Sudah Setara?

Baca cerita sebelumnya di sini.

kesenjangan upah antara laki dan perempuan
kesenjangan upah di kantor
kesenjangan upah antara cewek dan pria
kesenjangan upah yang masih terjadi di Indonesia
kesenjangan upah antar gender di indonesia

Kembali lagi dengan cerita keluarga Indah. Kali ini, ada cerita dari Dewi yang sudah mulai kerja sebagai jurnalis.

Ketika ia ingin menulis tentang kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja, isu tersebut malah dianggap nggak “seksi”. Selain itu, atasannya juga beranggapan bahwa masalah kesenjangan upah tidak terjadi di Indonesia, seiring dengan bidang pekerjaan yang sudah mulai terbuka untuk perempuan.

Padahal realitasnya, data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS 2020 menunjukkan bahwa perempuan menerima upah 23 persen lebih rendah dari laki-laki. Walaupun sama-sama mengantongi ijazah sarjana, rata-rata perempuan mendapat gaji sebesar Rp3,7 juta, sementara laki-laki bisa mencapai Rp5,4 juta.

Read More

Perempuan itu Harus…

Baca cerita sebelumnya di sini.

Ketika perempuan memilih bekerja di luar rumah
perempuan memilih bekerja dan suami dukung
perempuan memilih bekerja di kantor
seorang perempuan yang memilih bekerja

Kembali lagi dengan serial cerita Indah. Kali ini, Indah lagi kumpul keluarga. Selayaknya om dan tante yang kadang suka nyebelin nanya “kapan nikah”, “kapan lulus”, atau “kapan punya anak”, saudara-saudara Indah juga mulai nyinyir karena melihat Indah contoh perempuan yang memilih bekerja dan harus ke kantor. Sementara, suaminya di rumah menjaga anak karena bisa work from home.

Beruntungnya Indah punya suami yang suportif, sehingga ia tidak merasa keberatan saat orang memandang sebelah mata dirinya yang lebih banyak di rumah.

Situasi seperti Indah mungkin juga dialami oleh banyak orang di luar sana. Ketika perempuan memilih bekerja di luar rumah, ia akan diberi beragam pesan tentang bagaimana sebaiknya menjadi “perempuan yang baik”. Padahal, tidak ada yang salah jika seorang ibu ingin menjalani kariernya selama itu hal yang ia inginkan, dan dibicarakan dengan pasangan.

Read More

Yang Muda Yang Menopang

Baca cerita sebelumnya di sini.

Sandwich Generation sekarang ini sudah sering di bahas
kategori traditional sandwich generation berusia 40-50 tahun
komik tentang Sandwich Generation

Sebagian dari kita mungkin banyak yang menjadi sandwich generation, atau berada dalam posisi yang harus menghidupi keluarga kecil kita dan juga menghidupi orang tua. Karena beban berlapis ini, ada beberapa hal yang akhirnya kita korbankan untuk kesenangan diri kita sendiri demi kebahagiaan keluarga dan orang tua kita.

Ketika kamu merasa lelah dengan situasi ini, tidak apa-apa loh untuk bercerita dengan pasanganmu seperti yang dilakukan oleh Indah dan pasangannya. Jangan lupa juga untuk memberikan waktu jeda untuk memikirkan dirimu sendiri dan beristirahat.

Tapi apakah kamu sudah tahu tentang sandwich generation? dikutip dari raizinvest.id sekarang istilah ini memang melekat ke kaum millennial, apa lagi mereka yang sudah menikah dan punya anak. Yuk kita coba bahas lebih mendalam, apakah kamu salah satunya?

Istilah sandwich generation pertama kali muncul pada tahun 1981 yang diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller , seorang professor di Universitas Kentucky, Amerika Serikat. Mereka yang masuk dalam generasi sandwich adalah mereka yang punya tanggung jawab untuk membiayai anak serta orang tuanya. Yang mengakibatkan, generasi ini menjadi mudah stress karena keadaan terjepit yang mereka alami, dan stress ini dapat memberikan efek buruk buat keluarga serta lingkungan sosialnya.

Ada tiga jenis sandwich generation:

Generasi sandwich tradisional


Traditional sandwich generation ada di rentang umur 40 sampai 50 tahun. Mereka ini harus masih menanggung anaknya secara finansial. Tetapi di sisi lain mereka juga harus menanggung serta mengurus orangtua mereka yang sudah lanjut usia.

Generasi club sandwich


Mereka yang termasuk generasi ini berada di umur 50 sampai dengan 60 tahun, dan mereka masih punya beban secara finansial untuk mengurus orang tua mereka yang sudah lanjut usia serta anak mereka yang sudah dewasa, bahkan sampai ke cucu.

Buat yang sudah berumur 30 sampai 40 tahun juga bisa masuk ke kategori ini dan sudah menikah serta sudah punya anak, tetapi harus mengurus orangtua serta kakek-nenek mereka.

Open-faced sandwich generation


Open-faced sandwich generation adalah orang-orang yang bekerja merawat lansia. Sekarang ini diperkirakan ada 25% orang yang mengalami fase ini dalam hidupnya.

Read More

Memahami Ibu Baru

Baca cerita sebelumnya di sini.

memahami ibu baru
Seorang ibu baru harus kembali bekerja ke kantor
ibu baru yang kembali bekerja
indah sudah menjadi ibu baru
Kembali lagi dengan episode terbaru dari perjalanan Indah, ibu baru yang mulai masuk kerja. Kali ini, Indah baru saja kembali bekerja dan disambut baik rekan-rekan perempuannya.
Halo, kami kembali lagi dengan episode terbaru dari perjalanan Indah. Kali ini, Indah baru saja kembali bekerja dan disambut baik rekan-rekan perempuannya.

Pada hari pertama setelah kembali bekerja, dua rekan perempuan Indah yang pernah berada di posisinya berbagi cerita tentang pengalaman mereka.

Beberapa perempuan ada yang bekerja sebagai bentuk pembuktian eksistensi diri, namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa sebagian besar perempuan menjadi sandwich generation, yang bekerja untuk menanggung hidup keluarganya.

Oleh sebabnya, dukungan suami serta keluarga besar sangat penting diberikan kepada ibu, apalagi ketika ia memutuskan untuk kembali bekerja. Tak hanya keluarga, perusahaan pun harus mendukung pekerja perempuannya agar mereka dapat mengembangkan karier mereka dengan baik, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang inklusif.

Read More

Bersiap (Kembali) Bekerja

Baca cerita sebelumnya di sini.

ibu rumah tangga kembali bekerja
seorang ibu mulai kembali bekerja
salma dititipkan karena ibunya sudah mulai bekerja
perempuan kembali bekerja
Meski di awal kembali bekerja, Indah sempat kepayahan mencari orang untuk menjaga anaknya. Namun akhirnya, ia dan suami meminta bantuan Dewi.

Ini cerita lanjutan dari komik “Kodrat Perempuan” minggu kemarin.

Meski di awal kembali bekerja, Indah sempat kepayahan mencari orang untuk menjaga anaknya. Namun akhirnya, ia dan suami meminta bantuan Dewi. Selayaknya ibu baru yang masa cuti hamilnya habis, tentu bukan perkara mudah bagi Indah untuk bisa kembali bekerja. Ada rasa enggan meninggalkan anak bayinya, tapi di sisi lain rindu kesibukan di kantor dan perlu mencari nafkah.

Beruntungnya, Indah punya adik ipar yang sangat suportif. Mereka pun saling bertukar pikiran tentang bagaimana mengawali karier.Pergulatan pasti akan di rasakan oleh seorang ibu pekerja di seluruh dunia. Akan banyak sekali pertimbangan waktu cuti melahirkan sudah selesai.

Dari rasa kawatir saat meninggalkan anak untuk bekerja, mencari tempat penitipan anak, dan masih banyak lagi. Lalu, bagaimana ya cara nya supaya tetap bisa bekerja atau berkarier?

Jika kamu adalah perempuan dan sudah menikah, maka langkah paling penting adalah mencari kantor yang bisa mendukung seorang working mom.

Mengapa hal ini penting?

Perusahaan yang ramah terhadap ibu bekerja umumnya akan sangat mendukung segala sesuatu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, bahkan dalam mengurus anak.

Kamu atau suami bisa mendapatkan cuti melahirkan lebih lama, atau bahkan disediakan tempat penitipan anak atau nursery untuk menyusui.

Ketika perusahaan ramah dengan ibu bekerja dari sebelum sampai setelah melahirkan, maka akan lebih mudah bagimu untuk melakukan pekerjaan dengan tenang.

Sebagai seorang ibu, akan sangat wajar bila merasa sedih saat meninggalkan anaknya walaupun cuma beberapa jam saja. Bahkan, banyak ibu yang merasa bersalah sehingga memutuskan untuk bekerja dari rumah saja. Agar dapat tetap optimal di kantor, coba hilangkan rasa bersalah tersebut.

Dikutip dari New York Times, menghilangkan rasa bersalah ketika kembali bekerja merupakan tips paling ampuh agar ibu dapat tetap produktif.

Kamu bisa menanamkan pikiran bahwa kembali bekerja ke kantor bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan baik.

Pikirkan bahwa kamu yang kamu lakukan ini untuk anakmu juga, agar keuangan keluarga bisa berjalan dengan baik, dan juga agar masa depan anak terjamin.

Read More

Tentang Kodrat Perempuan

kodrat perempuan setelah menikah
kodrat perempuan najwa shihab
kodrat perempuan dalam islam
kodrat perempuan yang seharusnya
kodrat seorang perempuan
kodrat wanita setelah menikah

Ini cerita tentang seorang ibu yang berusaha mengejar kariernya setelah melahirkan. Di tengah kepayahan itu, ia kerap dihakimi karena menyalahi kodrat perempuan dan tidak diam di rumah saja mengurus anak dan rumah.

Namun, ia masih beruntung karena punya suami dan adik ipar yang mendukungnya untuk bekerja. Sementara, banyak ibu di luar sana yang mungkin tidak mendapatkan dukungan yang sama.

Tak sedikit pula orang berpikir bahwa ibu memilih bekerja itu sama saja menelantarkan anak. Padahal, banyak ibu yang berjuang bekerja untuk kehidupan anak yang lebih baik. Selain itu, setiap orang punya cara masing-masing untuk membangun hubungan emosional dengan anak.

Miskonsepsi kodrat tentang seorang perempuan sebagai ibu pun berlanjut pada keyakinan kedua bahwa ibu memerlukan anak-anaknya. Hal ini berdasarkan keyakinan bahwa secara kodrati, perempuan dilahirkan dengan naluri keibuan mereka, padahal menurut Ann Oakley, feminis dari Inggris kalau instuisi ibu sebenarnya tidak ada. Karena banyak sekali perempuan yang baru saja menjadi seorang ibu, ternyata masih belum begitu paham atau bahkan tidak mengetahui sama sekali cara menyusui atau mengurus anak mereka saat mereka sakit.

Kapasitas perempuan mengenai cara menyusui atau merawat anak yang sakit bukan berdasarkan insting seorang ibu yang otomatis dimiliki, tetapi justru karena mereka belajar dan mengamati dari anggota keluarga mereka sendiri. Naluri ibu tercipta karena pengalaman dan rutinitas yang ada, sangat persis dengan kita yang sudah lama bekerja dalam suatu bidang tertentu. Secara alami, ketika ada suatu permasalahan datang, kita langsung bertindak sesuai pengalaman dan rutinitas yang sudah biasa kita kerjakan berulang kali tanpa diselimuti rasa panik berlebih.

Hal ini menjadi sebuah fakta kalau ibu bukan dilahirkan, melainkan dibuat dari konstruksi sosial budaya yang ada. Insting seorang ibu tidak pernah otomatis ada di dalam diri seorang perempuan, namun naluri ibu baru datang waktu seorang perempuan sudah menjadi ibu dan mengalami berbagai macam kesukaran dalam mengurus anak-anak.

Perempuan bisa menjadi seorang ibu tidak ada korelasinya dengan kepemilikan ovari atau rahim, melainkan karena perempuan dibentuk secara sosial dan kultural untuk menjadi ibu.

Read More