contoh pemimpin idola

Contoh Pemimpin Idola yang Bisa Dijadikan Panutan

Menjadi seorang pemimpin memang tidak mudah, namun tantangan yang dihadapi akan semakin besar bagi perempuan. Demi mencapai posisi strategis, banyak sekali hambatan yang dihadapi perempuan, mulai dari faktor budaya, sosial, hingga politik dan agama. 

Jangankan dalam dunia kerja, akses pendidikan pun masih terhambat dan pemikiran dan budaya patriarkal juga mencari pembenaran dalam nilai keagamaan yang berujung menghambat perempuan berkarier.

Jadilah Pemimpin Perempuan Idola Bagi Tim Kamu

Dari banyaknya tantangan yang dihadapi, ada juga perempuan yang berhasil menduduki posisi strategis di organisasi maupun perusahaan tempat mereka bekerja. Ketika mereka mencapai posisi strategis ini, mereka umumnya membantu karyawan perempuan mereka dengan kebijakan yang inklusif, bahkan membuat inisiatif di luar perusahaan mereka.

Baca Juga: 8 Cara Menjadi Pemimpin yang Baik dan Bijaksana dalam Perusahaan

Pemimpin perempuan seperti ini tidak hanya bisa ditemui di dunia bisnis, namun juga di dunia politik, sains, sampai hiburan. Banyak sekali pelajaran yang bisa diangkat dari kisah dan perjuangan mereka. Yuk, simak beberapa cerita dari mereka. 

Contoh Pemimpin Idola dalam Bidang Politik: Jacinda Ardern

contoh pemimpin idola dalam bidang politik

Contoh pemimpin yang menjadi idola yang akan kita bahas adalah Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Kate Laurell Ardern, yang juga merupakan pemimpin dari Partai Buruh. Setahun belakangan ini, nama Ardern menjadi perbincangan hangat  warga dunia sebab ia berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 di negaranya berkat respons cepat dan cara berkomunikasi dengan rakyat dengan penuh empati. 

Lahir di Hamilton, Selandia Baru pada Juni 1980, Ardern memulai karier politiknya berkat perekrutan oleh bibinya, Marie Ardern yang sudah lebih dulu berkecimpung dalam dunia politik sebagai anggota Partai Buruh. 

Baca Juga: Perempuan dalam Politik Kantor, ‘Dos and Don’ts’ dari Pemimpin Perempuan

Saat ini Ardern sudah sukses menduduki posisi strategis di Selandia baru, dan beberapa kali ia mengeluarkan kebijakan yang inklusif, terutama untuk perempuan. Salah satunya adalah pengesahan RUU Amandemen Persamaan Gaji yang memastikan semua pekerja tidak dibayar lebih rendah karena gendernya. 

Peraturan ini tidak hanya memastikan tidak ada kesenjangan gaji di antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga memastikan pekerja perempuan dalam industri yang didominasi oleh perempuan menerima gaji yang sama dengan laki-laki dalam pekerjaan yang berbeda tetapi bernilai sama. 

Contoh Pemimpin Idola yang Berhasil Tangani Pandemi: Tsai Ing Wen

Contoh Pemimpin Idola yang Berhasil Tangani Pandemi

Seperti halnya Ardern, Tsai Ing Wen adalah pemimpin dunia yang menjadi buah bibir berkat keberhasilannya mengendalikan pandemi di Taiwan. Lahir di Taipei pada Agustus 1956, Tsai adalah anak bungsu dari 11 bersaudara dari ayah seorang pengusaha bengkel mobil dan ibu seorang ibu rumah tangga.

Tsai Ing Wen adalah perempuan pertama yang menjadi presiden di Taiwan. Dalam Pemilihan Presiden 2020, Tsai kembali memenangkan masa jabatan keduanya. Di saat yang sama, keterwakilan perempuan di pemerintah Taiwan mencapai rekor tertinggi, dengan 42 persen legislator adalah perempuan. Ini yang membuat Taiwan berada di peringkat teratas se-Asia. 

Ketika pandemi COVID-19 menghantam, Taiwan adalah salah satu negara yang secara sigap menekan kasus virus ini. Lewat kepemimpinan Tsai, Taiwan dengan cepat mengontrol perbatasan dan mengimplementasikan pembelajaran dari kasus wabah SARS pada 2002. 

Suzy Hutomo

Suzy Hutomo

Suzy Hutomo adalah CEO dan Executive Chairwoman The Body Shop Indonesia. Ia tidak hanya seorang pebisnis, namun juga pegiat isu lingkungan hidup dan kesetaraan gender. Sebagai brand yang mengedepankan prinsip feminisme, Suzy menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung karyawan perempuannya untuk mengembangkan kariernya. Selain yang mendasar seperti ruang laktasi dan izin saat anak sakit, kebijakan tersebut termasuk larangan untuk melakukan rapat malam hari agar semua karyawan memiliki waktu untuk keluarga. 

Baca Juga: Jadi Perempuan Pemimpin di Kampus Bantu Persiapkan Diri Di Dunia Kerja

Kami sedang dalam proses tanda tangan dengan UN Women, ada dokumen-dokumen tentang kebijakan untuk perempuan, saat ini sedang kita proses untuk menetapkan kebijakan yang lebih formal untuk memastikan ada kesetaraan gender di dalam perusahaan kita,” ujar Suzy pada Magdalene dalam podcast Magdalene’s Mind.

Risa E. Rustam

kepemimpinan perempuan

Risa Effenita Rustam adalah Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia salah satu dari sedikit perempuan yang menjabat posisi strategis dan tinggi dalam industri jasa keuangan di Indonesia.

Memiliki pengalaman panjang dalam sektor ini, perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini sudah merasakan beragam tantangan yang dihadapi sebagai pekerja perempuan dalam industri ini.

Menurut Risa, sangat penting bagi perusahaan untuk mengedepankan keberagaman dan inklusivitas, serta memastikan agar semua karyawan mendapat akses yang setara terhadap kesempatan yang ditawarkan perusahaan.

Baca Juga: Apa Itu Kepemimpinan Feminin Serta Apa Manfaatnya

Selain itu, Risa juga memastikan agar perusahaan juga mendukung karyawan-karyawannya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti  daycare, dan layanan kesehatan mental.

Azizah Assatari

Azizah Assatari

Dalam podcast  FTW Media garapan Magdalene, Pendiri dan CEO Lentera Nusantara Azizah Assattari berbagi pengalamannya mendapatkan perlakuan seksis selama merintis karier di dunia pengembangan game.

Ia bercerita bagaimana saat ia berkuliah di Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB, ia dianggap kurang kompeten dibandingkan teman-teman yang laki-laki.

“Aku sampai rela part time di sebuah perusahaan game untuk tugas kelompok. Setelah itu aku juga mengajarkan teman-teman laki-laki yang lain. Pada akhirnya mereka yang dapat A sedangkan aku B. Alasannya karena mereka enggak percaya aku yang bikin,” kata Azizah dalam wawancara bersama Magdalene.

Namun, pengalaman-pengalaman tersebut membuat Azizah pantang menyerah. Ia bahkan mendorong adik-adik kelasnya yang perempuan untuk masuk ke jurusan ini, karena ia percaya bahwa perempuan juga bisa.

Ines Atmosukarto

Dr. Ines Atmosukarto contoh pemimpin idola

Dalam wawancara dengan podcast Magdalene’s Mind, Doktor Ines Atmosukarto menceritakan bagaimana tantangan perempuan ilmuwan dalam meniti karier di bidang sains dan teknologi. Ines adalah CEO Lipotek Pty, Ltd, perusahaan rintisan di bidang bioteknologi yang berpusat di Canberra, Australia.

Ia menjelaskan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh pekerja perempuan dalam bidang STEM adalah beban ganda yang mereka emban sebagai ibu, istri, dan juga seorang pekerja. Karenanya, ia mengatakan sangat penting bagi perusahaan untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung para ilmuwan perempuan ini. 

Tidak hanya itu, sebagai seorang ilmuwan yang kini juga aktif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang vaksin lewat akun media sosialnya, Ines juga berpesan pada rekan ilmuwan lainnya untuk selalu bersikap rendah hati.

Baca Juga: Tidak Pede Jadi Pemimpin? Simak Podcast Indonesia ini

“Kita harus menyadari bahwa kita enggak tahu segalanya dan kita bisa saja salah. Kita juga perlu belajar dari ilmuwan sosial. Peneliti ilmu pasti harus juga bersinergi dengan antropolog serta ilmuwan sosial untuk bisa menemukan cara dalam mengedukasi masyarakat,” kata Ines.

Read More
kepemimpinan feminin

Apa Itu Kepemimpinan Feminin Serta Apa Manfaatnya

Gaya kepemimpinan yang secara umum dianggap baik adalah gaya kepemimpinan maskulin dan tegas. Hal ini juga karena posisi-posisi kepemimpinan masih diisi sebagian besar oleh laki-laki dengan gaya maskulin, sehingga kepercayaan umum adalah bahwa kepemimpinan yang tegas dan maskulin itu lebih efektif. Padahal pandangan semacam itu terbukti keliru. Salah satu podcast Indonesia berjudul How Women Lead memberikan pemaparan panjang soal ini.  

Apa itu Kepemimpinan Feminin? 

Dalam masyarakat, gaya kepemimpinan maskulin lebih akrab ditemui sehari-hari, padahal belum tentu lebih efektif dalam memimpin sebuah perusahaan, komunitas, atau gerakan. 

Berbeda dari kepemimpinan maskulin seperti yang kita lihat dari beberapa pemimpin dunia saat ini, kepemimpinan feminin memiliki ciri membangun penilaian diri perempuan untuk memperkokoh kepemimpinannya, serta membekali mereka dengan kemampuan, sumber daya, dan akses sehingga mereka dapat membuat sebuah perubahan untuk komunitasnya.

Baca Juga: Perkaya Tema, Baca Nyaring Bantu Orang Tua Ajarkan Kepemimpinan Perempuan

Selain itu, kepemimpinan feminin lebih berfokus pada redistribusi kekuasaan serta tanggung jawab. Tujuan lain dari gaya kepemimpinan ini alih-alih berfokus pada  kompetisi, ia lebih mengutamakan kerja sama dan membangun relasi, sehingga terbentuklah tim yang solid.

Gaya kepemimpinan feminin terbukti lebih efektif karena memiliki spektrum yang patut diseimbangkan. Sebagai seorang pemimpin yang baik, tentu saja dalam memimpin tidak boleh hanya terpatok dengan satu gaya saja. Seorang pemimpin perlu menyeimbangkan antara gaya feminin serta maskulinnya. 

Di kehidupan nyata, sudah banyak sekali contoh-contoh kasus kegagalan sebuah perusahaan, komunitas, bahkan satu negara akibat gaya kepemimpinan super maskulin. Contoh paling baru bisa kita lihat bagaimana kegagalan Amerika Serikat dan Brasil menangani pandemi COVID-19 ketika awal-awal virus tersebut menyebar. Nah sebelum ini, sebetulnya ada contoh nyata banget ini bagaimana kepemimpinan macho atau maskulin menghancurkan sebuah negara, yakni di Islandia.

Kebangkitan Ekonomi Islandia dengan Gaya Kepemimpinan Perempuan

Pada 2008, ketika seluruh dunia mengalami krisis ekonomi, Islandia menjadi salah satu negara yang paling terimbas krisis tersebut. Nilai tukar mata uang melemah, angka pengangguran melonjak, bahkan pasar sahamnya karam. Lebih parah lagi, tiga bank utama di negara tersebut, Kaupthing, Glitnir dan Landsbankinn dibiarkan gagal.

Dalam situasi yang sangat genting itu, ada satu perusahaan investasi yang tidak terkena imbas krisis keuangan besar itu, yakni Audur Capital. Padahal perusahaan ini baru saja setahun berdiri, dibentuk oleh dua orang perempuan, Halla Tómasdóttir dan Kristín Pétursdóttir. 

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Ada empat kunci keberhasilan dari perusahaan tersebut dalam melewati krisis itu. Dalam Ted Talk di London, Tomasdottir menyampaikan bahwa pertama, kita harus menyadari risiko. Tomasdottir melihat ada perbedaan antara menghindari risiko, tidak mau mengambil risiko,  dan menyadari risiko yang akan dihadapi, yang berarti tidak ingin mengambil risiko yang belum sepenuhnya dipahami. 

Kedua, komunikasi publik yang baik. Tomasdottir mengatakan para pemimpin harus berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat soal aspek bagus dan aspek buruk dalam mengambil keputusan dan hasilnya. Hal ini penting dilakukan agar selamat dari krisis. 

Ketiga, kita boleh memikirkan laba tapi tetap berpegang pada prinsip keberlanjutan. Tomasdottir mengatakan, buat apa mendapat laba tetapi merugikan kondisi sosial serta lingkungan. Ia juga mengatakan bahwa kita perlu melihat jangka panjang dan definisi laba yang lebih luas. 

Prinsip yang terakhir adalah modal emosional, yakni memotivasi, mendukung, dan berhubungan dengan orang-orang yang dia investasikan. Seperti yang ia katakan, “Ketika Anda hanya menginvestasikan uang, tidak banyak yang terjadi.”

Nilai-nilai yang disebutkan oleh Tomasdottir ini termasuk ke dalam gaya kepemimpinan feminin. 

Podcast Indonesia Membahas Gaya Kepemimpinan Feminin

Dalam salah satu episode podcast Indonesia  yang berjudul “Bye Kepemimpinan Macho!” salah satu narasumbernya yaitu dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi, memaparkan mengapa kepemimpinan super maskulin masih saja dianut padahal jelas-jelas sudah terbukti banyak gagal.

Saras menjelaskan bahwa masyarakat dalam memahami ekonomi, politik,serta budaya lebih mengarah pada perlombaan untuk berkompetisi, menguasai satu di atas lainnya. Padahal seharusnya, alih-alih berkompetisi, kita perlu meniru cara kerja siklus yang mengandung kerja sama, saling menguntungkan, dan saling menciptakan kehidupan yang seimbang serta selaras. 

Baca Juga: Film-film Hayao Miyazaki dan Representasi Kepemimpinan Perempuan

Saras mencontohkan beberapa perjuangan perempuan Indonesia di basis akar rumput seperti perjuangan ibu-ibu Kendeng, dan gerakan menenun yang dilakukan Mama Aleta Baun.  

Dalam sejarahnya, perjuangan yang dilakukan oleh perempuan memang  dua kali lebih keras dari laki-laki dalam meraih posisi di dalam mengambil keputusan. Tidak hanya soal status pendidikan, lingkar keluarga, dan lain-lain, perempuan pun juga harus berjuang melawan segala macam prasangka bahwa perempuan tidak ditakdirkan untuk memimpin. 

Read More
Siapa Theresa Kachindamoto

Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan penyelamat Anak-Anak Perempuan Malawi

Perempuan pemimpin asal Malawi, Theresa Kachindamoto, mengatakan bahwa seharusnya yang dilakukan oleh anak-anak hanya belajar serta bermain dengan teman-temannya. Namun di negara Malawi, wilayah Afrika bagian selatan, angka perkawinan anak sangat tinggi. Anak-anak perempuan di sana sangat rentan dikawinkan di usia dini dan akhirnya putus sekolah. 

Theresa Kachindamoto Pemimpin Perempuan Penyelamat Anak Perempuan

Theresa Kachindamoto

Berdasarkan data dari UNICEF, 42 persen anak-anak perempuan di Malawi sudah menikah sebelum umur mereka 18 tahun. Satu dari 10 anak perempuan tersebut menikah sebelum umur mereka 15 tahun, padahal usia legal anak perempuan di Malawi untuk menikah adalah 18 tahun. Beberapa pemicunya adalah kurangnya pendidikan, kemiskinan, dan kesetaraan gender yang belum tercapai. 

Melihat situasi pelik yang menimpa anak-anak ini, Theresia Kachindamoto, mantan pemimpin desa dari distrik Dedza, tidak tinggal diam. Ketika mendengar angka perkawinan anak di distriknya sangat tinggi, ia mengambil langkah strategis untuk membantu anak-anak ini keluar dari tradisi kawin anak. Ia memang kesulitan untuk membujuk para orang tua agar tidak mengawinkan anak-anak mereka, namun di sisi lain ia berhasil membuat 50 camat di daerah itu untuk menghapuskan perkawinan anak.

Bentuk Komunitas “The Mothers” untuk Pantau 545 Desa

Kachindamoto bahkan memecat wakil camat yang di daerahnya masih terdapat perkawinan anak. Ia kemudian mempekerjakan mereka kembali ketika kasus-kasus perkawinan anak tersebut telah dibatalkan. DI tahun 2019, ia berhasil menggagalkan 3.500 perkawinan anak.

Baca Juga: Guru Perlu Hapus Stereotip Gender untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Perkawinan tersebut kebanyakan adalah pernikahan adat yang disetujui oleh kepala adat. Dengan menjalin kerja sama antara komunitas, pemerintah dan masyarakat, Kachindamoto dengan efektif memerangi perkawinan anak. Ia pun mendirikan sebuah komunitas bernama “The Mothers”. Group ini berisi para ibu yang secara diam-diam memantau aktivitas masyarakat di 545 desa.

Di tahun 2015, kesuksesannya berbuah disahkannya undang-undang yang mengatur usia minimum untuk laki-laki dan perempuan agar bisa menikah, yakni 18 tahun. Hal ini membuat dirinya dikenal dunia internasional.

Theresa Kachindamoto Berbicara tentang Bahaya Perkawinan Anak

Mengakhiri budaya perkawinan anak  juga dapat menjauhkan anak-anak dari segala macam bahaya. Ketika anak-anak dinikahkan, organ reproduksi mereka yang masih belum matang dan tidak adanya pendidikan seksual komprehensif akan mengakibatkan timbulnya banyak penyakit. Selain itu, ketika anak-anak terpaksa atau dipaksa menikah, mereka pun putus sekolah. Hal ini akan berujung pada lingkaran kemiskinan, dan lagi-lagi sebagian besar korbannya adalah anak-anak perempuan. 

Baca Juga: Masalah Kepercayaan Diri Masih Hantui Perempuan Pemimpin Bisnis

Kachindamoto selalu mengatakan bahwa untuk mengakhiri budaya perkawinan anak ini dan mengubah cara pandang masyarakat, salah satu yang perlu dilakukan adalah lewat jalur pendidikan. 

“Jika kamu memberikan pendidikan pada anak perempuanmu, kamu akan mendapatkan apa saja di masa depan,”  ujar Theresa Kachindamoto.

Siapa Theresa Kachindamoto? 

Kachindamoto adalah anak bungsu dari 12 bersaudara dari keluarga penguasa adat di distrik Dedza. Selama 27 tahun ia bekerja sebagai sekretaris di sebuah perguruan tinggi di distrik Zomba, Malawi Selatan. Pada tahun 2003, bupati Dedza memilih Kachindamoto sebagai kepala distrik Dedza berikutnya dengan total penduduk  900.000 jiwa.

Read More