yang menikah. Saya langsung bilang supaya dia jangan pergi, kan baru menikah,” ceritanya.

Bias seperti yang dilakukan Maya adalah contoh yang dilakukan atas dasar empati. Hal ini juga berlaku dalam beberapa kasus lainnya, seperti perusahaan yang tidak mengizinkan pekerja perempuan pulang malam hari karena dianggap membahayakan keselamatan. Padahal laki-laki juga sama rentannya untuk menjadi korban kejahatan.

Karena itu Maya menggarisbawahi. Yang terpenting dalam menangani second-generation gender bias adalah, bersikap terbuka dalam memberikan kesempatan, tanpa melihat latar belakang maupun gender pekerja.

“Yang penting pekerjanya ditanya dulu, jangan langsung memutuskan sendiri,” tegasnya.

Baca Juga: Bias Finansial: Asal Suami Senang: Bias Aturan Perbankan dan Sulitnya Perempuan Punya Usaha

Investasi terhadap Pekerja Perempuan

Di sejumlah perusahaan dan divisi tertentu, mempekerjakan perempuan masih dianggap lebih mengeluarkan banyak biaya. Pasalnya, ada banyak kewajiban yang harus ditanggung, seperti cuti hamil, melahirkan, menstruasi, dan berbagai keperluan keluarga yang dilihat menghambat kinerja perusahaan.
Namun, Maya justru menilai sebaliknya. Menurutnya, ketika perusahaan mendukung karier perempuan secara maksimal, akan mendorong perempuan bersikap loyal dan memiliki kinerja tinggi. Ini bentuk investasi jangka panjang, yang akan memajukan perusahaan, baik dari segi sumber daya manusia dan keuntungan.

“Dia merasa dihargai karena perusahaan udah memperjuangkan banyak untuk dia,” ungkapnya. “Jadi dia akan stay sampe perusahaan enggak butuh lagi.”

Sayangnya, investasi ini kebanyakan masih dilakukan perusahaan global ataupun berafiliasi ke luar negeri, karena merupakan global movement. Salah satunya adalah The Body Shop, yang telah melakukannya selama 20 tahun. Kini perusahaan kosmetik asal Britania Raya itu telah menuai hasilnya, dengan fasilitas yang memudahkan perempuan, terlebih yang berperan sebagai ibu.

Sedangkan sejumlah perusahaan di Indonesia masih bersifat konvensional dan investasinya lebih mengarah pada infrastruktur.

“Kecuali ada business case yang menguntungkan,” kata Maya. Padahal, investasi pada sumber daya tidak dapat dihitung secara ekonomi.

Karenanya, diperlukan komitmen dan kebijakan secara struktural dari atas ke bawah, sehingga mindset mendobrak bias dapat dibentuk dan dilaksanakan. “Yang penting komitmen kuat, along the way bisa kok nemu caranya,” terang Maya.

Read More