Trauma Finansial Bebani Perempuan, Apa Jalan Keluarnya?

Besarnya kesenjangan gender membuat perempuan cenderung mengalami stres finansial dibandingkan laki-laki. Artinya, mereka lebih berisiko mengkhawatirkan kesejahteraan di hari tua, karena tidak memiliki uang yang cukup.

Akademisi Australia, Gary Neil Marks mencatat dalam risetnya yang bertajuk Income Poverty, Subjective Poverty and Financial Stress (2005), penyebab kekhawatiran ini memang karena pendapatan perempuan lebih rendah. Hal ini tak berlaku bagi laki-laki.

Berdasarkan riset Salary Finance, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang membantu pekerja mengembangkan kesehatan keuangan, 68 persen dari perempuan generasi milenial, tidak menabung lantaran penghasilannya hanya cukup untuk bertahan hidup.

Melihat kondisi tersebut, Dan Macklin, CEO Salary Finance menyampaikan beberapa faktornya.

“Perempuan menerima penghasilan lebih sedikit dibandingkan laki-laki, tidak diberikan akses pinjaman, memiliki dampak dari cuti hamil, dan berpotensi mengalami serangan panik akibat masalah keuangan,” tuturnya dilansir NBC News.

Karena itu, perempuan juga cenderung mengalami trauma finansial, yakni menurunnya kondisi fisik, emosional, dan kognitif akibat mengalami kerugian finansial, atau stres akut karena sumber penghasilannya tidak mencukupi.

Umumnya, seseorang mulai mempertanyakan keamanannya secara finansial, walaupun sebenarnya mereka memiliki dana yang mencukupi kebutuhan hidup dalam beberapa bulan. Penyebabnya adalah pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pendapatan dalam jangka waktu berkepanjangan. Contoh konkretnya adalah pandemi yang memengaruhi seluruh sektor pekerjaan.

Hal ini dialami oleh Etun, 32, wiraswasta yang perusahaannya bekerja sama dengan pemerintah, termasuk dalam menyelenggarakan acara. Namun, pandemi membuat semuanya terhenti. Sampai di pertengahan, event hybrid seperti wisuda online bermunculan, meskipun nilainya tidak besar.

Awalnya, kondisi ini tidak begitu memengaruhi Etun dan suaminya, tetapi pandemi yang tak kunjung selesai, membuatnya terpaksa merumahkan sebagian karyawan, dan menggaji sisanya berdasarkan proyek.

“Dulu kami masih bisa gaji 12 karyawan pakai tabungan, tapi setengah tahun berjalan, akhirnya nyerah. Malah Mei kemarin kita shock tahu-tahu punya utang hampir dua miliar,” ceritanya pada Magdalene, (29/11). Karenanya, tidak ada harta yang tersisa selain rumah, motor, mobil, dan perhiasan.

Melansir Refinery29, trauma finansial tidak melulu terjadi setelah mengalami sebuah insiden.

Fenomena ini pun dialami people pleaser, atau seseorang yang berusaha menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Karena tak dimungkiri, sebagian orang melihat uang sebagai kekuatan, kekuasaan, jaminan hidup, dan penanda kesuksesan.

Alhasil, keberhargaan diri sering diartikan dengan jabatan pekerjaan dan jumlah uang yang dimiliki, hingga berusaha menunjukkannya ke kerabat. Misalnya mentraktir di restoran mewah atau membelikan barang bernominal tinggi.

Pada kesehatan, baik fisik maupun mental, trauma finansial berdampak pada sistem saraf, memicu stres dalam wujud sesak napas, kecemasan, kelelahan, sakit kepala, hingga hilang ingatan.

Baca Juga: Anak Muda Rentan Terjerat Utang Saat Pandemi, Ini Cara Hindarinya

Etun menceritakan, saat itu kesejahteraan hidupnya sangat terganggu. Perempuan yang juga bekerja sebagai peneliti di sebuah perguruan tinggi itu merasa energinya terkuras, tidak tenang, dan tidak terpikirkan untuk melakukan aktivitas menyenangkan.

“Bayangkan aja, saya sampai meninggalkan pekerjaan itu selama tiga bulan untuk jadi full-time mother, karena asisten rumah tangga harus diberhentikan,” ucapnya.

Sementara bagi keuangan, dampaknya berupa kurangnya penghasilan, berlebihan dalam menggunakan uang, serta menghindar dan menolak dari perbincangan finansial untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Namun, kondisi tersebut bukan sesuatu yang tidak dapat dicegah atau ditangani. Untuk mengatasinya, berikut kami merangkum lima cara agar perempuan terlepas dari jeratan trauma finansial.

1. Kenali Emosi dan Perasaan

Langkah awal adalah mengenali emosi dan perasaan, penyebab seseorang mengalami stres dan trauma atas peristiwa yang terjadi. Ini karena ia perlu memahami cara pandangnya dan bagaimana selama ini ia memperlakukan uang, apakah derajatnya dilihat berdasarkan status sosial dan kekayaan, atau alat pembayaran ini bukan tolok ukur harga diri.

Pun stres berpengaruh pada kesehatan tubuh dan cara berperilaku. Oleh sebab itu, Chantel Chapman, peneliti trauma finansial, pendidik, dan Co-Founder The Trauma Money Method, mengatakan, hal-hal yang terjadi pada tubuh juga perlu diperhatikan agar seseorang dapat meregulasi sistem saraf.

“Napas perlahan, sadari lingkungan sekitar dengan kelima panca indera; apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan,” ujarnya kepada Refinery29. Setelah itu, barulah seseorang mampu mengevaluasi pola pikir dan relasinya dengan uang. 

Kemudian, ia menyalurkan perasaannya di dalam jurnal dan menemukan ada banyak hal yang ingin disampaikan. Berdasarkan pengalamannya, kini Chapman menganggap uang sebagai bagian kecil dalam hidupnya, dan tidak mendefinisikan keberhargaannya.

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan di Industri Jasa Keuangan

2. Belajar Mengontrol Pikiran

Saat mengalami trauma finansial, seseorang cenderung khawatir dan fokus terhadap materi yang tidak dimiliki, sehingga menimbulkan rasa takut tidak dapat keluar dari situasi tersebut. Untuk mengatasinya, diperlukan abundance thinking atau cara berpikir yang melihat adanya sumber daya dan potensi bagi setiap orang, agar dapat menemukan peluang dalam kesulitan dan hambatan, serta mengubahnya menjadi kreativitas.

Menurut Psychology Today, langkah awal mengontrol pikiran adalah menyadarinya berpotensi untuk mengelabui atau mempertanyakan hal-hal yang dipikirkan. Dengan demikian, ketenangan bisa didapatkan dan mulai berpikir rasional. Pun ini salah satu cara memulai mindfulness, atau memusatkan perhatian pada situasi saat ini.

Sementara, Ted DesMaisons, penulis dan mindfulness teacher di Stanford University’s Continuing Studies Program AS mengatakan, pikiran kita berdampak pada tubuh, sehingga kesadaran merupakan kunci untuk memberdayakan diri. Itulah sebabnya melatih mindfulness dapat mengubah regulasi emosi dan pengambilan perspektif.

Karena stres menyita pikiran dan membuat lelah, terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan agar lebih rileks, seperti olahraga selama 30 menit, meditasi, mengobrol dengan orang lain, atau aktivitas apa pun yang menyenangkan.

3. Cari Dukungan dari Teman atau Profesional

Bukan hanya sebagai teman berbagi, membuka diri kepada orang-orang di sekitar mampu memperluas perspektif dan bersikap optimis, bahwa setiap orang memiliki masanya dalam menghadapi kesulitan finansial.

Apalagi, memiliki dukungan sosial mampu mengubah reaksi seseorang terhadap stres yang disebabkan trauma finansial. Selain itu, pengalaman dan cara mereka mengatasinya dapat dijadikan pembelajaran.

Linda Gallo, ilmuwan dan akademisi di San Diego State University, AS menjelaskan kepada American Psychological Association, “Secara keseluruhan, dukungan sosial penting untuk mengatasi stres, sekaligus menjaga kesehatan dan kesejahteraan.”

Karena itu, Etun dan suaminya mencoba rekonsiliasi dengan berdiskusi untuk mencari jalan keluar, mengingat sebelumnya mereka cenderung emosional dan berargumentasi dengan kuat dalam menghadapi permasalahannya.

Namun, bantuan profesional dapat menjadi opsi lainnya apabila stres dan kepanikan sudah mendominasi pikiran dan kesehatan mental.

Baca Juga: ‘Squid Game’: Mereka yang Bertaruh Nyawa demi Cuan

4. Cari Sumber Pendapatan Baru dan Rencanakan Masa Depan

Ketika seseorang berada dalam kondisi trauma finansial, mereka akan mengupayakan cara bertahan hidup dan melihat jangka panjang, seperti mencari sumber pendapatan baru. Cara ini dilakukan oleh Etun dan suaminya, dengan investasi crypto pada Agustus lalu.

“Kita mulai dengan modal Rp20 juta, itu cukup untuk bertahan sehari-hari dan ambil keuntungan Rp2 juta per bulan. Tapi kan masih ada kewajiban besar untuk bayar utang, akhirnya sertifikat rumah digadaikan, motor dan mobil juga ditarik sama pihak yang kita utangi,” katanya. Pada akhirnya, di pertengahan September, utang tersebut telah dilunaskan dan asetnya dapat dikembalikan, sehingga kini kondisi finansialnya jauh lebih baik.

Namun sebelumnya, susun daftar kesulitan finansial yang paling mencemaskan, rencana anggaran belanja, serta langkah-langkah yang bisa menghasilkan stabilitas keuangan. Pun saat ini Etun tengah riset dan mengupayakan bisnis yang bertahan, meskipun terdapat kejadian besar seperti pandemi.

Apabila tetap tidak mampu membayar tagihan, Verywell Mind menyarankan menghubungi bank atau perusahaan kartu kredit, untuk menjelaskan kondisi finansial agar mereka mengatur rencana pembayaran sesuai kemampuan.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah membuat rencana keuangan dan menabung untuk masa pensiun, sekalipun jumlahnya kecil. Tidak hanya mempersiapkan kebutuhan hidup, melansir Forbes, menabung juga memberikan harapan akan berhasil melalui kesulitan finansial sekaligus mempersiapkan diri apabila tidak ada penghasilan yang diperoleh.

Pun mengetahui keinginan dan menyadari kondisi finansialnya membuat trauma finansial lebih mudah diatasi.

Read More
ibu pekerja

Demi Anak, Aku Berhenti Bekerja

“Bunda, Bunda, kapan di rumah aja?”

Hati ibu mana yang nggak nyes ketika anaknya bertanya seperti ini saat ia harus bekerja? Pengalaman macam ini juga dirasakan Nadya, seorang perempuan pekerja, akhirnya memilih berhenti bekerja untuk mengurus anaknya di rumah.

Awalnya Nadya mencoba untuk menjalani keduanya, tetapi hal ini semakin berat sebab kantornya tidak melakukan work from home.
Bagaimana Nadya menjalani kehidupannya sebagai ibu pekerja dan akhirnya memutuskan untuk menjadi full time ibu rumah tangga?

Yuk simak kisah selengkapnya yang dituturkan oleh influencer Ibuk Okke (Mamamolilo) seorang influencer yang fokus pada isu parenting.

Read More

Pilihan Perempuan

Baca cerita sebelumnya di sini.

pilihan perempuan untuk mengejar mimpi
pilihan perempuan buat mengejar mimpi
pilihan perempuan untuk berkarier

Kembali lagi dengan episode terbaru #KomikCeritaIndah.

Kali Indah sedang ada waktu luang dan akhirnya bisa berkumpul dengan teman-teman perempuannya. Mereka mengambil pilihan hidup yang beragam. Ada Indah yang tetap berusaha berkarier sambil mengurus Salma, temannya ada yang lanjut sekolah, lalu ada juga yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Semuanya punya konsekuensi masing-masing.

Indah dan teman-temannya ini merupakan contoh pertemanan yang saling menghargai dan mendukung tanpa perlu membandingkan hidup siapa yang paling berhasil.

Pilihan perempuan yang ingin berkarier memang bukan jadi pilihan yang gampang. Seperti kita ketahui, hidup memang mengenai sebuah pilihan yang kita buat, termasuk untuk lebih memilih untuk karier.

Salah satu pilihan perempuan yang sekarang ini sering dialami adalah kepentingan kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan. Sementara, dua hal tersebut bisa dibilang sangat penting buat semua orang dan keputusan itu pun menjadi sangat susah buat ditentukan, khususnya perempuan.

Akan tetapi, enggak berarti pilihan perempuan yang sulit ini enggak bisa diputuskan, akan tetapi banyak yang harus di pikirkan sebelum akhirnya memilih prioritas yang dianggap paling penting.

Belum lagi, kalau mendengarkan pendapat orang di sekeliling, yang sering kali berpendapat yang tidak mengenakan. Belum lagi, pertimbangan mengenai tanggapan orang sekitar perihal keputusannya yang sering kali tidak mengenakkan hati.

Dikutip dari Times of India, berikut alasan sebagian perempuan yang memilih karier dibanding masalah percintaan.

Diumur 20an rata-rata orang pasti ingin memakai waktunya buat menjelajahi kehidupan, atau mencoba hal baru, begitu juga dengan perempuan.

Di jaman sekarang ini, menjadi momen yang tepat buat perempuan karier untuk membangun dan mengejar kariernya, sekaligus menggali apa yang ingin mereka dapatkan dalam hidup mereka sendiri.

Karenanya, banyak dari mereka akhirnya menghabiskan waktu buat bekerja, apa lagi bekerja yang sesuai passion mereka.

Hal ini menjadi pilihan perempuan untuk melajang supaya bisa mengejar mimpi yang belum tercapai. Karena mereka pikir bila akhirnya berkeluarga akan susah buat mengejar mimpinya lagi.

Read More
pendanaan pengusaha perempuan

Seret Pendanaan Si Pengusaha Perempuan

Jadi pengusaha perempuan itu, apalagi yang sedang merintis usahanya, ternyata lebih sulit dari bayangan Zena, seorang pengusaha perempuan yang saat ini memiliki online shop aksesoris dan dekorasi dinding.

Awal merintis usahanya, ia menghadapi berbagai macam tantangan, salah satunya terkait akses ke pendanaan. Saking sulitnya, ia mesti berstrategi dengan ayahnya agar pengajuan bantuan dananya dikabulkan. Tidak hanya itu, Zena juga sering kali mendapat omongan miring soal pilihannya untuk membuka usaha.

Bagaimana ya kisah Zena dalam menghadapi berbagai tantangan ini? Yuk simak cerita selengkapnya yang dituturkan oleh pengusaha, Gita Sjahrir.

Read More

Perempuan Melawan Kekerasan

Kembali lagi dengan #CeritaKomikIndah. Kali ini ada Dewi yang ditugaskan meliput berbagai kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan. Mulai dari korban pelecehan oleh dosen, hingga kekerasan emosional oleh suami. Selayaknya kami yang sering kali merasa sedih ketika mendengar berbagai kasus kekerasan yang dialami perempuan, Dewi pun merasa turut prihatin dan tidak berdaya setelah mewawancarai narasumbernya.

Read More
CIta-ita Tak Direstui Orang Tua

Gapai Cita-Cita Meski Dilarang Orang Tua

“Ngapain kamu jadi jurnalis? Sering pulang malem, kayak perempuan enggak bener aja. Nanti malu diomongin tetangga.” 

Sudah lama Debbie, seorang editor media online, bercita-cita menjadi jurnalis. Akan tetapi dari awal, sang ibu sangat menentang cita-citanya itu. Alasannya, sang ibu menganggap pekerjaan tersebut sangat berbahaya dan enggak pantas untuk perempuan. 

Akibatnya, Debbie sering cekcok dengan ibunya dan hal ini menyebabkan kesehatan mental Debie terganggu. 

Walaupun menghadapi berbagai tantangan, Debbie tetap melanjutkan cita-citanya bekerja di media. Bagaimana ya, cara Debbie menghadapi tantangan tersebut? Yuk kita dengar kisah Debbie selengkapnya yang dituturkan oleh aktivis feminis, Agri Merinda.

Read More

Demi Membuktikan Diri

Halo! Kita kembali lagi dengan #ceritakomikindah . Kali ini, Indah tengah curhat soal pekerjaan pada suaminya setelah ia diangkat sebagai manajer di perusahaanya. Sering kali, ketika perempuan naik jabatan ke posisi strategis, mereka dituntut untuk serbabisa dan menjadi pemimpin yang sempurna. Tak peduli ia sudah berkeluarga dan punya tanggung jawab juga di luar urusan kantor, perempuan kerap tetap harus berhadapan dengan tuntutan untuk membuktikan bahwa mereka mampu menunjukkan performa seoptimal mungkin di tempat kerja.

Padahal, idealnya kantor menyadari bahwa perempuan memiliki beragam tantangan dalam kesehariannya dan perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan yang inklusif, serta mendorong perkembangan karier perempuan.
Read More

Diremehkan, Apakah Aku Se-useless Itu?

Pernah nggak sih di sebuah rapat, kamu sedang menyampaikan pendapat, tapi kolegamu malah menertawakan dan merendahkan pendapat kamu? 

Pasti kita sedih banget saat pekerjaan dan keberadaan kita di kantor diremehkan. Rasanya pengen cepet-cepet resign karena udah nggak tahan lagi berada di lingkugan kerja kayak begitu. 

Hal ini sering dirasakan oleh para pekerja, salah satunya Syufra. Ketika baru terjun ke dalam isu humanitarian, atasannya sering kali meremehkan Syufra, dan membuat dirinya merasa sangat useless. 

Tapi, ada satu titik yang mengubah hidup Syufra dan membuat ia kembali bangkit. Yuk simak cerita Syufra yang dituturkan oleh musisi Dira Sugandi.

Read More

Perempuan Kerja, Buat Apa?

Kembali lagi dengan #KomikCeritaIndah.

Setelah Indah diangkat jadi manajer di perusahaannya, ternyata ia harus menghadapi atasannya yang cukup otoriter dan kurang berempati. Meski sesama perempuan, atasannya itu menuntut Indah untuk pulang lebih larut karena sudah jadi manajer, padahal Indah juga harus mengurus Salma.

Apa yang dialami Indah ini mungkin juga dialami oleh banyak orang di luar sana. Meski perempuan bisa berkarier sampai jadi pemimpin, belum tentu mereka paham tentang berbagai tantangan yang dialami pekerjanya dan berempati, termasuk ke sesama pekerja perempuan.

WomenLead #WomenLeadbyMagdalene.

Read More

Ada Predator di Newsroom Kami

Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di ruang redaksi media.

Rena, seorang pekerja media perempuan mengalami kekerasan seksual  saat ia bekerja di sebuah media. Dengan berbagai modus termasuk dengan dalih pekerjaan, pelaku melakukan kekerasan seksual berkali-kali kepada Rena. 

Ironisnya, media tersebut dikenal sebagai media yang memberitakan ketidakadilan serta kekerasan seksual, namun abai terhadap keamanan redaksinya sendiri dari kekerasan seksual dan tidak memiliki SOP terkait hal ini.

Simak kisah Rena yang dituturkan oleh news anchor dan aktris, Azizah Hanum dalam podcast Women, Work & Untold Stories.

Read More