externship adalah

Tes Kepribadian Saat Melamar Kerja: Yang Bisa dan Tak Bisa Ditanyakan Bos

artikel ini diterjemahkan oleh Diani Apsari

Pernahkah kamu dengar tentang pencari kerja yang diminta untuk menyelesaikan “tes kepribadian”, atau mungkin mungkin mengalami proses ini sendiri?

Pertanyaan dapat berkisar dari yang tidak berbahaya hingga yang sangat pribadi, dengan beberapa pelamar melaporkan ditanya tentang pandangan politik mereka dalam tes tersebut. The Guardian Australia baru-baru ini dilaporkan seorang pencari kerja karena dirinya diminta untuk melakukan tes kepribadian yang mengukur “antusiasme” dan “spiritualitas” seseorang.

Jadi, apa yang bisa dan tidak bisa ditanyakan oleh calon bos dalam tes kepribadian?

Pertanyaan tentang usia, jenis kelamin, ras, orientasi seksual, opini politik, atau disabilitas seseorang, melanggar hukum jika pemberi kerja mengambil keputusan berdasarkan jawaban yang diberikan

Namun, tidak selalu mudah untuk membuktikan, bos benar-benar membuat keputusan berdasarkan respons yang kamu berikan.

Sebagai contoh, katakanlah seorang bos bertanya kepada pelamar pekerjaan dengan disabilitas fisik tentang perubahan apa yang mereka perlukan di tempat kerja untuk mengakomodasi disabilitas mereka, kemudian tidak mempekerjakan mereka karena biaya yang harus dikeluarkan. Pengadilan mungkin akan menyimpulkan hal tersebut sebagai diskriminasi disabilitas.

Baca juga: Awas, Kekerasan Seksual Hantui Perempuan Pelamar Kerja

Rumitnya Undang-undang Anti-diskriminasi

Contoh terang-terangan seperti kasus di atas tidak mungkin terjadi, karena diskriminasi di tempat kerja telah melanggar hukum selama empat dekade; majikan yang cerdas tahu apa yang tidak boleh dilakukan.

Lalu, bagaimana dengan perekrut yang menanyakan apakah kandidat melihat diri mereka sebagai “hidup” atau “energik”? Bisakah pertanyaan ini digunakan untuk menentukan usia, dan kemudian digunakan untuk menolak pekerjaan pelamar yang lebih tua? Ini bisa menjadi diskriminasi usia tetapi tidak mudah dibuktikan.

Jika seseorang menemukan, mereka tidak dipekerjakan meskipun mereka memiliki keterampilan yang tepat tetapi mereka berusia di atas 55 tahun dan tidak menggambarkan diri mereka sebagai “energik”, bagaimana mereka akan membuktikan bahwa usia adalah faktor dalam keputusan ketika merekrut?

Tidak heran banyak orang yang skeptis dalam memberikan berbagai informasi – mereka tidak tahu mengapa pemberi kerja menginginkan informasi ini atau apa yang akan mereka lakukan dengan informasi tersebut.

Undang-undang anti-diskriminasi mengharuskan kandidat untuk membuktikan, alasan mereka tidak dipekerjakan adalah karena kecacatan atau usia mereka. Kecuali jika majikan memberi tahu mereka atau menuliskannya, ini sangat sulit.

Tanpa bukti langsung, kandidat harus meminta pengadilan untuk menyimpulkan bahwa alasan mereka tidak dipekerjakan adalah karena kecacatan atau usia mereka.

Ini merupakan kasus yang mahal, terutama jika ada keterlibatan pengacara di dalamnya. Bahkan jika kandidat menang, pembayaran kompensasi bukanlah dalam jumlah yang banyak. Tidak mengherankan begitu banyak klaim diskriminasi yang diselesaikan atau dilupakan.

Kasus Woolworths

Di Queensland, Australia; bos dilarang mengajukan pertanyaan tentang diskriminasi di mana keputusan yang akan diambil bisa berdasarkan hal itu.

Hal ini menjadi kasus untuk Woolworths pada tahun 2014, ketika seorang pria melamar kerja di SPBU diminta untuk memberikan jenis kelamin, tanggal lahir, dan bukti tertulis tentang haknya untuk bekerja di Australia.

Dia mengajukan pengaduan dan kasus itu didengar di Pengadilan Sipil dan Administratif Queensland.

Woolworths mengatakan perlu tanggal lahirnya untuk merampingkan perekrutan, membantu menentukan apakah dia bisa bekerja di gerai minuman keras dan berapa tingkat gajinya.

Pengadilan menemukan, tindakan Woolworths dalam meminta pelamar pekerjaan untuk memberikan tanggal lahir dan jenis kelamin pada formulir aplikasi online bertentangan dengan bagian 9 dari Undang-Undang anti diskriminasi.

Woolworths bisa mengumpulkan data itu dengan cara lain seperti bertanya apakah dia sudah berusia diatas 18 tahun, dan mengharuskan pencari kerja memberikan bukti jika mereka akan diterima.

Woolworths diperintahkan untuk membayar sebanyak A$5,000 atau sekitar Rp 51 juta.

Pengadilan juga mencatat, pada saat itu, pengadilan telah mengambil langkah-langkah untuk mengubah formulir aplikasi daring, yang telah menjawab semua kekhawatiran pelapor.

Kasus ini tidak melibatkan pengujian kepribadian, tetapi ini menunjukkan bagaimana pemberi kerja harus jelas tentang mengapa mereka mencari informasi pribadi.

Keputusan dalam kasus Woolworths muncul sekitar setahun setelah pria itu melamar pekerjaan, menunjukkan betapa lambat dan beratnya proses pengadilan atau tribunal. Sebagian besar orang tidak akan repot-repot untuk mencoba.

Baca juga: Jangan Datang dengan Kepala Kosong, 4 Alasan ‘Kepoin’ Calon Perusahaan

Ini Soal Bagaimana Informasi Digunakan

Mengumpulkan data statistik tentang tenaga kerja dapat berguna dalam mengatasi diskriminasi jika diikuti dengan tindakan ketika ketidaksetaraan terdeteksi, dan tindakan tersebut dipantau.

Sebagian besar pemberi kerja diharuskan mengumpulkan data tentang komposisi gender tenaga kerja mereka dan melapor setiap tahun ke Badan Kesetaraan Gender Tempat Kerja.

Jika data menunjukkan kurangnya perempuan dalam pekerjaan tertentu, mereka dapat mencatat dan secara aktif merekrut perempuan, atau mendorong perempuan untuk mencari promosi.

Tindakan ini tidak akan dianggap sebagai diskriminasi jenis kelamin selama majikan dapat menunjukkan strategi mereka yang memang dirancang untuk meningkatkan kesetaraan.

Dominique Allen, Associate Professor, Monash University. Sedangkan Arina Apsarini dari Binus University.

 Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Read More
pengertian pola pikir kreatif

Pengertian Pola Pikir Kreatif dan Bagaimana Cara Meningkatkannya

Mempunyai creative mindset atau pola pikir kreatif penting untuk pengembangan diri. Creative mindset ini juga tidak cuma wajib dimiliki oleh para seniman saja. Lebih dari itu, kemampuan ini juga sebetulnya ada pada berbagai ragam profesi.

Dikutip dari creativesdoingbusiness.com, pola pikir kreatif akan sangat membantu kamu nantinya dalam mendapatkan solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Nah, apa itu pola pikir kreatif dan bagaimana cara kita untuk mengembangkannya? Yuk simak rangkuman selengkapnya di bawah ini!

Definisi Pola Pikir Kreatif

Pola pikir kreatif adalah keyakinan yang bersifat personal (personal belief) dari seseorang yang yang memungkinkannya kreatif dalam mencapai tujuan. Dengan creative mindset, akan sangat membantu kamu dalam menemukan cara baru dalam melakukan pekerjaan sehari-hari termasuk dalam menghadapi permasalahan yang ada.

Baca Juga: Kreatif dan Inovatif, Apa Bedanya?

Keyakinan ini dapat muncul dari gaya hidup dan juga pengalaman yang kamu punya. Kalau kamu yakin dengan kemampuan serta potensi diri, kamu akan jadi lebih gampang untuk mempunyai creative mindset.

Dilansir dari verywellmind.com, pola pikir kreatif juga nantinya akan memberikan kamu pengalaman baru yang dapat membantu meraih potensi diri.

Seseorang yang mempunyai creative mindset terbukti lebih andal dalam komunikasi, mencari solusi, dan sangat tekun.

Dengan mempunyai pola pikir ini, tentu kamu juga bisa mengembangkan kemampuan kamu dalam berpikir kreatif atau creative thinking.

Ciri-Ciri Pola Pikir Kreatif

Kamu sekarang sudah mengetahui definisi dari creative mindset. Dalam benak kamu pasti berpikir orang yang mempunyai creative mindset tersebut pasti seseorang yang memiliki sudut padang yang berbeda dari orang lain, serta mempunyai banyak sekali ide dan inovasi.

Nah, berikut ini merupakan ciri-ciri dari orang yang mempunyai pola pikir kreatif.

  1. Mampu membuat banyak ide-ide baru

Orang yang kreatif adalah orang yang mampu membuat ide serta motivasi kerja yang belum pernah ada sebelumnya.

Menciptakan ide baru tentu saja harus didukung dengan kemampuan analisa dan creative mindset. Kalau kamu merasa seperti apa yang disebutkan, selamat kamu mungkin merupakan salah satu orang kreatif.

  1. Bersemangat dan fokus

Orang dengan creative mindset umumnya mempunyai banyak energi baik secara fisik maupun mental.

Mereka betah berjam-jam untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang menyita perhatian dan fokus.

Baca Juga: Apa itu ‘Sense of Belonging’ di Tempat Kerja dan Kenapa Penting

Orang yang kreatif selalu kelihatan bersemangat waktu mengerjakan sesuatu. Mereka lebih imaginatif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan pintar mengatur waktu, kapan waktu untuk bekerja dan beristirahat.

  1. Ceria dan disiplin

Sifat ceria merupakan salah satu tanda kreativitas. Waktu sedang mengerjakan tugas, orang dengan creative mindset akan sangat serius dan rajin.

Mereka tidak suka untuk menunda pekerjaan, dan memastikan pekerjaannya tersebut selesai dengan baik.

  1. Mempertimbangkan berbagai hal sebelum mengambil keputusan

Mempertimbangkan suatu hal terlebih dahulu sebelum bertindak merupakan pemikiran khas orang-orang kreatif. Tidak ada yang namanya bersifat terburu-buru dan ceroboh.

Buat orang-orang kreatif, melihat dari berbagai sudut pandang atas suatu hal adalah hal paling penting, sebelum akhirnya memutuskan langkah selanjutnya yang akan diambil.

  1. Open minded

Orang yang kreatif mempunyai pemikiran yang terbuka dan tidak egois ingin menang sendiri. Ciri khas dari orang kreatif adalah mereka sangat terbuka dengan hal-hal baru dan tidak menolak gagasan atau ide dari orang lain.

Dan juga, orang dengan creative mindset Selalu menghargai perbedaan dan tidak pernah puas dengan pencapaian yang sudah ia raih.

Cara Meningkatkan Creative Mindset

Dikutip dari writingcooperative.com, berikut merupakan beberapa cara untuk bisa menumbuhkan dan meningkatkan creative mindset.

  1. Disiplin ke diri sendiri

Disiplin sangat membantu kamu untuk bisa menghadapi kelemahan serta tantangan personal.

Proses membentuk pola pikir ini memang tidaklah gampang dan butuh waktu yang tidak singkat.

Self-discipline akan menolong kamu untuk memulai proses dimana kamu dapat mencapai creative mindset bahkan waktu tidak berfokus untuk itu.

  1. Menumbuhkan self-awareness

Dalam menumbuhkan creative mindset, sangat penting untuk paham hal-hal yang tepat dan tidak tepat untuk kamu.

Baca Juga: Apa itu ‘Self Acceptance’ dan Pengaruhnya di Dunia Kerja?

Waktu kamu sudah memahami diri kamu sendiri, maka hal tersebut menguntungkan proses untuk membangun creative mindset.

Kamu dapat menentukan cara kerja dan rutinitas yang sesuai dengan preferensi serta kemampuan yang kamu miliki.

  1. Pintar mengatur waktu beristirahat

Biarpun orang dengan pola pikir kreatif kelihatan sangat produktif dan bisa terus membuat ide baru, tapi pastinya mereka juga butuh waktu istirahat.

Terlalu memaksakan diri untuk terus berpikir bisa meningkatkan stres, otak merupakan sumber energi dari tubuh.

Kalau kamu kurang beristirahat, nantinya kamu tidak dapat bekerja dengan efektif. Istirahat cukup juga bantu kamu mendapatkan ide dan informasi dengan baik.

  1. Manajemen distraksi

Orang-orang yang mempunyai pola pikir ini akan lebih baik dalam manajemen distraksi.

Distraksi ini dapat muncul dari lingkungan kerja atau dari pekerjaan lainnya.

Contoh sederhananya, kamu dapat mencoba membereskan pekerjaan yang yang termudah dulu dan menyelesaikannya satu per satu.

Setiap orang pastinya berbeda dalam manajemen distraksi, meski begitu kamu harus mampu menentukan pengaruhnya terhadap pola pikirmu.

  1. Bertemu orang-orang baru

Ini menjadi salah satu cara yang sederhana supaya terbentuk pola pikir yang kreatif. Pasalnya, individu berbeda akan mempunyai sudut pandang yang juga berbeda mengenai segala hal. Ini akan membuatmu tertular untuk selalu mempunyai pola pikir berbeda alias kreatif.

Mendatangi tempat-tempat baru sangat membantu untuk bisa bertemu dengan orang baru pula. Pelajari juga budaya atau norma berbeda yang dapat jadi inspirasi kamu. Tempat baru yang kamu datangin juga mempunyai tantangan yang berbeda. Ini bisa melatih otak menyelesaikan tantangan itu sambil mencari solusinya.

Itu dia beberapa informasi mengenai pola pikir kreatif atau creative mindset. Creative mindset ini akan sangat berguna dalam dunia kerja, terlepas dari bidang apa pun pekerjaanmu.

Read More
kehilangan motivasi kerja

Quiet Quitting: Kenapa Sedikit Kerja itu Bagus untukmu dan Bos

Belakangan di banyak perusahaan (termasuk melalui platform Zoom, Teams, dan Slack), karyawan dan manajer diam-diam membahas tentang tren “great resignation”. Istilah tersebut merujuk pada fenomena meroketnya jumlah pekerja yang mengundurkan diri setelah pandemi COVID-19 pecah.

Di Inggris, misalnya, jumlah pekerja yang mengundurkan diri melonjak tajam selama 2021. Seperlima pekerja berencana keluar dari pekerjaannya untuk mencari kondisi kerja yang lebih memuaskan dan upah yang lebih baik.

Jika kamu tidak puas dengan pekerjaanmu, tapi tidak punya pilihan untuk keluar atau mencari alternatif pekerjaan yang menarik, kamu mungkin bisa mencoba melakukan “quiet quitting”. Tren untuk sekadar bekerja sesuai ekspektasi minimum ini viral di TikTok dan menggaung di kalangan pekerja muda.

Hal ini juga membuat frustrasi para manajer. Beberapa menyampaikan kekhawatiran bahwa karyawannya akan malas-malasan.

Akan tetapi, quiet quitting bukanlah untuk menghindari pekerjaan, namun agar kita tidak lupa bahwa ada kehidupan yang bermakna di luar kantor.

Dalam dua dekade terakhir, banyak orang di seluruh dunia terjerumus dalam kultur overwork (bekerja terlalu banyak), bahkan terkadang sampai mewajarkan bekerja tanpa dibayar (unpaid labour). Setelah melewati berbagai resesi hingga pandemi, Milenial dan Generasi Z sering kali tidak mendapatkan peluang kerja dan keamanan finansial yang sama dengan orang tua mereka.

Banyak profesional muda – bahkan mereka yang sekadar ingin berkarir secara pelan tapi pasti – kini harus berkutat dengan kontrak kerja yang tak pasti, ketidakpastian kerja, dan membanting tulang untuk bisa membeli rumah yang layak. Di antara mereka, ada yang terus lembur dan bekerja habis-habisan demi mengamankan promosi dan bonus – dan itu pun tetap belum cukup.

Penelitian yang dilakukan Deloitte menunjukkan, anak muda semakin mencari fleksibilitas dan makna dari pekerjaan yang mereka jalani, serta keseimbangan dan kepuasan dalam hidup mereka – mungkin sebagai respons atas kekecewaan mereka terhadap iklim kerja saat ini. Banyak profesional muda kini menolak “hidup untuk kerja”. Mereka tetap bekerja, tapi menjaga agar pekerjaan tidak mengontrol mereka.

Bekerja dengan kapasitas minimal mungkin terkesan asing. Namun, kamu (dan bosmu) tidak perlu takut untuk melakukan quiet quitting. Bisa jadi hal ini bagus untukmu.

Baca juga: Kerja Berlebihan, Diglorifikasi Padahal Bikin Perempuan Merugi

Bekerja Lebih Sedikit Baik untuk Kesehatan Mental

Sejumlah studi menemukan, work-life balance (keseimbangan kerja dan hidup) berkaitan dengan kesehatan mental di berbagai jenis pekerjaan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh situs reviu pekerjaan Glassdoor terhadap 2.017 pekerja di Inggris pada 2021, menemukan lebih dari separuh respondennya merasa mereka memiliki work-life balance yang buruk.

Quiet quitting bisa menjadi upaya untuk mengembalikan keseimbangan ketika pekerjaan mulai merayap masuk ke waktu personalmu.

Ini juga bisa jadi cara untuk membantu kamu agar tidak lagi beranggapan, nilai dirimu sepenuhnya ditentukan oleh karier dan pekerjaan. Ketika yang kamu miliki hanya pekerjaanmu, kemungkinan kamu akan menilai dirimu hanya dari pekerjaan tersebut.

Jika kamu merasa mengalami kegagalan dalam pekerjaan, seperti tidak mendapatkan promosi atau penghargaan atas pencapaianmu, bisa jadi kamu kemudian menginternalisasi hal ini menjadi kegagalan personal. Ini dapat meningkatkan kecemasan, membuatmu terus-terusan khawatir tentang bagaimana caranya meningkatkan kinerjamu.

Seringkali, orang-orang merespons ini justru dengan melakukan lebih banyak pekerjaan. Ini semakin memperparah perilaku kerja berlebihan dan rasa rendah diri, layaknya lingkaran setan.

Baca juga:WFA dan Work-life Balance Bagi Pekerja Perempuan: Mungkinkah Terjadi?

Bahaya Burnout

Kondisi kerja yang semakin buruk bisa menyebabkan burnout.

Pada 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengakui burnout sebagai fenomena pekerjaan. Gejalanya berupa perasaan terkuras, kelelahan, bersikap sinis, secara mental absen dari kerjaan, dan kinerja yang memburuk.

Burnout merupakan risiko besar dari bekerja terlalu banyak. Hal ini juga memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan fisik, emosional, dan mental.

Burnout merupakan hal yang merugikan bagi individu maupun pemberi kerja. Orang-orang yang mengalami burnout berujung mengambil cuti dari kantor, atau bekerja lebih sedikit dari kapasitas maksimal mereka.

Di sini, quiet quitting dapat menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan personal, sehingga dapat mencegah terjadinya burnout.

Baca juga: Berbagi Peran Domestik: Lebih Banyak Dibahas Daripada Dilakukan

Hubungan yang Lebih Baik di Tempat Kerja

Penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang bahagia cenderung lebih produktif dan aktif. Hal ini dapat membantu pekerja untuk fokus dan hadir sepenuhnya secara mental ketika bekerja.

Orang yang merasa bahagia cenderung lebih ramah dan terbuka. Ini dapat membangun pertemanan di tempat kerja – banyak orang beranggapan hal ini adalah faktor signifikan yang mempengaruhi apakah mereka senang bekerja di suatu tempat. Fokus quiet quitting untuk hanya melakukan pekerjaan yang menjadi tugasmu saja, juga dapat meredam perasaan untuk terus membanding-bandingkan dirimu dengan rekan kerja.

Terbangunnya pertemanan di tempat kerja menumbuhkan rasa memiliki yang bisa meningkatkan loyalitas dan kinerja. Hal ini bisa meningkatkan produktivitas, yang tentunya mendatangkan laba lebih tinggi.

Quiet quitting dapat menjadi layaknya “great liberation” (rasa merdeka yang sangat besar) untuk merespons “great resignation”.

Dengan cara ini, orang-orang menolak kerja berlebihan dan menghindarkan diri dari burnout, serta memilih keseimbangan dan kesenangan. Mereka membuat batas agar identitas dan nilai diri mereka tidak terikat pada produktivitas pekerjaan mereka.

Daripada cemas terhadap berkurangnya produktivitas, para bos harus bisa menggunakan gerakan “quiet quitting” untuk mendukung kesejahteraan karyawannya. Mendorong keseimbangan kerja dan hidup bisa menjadi cara untuk memberitahu pekerja bahwa mereka dihargai – sehingga menghasilkan keterlibatan, produktivitas, dan loyalitas.

Dengan “quiet quitting”, semua orang mendapat untung.

Nilufar Ahmed adalah Dosen Senior di Social Sciences, CPsychol, FHEA, University of Bristol.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Read More
pengertian dan contoh pekerja kreatif

Apa itu Pekerja Kreatif dan Siapa Saja Mereka?

Kalau kamu mau punya pekerjaan yang tidak repetitif, bebas mengeluarkan ide-ide kreatif, menjadi pekerja kreatif bisa dijadikan opsi.

Pekerja kreatif (creative worker) identik dengan pekerjaan yang selalu membutuhkan kemampuan berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Tujuannya tak lain adalah agar menghasilkan ide baru dan cemerlang.

Selain itu, yang unik dari creative worker, umumnya adalah kelonggaran jam kerja, dan kemudahan untuk menyelesaikan tugas dari mana saja. Mereka tak perlu harus macet-macetan di jala

Apakah kamu berminat menjadi creative worker? Yuk, cari tahu lebih detail mengenai pekerja kreatif di bawah ini.

Pengertian Pekerja Kreatif

Pekerja kreatif adalah pekerja yang mempunyai kreativitas tinggi, sehingga dapat membuat karya unik atau dapat menciptakan kebaruan.

Baca Juga: Bisa Kerja dari Mana Saja yang Kamu Pilih, Tertarik Jadi ‘Digital Nomad’?

Dikutip dari Lawinsider.com, creative worker di antaranya, yakni artis, desainer, content creator, atau penulis.

Di era serba digital kini, peluang menjadi seorang pekerja kreatif sangatlah terbuka. Selama kamu diberkahi bakat mendesain gambar, menjadi pengisi suara di iklan, dan suka tantangan, tak ada salahnya melakoni profesi ini.

Contoh Creative Worker

Sudah disinggung sebelumnya, creative worker bukan cuma mereka yang bekerja sebagai artis saja. Para pekerja kantoran pun ada yang bisa dikategorikan sebagai creative worker. Adapun creative worker kantoran salah satunya bekerja di digital agency.

Selain itu, siapa saja yang dapat disebut sebagai pekerja kreatif? Dikutip dari Targetcareers.co.uk, berikut ini beberapa contohnya:

  1. Content Creator

Dikutip dari Campus.quipper.com, content creator membuat berbagai materi konten, baik yang berupa tulisan, gambar, video, suara, maupun gabungan dari beberapa di antaranya. Konten-konten yang sudah berhasil dibuat ini, umumnya akan dimuat dalam berbagai platform digital, misalnya YouTube, Instagram, Facebook, dan TikTok.

Baca Juga: Afirmasi Positif dalam Pekerjaan dan Apa Pentingnya

Seiring perkembangan kebutuhan, perusahaan sudah mulai mempekerjakan content creator. Keberadaan mereka penting untuk mendukung agenda-agenda publikasi di perusahaan tersebut.

  1. Desainer

Menurut Zippia.com, desainer adalah seseorang yang yang mampu menciptakan sesuatu berdasarkan imajinasi serta kreativitas yang ia miliki. Dari rancangan baju, merek dagang, bahkan UI/UX design sekali pun.

  1. Penyiar radio

Salah satu karier yang lumayan populer di industri kreatif adalah penyiar radio. Jadi penyiar radio cukup menyenangkan karena bisa melakukan interview dengan musisi dan tokoh lain yang terkenal.

  1. Fotografer

Fotografer sudah menjadi salah satu bidang profesi yang diperlukan dalam segala jenis kegiatan usaha, apa lagi di industri kreatif. Sebagai creative worker, fotografer diminta untuk bisa melakukan sesi pemotretan produk supaya kelihatan menarik dan lebih menjual.

  1. Seniman

Pekerja kreatif ini dapat berasal dari kalangan mana saja. Seniman bisa diartikan sebagai seseorang yang berlatih maupun menunjukan seni kreatif, seperti sineas film, penari, atau aktor.

Kalau punya teman yang bisa membuat gambar ilustrasi dan sering melakukan open commission, berarti ia juga merupakan contoh creative worker.

Kurator yang membuat acara pameran bisa disebut sebagai pekerja kreatif.

  1. Arsitek

Profesi terakhir bisa masuk ke dalam industri kreatif adalah arsitek. Pasalnya, butuh kreativitas tinggi untuk membuat suatu desain rumah, menata tata letak barang, pencahayaan serta detail lainnya.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Tidak cuma kreativitas, arsitek juga harus belajar ilmu pengetahuan mendalam mengenai bidang ini, mulai dari material, pengukuran skala, dan masih banyak lagi lainnya.

Dapat kita simpulkan kalau creative worker adalah seseorang yang bekerja pada industri kreatif atau pekerjaan yang berhubungan erat dengan berpikir kreatif.

Baik yang bekerja di perusahaan, atau yang memilih solo, jangkauan pekerja kreatif sudah sangat banyak sekarang ini.

Itulah penjelasan pekerja kreatif dan beberapa contoh karier kreatif yang bisa kamu coba tekuni.

Sebelum kamu kamu memutuskan untuk menjadi creative worker, kamu juga perlu untuk mempersiapkan kemampuan yang dibutuhkan.

Dengan begitu, kamu akan jadi lebih siap dalam menjalani profesi sebagai pekerja kreatif.

Read More
membuat minutes of meeting template sederhana

‘Minutes of Meeting’, Bagaimana Cara Membuatnya?

Untuk memastikan tak ada hal penting yang terlewat didokumentasikan, setiap meeting mesti mempunyai minutes of meeting (MOM). Catatan rapat ini seyogyanya dibuat secara terstruktur, rapi, dan dikerjakan oleh satu orang. 

Jika minutes of meeting ini absen, maka sangat mungkin timbul kesalahan, bahkan berpotensi mengulang kembali perbincangan. Alhasil, momen meeting kamu jadi tak efektif dan efisien. Kamu enggak mau, kan, repot-repot mengulang meeting?

Tulisan ini membahas apa itu minutes of meeting dan bagaimana cara yang tepat dalam membuatnya? 

Apa Itu Minutes of Meeting?

Dikutip dari Indeed.com, minutes of meeting adalah catatan yang dibuat selama meeting berlangsung. Sebagai catatan tertulis resmi, itu dibuat supaya pembahasan penting dalam rapat bisa terekam dan diaplikasikan dengan baik.

Baca Juga: Apa itu ‘Zoom Fatigue’ dan Bagaimana Cara Menghadapinya?

Di setiap rapat, biasanya ada satu orang yang ditujuk untuk membuat catatan ini. Ia harus dipastikan mampu dalam mencatat hasil rapat dengan cepat, serta andal meringkas seluruh hal penting dalam rapat.

Catatan ini nantinya akan diberikan kepada semua peserta rapat, termasuk ke pemimpin perusahaan. Karena itulah minutes of meeting harus dibuat dengan benar.

Catatan ini biasa berisikan tujuan rapat, apa saja ide yang didapat, lalu kesimpulan.

Fungsi Minutes of Meeting

Jadi, apa fungsi dari MOM ini? Jawabannya sebenarnya sederhana, yaitu menjadi pengingat buat para peserta rapat.

Setelah rapat selesai dan kembali ke ruangan masing-masing, setiap peserta umumnya akan disibukan dengan pekerjaan yang lain. Itulah yang bisa menyebabkan mereka jadi lupa dengan apa yang sudah dirapatkan sebelumnya.

Baca Juga: Dear Karyawan, Kamu Layak Dapat Insentif Jika…

Jenis Minutes of Meeting

Menurut Eafinder.com, minutes of meeting yang akan kamu susun itu tergantung pada jenis meeting-nya. 

1. MOM untuk rapat formal

Jenis rapat yang formal misalnya rapat tahunan atau rapat umum pemegang saham, maka MOM perlu dibuat lebih dibuat dengan lebih teliti. Pun, perlu memperhatikan bahasa penulisan dan struktur dengan baik.

Namun, biasanya perusahaan sudah menyiapkan template minutes of meeting untuk rapat formal.

2. MOM untuk rapat Informal

Rapat ini yang umumnya diadakan mingguan atau bulanan dan yang sering kamu ikuti. Dalam hal ini, kamu bisa membuatnya tidak perlu menggunakan bahasa yang baku. Namun, catatan tersebut harus tetap berisi informasi yang akurat serta detail.

Cara Membuat Minutes of Meeting

Sebenarnya cara untuk membuat minutes of meeting di setiap perusahaan pasti berbeda-beda. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kebijakan di tempat kerja kamu sekarang. Dikutip dari Thebalancecareers.com, umumnya MOM dapat dibuat dalam tiga langkah berikut ini.

1. Sebelum Rapat Dimulai

Sebelum rapat dimulai, ada beberapa hal yang perlu kamu persiapkan dan salah satunya adalah alat yang nyaman kamu pakai untuk menulis MOM.

Ada banyak opsi yang bisa kamu pilih, misalnya memakai laptop, smartphone, atau cukup menggunakan buku catatan.

Sebaiknya, kamu memilih alat yang paling nyaman kamu gunakan untuk menulis dengan cepat. Selain itu, pastikan pula gawai yang kamu pilih bisa berfungsi dengan baik.

Persiapkan juga buku catatan dan pulpen untuk cadangan, jaga-jaga apabila ada kendala pada gawai yang kamu pakai.

Baca Juga: Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Setelah menentukan alat yang akan kamu gunakan dalam membuat catatan, sebaiknya kamu membaca terlebih dahulu agenda rapat nantinya. Cari tahu apa yang akan dibahas, sehingga kamu mempunyai gambaran lebih jelas.

2. Saat Rapat Berlangsung

Waktu rapat sudah dimulai, kamu akan disibukan dengan proses mencatat. Supaya kamu bisa mencatat dengan lancar, kamu tidak perlu mencatat semua yang disampaikan oleh peserta rapat. Kamu cukup membuat semacam ringkasan dari pembahasan tersebut yang berisikan poin-poin penting.

Selain itu, pastikan juga kamu mengenal nama dari setiap peserta agar dapat mengetahui siapa yang sedang berbicara, serta menuliskan nama mereka yang memberikan ide. Hal ini pastinya akan memudahkan kamu dalam membuat catatan.

3. Setelah Rapat

Sesudah rapat, kamu perlu merapikan lagi catatan yang sudah kamu buat. Biasanya karena terlalu cepat menuliskannya biasanya akan ada salah pengetikan.

Pada hasil akhir minutes of meeting, jangan lupa menuliskan nama perusahaan, jabatan setiap peserta, jenis rapat, serta tujuan rapat. Lalu, baca kembali catatan yang sudah dibuat agar tidak ada typo.

Selain itu, kamu bisa meminta bantuan peserta yang lain untuk memeriksa apakah ada poin yang lupa kamu catat.

Terakhir, kamu bisa menyerahkan hasil minutes of meeting kepada atasan kamu atau orang yang bertanggung jawab dalam rapat tersebut.

Read More
pengertian serta manfaat sense of belonging

Apa itu ‘Sense of Belonging’ di Tempat Kerja dan Kenapa Penting

Apakah kamu pernah merasa tak cocok bekerja di kantor yang sekarang? Jika jawabanmu iya, ini mungkin karena kamu tak punya sense of belonging. Apa itu?

Sense of belonging merupakan rasa memiliki seseorang saat menjadi anggota kelompok atau organisasi. Rasa memiliki ini ternyata bisa memengaruhi kesehatan mental serta fisik kamu. Saat merasa tidak sendirian, kamu bisa menjadi lebih tangguh dan mudah mengatasi permasalahan di lingkungan kerja.

Karena itulah sense of belonging punya peran yang sangat penting untuk semua orang. Supaya bisa memahami apa itu sense of belonging, manfaat, serta cara membangunnya di tempat kerja, yuk simak rangkuman fakta yang sudah Magdalene rangkum untukmu berikut.

Pengertian Sense of Belonging

Dikutip dari Diversity.cornell.edu, sense of belonging adalah kebutuhan emosional untuk merasa diterima menjadi bagian organisasi. 

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Memberikan Motivasi untuk Rekan Kerja

Bila tak ada rasa memiliki, akan sangat mungkin membuat orientasi kerjamu cuma soal uang, tanpa memikirkan aspek yang lain, seperti inovasi atau kemajuan perusahaan. Dengan rasa memiliki, kamu akan jadi lebih termotivasi.

Manfaat Sense of Belonging

Di bawah ini beberapa manfaat kalau kita memiliki sense of belonging.

1. Membuat Lingkungan Kerja Sehat

Bila semua orang dapat menerima satu sama lain, maka dapat tercipta suasana kerja yang ramah serta menyenangkan. Ini berbeda ketika ada satu karyawan yang merasa diasingkan atau tidak dianggap bagian tim. Hal ini dapat berujung terciptanya lingkungan kerja yang toxic kalau dibiarkan berlarut-larut.

2. Sense of Belonging Menciptakan Semangat Kerja yang Baik

Seseorang yang mempunyai rasa memiliki akan mempunyai semangat untuk mengembangkan dirinya, termasuk lebih produktif dalam bekerja. Rasa memiliki dapat menjadi pendorong buat seseorang bekerja dengan maksimal, secara kreatif, dan juga secara profesional. Karena itu, sense of belonging mempunyai manfaat untuk mengembangkan etos kerja menjadi lebih baik.

3. Terciptanya Kerja Sama Tim yang Baik

Rasa memiliki merupakan salah satu faktor penting dalam terbentuknya kerja sama tim, terutama untuk menaikkan efektivitas kolaborasi di dalam tim.

Baca Juga: Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Kamu tidak akan merasa terpaksa untuk memberikan hasil yang terbaik, kalau benar-benar merasa menjadi bagian dari suatu tim.

Bagaimana Cara Membangun Sense of Belonging?

Sense of belonging adalah sesuatu yang dapat kamu bentuk sendiri dari dalam diri, berikut ini ada beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan.

1. Menerima Perbedaan

Dikutip dari Gartner.com, melatih diri agar jadi lebih open-minded membantu kamu untuk bisa menerima perbedaan. Apalagi, buat kamu yang bekerja di suatu perusahaan, pastinya akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda latar belakang dan budaya.

Dengan menerima perbedaan, dengan tidak sadar kamu juga dapat menaikkan rasa memiliki dengan teman di kantor.

2. Mencoba Lebih Sabar

Untuk bisa menerima perbedaan, kamu perlu yang namanya kesabaran. Di sisi lain, kamu sabar juga untuk memperoleh penerimaan, kepedulian, ataupun bantuan dari rekan kerja yang lain.

3. Berbagi Hobi atau Passion

Di tempat kerja, pasti ada teman kamu yang mempunyai hobi atau passion yang sama denganmu.

Contohnya, jika kamu senang dengan olah raga futsal, kamu dapat mengajak rekan kerja dengan hobi yang sama untuk bermain bersama setelah pulang kerja di Jumat sore misalnya.

Dengan begitu, kedekatan yang terbentuk ini sangat dapat membantu kamu meningkatkan rasa memiliki karena kamu semakin merasa menjadi bagian dari mereka.

4. Jangan Menutup Diri

Yang perlu dihindari dalam menumbuhkan sense of belonging adalah menutup diri. Kalau kamu merasa kurang dilibatkan dalam tim, coba untuk berusaha lebih inisiatif mengatasi masalah tersebut.

Jangan sampai kamu menjauhi teman kerja yang lain, dan malah berpikiran negatif, karena pikiran-pikiran buruk akan menghambat kamu dalam bekerja.

Baca Juga: Apa itu ‘Self Acceptance’ dan Pengaruhnya di Dunia Kerja?

Kamu dapat bertanya dengan sopan ke rekan satu timmu. Apabila tidak memperoleh solusi, kamu dapat mencoba mendiskusikannya ke atasan kamu atau orang lain yang dapat kamu percayai di kantor.

5. Menemukan Tujuan di Tempat Kerja

Jika memiliki tujuan dalam bekerja, tentu semangat kamu bukan karena untuk mencari uang saja. Apalagi kalau kamu merasa perusahaan dapat membantumu mencapai tujuan tersebut. Kamu akan merasakan adanya keterikatan dengan visi dan misi perusahaan.

Ini merupakan langkah yang penting untuk dorong kamu menaikkan rasa memiliki di tempat kerja.

Dari seluruh penjelasan di atas, bisa terlihat kalau sense of belonging merupakan hal yang akan sangat bermanfaat di dunia kerja kalau berhasil kamu tumbuhkan.

Read More
pengertian retail therapy penghilang stres

Apa itu ‘Retail Therapy’: Aku Belanja maka Aku Ada

Saat pikiran sedang sumpek, beberapa orang memilih menghibur diri dengan cara belanja. Dari sana munculah istilah retail therapy. Terapi ini dipilih karena dinilai bisa mengatasi suasana hati yang buruk dengan cepat.

Magdalene merangkum fakta-fakta tentang apa itu retail therapy itu. Apa saja keuntungan serta sampai batas mana belanja bisa menjadi terapi stres.

Apa itu Retail Terapy?

Dikutip dari Webmd.com, retail therapy adalah keadaan di mana kamu memutuskan untuk berbelanja agar merasa lebih baik. Masih dari sumber yang sama, sebanyak 62 persen orang yang berbelanja bertujuan untuk menyenangkan diri sendiri. Sisanya, sebanyak 28 persen pilih berbelanja untuk merayakan sesuatu.

Baca Juga: ‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

Pertanyaannya, apakah benar menghabiskan uang untuk belanja bisa membantu seseorang merasa lebih baik? Dikutip dari Health.clevelandclinic.org, psikolog klinis Scott Bea sepakat. Menurutnya, menambahkan barang ke keranjang ketika belanja online atau datang langsung ke toko favorit di mal selama beberapa jam, bisa memberikan dorongan psikologis dan emosional. Dalam hematnya, belanja online bisa membuat kamu merasa jauh lebih bahagia.

Manfaat Retail Therapy

Dikutip dari Webmd.com, ada beberapa manfaat retail therapy asal dilakukan secara sewajarnya dan tidak berlebihan. Keuntungan yang dimaksud antara lain:

  1. Membantu Kamu Merasa Pegang Kendali

Kesedihan sering dihubungkan sebagai sebuah perasaan yang tidak bisa kita kontrol. Para ahli mengatakan, membeli barang-barang yang kamu senangi, bisa 40 kali lebih efektif dalam memberi rasa kendali dalam hidup dibanding tidak berbelanja sama sekali.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

  1. Interaksi sosial

Belanja ke luar rumah seperti ke mal akan membuat kamu bertemu dengan orang lain. Momen seperti ini dapat menjadi medium kamu untuk berinteraksi sosial.

Meskipun kamu pergi sendirian, kamu akan tetap bertemu dengan orang lain di jalan atau saat mengantri di kasir. Kegiatan belanja masih dapat mempunyai sisi-sisi interaksi dengan masyarakat.

  1. Menabung Bisa Jadi Terapi

Saat kamu memilih untuk menabung untuk membeli suatu barang yang kamu idam-idamkan, ini dapat melepaskan hormon dopamin yang dapat menjadi aspek terapeutik bagi pelakunya.

  1. Mengalihkan Stres

Keluar rumah dan pergi berbelanja dapat mengalihkan pikiran kamu dari apa pun yang membuat kamu jadi stres dan sedih.

Dengan melihat-lihat barang yang dipajang dengan menarik di toko, ternyata dapat membawa kamu menjauh dari realita yang sedang dihadapi. Hal ini juga berlaku saat kamu memilih belanja secara online. Produk yang di foto sedemikian menarik di halaman penjual akan mengalihkan perhatian kamu dari rasa stres.

  1. Memberikan Rasa Bahagia

Kamu bisa memperoleh dorongan emosional dan psikologis dari mendatangi department store atau bahkan browsing toko online.

Hal tersebut punya hubungan erat dengan produksi hormon dopamin dalam otak yang akan datang waktu kamu berbelanja. Tetapi kadang-kadang tidak perlu sampai kamu harus belanja, cukup memasukan barang ke keranjang di akun e-commerce itu bisa memancing otak untuk melepaskan hormon dopamin, dan membuat kamu merasa lebih baik.

Tips Retail Therapy Supaya Tidak Kebablasan

Sekarang kamu sudah tahu apa itu retail therapy dan apa manfaatnya. Namun kamu harus tetap berhati-hati saat melakukan kegiatan ini. Jika tidak, bukannya bisa mengobati suasana hati kamu tapi malah kamu harus menghadapi permasalahan baru yaitu pengeluaran jadi tidak terkendali atau impulsive buying.

Berikut ini beberapa tips sederhana yang bisa kamu coba waktu melakukan retail therapy.

  1. Buat Catatan Barang yang Diinginkan dan Dibutuhkan

Tips pertama kamu bisa membuat catatan yang isinya barang-barang yang kamu dibutuhkan dan diinginkan. Jadi waktu kamu mulai berbelanja dalam rangka retail therapy, barang tersebut dibeli bukan karena kepingin saja. Tapi ada unsur kebutuhan juga. Dengan membuat batasan seperti ini, kamu akan terhindar dari penyesalan setelah membeli barang ujung-ujungnya tidak kamu pakai.

  1. Pikirkan dengan Matang Sebelum Akhirnya Membayar

Melakukan retail therapy bukan berarti jadi alasan buat kamu untuk bisa membeli banyak barang supaya menghilangkan stres. Coba pikirkan dengan matang, kalau kamu membeli barang ini, kamu merasa bahagia atau enggak.

Baca Juga: ‘Sunday Scaries’: Rasa Cemas Hari Minggu yang Serang Pekerja

Kalau kamu masih enggak yakin, lebih baik kamu tunggu beberapa waktu sebelum akhirnya membeli barang tersebut. mudah bukan?

  1. Tentukan Anggaran yang Akan Kamu Gunakan untuk Retail Therapy

Jangan sampai kamu overspending bikin pengeluaranmu membengkak. Apalagi kalau kamu sampai menghabiskan limit kartu kredit. Kamu harus sesuaikan anggaran yang akan kamu pakai untuk belanja. Jangan sampai kamu jadi lebih besar pasak daripada tiang.

  1. Mencari Diskon atau Promo

Retail Therapy berbahaya kalau dilakukan tanpa perhitungan. Namun, itu sangat mungkin memberikan keuntungan lantaran membantumu jadi konsumen pintar.

Seperti situasi sekarang ini banyak toko online atau offline yang memberikan banyak diskon dan promo. Jadi kamu harus pintar-pintar memilih tempat belanja untuk retail therapy, toko mana yang lebih banyak memberikan promo. Kesehatan mental terjaga, dompet pun aman.

Read More
apa itu morning person

Menjadi Seorang ‘Morning Person’: Tips untuk Memulai Hari dengan Semangat

Pernah enggak kamu bangun tidur dengan perasaan nyaman, dan tak sabar menjalani kegiatan di hari itu? Jika iya, mungkin kamu adalah tipikal morning person. Secara umum istilah ini merepresentasikan orang-orang yang terbiasa bangun pagi dan langsung beraktivitas. Orang-orang tipe ini biasanya ajek membuat jadwal aktivitas dari pagi hari.

Ya, kita tahu, bangun di pagi hari memang terasa susah untuk beberapa orang. Belum lagi ketika ia harus menyelesaikan pekerjaannya sampai larut malam. Padahal faktanya bangun pagi punya sejumlah manfaat. Kamu jadi punya waktu yang lebih banyak untuk menyiapkan diri, sebelum akhirnya beraktivitas. Tentu ini bakal membuat badan kamu jadi lebih sehat.

Kami merangkum fakta-fakta morning person untuk kamu. Yuk, disimak.

Pengertian Morning Person

Morning person adalah istilah dari Bahasa Inggris untuk orang-orang yang terbiasa bangun dan mempunyai energi besar dan penuh di pagi hari. Morning person umumnya akan langsung bersemangat melakukan aktivitas harian seperti membalas surel kantor atau pekerjaan rumah tangga di pagi hari.

Sementara itu, kebalikan dari morning person, night owl adalah tipe orang merasa lebih semangat dan aktif pada malam hari, bahkan menjelang pagi.

Menurut Risescience.com, hal yang membuat seseorang menjadi morning person atau night owl adalah siklus alami tubuh serta genetik.

Baca Juga: Terlalu Banyak WFH, Awas Bahaya ‘Cabin Fever

Manfaat Menjadi Morning Person

Berikut manfaat menjadi morning person atau orang yang terbiasa bangun pagi.

1. Menjadi Morning Person dapat Menaikkan Daya Kritis Otak

Bangun lebih awal tidak akan membuat tubuh kamu jadi lebih sehat, tapi otak juga lebih rileks dan jadi lebih optimal dalam bekerja. Penelitian yang dikutip dari Livestrong.com membuktikan, bangun lebih pagi membuat kemampuan problem solving meningkat.

2. Meningkatkan Produktivitas Kerja

Bangun pagi bisa membantu kamu untuk mengatur jadwal dan aktivitas dengan baik. Dengan kondisi tubuh dan pikiran yang masih segar, kamu dapat memulai pekerjaan dengan fokus. Hal ini berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja.

Baca Juga: Agar Tetap Produktif Meski Kerja dari Rumah

3. Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental

Dilansir dari Insider.com, morning person cenderung mempunyai mental serta fisik yang sehat.

Serta mengurangi risiko kamu terkena diabetes, membantu menurunkan berat badan, juga lebih sehat secara mental.

Kamu pun mempunyai jam tidur yang lebih berkualitas karena rutinitas bangun pagi dan tidur bergeser lebih awal pada malam hari.

4. Menjadi Morning Person Membuat Tidur Lebih Nyenyak

Penelitian dari Appalachian State University menunjukkan, orang yang terbiasa bangun pagi akan memiliki tingkat kelelahan yang tinggi, dibanding mereka yang bangun siang. Sehingga, kualitas tidur pun akan membaik pada malamnya.

5. Kamu Lebih Berenergi Sepanjang Hari

Menurut Lifehack.org, kalau kamu terbiasa bangun pagi, kamu juga akan merasa lebih berenergi sepanjang hari. Karena kamu jadi bisa berolahraga sebelum memulai aktivitas.

Berolahraga dapat membuat tubuh melepaskan endorfin yang memberikan dorongan besar untuk merasa lebih baik sepanjang hari.

Bagaimana Cara Menjadi Morning Person?

Melihat manfaat yang bisa diperoleh dari menjadi morning person, tidak ada salahnya kalau kamu mencoba untuk mengikutinya. Untuk menjadi seorang morning person, kamu dapat mencoba beberapa cara berikut ini:

1. Ubah Jam Tidur

Tidur malam yang nyenyak sangat penting untuk kesehatan. Sangat disarankan untuk mulai tidur dari 20 menit hingga dua jam lebih awal setiap malam. Selama beberapa waktu, pindahkan rutinitas malam hari kamu lebih awal dan usahakan untuk segera membereskannya sebelum jadwal tidur.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

2. Membuat Rutinitas Pagi

Selain mengubah jam tidur, kamu juga perlu yang namanya morning routine. Kamu dapat melakukan olahraga ringan, membuat list pekerjaan, atau menyiapkan sarapan sebelum berangkat kerja.

Hal-hal ini bisa membuat kamu jadi disiplin waktu sudah bangun di pagi hari.

3. Letakkan Alarm Jauh dari Jangkauan Tangan

Untuk bisa menjadi morning person, sangat disarankan untuk menaruh alarm jauh dari jangkauan tangan. Ketika alarm berbunyi, rata-rata orang dengan otomatis menekan tombol snooze. Kebiasaan ini bisa merusak ritme tidur dan berpotensi membuat kamu terbangun dalam kondisi lelah.

Karena itu, bagusnya meletakan alarm di tempat yang mengharuskan kamu berjalan sedikit dari tempat tidur untuk mematikannya. Cara ini bisa mengundang otak untuk aktif dan mencegah kamu untuk tidur kembali.

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Memberikan Motivasi untuk Rekan Kerja

4. Mengatur Jam Makan

Apabila kamu ingin tidur dan bangun lebih awal, kamu harus menyesuaikan jam makan agar tidak terlalu malam. Jangan mengkonsumsi kopi serta makan berlebihan sebelum tidur, karena bisa membuat kamu terjaga dan kesulitan untuk tidur.

5. Hindari Tidur Siang

Biasanya orang kalau sudah tidur di siang maka akan susah mengantuk di malam harinya.

Alhasil, sangat disarankan untuk menghindari tidur siang. Tubuh yang tidak mendapatkan istirahat di siang harinya cenderung akan lebih cepat lelah dan mengantuk di saat malam hari. Manfaatkan itu untuk tidur lebih cepat supaya bangun bisa lebih pagi.

Read More
pengertian zoom fatigue

Apa itu ‘Zoom Fatigue’ dan Bagaimana Cara Menghadapinya?

zoom fatigue – Kasus COVID-19 mulai meningkat, sehingga banyak perusahaan mengevaluasi (lagi) sistem kerja mereka. Pekerja yang dulu harus menghabiskan waktu lima hari seminggu, kini diminta bekerja dari rumah (work from home (WFH)). Tak sedikit juga perusahaan yang mengganti kebijakan menjadi WFH secara permanen. Ada juga yang memilih sistem kerja hybrid atau memadukan antara kerja dari rumah dan kantor.

Meski bisa memangkas waktu perjalanan karena tidak perlu ke kantor, WFH tak selamanya menyenangkan. Apalagi hampir semua komunikasi dan rapat dilakukan lewat zoom atau aplikasi video conference lain. Rapat lewat zoom yang dilakukan sepanjang hari juga bisa bikin sakit kepala (zoom fatigue).

Kenapa zoom fatigue bisa terjadi? Bagaimana cara tepat menangani zoom fatigue? Yuk, kita bahas selengkapnya di bawah ini!

Pengertian Zoom Fatigue dan Penyebabnya

Dikutip dari Psychology Today, zoom fatigue adalah perasaan sangat lelah karena terlalu sering memakai aplikasi meeting online atau obrolan video. Meski istilah ini memakai kata Zoom, tetapi zoom fatigue sendiri juga mencakup orang-orang yang menggunakan aplikasi video conference lain, misalnya skype, google meet, dan yang lainnya.

Baca Juga: Apa itu ‘Cultural Fit’ dan Manfaatnya untuk Para Pekerja?

Penyebab dari zoom fatigue sudah diteliti oleh Profesor Jeremy Bailenson, pendiri Stanford Virtual Human Interaction Lab (VHIL). Dari hasil penelitian yang dimuat di jurnal Technology, Mind and Behavior pada 2021. Di antaranya:

  1. Tubuh jarang bergerak

Ketika kita melakukan percakapan lewat telepon atau audio, kita masih dapat berjalan-jalan atau setidaknya kita masih bisa bergerak. Namun, saat rapat lewat video dan menyalakan kamera, maka mau tidak mau kita harus berada di posisi yang sama supaya kamera bisa menjangkau kita.

Posisi kita yang hanya duduk dan melihat layar, membuat perasaan penat dan pegal gampang muncul. Belum lagi ada adanya faktor radiasi cahaya dari layar serta pencahayaan ruangan yang memengaruhi penglihatan.

  1. Kontak mata yang terlalu lama serta jarak yang terlalu dekat dengan layar

Sudah banyak penelitian yang menyebut layar ponsel maupun komputer punya dampak yang buruk pada mata kita. Jika dalam meeting tatap muka, kita dapat mengalihkan kontak mata sebentar pada orang-orang di sekitar, hal itu tidak bisa dilakukan dalam meeting online.

Selain itu, saat tengah berperan jadi pembicara di meeting, kamu hanya bisa melihat tampilan antarmuka dalam jarak dekat. Hal itu membuat seakan-akan seluruh pandangan terarah kepada kita. Keadaan tubuh yang harus standby di depan komputer juga membuat kita seolah diawasi oleh orang lain. Inilah kenapa kamu selalu khawatir dan bisa jadi sampai stres.

  1. Terus menerus melihat diri sendiri layaknya sedang bercermin di sepanjang meeting

Dalam hasil penelitiannya, Bailenson juga menyebutkan efek dari zoom meeting yang membuat kita terus menerus melihat diri sendiri seperti sedang bercermin. Ada kecenderungan lebih khawatir tentang bagaimana diri kita dilihat dari oleh orang lain. Sementara, saat bertemu langsung, kita hanya bisa melihat orang lain.

Baca Juga: Apa itu ‘Self Acceptance’ dan Pengaruhnya di Dunia Kerja?

Ia melanjutkan bahwa kekhawatiran akan penampilan di depan orang lain itu bisa menimbulkan dampak negatif secara emosional. Apalagi jika orang tersebut sudah punya masalah kepercayaan diri. Hal ini membuat orang seringkali memaksakan diri dan berpikir keras untuk mengatur cara bergerak atau merespons. Jika harus berhadapan dengan layar komputer seharian saja sudah melelahkan, apalagi jika terus memikirkan tampilan kita di hadapan orang lain.

Cara Sederhana yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Lelah karena Meeting Online

Meski zoom fatigue diakibatkan berbagai macam faktor, namun’ bukan berarti tidak bisa diatasi. Berikut tips yang sudah dirangkum Magdalene.

  1. Cobalah sedikit-sedikit menggerakan tubuh saat meeting

Untuk mengatasi rasa pusing karena harus zoom meeting berjam-jam, cobalah untuk menggerakkan badan sedikit-sedikit agar tidak kaku. Kamu bisa memulai dengan berjalan di sekitar rumah atau peregangan secukupnya.

Saat sedang bergerak, ujar Professor Jeremy Bailenson, kamu dapat mematikan mode kamera sesaat. Jika kamu punya waktu banyak akan lebih baik untuk berolahraga ringan.

  1. Kurangi kontak mata dengan peserta rapat yang lain

Agar tidak terlalu stress karena terus-terusan terjadi kontak mata ketika meeting, kamu bisa mencoba untuk mengecilkan layar zoom kamu, sehingga peserta rapat jadi terlihat lebih kecil. Kamu pun jadi bisa membatasi kontak mata dan bisa mengurangi rasa terintimidasi.

  1. Kurangi durasi video conference

Supaya kamu tidak merasa lelah karena sering melakukan meeting online, kamu dapat mencoba mengurangi durasi meeting online. Caranya sebelum meeting berlangsung, kamu dapat membuat rangkuman tentang poin-poin yang akan kamu sampaikan.

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Memberikan Motivasi untuk Rekan Kerja

Selain itu, kamu bisa mengusulkan efektivitas meeting dengan peserta meeting lebih sedikit. Sebab, terlalu banyak peserta akan membuat kewalahan dan tidak efektif. 

  1. Hindari multitasking dan pilih di tempat yang tenang

Mengerjakan pekerjaan lain saat kamu dengan melakukan video conference akan membuat pikiran terbagi. Hal itu akan berpotensi membuatmu cepat lelah. Untuk menghindarinya kamu bisa mengurangi kegiatan lain dan fokus pada hal-hal yang akan disampaikan pada saat rapat. 

Selain itu, sudah banyak penelitian yang membuktikan, multitasking justru membuat kita mudah burnout karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu.

Read More
apa itu self acceptance dan pengaruh di dunia kerja

Apa itu ‘Self Acceptance’ dan Pengaruhnya di Dunia Kerja?

Kamu pernah merasa benci pada diri sendiri, mencela, dan meragukan kemampuan? Atau pernahkah kamu merasa belum selesai dengan diri sendiri? Jika jawabannya iya, bisa jadi kamu belum melakukan self acceptance. Ini adalah hal penting agar kamu bisa terus bertumbuh sebagai manusia, khususnya tumbuh di lingkungan kerja.

Magdalene telah merangkum fakta-fakta soal self acceptance dan apa saja pengaruhnya di dunia kerja. Yuk, simak selengkapnya!

Arti Self Acceptance

Menurut Huffpost.com, self acceptance atau penerimaan diri, baik dalam aspek positif atau negatif. Orang yang mengenal yang jadi kekurangan serta kelebihannya serta berlapang dada dan menerimanya, bisa jadi ia sudah menerapkan penerimaan diri. 

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Masih Diabaikan, Perusahaan Perlu Buat Perubahan Kebijakan

Manfaat Menerima Diri Sendiri

Penerimaan diri membuat kamu lebih mengenal kelebihan serta kekurangan yang kamu miliki. 

Selain itu, kamu juga bisa lebih berdamai dengan fakta bahwa kamu tidak bisa lepas dari ketidaksempurnaan. Proses berdamai inilah yang digadang-gadang berpengaruh baik untuk kesehatan mental.

Menerima diri sendiri juga berperan penting dalam interaksi sosial. Kamu akan jauh lebih percaya diri dan gampang diterima oleh orang lain. Kamu juga sadar setiap orang memang diciptakan berbeda-beda.

Baca Juga: Beda Generasi Milenial dan Generasi Z di Dunia Kerja

Dalam kondisi ketika kamu sedang mencari pekerjaan, hal ini akan terasa berguna sekali. Sebab biasanya, kelebihan dan kekurangan diri adalah pertanyaan wajib yang dilontarkan HRD. Jika kamu sudah mengenali kelebihan dan kekurangan, bukankah ini bisa membantumu lolos dalam interview kerja, bukan?

Ada manfaat lain yang bisa didapat ketika legowo menerima diri. Salah satunya, kamu akan tampil lebih positif, yakin dengan kemampuan yang kamu miliki, dan tetap sehat mental. Interaksi kamu dengan orang lain juga bakal relatif baik, karena penerimaan diri mengerek kepercayaan serta respons saat menerima kritik.

Namun, mengakui kekurangan diri itu bukan sesuatu yang gampang. Kamu perlu belajar untuk mencapainya, mengambil setiap kesempatan, dan terus membuka diri terhadap peluang dan hal-hal baru.

Pengaruh Self Acceptance di Dunia Kerja

Selain manfaat yang sudah disampaikan di atas, ada beragam manfaat lain dari menerapkan self acceptance di tempat kerja:

  1. Bisa menerima kritik atau masukan

Di kehidupan sehari-hari, tampaknya tidak ada orang yang sepenuhnya senang mendapatkan kritik. Meski begitu, kita tetap perlu mengantisipasi ketidaknyamanan menuai kritik dalam dunia kerja.

Sebab, kritik semacam ini dapat menyakitkan hati, apalagi jika kamu merasa sudah bersusah payah melakukan sebuah pekerjaan. Kritik juga akan terasa semakin tidak menyenangkan, kalau sampai membuat kamu jadi ragu dengan kemampuan sendiri.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dengan menerapkan self acceptance, kamu kamu jadi lebih mengenal diri dengan baik. Menerima diri sendiri di sini bukan cuma menerima kekurangan, namun kamu juga mampu untuk memperbaikinya.

Menurut, Thebalancecareers.com, kritik yang diberikan oleh rekan kerja atau atasan bukan berarti mereka tidak senang denganmu secara personal, tetapi sebagai umpan agar kamu berbenah jadi lebih baik.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Bila kamu sudah menerima diri sendiri, kritikan yang kamu dapat bisa kamu terima dengan suka cita. Tak ada emosi negatif, dan sebaliknya kamu justru punya hasrat kuat untuk memperbaiki diri.

  1. Menjadi lebih profesional 

Menerima diri sendiri membantumu dalam mengatur emosi. Kamu jadi tidak akan gampang terpengaruh oleh emosi negatif yang berasal dari luar pekerjaan. Hal ini akan membuatmu jadi lebih profesional.

  1. Membawa efek positif ke lingkungan kantor

Self acceptance tidak cuma memberikan pengaruh ke diri sendiri, namun juga orang sekitar.

Bila kamu selalu tampil positif, dan selalu yakin dengan kemampuan diri, itu tentu dapat memicu orang di sekitar untuk merasakan hal yang sama terutama, rekan kerjamu.

Read More