Badai PHK massal Startup

Badai PHK di Perusahaan ‘Startup’, Bagaimana Menghadapinya?

Makin hari makin sering kita mendengar kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di berbagai perusahaan startup. Bahkan di antara perusahaan tersebut, ada yang sudah punya nama besar, dengan jumlah karyawan tak sedikit. Sebut saja Ruangguru, Meta, Twitter, Shopee, sampai salah satu perusahaan marketplace besar di Indonesia, GoTo.

Tak tanggung-tanggung, jumlah karyawan yang dirumahkan mencapai ribuan orang sekaligus. Kendati dijanjikan diberi pesangon dan sejumlah tunjangan lainnya, tapi kasus PHK massal di GoTo dan perusahaan lain ini patut jadi sorotan.

Biasanya, perusahaan startup seperti GoTo, punya alasan PHK yang mirip-mirip. Mulai dari mengubah strategi usaha, sampai melakukan penghematan karena perusahaan harus bersiap hadapi resesi ekonomi yang diprediksi terjadi tahun depan. Resesi ini sendiri agak ngeri-ngeri sedap, mengingat anggaran kas mereka juga sedang tak cukup baik-baik saja. Laporan keuangan resmi yang dirilis di Meta misalnya menyebutkan, pada kuartal 3 2022, pendapatan Meta ambles sebesar 4 persen year-on-year pada kuartal 3 2022, menjadi US$27,7 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$29 miliar.

Aspek Hukum dari Badai PHK Massal Perusahaan Startup

Dikutip dari Hukum Online, Andy William Sinaga, Advokat sekaligus Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia bilang, perusahaan harus memerhatikan ketentuan yang jelas terkait perusahaan, termasuk PHK, jam kerja, upah, lembur, dan bonus.

Sayangnya, dalam pengamatan Andy, banyak perusahaan startup yang tidak memberikan perlindungan kerja memadai untuk karyawan. Karena banyak perusahaan startup yang pemiliknya tidak berada di Indonesia dan menjalankan aktivitas kerja secara daring, karyawan cenderung sulit menuntut pertanggungjawaban. Terlebih ketika pemilik usaha melakukan pelanggaran terhadap perlindungan tenaga kerja.

Baca Juga: Apa Itu Startup Bubble dan Mengapa Startup Melakukan PHK Besar-besaran?

Di Indonesia sebenarnya sudah punya regulasi yang mengatur hubungan kerja dan perlindungan tenaga kerja, seperti Undang Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja serta UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Lalu, bagaimana dalam kasus PHK? Apa yang bisa karyawan lakukan? Upaya yang bisa kita lakukan bila terjadi PHK sepihak adalah pekerja bisa mengajukan perjanjian bersama atau menyelesaikan perkara di Pengadilan Hubungan Industrial.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, PHK sah waktu perusahaan dan pekerja memang setuju. Pekerja yang memang dirinya tidak terima di PHK secara sepihak, bisa mencoba melakukan dua cara tersebut.

Korban PHK sepihak tanpa ada alasan dalam hal ini memang masih punya kewajiban dan hak yang harus diperjuangkan. Karena itulah, perusahaan mesti paham dan berkomitmen untuk tak semena-mena melakukan PHK.

Tips Mempersiapkan Diri Menghadapi PHK

Mendengar peringatan kalau perusahaan akan melakukan PHK (pemutusan hak kerja) massal, tentu membuat kita sebagai karyawan akan kaget serta stres. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mempersiapkan diri sejak ada desas-desus atau memang pihak perusahaan memberitahukan secara resmi.

Di bawah ini, beberapa persiapan yang bisa kamu coba untuk lakukan.

  1. Mempunyai dana darurat

Persiapan pertama untuk menghadapi badai PHK adalah dengan mempunyai dana darurat. Sebaik apa pun posisi dan kinerja kamu selama ini, ada kemungkinan keuangan perusahaan tiba-tiba terganggu atau malah perusahaan bangkrut, lalu mau tidak mau perusahaan harus melepas banyak karyawannya.

Baca Juga: Apa itu Surat Peringatan Kerja? dan Cara Tepat dalam Menanggapinya

Kalau hal ini terjadi secara tiba-tiba, mencari pekerjaan baru pasti butuh waktu bukan? Di sinilah fungsi dana darurat sebenarnya.

Dengan dana darurat, paling tidak kamu dapat bertahan hidup setidaknya 6 sampai 12 bulan (tergantung tanggungan) tanpa belum adanya pemasukan tetap.

Setelah akhirnya bisa memperoleh pekerjaan baru, usahakan untuk tetap menyisihkan uang dari gaji untuk disimpan sebagai dana darurat, ya.

  1. Mempelajari skill yang relevan dengan bidangmu

Persiapan selanjutnya untuk menghadapi PHK, kamu dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari beragam skill yang relevan dengan bidang pekerjaanmu.

Kamu bisa mengikuti kursus dengan sertifikasi. Karena sertifikasi yang kamu sudah kamu miliki nantinya, dapat menjadi nilai tambah saat melamar kerja di tempat baru.

Bisa saja kan, saat melamar kerja ada banyak pesaing dengan pengalaman kerja yang sama denganmu, namun kamu jadi lebih unggul di mata perusahaan, karena mempunyai sertifikasi lebih.

  1. Tetap bersikap positif

Meskipun kamu sudah mengetahui kalau akan ada PHK, kamu tetap harus menghadapinya, dengan bersikap positif di kantor. Kamu tetap harus membereskan setiap pekerjaanmu, dan sebaiknya jangan sampai menjelekkan perusahaan atau atasan kamu di kantor. 

  1. Memperbarui CV dan portofolio

Dikutip dari Forbes, kamu perlu untuk terus memperbarui CV dan portofolio. Mengapa begitu? Ini dilakukan agar kamu bisa sat set sat set menemukan peluang kerja baru jika terjadi PHK sepihak dan mendadak.

Baca Juga: Balada Budak Korporat dan Solusi Lawas Jadi PNS

  1. Membuat catatan keuangan pribadi

Setelah perusahaan sudah mengumumkan kamu termasuk salah satu pekerja yang terkena PHK, makan penting untuk membuat catatan keuangan pribadi

Kamu juga harus mengurangi pengeluaran yang dirasa kurang penting agar dapat fokus pada kebutuhan primer.

Kamu pun dapat mencari tahu mengenai pesangon PHK yang seharusnya perusahaan berikan.

      6. Merefleksi diri

Persiapan terakhir yang dapat kamu lakukan untuk menghadapi badai PHK adalah dengan merefleksikan diri. Memang, kamu harus fokus dalam mencari pekerjaan lagi. Namun, waktu ini dapat juga kamu manfaatkan untuk mencari tahu apa yang apa yang sebenarnya menjadi tujuan kamu.

Setelah lama berkarier, mungkin kamu sadar kalau mau mencoba bekerja freelance sambil membuat usaha sendiri? Intinya, pergunakan waktu ini untuk lebih mengenali dirimu lebih baik lagi.

Read More
apa itu career switch

Simak Hal Ini Sebelum Putuskan ‘Career Switch’

Saya pernah ada di fase sangat membenci pekerjaan saya. Jenuh dengan rutinitas yang sama di kantor, akhirnya memicu saya untuk berganti posisi kerja (career switch). Pernahkah kamu merasakannya juga?

Career switch artinya pindah posisi pekerjaan serta jenjang karier. Contohnya, saya berganti karier dari yang sebelumnya tiga tahun bekerja sebagai sales marketing lalu menjajal profesi di tempat lain. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa bosan sekaligus menantang diri untuk belajar hal baru.

Dikutip dari CNBC, ternyata banyak pekerja di Amerika yang melakukan career switch saat pandemi. Ini didorong oleh maraknya pemutusan hubungan kerja, sehingga mereka berpikir untuk mengubah arah kemudi.

Survei yang dilakukan Harris Poll mendapati dari 903 pekerja, separuhnya ingin melakukan perubahan karier.

Mungkin kamu juga berpikir untuk berpindah karier dan bekerja di bidang yang berbeda dengan pekerjaan yang sekarang kamu geluti. Jika iya, sebaiknya kamu perlu mempelajari seluk beluk career switch lebih dulu.

Apa itu Career Switch?

Menurut The Guardian, career switch adalah tindakan seseorang untuk mencapai posisi pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan lingkup posisi sekarang.

Baca Juga: 7 Pertimbangan Sebelum Memutuskan resign untuk Mulai Bisnis

Career switch tak berarti harus pindah dari perusahaan saat ini. Bisa saja seorang karyawan ingin pindah dari divisinya kini ke divisi lain dalam perusahaan yang sama. Contohnya, karyawan dari divisi finance ingin pindah ke pemasaran di perusahaan yang sama.

Career switch mungkin dapat menyebabkan penurunan posisi bahkan gaji. Pasalnya, seseorang harus belajar lagi sistem kerja dan keterampilan baru, atau dianggap belum ada pengalaman di posisi teranyarnya.

Meski begitu, menurut Forbes, hal ini dapat kamu cegah dengan mengikuti kursus atau kelas online.

Penyebab Seseorang Memutuskan untuk Berpindah Karier

Alasan terbesar seseorang memutuskan untuk career switch adalah merasa jenuh dengan pekerjaannya sekarang. Namun, ada beberapa alasan lain seseorang akhirnya memutuskan untuk mengubah kariernya.

  1. Mencari work-life balance

Karena pandemi, banyak perusahaan yang akhirnya memilih untuk work from home, yang membuat para pekerja merasa waktu kerjanya terasa fleksibel.

Baca Juga: Habis WFH Terbit ‘Workcation’, Ini Fakta-fakta yang Perlu Kamu Tahu

Sampai sekarang ini, sistem WFH digemari karena pekerja jadi lebih fleksibel dalam menyeimbangkan waktu kerja dan kehidupan pribadinya.

Karena itu, banyak pekerja yang akhirnya memutuskan untuk berpindah karier karena merasa ada posisi lain yang bisa memberikan work-life balance lebih baik.

  1. Merasa tidak cocok dengan budaya perusahaan sekarang

Merasa tidak cocok dengan budaya perusahaan juga menjadi alasan utama mengapa karyawan memutuskan untuk career switch. Faktor internal yang biasa dipermasalahkan karyawan adalah lingkungan kerja toksik.

Contoh lingkungan kerja toksik, yakni rekan kerja yang suka bergosip dan drama, hingga membuat kamu terganggu saat bekerja.

  1. Kepuasan kerja

Selain dua alasan di atas, kepuasan kerja juga dapat menjadi alasan kuat untuk bertukar karier dan posisi kerja.

Kepuasan kerja tentu diidamkan karyawan yang memang sudah bekerja dengan keras dan berdedikasi cukup lama di dalam perusahaan. Mereka ingin memperoleh apresiasi yang setimpal karena hasil kerjanya selama ini.

Namun, ketika sudah menunggu lama dan perusahaan tampak tidak peduli, mereka mungkin merasa jadi tidak diapresiasi. Jika sudah begini, kemungkinan ia akan memutuskan untuk keluar, dan pindah ke perusahaan lain yang bisa memberi kesempatan lebih besar.

Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Career Switch

Pindah dari suatu bidang ke bidang yang lainnya tentu bukan permasalahan yang gampang. Perlu keinginan belajar dari awal dan kemungkinan turun jabatan. Jika memang kamu sudah yakin melakukannya, berikut persiapan penting yang mesti kamu perhatikan.

  1. Evaluasi diri sendiri

Kalau kamu memang sudah berniat untuk berganti karier dan ingin mencoba hal baru, langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah dengan evaluasi diri.

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Memberikan Motivasi untuk Rekan Kerja

Kamu perlu mengevaluasi diri dari beragam aspek. Salah satunya melihat kembali kemampuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sekarang. Kamu juga perlu memikirkan jenis dan sistem pekerjaan yang memang kamu inginkan.

  1. Mencari peluang pekerjaan yang diinginkan

Kalau kamu sudah punya alasan yang kuat untuk pindah karier, hal yang bisa kamu lakukan selanjutnya adalah mencari peluang kerja yang dapat menunjang tujuanmu ke depannya.

Hal penting yang perlu kamu pastikan juga adalah apakah keterampilan dan pengalamanmu sekarang ini dapat digunakan untuk melamar pekerjaan yang memang kamu minati itu.

Bila pertanyaan tersebut sudah terjawab, barulah kamu dapat membuat rencana career switch.

  1. Susun rencana career switch

Supaya persiapan career switch-mu bisa berjalan dengan lancar, kamu dapat membuat tahapan yang harus dilalui dan dilakukan dalam sebuah action plan.

Salah satu hal yang penting kamu sertakan dalam rencana ini adalah dengan menyiapkan dokumen lamaran, seperti CV serta portofolio.

Mungkin kamu juga perlu untuk belajar skill baru, baik otodidak atau dibantu mentor.

Read More
menolak pujian karena kurang percaya diri

Di Balik Menolak Pujian: Rendahnya Kepercayaan Diri Hingga Budaya

Menerima dan mengakui pujian bukanlah perkara mudah. Setidaknya bagi Lisa, mahasiswa berdomisili di Yogyakarta. Mengucapkan “terima kasih” bukan jadi respons utamanya. Lisa justru mengelak dan menganggap kinerja baiknya terjadi karena tidak disengaja.

Salah satunya ketika perempuan 21 tahun itu magang di sebuah startup. Kemampuan Lisa dalam copywriting kerap disanjung. Kata atasannya, Lisa jago menulis dan memilih kata-kata. Namun, ia menanggapinya dengan mengatakan, “Enggak kok, cuma kebetulan.”

Lisa mengaku terbiasa menolak ketika dipuji sejak kecil. Meskipun senang dan enggak menyangka, ada perasaan di bawah tekanan dan takut dicap sombong, apabila mengakui kelebihannya. Karena itu, Lisa memilih merendahkan diri.

“Aku merendah dan menganggap itu bukan apa-apa, mungkin akan lebih diterima masyarakat,” ujarnya pada Magdalene, Selasa (15/11).

Bahkan, merespons dengan rendah diri tidak hanya dilakukan di lingkup tempat magang. Lisa melakukannya berulang kali. Misalnya ketika belajar kelompok dengan teman-temannya. Teman-teman Lisa memuji caranya menjelaskan mudah dipahami. Sementara di tempat kursus bahasa Inggris yang didirikannya, Lisa disebut mahir dalam menyusun materi modul.

Namun, tanggapan Lisa masih sama. Ia meyakininya kebetulan belaka–yang disebut Lisa success by accident. Lalu, apa yang membuat seseorang menolak pujian?

Baca Juga: ‘Kamu Enggak Kayak Perempuan Lain’ Itu Bukan Pujian

Alasan Kita Menolak Pujian

Ketika ditanya alasannya, Lisa menjawab kurang percaya diri. Pasalnya, ia sering dikritik orang lain, dan apa pun yang dilakukan selalu salah di mata orang lain. Hal-hal tersebut membuat Lisa berusaha meyakinkan orang lain, bahwa tidak memiliki kelebihan itu.

“Mungkin impostor syndrome ya, takut “nipu” yang muji karena aku nggak sejago yang mereka kira,” tuturnya.

Impostor syndrome yang disebutkan Lisa, merupakan kondisi ketika seseorang meragukan kemampuan dan prestasinya. Sebab, keberhasilan itu diyakini terjadi akibat keberuntungan, menimbulkan perasaan takut jika orang lain mengetahuinya.

Lisa pun khawatir tidak mampu mempertahankan performa kerja yang baik, ataupun mematahkan ekspektasi atasannya terhadap kemampuannya. Akibatnya, setiap pujian yang diberikan atasannya, membuat Lisa berada di bawah tekanan. Ia menginternalisasi perspektif yang dibangun atas kepercayaan diri yang rendah, sampai tidak dapat melihat kapabilitasnya. Bahkan, Lisa merasa tidak mampu melakukan sesuatu.

“Aku merasa paling enggak bisa apa-apa, kayak I don’t belong in the environment. Jadi enggak berani menyampaikan pendapat sama sekali,” katanya.

Perihal kepercayaan diri sebagai faktor seseorang menolak pujian, juga pernah disampaikan psikolog Guy Winch. Dalam tulisannya di Psychology Today, Winch menyebutkan, rendahnya kepercayaan diri membuat orang tidak nyaman ketika dipuji.

Ini disebabkan, pujian yang bertolak belakang dengan sistem kepercayaan dan pandangan diri sebagai individu. Alhasil, respons yang diberikan berupa penolakan, seperti Lisa yang menilai keberhasilannya adalah kebetulan.

Baca Juga: Bagaimana Stereotip dan Norma Gender Mematikan Kepercayaan Diri Perempuan

Lebih dari itu, menurut Winch pujian dapat terdengar seperti sindiran. Penyebabnya sama, yakni persepsi terhadap diri sendiri yang menginternalisasi pandangan negatif. Seperti Lisa yang mengaku ada faktor internal, yang memengaruhi kepercayaan dirinya.

“Aku juga nggak pernah mengapresiasi milestone yang udah tercapai. Terus menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri, dan ngebandingin diri sama kehidupan orang lain,” jelasnya.

Namun, selain rendahnya kepercayaan diri, ada faktor budaya yang berperan dalam hal ini. Winch mencontohkan pada sejumlah negara, yang menormalisasi pada anak-anaknya. Umumnya pada negara-negara Barat, yang menganut budaya low context. Pasalnya, komunikasi di negara tersebut disampaikan secara eksplisit. 

Sementara negara-negara Asia, cenderung sulit mengekspresikan pujian. Hal ini dipengaruhi budaya high context–komunikasi yang tidak disampaikan eksplisit maupun fokus ke permasalahan. Maka itu, mungkin kamu termasuk yang jarang menerima pujian, seperti Lisa. Mahasiswa farmasi itu mengatakan, tidak pernah menerima apresiasi dari orang lain.

Sayangnya, menolak pujian dapat berdampak pada pengembangan diri. Lisa menyampaikan, hal ini dialaminya secara langsung. Pujian yang diterima dari atasan tidak membuatnya semangat untuk mengembangkan kemampuan, karena Lisa memandang kinerja yang baik bukan dihasilkan oleh kapabilitasnya.

“Aku nggak tahu points of improvement-nya, kira-kira apa yang bikin hasilnya bagus,” kata Lisa.

Lama-kelamaan, Lisa dapat menerima pujian itu dan mengubahnya sebagai sesuatu yang berdampak. Lalu, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya?

Baca Juga:Merdeka dari ‘Insecurity’ lewat ‘Self-Love’, Mungkinkah?

Belajar Menerima Pujian

Pada dasarnya, pujian dapat membuat seseorang merasa baik. Ini disampaikan oleh peneliti Keise Izuma, Daisuke Saito, dan Norihiro Sadato. Dalam riset Processing of Social and Monetary Rewards in the Human Striatum (2008), ketiganya menuliskan, ada reaksi yang timbul dalam otak ketika menerima pujian. Reaksi tersebut serupa dengan menerima penghargaan berupa uang.

Keuntungan lainnya adalah, pujian dapat membantu seseorang mempelajari kemampuan motorik dan perilaku baru. Sebab, memberikan pujian dapat membantu seseorang mengenali kapabilitasnya. Mungkin yang sebelumnya tidak disadari.

Contohnya Lisa, yang awalnya belum cukup aware dengan keahlian copywriting-nya. Setelah mengakhiri magangnya di perusahaan startup yang berlangsung selama enam bulan, ia mengetahui punya keahlian dalam bidang tersebut. Menurutnya, itu tercermin dari engagement konten di media sosial yang Lisa produksi.

“Awalnya kupikir kebetulan aja viral. Tapi aku notice ada pola yang bikin kontennya berhasil,” cerita Lisa.

Perubahan pola pikir hingga akhirnya menerima pujian bukan sesuatu yang mudah.  Menurut Lisa Schuman, pekerja sosial asal New York, menerima pujian dapat diawali dengan latihan bersyukur. Setelah itu, barulah hal-hal positif dapat dirasakan. Selanjutnya, akan lebih mudah mengucapkan terima kasih.

Kesadaran pada Lisa berawal dari feedback yang ditekankan atasannya, setiap ia mengirimkan hasil kerja. Lisa menceritakan, atasannya selalu menyebutkan kalimat berikut: “You have to own your work, negative or positive. Also celebrate your mistakes and accomplishments.”

Pengalaman Lisa menunjukkan, peran atasan sangat berperan dalam pengembangan diri pekerjanya. Pujian yang diberikan membantu pekerja untuk mencapai tujuan mereka. Sebab, pujian sekaligus jadi pengingat, sejauh mana kemampuan dan perkembangan karier seseorang.

Lisa pun mengamininya. Setelah mempertimbangkan ucapan atasannya, ia menyadari keberhasilannya dalam memproduksi konten media sosial, didasarkan pada kemampuannya menyesuaikan minat audiens. Yakni menyukai tulisan yang singkat dan berkesan bagi audiensnya.

Kini Lisa mampu menerima pujian dengan mengucapkan terima kasih, dan meminta feedback atas kinerjanya dari orang-orang tertentu. Setelah menerima kelebihan dan mengetahui aspek yang harus di-improve, Lisa berusaha mencari tahu contoh kerja yang baik, biasa saja, dan yang buruk berdasarkan variabelnya.

Read More
arti kata fear mongering yang viral di twitter

Arti Kata ‘Fear Mongering’ yang Viral, Kenapa Pekerja Harus Tahu

Belum lama ini istilah fear mongering viral di Twitter. Frasa ini dipakai saat orang-orang membicarakan isu ancaman resesi global di mana ekonomi dunia bakal tertatih-tatih di 2023. 

Supaya masyarakat bersiap bila terjadi krisis ekonomi, beberapa influencer finansial berusaha memberikan edukasi. Isinya tak jauh-jauh dari apa saja yang bisa kita persiapkan untuk menghadapinya.

Namun, sebagian lainnya justru berpendapat kalau ancaman resesi di 2023 tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, kehebohan yang berlebihan ini cuma membuat rasa takut berlebihan, persis seperti tujuan fear mongering.

Jadi, sebenarnya apa itu fear mongering dan apakah dampaknya selalu negatif?

Pengertian Istilah Fear Mongering

Dikutip dari Kompas, fear mongering adalah tindakan yang dilakukan hanya untuk membuat orang atau sekelompok orang merasa takut. Sementara kita tahu, takut yang berlebih akan membuat kesehatan mental menjadi terganggu.

Baca juga: Dian Eka Purnama Sari: Perempuan Pengusaha yang Lawan Stereotip

Seseorang yang akhirnya terpengaruh, bakal memakai segala kekuatannya supaya terhindar dari bahaya yang disebarkan dan akhirnya mengabaikan ancaman lainnya. Contohnya dapat kita lihat pada isu resesi sekarang ini.

Banyak orang yang akhirnya menahan untuk mengeluarkan uangnya karena takut tidak bisa bertahan dengan krisis ekonomi yang akan datang. Tanpa disadari, hal ini justru bisa membuat roda perekonomian terhenti.

Akibatnya, banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tidak dapat bertahan karena daya beli masyarakat berkurang.

Dampak Positif Fear Mongering

Kita sebagai masyarakat, perlu menyadari dampak positif dan negatif dari fear mongering, supaya dapat menapis dampak negatifnya dan memaksimalkan efek positifnya saja.

Berikut ini beberapa dampak positif dari fear mongering yang perlu diketahui, terutama dari kelas pekerja.

1. Mengubah perilaku kurang baik

Dampak positif yang pertama adalah mampu mengubah perilaku kurang baik yang selama ini susah dihilangkan. Orang-orang yang tadinya mempunyai gaya hidup konsumtif atau impulsive buying, sekarang jadi bisa menahan beli barang yang kurang diperlukan, karena ada dorongan untuk menabung.

Mereka jadi merasa khawatir kalau sampai krisis benar-benar terjadi, dan mereka tidak punya aset untuk bertahan.

Baca Juga: 4 Hal yang Tidak Kita Bicarakan saat Membicarakan Penyakit Mental

2. Menjadi lebih waspada

Karena banyak berita buruk, sebagai manusia kita pasti ingin dapat terhindar dari bahaya yang ada. Di lain sisi, kampanye menjual ketakutan ini efektif untuk menaikan kewaspadaan kita dibanding menggunakan pesan imbauan biasa.

Contohnya dapat dilihat pada pandemi Covid-19. Meskipun ada saja yang melanggar melanggar protokol kesehatan, bahaya itu terus disebarkan oleh media sukses. Sehingga, ini membuat masyarakat konsisten menjaga protokol kesehatan.

3. Menaikkan kesadaran

Memang tidak semua orang di masyarakat peduli dengan isu besar yang ada sekarang ini, padahal dampaknya dapat mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung.

Ini termasuk isu resesi 2023. Kendati dianggap menimbulkan ketakutan yang tak perlu, keramaian mengenai krisis global di 2023 berhasil mencuri perhatian banyak orang. Tidak terkecuali masyarakat yang mungkin tadinya tidak begitu acuh dengan berita ekonomi.

Hasilnya, banyak orang yang mencari tahu apa itu resesi, strategi terbaik apa yang bisa dilakukan, serta belajar mengenai investasi.

Dampak Negatif Fear Mongering

Tidak cuma memberikan dampak positif, berikut ini beberapa dampak negatif dari fear mongering.

1. Percaya dengan berita hoaks

Dikutip dari Psychology Today, rasa takut dan gelisah dapat membuat kita berpikir berkali-kali mengenai suatu informasi.

Akan tetapi, bila dalam proses tersebut kita sedang merasa takut, kita akan cenderung mencari informasi yang mendukung kepercayaan kalau berita buruk tersebut memang terjadi.

2. Membuat kita jadi tidak rasional

Ada perbedaan antara waspada dan tidak rasional. Waktu pandemi, kewaspadaan kamu terlihat saat memutuskan untuk mengurangi aktivitas sosial, dan mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan mencuci tangan.

Bukan malah jadi takut berlebihan dengan melakukan panic buying, atau bahkan mengucilkan orang-orang terkena Covid-19.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Rentan Selama Pandemi, Ini yang Bisa Dilakukan Perusahaan

Keputusan yang tidak rasional ini disebabkan oleh rasa takut berlebihan akibat fear mongering. Jadi, saat kamu merasa takut, segera jernihkan pikiranmu dan coba untuk menyaring informasi supaya tetap bisa berpikir rasional.

3. Mempengaruhi kesehatan mental dan fisik

Rasa takut yang terus menerus dapat membuat stres dan berpengaruh pada kekebalan tubuh. Imun tubuh yang melemah akan membuat kita menjadi rentan akan berbagai gangguan kesehatan fisik dan juga mental.

Pikiran dan hati yang bahagia merupakan kunci untuk kesehatan kita. Ketika kamu merasa ketakutan, sikap optimis dalam diri dapat berubah menjadi pesimis. Hal inilah yang akhirnya bisa menurunkan semangat kamu.

Intinya, fear mongering adalah teknik manipulasi yang bisa memberikan dampak positif dan negatif. Semoga penjelasan di atas bisa membuatmu jadi jauh lebih bijak dalam menyikapi segala hal, termasuk ancaman krisis global.

Terjadi atau tidak, belajar mengatur uang merupakan hal penting untuk dipelajari.

Read More
ost Graduation Blues Sindrom yang Sering Dirasakan Fresh Graduate

Apa itu ‘Post Graduation Blues’ yang Sering Serang ‘Fresh Graduate’

Selepas lulus kuliah, saya cemas bukan kepalang. Penyebabnya karena belum ada panggilan seleksi kerja dari semua perusahaan yang saya lamar. Setelah cari tahu, ternyata apa yang saya rasakan itu termasuk bentuk dari post graduation blues atau post-grad depression.

Perasaan ini memang wajar terjadi, karena setelah lulus kuliah, kita semua akan berhadapan dengan kehidupan nyata di dunia kerja. Hal yang mungkin tak cukup familier selama belajar teori di kampus.

Namun, berangkat dari pengalamanku, sebaiknya kamu jangan sampai terlalu lama larut dalam post graduation blues. Pasalnya, itu akan cenderung membuatmu rugi sendiri. Magdalene telah merangkum serba-serbi post graduation blues dan cara tepat untuk menghadapinya.

Pengertian Post Graduation Blues

Dikutip dari Healthline, post graduation blues adalah perasaan depresi yang muncul saat mahasiswa sudah lulus kuliah dan masuk ke fase hidup baru. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya perubahan yang terjadi dalam satu waktu, sehingga cenderung muncul rasa tertekan hingga depresi.

Baca Juga: ‘Post-Graduate Depression’: Saat Lulusan Baru Berteman dengan Depresi

Setelah lulus kuliah, banyak sekali yang tidak mempunyai tujuan, atau bingung mau apa yang dilakukan selanjutnya.

Umumnya post graduation blues ditandai dengan munculnya perasaan sedih, kesepian, dan motivasi yang menurun. Apa lagi saat mengetahui teman seangkatan sudah ada yang mendapat pekerjaan impian.

Penyebab Terjadinya Post Graduation Blues

Kamu tidak akan langsung merasakan post graduation blues tepat setelah lulus, dan tidak semua orang merasakannya. Hal ini lantaran setiap orang punya respons berbeda dalam menghadapi kehidupan setelah kuliah.

Berikut ini beberapa penyebab yang dapat menimbulkan post graduation blues:

1. Kontak dengan teman berkurang

Saat masih kuliah, kamu setiap harinya bertemu dan berhubungan dengan teman-teman. Ikut kelas bareng, mengerjakan tugas, atau sekadar nongkrong.

Ketika akhirnya lulus, kamu akan merasa kangen dengan momen-momen tersebut. Kebiasaan itu bakal membuat kamu bergantung dengan mereka secara emosional.

Baca Juga: Ratusan Kali Melamar Kerja, Ditolak karena Gendut

Setelah lulus, kamu juga tidak bisa rutin menghubungi mereka lagi. Karena mungkin beberapa dari mereka sudah ada yang sibuk dengan pekerjaannya.

2. Proses mencari kerja

Waktu-waktu yang paling terasa berat pascalulus adalah fase mencari kerja. Post graduation blues seringkali muncul kepada lulusan yang mulai merasakan tidak mempunyai ambisi untuk bekerja pada perusahaan impian.

Banyak dari lulusan baru yang terjebak dengan keinginannya untuk bisa bekerja di perusahaan besar impian, dan saat gagal, itu membuatnya depresi. Mereka yang belum mempunyai pengalaman, ditambah persaingan yang ketat, akhirnya membuat mereka makin tak yakin dengan diri.

Belum lagi dari faktor luar seperti keadaan ekonomi serta pandemi, yang dapat memperparah hal ini.

3. Merasa bingung dan tidak ada kepastian

Setelah lulus, perasaan bingung dan tidak ada kepastian tentang apa yang akan terjadi dapat menjadi pemicu depresi lainnya.

Kamu akan mulai mempertanyakan, apakah ilmu selama ini di bangku kuliah sudah cukup, apakah dengan kemampuan sekarang ini bisa mendapatkan pekerjaan impian, serta pertanyaan tidak pasti lainnya. Ujung-ujungnya kamu jadi terlalu menganalisis banyak hal dan mempertanyakan kemampuan diri sendiri.

4. Rutinitas yang berubah

Perubahan yang terjadi setelah lulus kuliah dapat memberikan efek yang besar pada rutinitas kamu. Misalnya, kalau kuliah di luar kota, mungkin kamu jadi tidak ingin kembali ke kampung halaman dan memilih untuk bekerja di luar kota.

Namun, bila kamu belum mendapatkan pekerjaan, mau tidak mau harus kembali dahulu ke rumah. Hal seperti ini tentunya akan membuat perubahan rutinitas. Kebiasaan baru dapat menjadi tantangan tersendiri. 

Baca Juga: Merasa Kehilangan Saat Teman Kerja Resign, Apa yang Bisa Dilakukan?

Cara Hadapi Post Graduation Blues

Depresi ini tidak dapat tiba-tiba hilang dengan cepat. Namun, ada beberapa hal yang dapat membantu kamu supaya dapat menghadapinya.

Berikut ini beberapa strategi yang bisa kamu terapkan dalam menghadapi post graduation blues:

  • Jaga hubungan dengan teman kuliah

Kendati sudah berpisah pada pilihan karier yang berbeda, tetap berhubungan lewat media sosial dan sesekali bertemu, dapat menjaga kualitas hubunganmu dengan teman.

Selain agar memiliki hubungan baik, berbicara dan mengobrol dengan teman-teman kuliah dapat membantu kamu untuk tidak merasa terlalu kesepian.

  • Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain

Kita semua pasti pernah melihat keberhasilan orang lain yang mendapatkan pekerjaan beberapa saat setelah lulus kuliah. Tapi kita tidak dapat melihat mereka yang tidak lolos masa percobaan.

Maka dari itu, membandingkan diri dengan orang lain lewat kesuksesan atau kegagalan yang kamu alami cuma akan menimbulkan stres dan itu yang bisa membuat kamu jadi depresi.

  • Membuat tujuan jangka pendek

Tidak harus rumit, kalau kamu memang merasakan post graduation blues dan mengalami masa-masa sulit, coba mulai melangkah dengan perlahan dengan membuat tujuan jangka pendek.

Contohnya, kamu mulai rutinitas baru dengan bangun lebih awal dan berolahraga. Mempunyai tubuh yang sehat juga membantu kamu untuk berpikir positif.

  • Ikut berbagai kursus keterampilan

Kamu dapat mencari kursus untuk melatih keterampilanmu. Contohnya kelas public speaking untuk melatih keterampilan waktu wawancara kerja, kursus menjahit, memasak, dan lainnya. Selain untuk menaikan keterampilan, kamu juga bisa mendapat koneksi baru.

Semasa kuliah mungkin kamu lebih banyak belajar teori ilmu di bidang yang kamu tekuni. Karena itulah, kamu dapat memakai waktu ini untuk mempelajari hal baru sambil menunggu panggilan kerja.

Read More
pengertian coping mechanism dan cara mengatasinya

Apa itu ‘Coping Mechanism’ dan Manfaatnya untuk Pekerja

Belum lama ini saya bercerita ke beberapa teman tentang stres dalam menghadapi pekerjaan kantor. Rupanya, mereka pun merasa demikian. Bahkan saking stresnya, teman saya memilih pindah-pindah kantor, karena menurut dia, faktor penyumbang stres terbesar adalah karena pekerjaannya tak cocok.

Dari curhatan tersebut, saya jadi memahami, stres karena pekerjaan sangat wajar terjadi, bahkan dalam pekerjaan yang kita suka sekali pun. Dari sana saya juga baru tahu ada cara untuk mengurangi dampak stres, yaitu coping mechanism.

Strategi koping sangat membantu dalam menjaga kesehatan kita, terutama kesehatan mental. Agar lebih jelas, berikut penjelasan mengenai coping mechanism yang harus diketahui para pekerja.

Pengertian Coping Mechanism

Dikutip dari Healthline, strategi koping adalah strategi yang dilakukan seseorang dalam menghadapi situasi sulit hingga memicu stres. Strategi yang ia pilih ini akan membantu dalam mengatur emosinya.

Baca Juga: Apa itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

Kita sama-sama tahu, setiap harinya pasti bertemu dengan situasi sulit yang bisa menimbulkan stres. Contohnya, stres kena dimarahi atasan, deadline yang mepet, sampai jalanan macet.

Nah, coping mechanism dapat dipakai dalam menghadapi situasi yang dapat membuat kita menjadi stres.

Melansir dari Berkeley Wellbeing Institute, ada dua jenis coping mechanism, yaitu active (aktif) atau avoidant (menghindar). Active coping mechanism biasanya melibatkan kesadaran akan penyebab stress dan berusaha untuk mengurangi stres kamu. Sebaliknya, avoidant coping mechanism adalah kecenderungan untuk lebih memilih menghindari situasi yang membuat kamu menjadi stres, dengan mengalihkan perhatian dari permasalahan.

Contoh Coping Mechanism dalam Menghadapi Masalah

Agar lebih jelas berikut ini beberapa contoh dari dua strategi yang sudah disinggung sebelumnya.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Active

  • Cerita kepada orang yang kamu percaya mengenai keadaan di kantor yang membuat kamu jadi stres.
  • Melakukan aktivitas yang membuatmu tenang seperti meditasi, olah raga, atau mendengarkan musik yang lembut.
  • Cuti beberapa hari untuk liburan sejenak.
  • Melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga

Avoidant

  • Menenangkan diri dengan cara yang tidak sehat, misalnya bermain game berlebihan
  • Bersikap tidak peduli atau pasrah terhadap sesuatu hal yang membuatnya menjadi stres
  • Melakukan hal yang menyakiti diri sendiri.

Cara Menemukan Coping Mechanism yang Tepat

Lalu, bagaimana cara menemukan strategi koping yang tepat untuk diri kita sendiri? Perlu dicatat kalau strategi koping yang orang lain terapkan belum tentu kita bisa mengikutinya.

Very Well Mind, tidak masalah strategi koping berubah-ubah sampai kita menemukan yang pas. Penting untuk refleksi diri untuk mencari dan menentukan cara paling tepat saat berhadapan dengan situasi yang membuat kamu stres.

Baca Juga: Tips Mengatasi ‘Work Anxiety’ atau Rasa Cemas di Tempat Kerja

Misalnya, melakukan hobi bisa menjadi cara efektif buatmu untuk lebih rileks setelah seharian bekerja di kantor. Namun, curhat dengan teman mungkin saja menjadi hal terbaik yang kamu pilih saat merasa sedih.

Itu adalah beberapa hal mengenai strategi koping yang perlu kamu ketahui. Intinya, mempunyai strategi koping sangat disarankan karena membantumu dalam menghadapi situasi yang membuat jadi stres dengan efektif.

Namun, kamu tetap harus berhati-hati agar kamu menerapkan coping mechanism yang maladaptif dan berbahaya bagi kesehatan mental serta fisik kamu nantinya.

Read More
mengatasi work anxiety atau cemas di tempat kerja

Tips Mengatasi ‘Work Anxiety’ atau Rasa Cemas di Tempat Kerja

Pernah kah kamu merasa mual tiap kali mau rapat? Saking cemasnya, bukan cuma perut yang enggak enak, kamu juga jadi pusing dan panik. Bisa jadi ini adalah tanda work anxiety atau gangguan kecemasan saat kerja. Topik ini mulai ramai di kalangan pekerja sejak pandemi COVID-19 mengharuskan kita kerja di rumah (work from home alias WFH).

Tak cuma menyerang pekerja WFH saja, work anxiety juga bisa dialami pekerja yang WFO. Selain memberikan dampak negatif ke pekerja, work anxiety juga akan berpengaruh nantinya pada perusahaan atau tempat kamu bekerja.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan mengenai work anxiety dan cara tepat untuk mengatasinya.

Pengertian Work Anxiety atau Gangguan Kecemasan saat Kerja

Dilansir dari Verywell Mind, work anxiety adalah perasaan stres, gelisah, atau tegang yang dipicu oleh hal-hal terkait pekerjaan. Misalnya, work Anxiety bikin kita mencemaskan kinerja dan performa kita, cemas tentang interaksi dengan rekan kerja.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Dari survei yang dilakukan Anxiety Disorders Association of America, sebanyak 40 persen pekerja mengalami stres berkepanjangan dalam kehidupan sehari-hari mereka, karena dampak work anxiety. Gejala yang biasanya sering muncul di antaranya:

  • Merasa khawatir yang berlebihan
  • Sulit tidur di malam hari
  • Jantung sering berdebar
  • Sering mengambil cuti panjang
  • Sangat khawatir dengan performance reviews
  • Produktivitas kerja menurun

Gejala di atas mungkin sesuatu yang wajar terjadi, mengingat kamu menghabiskan banyak waktu dengan urusan pekerjaan. Jadi, ketika tidak berjalan sesuai yang kamu harapkan, terkadang rasa cemas yang berlebihan itu muncul. Ketika sampai terjadi berlarut-larut, hal tersebut bisa berdampak buruk pada banyak aspek di kehidupan sehari-hari kamu.

Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan di Kantor

Kecemasan di tempat kerja dapat kamu kelola dengan banyak cara. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu kamu mengelola kecemasan saat bekerja.

  1. Membuat To-do-list

Work anxiety dapat muncul karena kamu tahu ada pekerjaan atau tugas berat yang perlu kamu selesaikan. Untuk mengatasinya, kamu bisa mencoba bikin daftar (list) yang perlu kamu kerjakan. Meski kamu sedang merasa sangat panik atau cemas, tentu ada rasa tenang saat kamu bisa berhasil mencoret satu list pekerjaan, bukan? Untuk bisa meningkatkan perasaan positif ini, pastikan list yang punya dibuat dengan detail.

Baca Juga: Ratusan Kali Melamar Kerja, Ditolak karena Gendut

Contohnya, kamu mendapat pekerjaan membuat artikel. Kamu bisa membaginya jadi tugas-tugas kecil dan di buat ke dalam to-do list. Misalnya dibagi menjadi: mencari bahan, membuat janji dengan narasumber, wawancara narasumber, sampai akhirnya menyelesaikan artikel. Semakin detail mini checklist yang kamu buat, semakin banyak juga baris yang dapat dicoret.

  1. Rajin olahraga

Badan akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang saat selesai berolahraga. Olah raga yang dilakukan sebelum bekerja bisa membantu tubuh mengatasi situasi tempat kerja yang menyebabkan rasa cemas.

Untuk bisa memperoleh manfaat tersebut, kamu disarankan untuk rutin berolahraga selama 30 menit setiap hari. Atau paling tidak, tiga sampai lima kali seminggu.

Sebenarnya jenis olahraga apa pun yang dilakukan secara teratur dapat membantu meredakan gejala kecemasan dan depresi, apalagi kalau kamu memang suka dengan jenis olahraga tersebut.

  1. Mencari pemicu yang membuat kamu stres

Stres bisa datang dari banyak faktor. Kamu dapat mengatasinya dengan mencati tahu penyebabnya. Kamu bisa menuliskan momen-momen yang sering memicu kecemasan atau perasaan stres.

Dengan mengetahuinya, kamu bisa melakukan antisipasi atau mencari cara agara lebih tenang ketika hal-hal yang memicu cemas itu datang.

  1. Berbicara ke atasan

Ketika kamu sering merasa cemas, tentu akan berpengaruh pada produktivitas kamu. Atasan kamu pasti mengetahui perubahan ini. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk berdiskusi dengan atasan mengenai cara mengatasi work anxiety di kantor.

Baca Juga: Apa Itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

Siapa tahu, atasan kamu dapat membantu melihat kecemasan kamu dengan sudut pandang berbeda. Intinya adalah bagaimana supaya kamu dapat menyelesaikan tugas yang ada dengan lebih efektif. Namun, pastikan bahwa atasanmu bukan sumber kecemasan itu. Dan situasimu cukup aman untuk berbicara dengannya.

  1. Curhat ke rekan kerja

Apabila ada rekan kerja yang bisa kamu percaya, tidak ada salahnya untuk curhat padanya. Ini dapat menjadi sebuah dorongan semangat karena ada dukungan sosial. Dengan begitu, rasa stres kamu bisa berkurang.

  1. Bekerja sesuai kapasitas

Jika work anxiety selalu hadir karena pekerjaan yang menumpuk, kamu bisa mencoba untuk bekerja sesuai kapasitas. Berikut hal-hal yang dapat kamu coba:

  • Jangan multitasking dan coba fokus pada satu pekerjaan
  • Bicarakan dengan atasan mengenai skala prioritas pekerjaan
  • Mendengarkan lagu di tempat kerja
  • Istirahat saat kamu merasa burnout
  • Berjalan kaki ke luar kantor saat istirahat makan siang
  1. Ambil waktu untuk menyendiri

Menyendiri bukan berarti kesepian, tetapi sebaliknya, menyendiri dapat menjadi salah satu cara untuk menyegarkan pikiran dari stres pekerjaan. Bisa jadi, ini merupakan cara mengatasi cemas di kantor yang cocok untukmu karena jenuh dengan rutinitas selama ini.

Itu dia beberapa informasi mengenai work anxiety. Jangan lupa untuk memperhatikan work life balance supaya kamu dapat menguranginya.

Read More

Ratusan Kali Melamar Kerja, Ditolak karena Gendut

Saat masih kuliah, aku selalu berpikir untuk cepat-cepat lulus. Bayangan akan menjadi perempuan mandiri secara finansial, bisa sekolah lagi dengan uang sendiri selalu berputar-putar di kepalaku. Namun, kenyataan memang tak seindah harapan, Ferguso. Selepas lulus di 2018, aku harus jatuh bangun cuma demi mendapatkan satu pekerjaan.

Kendati telah melamar kerja kesana kemari, pekerjaan belum juga aku dapat. Mulanya, aku memang melamar di tempat prestisius, maklum idealisme dan gengsi sebagai fresh graduate masih kuat. Setelah melamar ke lebih dari seratus perusahaan tapi nihil, aku cuma bisa berdoa, “Enggak apa-apa pekerjaan apa saja selama halal dan aku bisa segera mandiri.” Namun, menurunkan ekspektasi pun tak cukup. Aku masih belum mendapat pekerjaan.

Puluhan kali menjalani wawancara, puluhan kali pula menerima surat penolakan. Puluhan kali menjalani psikotes, sampai-sampai aku hafal di luar kepala soal-soal yang biasanya diujikan. Perusahaan perbankan, tambang, e-commerce, makanan dan minuman, media massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), semua aku jajal.

Dari semua lamaran dan wawancara yang pernah aku rasakan, ada beberapa yang cukup membekas bahkan membuat level ketidakpercayaan diriku naik berlipat-lipat. Aku ditolak karena perkara berat badan.

Baca juga: Sekadar Mengingatkan, Pekerjaan Bukan Satu-satunya Identitasmu

Diskriminasi Kerja Gara-gara Berat Badan

Ceritanya, saat itu aku melamar dua pekerjaan di kota tempat aku tinggal. Perusahaannya bagus, setidaknya mereka memberikan gaji dan kesejahteraan layak untuk karyawannya, itu yang aku dengar.

Aku datang dengan percaya diri karena yakin kemampuanku berorganisasi, rekam jejakku selama kuliah cukup pas dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Aku juga makin yakin karena pegawai di perusahaan itu bilang, perkara fisik yang good looking tak jadi pertimbangan untuk diterima di perusahaan tersebut.

Betul juga, usai mengirimkan berkas, aku dipanggil untuk interview. Salah seorang yang mewawancarai aku adalah lelaki paruh baya. Ia lantas memandangiku dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan template: Meremehkan dan menganggapku jelek karena berat badanku. Aku paham soal ini karena beberapa kali ditolak dengan alasan serupa.

Meskipun aku merasa gugup, aku tetap menjalani wawancara dengan maksimal. Namun, sesuai dugaan, aku ditolak lagi. Belakangan aku baru tahu, mereka yang baru terpilih, ternyata punya badan yang tinggi semampai. Nyaris tak ada perempuan dengan fisik besar yang diterima. Aku kesal. Lalu untuk apa dari awal mereka woro-woro kalau dalam rekrutmen kerja, fisik tak jadi ukuran?

Masalahnya, hal semacam ini tidak hanya sekali terjadi, aku sudah mengalaminya berulang-ulang. Aku pun berpikir, “Apa perempuan gendut memang tidak seharusnya bekerja ya?”

Ternyata keraguanku itu memang telah terbukti. Di Inggris, dalam riset Stuart Flint, doktor Psikologi dari Universitas Leeds dan rekan-rekannya, bertajuk Obesity Discrimination in the Recruitment Process: “You’re Not Hired!” (2016), sejak 2000-an memang telah terjadi peningkatan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap mereka yang bertubuh gemuk (obesitas). Dalam hal ini, sejumlah lembaga berkontribusi pada pengembangan dan pemeliharaan sikap anti-gemuk, khususnya media, seperti televisi atau koran. Biasanya media ini menggunakan framing bahwa gemuk itu tidak cantik, atau gemuk itu tak ideal.

Karena jangkauan media yang luas, stigmatisasi obesitas cepat menular ke berbagai bidang, seperti juri, profesional kesehatan, profesional pendidikan, transportasi umum, industri kecantikan, dan sebagainya.

Bahkan, penelitian yang Flint kutip dari Levine dan Schweitzer (2015) dan Schulte et al. (2007) menemukan, orang gendut dikaitkan dengan kompetensi yang rendah. Tak heran mereka biasanya menerima gaji awal yang lebih rendah, digolongkan sebagai karyawan kurang berkualitas, dan bekerja lebih lama daripada karyawan dengan berat badan normal.

Baca juga: Perempuan Kerja, Buat Apa?

Apa yang Bisa Dilakukan?

Karena tahu perkara mencari pekerjaan itu tak mudah untuk orang berbadan gemuk, saya sempat frustasi lama. Aku sampai di tahap enggan bertemu teman-teman sekolah. Banyak dari mereka mengundangku untuk datang ke pernikahan, tapi aku minder. Stres datang hingga aku mengalami menstruasi selama satu tahun lebih.

Siklus haid yang berkepanjangan ini sampai membuat mama berkali-kali membawa aku ke bidan dan dokter kandungan. Bidan ini pun memberikan obat yang awalnya untuk menghentikan pendarahan pada ibu hamil, tapi itu tidak mempan.

Stresku makin parah setelah papa sakit dan meninggal dunia. Ibarat dipukul palu godam berkali-kali di kepala, aku makin putus harapan. Rasa bersalah terus menghantuiku, karena tumpuan keluarga tak ada, sedangkan sebagai anak sulung, aku belum bisa melakukan apa-apa. Aku pengangguran gendut dan menyedihkan, pikirku saat itu. Diam-diam aku kerap menangis tiap malam.

Masih lekat di ingatanku kebiasaan papa yang membanggakanku di depan keluarga. Mungkin karena sejak masih kecil aku termasuk anak yang lumayan pintar. Mungkin harapannya aku akan selalu seperti itu.

Lama-lama, aku mulai sadar, enggak bisa terus bersedih hati seperti sekarang. Kata-kata mama yang menyuruhku sabar ini menjadi mantra untuk tetap kuat. Di titik inilah aku menganggap, yang bisa dilakukan ketika kamu kehilangan harapan usai ditolak kerja adalah mencari support system. Dalam hal ini, pendukung terbesar adalah orang tua dan keluargaku lainnya. Tak ada penghakiman, tak ada tekanan. Mereka mendukungku untuk maju, untuk bangun lagi saat jatuh, untuk tak berkecil hati.

Tiga tahun berselang, tepatnya pada 2021, harapanku terjawab. Seorang teman kuliah menghubungi karena dia ingin liburan di kotaku. Dia pun bertanya sedang sibuk apa sekarang. Aku jawab kalau sedang mencari pekerjaan tapi belum ada hasil. Tiba-tiba dia menawarkanku sebuah pekerjaan sebagai asistennya di ibu kota.

Baca juga: Gendut dan Cantik, Setop ‘Fatshaming’ Perempuan Lain

Tanpa pikir panjang aku pun langsung mengiyakan tawarannya ini. Aku melompat-lompat saking girangnya. Aku pikir ini adalah awal yang baik untuk memulai kemandirian. Aku menulis, membuat konten media sosial, belajar banyak dengan teman-teman baru. Aku merasa sangat beruntung.

Meski begitu, kekesalan menerima diskriminasi saat rekrutmen kerja masih tetap menyala di kepalaku. Kapan ya, perusahaan bisa betul-betul bersifat inklusif, tak mendiskriminasi orang cuma perkara berat badan?

Read More
penyebab dan cara mengatasi mood swing

4 Penyebab ‘Mood Swing’ Saat Bekerja dan Cara Mengatasinya

mood swing – Pernah enggak kamu merasa sangat bahagia, lalu dalam waktu yang berdekatan berubah jadi sedih? Begitu melulu sampai akhirnya kamu kebingungan sendiri dengan perubahan mood itu.

Inilah yang dinamakan mood swing. Itu merupakan salah satu gangguan yang bisa terjadi di berbagai tempat, termasuk kantor yang berpotensi mengurangi konsentrasi serta produktivitas kerja. Apalagi kalau kamu ada pekerjaan atau deadline yang harus segera rampung.

Kalau kamu tidak segera mengatasinya dengan baik, keadaan ini dapat merusak hubungan kamu dengan rekan kerja yang lain. Karena itulah, agar hal buruk ini tidak sampai terjadi, kamu perlu tahu sebab-sebab dan tips mengatasinya berikut.

Pengertian Mood Swing

Dikutip dari Psychology Today, perubahan suasana hati atau mood swing adalah perubahan mood yang jelas terasa atau terlihat. Beberapa orang ada yang menggambarkan seperti sedang naik roller coaster, karena perubahan emosi yang drastis saat mengalaminya. Dari perasaan senang dan gembira, kamu bisa dengan tiba-tiba langsung merasa sedih, jenuh, marah, dan merasa malas untuk bekerja.

Pada dasarnya, perubahan suasana hati ini sebenarnya sangat wajar terjadi pada beberapa kondisi, dan hal ini bukan disebabkan oleh kelainan tertentu.

Baca juga: Merasa Kehilangan Saat Teman Kerja Resign, Apa yang Bisa Dilakukan?

Namun, kalau sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau disertai tanda-tanda lain, mood swing perlu kamu dicurigai sebagai gejala kesehatan mental. Jika kamu sering mengalami hal ini, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi ke psikolog.

Ciri atau Tanda Mood Swing

Dalam hal ini, sangat penting untuk kita mengetahui tanda-tanda mood swing. Berikut ciri yang sudah dirangkum redaksi Magdalene.

Merasa cemas secara terus menerus

Merasa cemas atau sedih itu merupakan hal yang sangat wajar. Apa lagi kalau kita baru mengalami kegagalan, putus cinta, atau yang lainnya. Namun, untuk seseorang yang mengalami mood swing, bisa ditandai dengan merasa cemas atau sedih terus menerus.

Perasaan negatif ini kalau dibiarkan saja bisa mengganggu aktivitas kita setiap harinya.

Gampang marah

Tanda yang selanjutnya adalah gampang tersinggung dan marah. Seseorang yang gampang sekali tersulut emosi dan cepat tersinggung biasanya ia akan susah diajak komunikasi dengan orang lain, atau bisa saja orang jadi malas mengajaknya berkomunikasi dengannya.

Dengan kata lain, seseorang yang gampang sekali emosi dapat dihindari oleh orang lain.

Susah untuk fokus

Apakah akhir-akhir ini kamu susah untuk fokus dalam mengerjakan sesuatu? Kalau kamu mengalami hal ini, bisa jadi kamu sedang mengalami mood swing. Susah fokus akan menyebabkan terjadinya kesalahan saat mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan, sehingga kamu jadi sering mendapatkan teguran dari kesalahan-kesalahan yang kamu buat.

Hal buruk yang bisa terjadi dari sulit untuk fokus adalah rasa percaya orang lain ke kamu dalam menyelesaikan pekerjaan akan berkurang.

Bicara terlalu Cepat

Seseorang yang berbicaranya terlalu cepat atau terlihat bukan seperti orang-orang pada umumnya merupakan salah satu tanda mood swing

Berbicara terlalu cepat akan menimbulkan ketidakjelasan informasi. Bahkan, ada beberapa orang yang akan kesal ketika mendengarkan cara berbicara orang lain yang terlalu cepat.

Nafsu makan yang sering berubah

Kadang nafsu makan naik kadang nafsu makan turun adalah tanda dari mood swing berikutnya. Selain itu nafsu makan yang sering berubah merupakan tanda pola makan sedang tidak teratur. Hal seperti itu bisa membahayakan bagi kesehatan tubuh, tubuh bisa menjadi gemuk secara tiba-tiba dan bisa menjadi kurus secara tiba-tiba.

Baca Juga: Apa itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

Penyebab Mood Swing

Berikut ini beberapa hal yang bisa menyebabkan mood swing:

  1. Perubahan hrmon

Setiap manusia sangat wajar mengalami perubahan hormon, selama dalam taraf yang wajar dan tidak mengganggu kesehatan. Namun, kalau perubahan hormon sudah tidak wajar dan mengganggu kesehatan tubuh, sangat disarankan untuk segera memeriksanya ke dokter.

Perubahan hormon ini yang dapat menyebabkan terjadinya mood swing. Umumnya perubahan hormon ini sering dialami oleh perempuan yang sedang mengalami siklus menstruasi, menopause, atau sedang hamil. Setelah melewati siklus ini, umumnya hormon akan kembali normal dan mood juga akan lebih gampang dikendalikan.

  1. Gaya hidup yang kurang sehat

Gaya hidup yang kurang sehat bisa berdampak pada mood kamu nantinya. Orang yang menjaga pola makan, tidur, dan rajin berolahraga akan mempunyai tubuh yang lebih sehat. Sebaliknya, ketika kamu kurang tidur, keesokan harinya kamu akan merasa lemas atau kurang bersemangat.

Hal ini bisa membuat kamu jadi gampang stres saat menghadapi kesulitan di tempat kerja.

Menjaga pola hidup sehat memanglah bukan sesuatu yang mudah, apalagi untuk para pekerja. Akan tetapi, dengan dorongan yang kuat, kamu pasti dapat mengubah pola hidup jadi lebih sehat.

  1. Stres

Faktor lain yang bisa menyebabkan penyebab mood swing adalah keadaan lingkungan sekitarmu yang menyebabkan timbulnya stres. Misalnya, menghadapi kemacetan, kereta yang terlambat datang, dan sebagainya bisa menyebabkan stres. Pekerjaan juga salah satu sumber tekanan yang dapat memperparah level stres kamu.

Bahkan, banyak para karyawan yang mempunyai masalah kesehatan mental di tempat kerja. Saat kamu sedang stres, kebiasaan tidur dan makan juga bisa terganggu.

Hal-hal ini yang akhirnya menyebabkan emosi naik turun.

  1. Gejala kesehatan mental atau fisik yang terganggu

Dikutip dari Alodokter, ternyata mood swing dapat jadi salah satu gejala dari berbagai gangguan kesehatan mental dan fisik, seperti:

  • depresi
  • gangguan bipolar
  • gangguan kepribadian ambang
  • skizofernia
  • ADHD
  • tiroid
  • penyakit jantung

Perlu diingat, jangan sampai kamu mendiagnosis diri sendiri. Informasi ini harus hanya bisa kamu konfirmasi sesudah menjalani beberapa prosedur pemeriksaan oleh dokter.

Apabila kamu mengalami mood swing yang dibarengi dengan beberapa gejala gangguan kesehatan fisik dan mental, kamu harus segera ke tenaga medis.

Cara Mengatasi Mood Swing

Kalau perubahan emosi ini tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, emosi yang naik turun biasanya bisa mereda sendiri tanpa perlu ke dokter. Biarpun begitu, ada beberapa cara tepat yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi dan mencegah munculnya mood swing ini, yaitu:

  1. Memperbaiki kebiasaan tidur

Cara pertama yang dapat mengatasi mood swing adalah dengan memperbaiki kebiasaan tidur. Tidur yang berkualitas sangat menentukan level energi dan kesehatan fisik yang nantinya akan berpengaruh pada mood kamu di tempat kerja.

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Meningkatkan Rasa Percaya Diri di Tempat Kerja

Bila kamu tidak mendapat tidur yang cukup maupun tidur terlalu lama, tubuhmu tidak akan berfungsi dengan baik. Jam tidur yang direkomendasikan adalah 7 sampai 8 jam setiap malam. Apabila kamu kesulitan dalam memperbaiki pola tidur, mungkin kamu bisa mencoba beberapa cara berikut ini:

  • jangan mengonsumsi kafein
  • mengatur pencahayaan kamar
  • menghindari gawai satu jam sebelum tidur
  1. Melaksanakan gaya hidup sehat

Melaksanakan pola hidup yang sehat, seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, konsumsi makanan sehat, dan mengelola stres, bisa membantu menjaga mood tetap stabil.

  1. Membuat mood diary

Kalau kamu sering mengalami emosi yang naik turun, coba untuk perhatikan tiap kali kamu mengalami perubahan suasana hati ini, kapan waktunya dan apa alasannya lalu, kamu catat. Dengan memperhatikan pola-pola tersebut, faktor penyebab mood swing bisa kamu kenali, sehingga kamu bisa menghindarinya.

  1. Berkonsultasi ke psikolog

Untuk mood swing yang parah, sebaiknya kamu konsultasikan ke psikolog. Psikolog bisa membantu kamu untuk mencari penyebab mood swing sekaligus memberikan tindakan yang tepat.

Read More
cara meningkatkan rasa percaya diri di tempat kerja

8 Cara Sederhana Meningkatkan Rasa Percaya Diri di Tempat Kerja

Apakah kamu pernah atau sekarang sedang merasa kurang percaya diri dalam pekerjaan? Lalu, bagaimana cara kamu untuk meningkatkan rasa percaya diri tersebut?

Di dunia kerja, kurang percaya diri merupakan suatu hal yang sering dirasakan oleh pekerja. Menurut Indeed, sebanyak 98 persen dari pekerja di Amerika mengatakan kinerja mereka menjadi lebih baik waktu merasa percaya diri. Hal ini termasuk keterampilan dasar dan semangat kerja.

Kalau kamu mempunyai masalah kepercayaan diri, misalnya sering merasa takut salah waktu diminta melakukan sesuatu oleh atasan atau merasa pekerjaanmu tidak maksimal dan bisa diperbaiki, maka kamu berada dalam artikel yang tepat.

Nah, hal apa saja sih yang penting dilakukan saat menghadapi situasi tersebut? Berikut ini beberapa cara untuk meningkatkan rasa percaya diri, khususnya di tempat kerja.

Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri di Tempat Kerja

  1. Mengevaluasi Kinerja

Cara yang perama untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah dengan melakukan evaluasi kinerja kamu selama ini.

Dikutip dari Forbes, dengan evaluasi kerja kamu akan jadi tahu seberapa jauh kemampuanmu.

Baca Juga: Pengertian dan Manfaat ‘Goal Setting’ di Dunia Kerja

Contohnya, dilihat dari tiga bulan terakhir kamu sudah berhasil melebihi target penjualan yang sudah ditetapkan sebelumnya, karena strategi marketing-mu.

Dari sana, rasa percaya dirimu akan bertambah dan membuat kamu jadi lebih bersemangat dalam bekerja.

  1. Jangan Malu Bertanya ke Atasan

Cara selanjutnya untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah dengan terus bertanya terkait pekerjaan yang kamu masih belum ketahui atau pahami.

Contohnya, kalau ada yang belum kamu mengerti mengenai pembahasan saat rapat. Kamu bisa langsung menanyakan hal yang belum kamu pahami ke atasan atau rekan kerja.

Di saat kamu mempunyai informasi yang cukup dan ada rekan kerja yang lain menanyakan informasi, maka kamu bisa mempunyai jawaban untuk membantunya. Mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tersebut bisa menaikan rasa percaya diri kamu.

  1. Menginfokan Saat Sudah Menyelesaikan Tugas

Dikutip dari Indeed, cara yang tepat untuk menaikan rasa percaya diri saat kerja adalah dengan menginfokan atasanmu kalau kamu sudah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Contohnya, dalam satu hari kamu diberikan beberapa pekerjaan yang harus kamu selesaikan.

Setelah kamu membereskan satu pekerjaan, kamu bisa menginfokan ke atasan kalau kamu sudah menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Dengan begitu, paling tidak kamu sudah menyuarakan diri sebagai seorang individu yang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.

Dengan cara seperti ini, rasa percaya diri perlahan akan meningkat di dalam dirimu, sehingga bisa membuat kamu jadi lebih bersemangat untuk membereskan pekerjaan selanjutnya.

  1. Meminta Feedback dari Atasan

Kamu tidak perlu ragu untuk meminta feedback kepada rekan kerja ataupun atasan.

Hal ini sangat baik dilakukan untuk memperlihatkan kalau kamu peduli mengenai pekerjaanmu dan membuatmu jadi lebih tenang dalam menghadapi pekerjaan.

Baca Juga: Apa itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

Pasalnya, kamu jadi tahu apa yang masih perlu kamu tingkatkan. Secara tidak langsung, hal ini nantinya akan menaikan rasa percaya dirimu di dalam bekerja.

  1. Mempelajari Skill Baru

Di dunia kerja, penting buat kamu untuk bisa menguasai beragam skill penunjang yang bisa meningkatkan produktivitas kerja kamu. Mempelajari skill yang belum kamu kuasai bisa meningkatkan rasa percaya diri kamu nantinya.

Hal ini bisa membuatmu jadi lebih percaya diri kalau menguasai skill baru yang belum kamu kuasai.

  1. Membuang pikiran negatif

Cara selanjutnya yang bisa dilakukan untuk membuat dirimu jadi lebih percaya diri dengan menghilangkan semua pikiran negatif dan mengenyampingkan segala sesuatu yang membuat kamu jadi tidak nyaman. Bila kamu berfikir positif,diharapkan perasaan kamu jadi lebih nyaman, sehingga kamu bisa mengerjakan pekerjaan dengan baik.

Menurut Life Hack, berpikir positif bukan berarti kamu harus terus menghindar atau mengabaikan hal-hal buruk. Bukannya, mengkhawatirkan hal tersebut, kamu bisa memanfaatkan situasi yang berpotensi buruk dengan mencoba melihat sisi positifnya dari masalah yang ada.

Contohnya, kalau kamu termasuk orang yang introvert dan lebih senang bekerja sendiri. Namun, pada suatu waktu kamu harus dipindahkan ke dalam divisi yang senang mengobrol dan berdiskusi. Kalau dilihat satu sisi hal ini seperti masalah untukmu, tetapi kalau kamu coba untuk berpikir positif hal tersebut dapat membantumu waktu membutuhkan teman untuk berdikusi mengenai pekerjaan atau project. Ya, semua itu tergantung bagaimana kamu bisa melihat dari sisi mana dan membuat kamu nyaman.

Contoh lainnya, kamu dapat mencoba untuk meyakinkan dan memberikan semangat ke diri sendiri. Misalnya waktu kamu harus presentasi kerja, kamu bisa meyakinkan dirimu terlebih dahulu, “aku pasti bisa” atau “semuanya akan baik-baik saja”.

Baca Juga: Pengertian Pola Pikir Kreatif dan Bagaimana Cara Meningkatkannya

Namun, hal yang sangat penting adalah mencegah agar kamu untuk tidak selalu mengeluh. Karena mengeluh bisa membuat perasaan jadi kacau dan berpengaruh pada rasa kepercayaan diri.

  1. Mencari Rekan Kerja yang Bisa Memberikan Dukungan

Memperoleh dukungan dari teman juga sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam kerja. Kamu bisa mencari rekan kerja yang mau memberikan suport kepadamu, bukan yang malah menjatuhkan.

  1. Ikut Kegiatan Perusahaan

Rasa tidak percaya diri memang harus dikalahkan dengan tindakan yang nyata. Contohnya kamu dapat ikut dalam kegiatan yang diadakan oleh kantor. Setiap perusahaan umumnya akan membuat kegiatan untuk menaikan kekompakan antarpekerja.

Kegiatan yang buat pastilah sangat beragam, misalnya acara outbound. Di kesempatan ini, kamu bisa bersosialisasi dengan karyawan dari divisi lain. Hal ini cepat atau lambat bisa menaikan rasa percaya diri kamu.

Itu dia beberapa cara yang bisa kamu terapkan untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam kerja. Tetap lakukan hal-hal positif agar kamu bisa meniti karier profesionalmu.

Read More