Jenis Masalah Mental Pekerja

Jenis Masalah Mental di Tempat Kerja: Apa Tanda, Penyebab, dan Solusinya?

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, tidak dapat dihindari bahwa banyak pekerja mengalami masalah mental. Dan Sampai sekarang, belum semua perusahaan, bahkan pekerja peduli dengan masalah mental yang dialami di tempat kerja.

Padahal, baik kesehatan mental dan fisik itu sama pentingnya buat tubuh dan harus dijaga tetap seimbang. Saat kesehatan mental diabaikan dan tidak segera diobati atau mencari bantuan profesional, maka bisa berdampak negatif pada karier ke depannya.

Pasalnya, waktu mengalami masalah mental pasti kamu akan jadi susah untuk fokus saat bekerja sehingga produktivitas kerja jadi menurun.

Nah, jika selama ini kamu belum begitu paham dengan jenis masalah mental yang bisa dialami oleh seorang pekerja kantoran, coba simak dulu penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Jenis Masalah Mental yang Bisa Menyerang Pekerja

  1. Stres Kerja

Dilansir dari WHO, Occupational health: Stress at the workplace, stres kerja dapat didefinisikan sebagai respons fisiologis dan psikologis terhadap tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasi atau menyesuaikan diri. Dalam konteks tempat kerja, stres kerja dapat muncul akibat tekanan yang bersumber dari berbagai aspek, termasuk tuntutan tugas, target kinerja, dan lingkungan kerja yang kompetitif.

Stres kerja bukan sekadar perasaan ketidaknyamanan, tetapi dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat memicu stres kerja dan bagaimana mengelolanya.

Baca Juga: Tips Manajemen Stres di Tempat Kerja yang Efektif

Faktor-Faktor Pemicu Stres Kerja

  • Beban Kerja yang Berlebihan
    Salah satu penyebab utama stres kerja adalah beban kerja yang berlebihan. Pekerja yang merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat atau dengan tingkat kesulitan yang tinggi cenderung mengalami stres.
  • Konflik Interpersonal di Tempat Kerja
    Konflik antar rekan kerja atau atasan dapat menjadi sumber stres yang signifikan. Ketidakharmonisan hubungan di tempat kerja dapat mengganggu kesejahteraan emosional pekerja.
  • Ketidakpastian Pekerjaan
    Tingginya tingkat ketidakpastian dalam pekerjaan, seperti rencana restrukturisasi perusahaan atau perubahan kebijakan, dapat menciptakan kekhawatiran dan kecemasan di kalangan pekerja.

Dampak Stres Kerja Terhadap Kesehatan Mental

  • Kelelahan Mental
    Stres kerja yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan mental, membuat pekerja merasa kehabisan energi secara emosional dan kognitif.
  • Kecemasan
    Stres yang tidak diatasi dapat berkembang menjadi kecemasan, di mana pekerja merasa cemas, khawatir, atau tegang secara terus-menerus.
  • Depresi
    Dalam beberapa kasus, stres kerja kronis dapat menjadi pemicu depresi, dengan gejala seperti perubahan suasana hati, kehilangan minat, dan perasaan putus asa.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

  1. Kecemasan dan Depresi

Kecemasan di tempat kerja tidak hanya menjadi gejala umum tetapi juga dapat menjadi dampak langsung dari tekanan dan tantangan yang dihadapi pekerja. Adanya target kinerja yang tinggi, perubahan dalam tugas pekerjaan, atau bahkan ketidakpastian mengenai masa depan karir dapat menciptakan perasaan cemas di kalangan pekerja. Hubungan ini bisa menjadi kompleks, di mana tekanan kerja dapat memicu kecemasan, dan sebaliknya.

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terdeteksi dengan mudah karena beberapa gejala dapat diabaikan atau dianggap sebagai hal biasa. Beberapa gejala depresi yang sering diabaikan meliputi penurunan produktivitas, perubahan sikap dan perilaku, serta isolasi sosial. Dikutip dari Harvard Business Review, We Need to Talk More About Mental Health at Work, pekerja yang mengalami depresi mungkin menunjukkan kurangnya minat dalam pekerjaan, seringkali absen, dan kesulitan berinteraksi dengan rekan kerja.

Baca juga: ‘Sunday Scaries’: Rasa Cemas Hari Minggu yang Serang Pekerja

Cara Pekerja Mengatasi Kecemasan dan Depresi

Penting bagi pekerja untuk memiliki strategi mengatasi kecemasan dan depresi di lingkungan kerja. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain:

  • Mencari Dukungan Sosial
    Berbicara dengan rekan kerja atau atasan yang dipercayai bisa membantu pekerja merasa didengar dan memperoleh dukungan emosional.
  • Melibatkan Diri dalam Kegiatan Positif
    Terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan di luar jam kerja dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan dan depresi, menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik.
  • Mencari Bantuan Profesional
    Jika kecemasan atau depresi semakin mengganggu fungsi sehari-hari, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater dapat menjadi langkah yang bijaksana.
  1. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Dikutip dari Forbes, The Evolving Definition Of Work-Life Balance, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance merupakan elemen kritis dalam menjaga kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan kompetitif, terkadang pekerja cenderung mengabaikan kehidupan pribadi mereka demi memenuhi tuntutan pekerjaan. Namun, keseimbangan ini penting untuk mencegah kelelahan, stres, dan bahkan risiko burnout.

Keseimbangan yang baik antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan waktu untuk kehidupan pribadi dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan kreativitas, dan membantu pekerja merasa lebih bahagia dan puas secara keseluruhan.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Tips untuk Mencapai Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

  • Menetapkan Batas Waktu Kerja yang Jelas
    Menentukan batas waktu kerja yang jelas membantu mencegah pekerja membawa pekerjaan ke dalam waktu pribadi mereka. Ini juga membantu menciptakan perbatasan yang sehat antara kehidupan profesional dan pribadi.
  • Melibatkan Diri dalam Aktivitas Rekreasi
    Aktivitas rekreasi di luar jam kerja dapat membantu mengurangi tingkat stres dan memungkinkan pekerja untuk bersantai. Hal ini termasuk berolahraga, membaca, atau mengejar hobi yang dicintai.
  • Berkomunikasi dengan Baik di Rumah dan di Tempat Kerja
    Komunikasi yang baik dengan keluarga dan rekan kerja penting untuk mencapai keseimbangan yang optimal. Berbicara terbuka mengenai harapan dan kebutuhan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung.

Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi tidak hanya memberikan manfaat bagi para pekerja saja, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di tempat kerja. Perusahaan yang mendorong keseimbangan ini melalui kebijakan fleksibilitas waktu atau dukungan kesehatan mental cenderung memiliki karyawan yang lebih bersemangat dan berkinerja tinggi.

Read More
mengatasi gaji yang numpang lewat

Cara Tepat Mengatasi Gaji yang Hanya Numpang Lewat

Buat yang sudah kerja, siapa sih yang nggak senang saat tanggal gajian? Bisa langsung bayar cicilan dan keadaan keuangan jadi stabil lagi. Sayangnya, yang sering kejadian adalah gaji malah numpang lewat saja.

Ya, kebiasaan paycheck to paycheck cycle pasti sering dialami oleh banyak pekerja. Apa lagi buat yang jadi sandwich generation. Gaji yang yang didapat tidak jarang sudah habis dipertengahan atau bahkan di minggu pertama untuk bayar kebutuhan pribadi dan keluarga.

Alhasil, jadi kebingungan karena harus mencari pinjaman ke sana-kemari untuk bertahan hidup. Nah, sebenarnya kenapa hal ini bisa dapat terjadi? Apakah ada cara yang bisa mengatasinya? Berikut penjelasan lengkapnya.

Penyebab Gaji Numpang Lewat

Dikutip dari Investopedia, Living Paycheck to Paycheck: Definition, Statistics, How to Stop, gaji numpang lewat bisa menjadi masalah yang kompleks, dan memahami penyebabnya adalah langkah penting menuju solusi yang efektif. Berikut adalah beberapa faktor umum yang dapat menyebabkan gaji hanya numpang lewat:

Kurangnya Kenaikan Gaji yang Signifikan

Salah satu penyebab utama adalah ketidaksesuaian antara tingkat kenaikan gaji dengan biaya hidup yang terus meningkat. Jika kenaikan gaji tidak sebanding dengan inflasi atau naiknya biaya hidup, maka kemungkinan besar gaji kamu akan terasa stagnan.

Tidak Adanya Insentif atau Bonus yang Memadai

Kurangnya insentif atau bonus yang memadai juga dapat menjadi penyebab gaji numpang lewat. Jika penghargaan yang diberikan tidak sebanding dengan dedikasi dan kontribusi karyawan, hal ini bisa menciptakan ketidakpuasan dan kekecewaan.

Baca Juga: ‘Lookism’ dan Diskriminasi di Tempat Kerja: Pekerja ‘Good Looking’ Lebih Sejahtera

Ketidaksetaraan Gaji Antar-Jenis Pekerjaan atau Industri

Terkadang, perbedaan besar dalam tingkat gaji antar industri atau jenis pekerjaan dapat menjadi faktor penyebab. Seseorang mungkin merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan seharusnya memberikan penghasilan yang lebih besar, tetapi struktur gaji dalam industri tersebut mungkin tidak mendukung hal tersebut.

Keterbatasan Peluang Kenaikan Jabatan

Jika ada keterbatasan dalam peluang kenaikan jabatan atau promosi, karyawan mungkin merasa bahwa tidak ada insentif yang cukup untuk meningkatkan kinerja mereka. Hal ini dapat mengakibatkan gaji yang tidak berubah atau meningkat dengan sangat lambat.

Tidak Memiliki Sumber Penghasilan Tambahan

Bergantung hanya pada gaji bulanan dari pekerjaan utama dapat menyebabkan keterbatasan finansial. Tidak memiliki sumber penghasilan tambahan, seperti investasi atau bisnis sampingan, dapat memperkuat perasaan bahwa gaji hanya numpang lewat.

Tidak Memiliki Rencana Keuangan yang Jelas

Kurangnya perencanaan keuangan dapat menyebabkan gaji hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa pandangan jangka panjang. Tanpa tujuan keuangan yang jelas, pengeluaran mungkin tidak terkendali, menyebabkan gaji terasa tidak mencukupi.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Dampak Psikologis dan Finansial

Gaji yang hanya numpang lewat tidak hanya berdampak pada keuangan seseorang tetapi juga menciptakan dampak yang mendalam pada kesejahteraan psikologis. Stres finansial menjadi salah satu dampak paling nyata, di mana kekhawatiran sehari-hari tentang pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, tempat tinggal, atau pendidikan dapat menciptakan tekanan emosional yang berkepanjangan.

Rasa ketidakpuasan dan frustrasi juga muncul ketika individu merasa bahwa usaha dan dedikasi mereka dalam pekerjaan tidak diimbangi dengan penghasilan yang memadai. Perasaan ini dapat merembet ke dalam motivasi yang rendah dan produktivitas kerja yang terganggu, menciptakan lingkungan kerja yang kurang produktif.

Dampak psikologis lainnya termasuk kemungkinan munculnya gangguan kesehatan mental. Stres berkelanjutan akibat keterbatasan finansial dapat memicu kondisi seperti kecemasan dan depresi, mempengaruhi tidak hanya kesehatan mental tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Adanya beban ekonomi yang tinggi dapat membuat seseorang merasa terjebak dalam siklus sulit untuk dilepaskan.

Dari sisi finansial, gaji numpang lewat dapat menyulitkan akses terhadap layanan keuangan. Keterbatasan ini mencakup kesulitan mendapatkan pinjaman atau kredit, yang dapat mempersulit perencanaan keuangan jangka panjang.

Kurangnya dana darurat juga menjadi masalah, meninggalkan seseorang rentan terhadap keadaan darurat keuangan yang tidak terduga. Rencana keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk pendidikan anak atau merencanakan pensiun, dapat terhambat atau tertunda karena keterbatasan sumber daya finansial.

Cara Mengatasi Gaji Numpang Lewat

Dikutip dari Forbes, 9 Ways To Stop Living Paycheck To Paycheck, mengatasi gaji yang hanya numpang lewat merupakan tantangan yang membutuhkan strategi dan perubahan dalam pengelolaan finansial. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi situasi ini:

Evaluasi Keuangan Pribadi

Mulailah dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi dengan cermat keuangan pribadi kamu, dengan cara mencatat pemasukan dan pengeluaran yang nantinya akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan keuangan kamu. Pahami dengan baik di mana pengeluaran terbesar kamu dan cari potensi dimana kamu dapat menghemat.

Meningkatkan Keterampilan

Untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja, pertimbangkan untuk meningkatkan soft skill dan memperoleh sertifikasi tambahan. Pelajari tren industri dan identifikasi keterampilan yang paling dicari, sehingga kamu dapat lebih dilirik oleh perusahaan atau mungkin mengejar peluang karir baru.

Baca Juga: Enggak Pede dengan Gaji dan Profesimu? Kamu Perlu Baca Ini

Mencari Penghasilan Tambahan

Selain pekerjaan utama, cari peluang penghasilan tambahan. Kamu dapat mencoba menjadi freelancer, proyek sampingan, atau bahkan menciptakan sumber penghasilan pasif. Pendapatan tambahan dapat membantu mengimbangi tidak memadainya gaji utama.

Melakukan Budgeting

Merencanakan anggaran dengan teliti sangat penting. Selain itu, perbarui anggaran secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam situasi keuangan kamu. Hindari pengeluaran impulsif dan alokasikan gaji dengan bijaksana agar memenuhi kebutuhan prioritas.

Perubahan Gaya Hidup

Pertimbangkan perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengelola pengeluaran. Ini bisa melibatkan pengurangan biaya makan di luar, mencari alternatif transportasi yang lebih ekonomis, atau membatasi pengeluaran pada hal-hal yang tidak esensial.

Read More

Serius Wujudkan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja, ini yang Dilakukan Telkom

Di dunia kerja, perempuan maupun laki-laki berhak memiliki kesempatan yang sama dalam karier. Namun, perempuan sering kali menghadapi tantangan lebih berat karena hambatan sistem dan budaya yang berkembang di masyarakat.

Itulah sebabnya kesetaraan gender di tempat kerja masih perlu diperjuangkan. Jangankan di Indonesia, di negara maju macam Amerika Serikat pun, kesetaraan gender masih menemukan jalan berliku. Dalam analisis Pew Research Center, lembaga pemikir yang berbasis di Washington DC terungkap, sekitar empat dari sepuluh perempuan pekerja (42 persen) di negara tersebut mengaku mengalami diskriminasi dalam pekerjaan karena gender. Mereka melaporkan beragam pengalaman pribadi, mulai dari penghasilan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki meski melakukan pekerjaan yang sama hingga tidak diberikan tugas penting karena dianggap tidak kompeten.

Hal yang sama terjadi di banyak negara lain, bahkan tantangannya lebih dari itu. Banyak perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja serta mengalami stres karena beban ganda sebagai pekerja dan pengurus utama rumah tangga.

Faktanya, ketimpangan gender di tempat kerja tak perlu terjadi jika perusahaan memberikan dukungan yang setara kepada setiap pekerja, khususnya perempuan yang lebih rentan jadi korban.

Baca juga: Komunikasi Inklusif dan Strategis, Tak Cuma Untungkan Buruh tapi juga Pengusaha

Saling Menghormati dan Terbebas dari Diskriminasi

Dukungan untuk perempuan itu kini diterapkan Telkom Indonesia. Perusahaan telekomunikasi digital itu memiliki komitmen untuk mewujudkan kesetaraan gender di seluruh level. Salah satu yang mereka terapkan adalah Respectful Workplace Policy (RWP), kebijakan yang dicanangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN sejak April 2022.

“Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang saling menghormati, terbebas dari diskriminasi, kekerasan dan pelecehan serta menjunjung tinggi kesetaraan dan menghargai keberagaman untuk mendorong kinerja, pertumbuhan dan keberlangsungan Perusahaan,” kata Vice President Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko.

RWP menjadi pedoman Perusahaan untuk menjaga iklim kerja yang baik, terutama untuk perempuan. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari program antikekerasan seksual di BUMN yang sudah lebih dahulu diluncurkan pada akhir 2019. Dengan begitu, perempuan akan merasa lebih nyaman bekerja dan dapat memaksimalkan potensi dalam berkarya.

Kebijakan ini tidak hanya berpengaruh pada perempuan, tetapi juga untuk semua karyawan di berbagai level. Iklim kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas karyawan dan selaras dengan pertumbuhan bisnis perusahaan.

Baca juga: Inklusivitas Gender di Tempat Kerja, Cowok Harus Lebih Terlibat

Mendorong Potensi Perempuan

RWP juga menjadi jalan untuk mendorong pekerja perempuan berada di level atas. Andri menuturkan, saat ini komposisi persentase perempuan dalam nominated talent level board of directors (BOD) adalah sebanyak 22 persen. Angka ini memang masih lebih rendah dari data Bank Dunia yang rata-rata porsi pemimpin perempuan di perusahaan mencapai 30 persen secara global. Namun, Telkom akan menuju ke sana.

Untuk itu, imbuh Andri, perusahaan mendukung perempuan mencapai potensi maksimalnya. “Telkom membentuk forum Srikandi TelkomGroup yang merupakan komunitas dan wadah bagi para perempuan berkarya di BUMN agar dapat saling mendukung, membangun personal dan professional capability,” kata Andri.

Forum ini juga diharapkan menjadi wadah bagi perempuan untuk belajar hal-hal yang baru supaya mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, serta menjaga keseimbangan dan perannya sebagai ibu dan istri.

Fasilitas yang Bikin Nyaman Ibu Bekerja

Bicara tentang keseimbangan peran perempuan sebagai pekerja sekaligus ibu dan istri, Telkom memiliki kebijakan employee experience selain WRP. Andri mengatakan, kebijakan ini dibuat untuk memastikan seluruh karyawan mendapatkan pengalaman bekerja terbaik, terutama perempuan.

Employee experience meliputi beberapa kebijakan, antara lain flexible working arrangement. Kebijakan ini memungkinkan karyawan bisa bekerja lebih fleksibel baik dari sisi waktu maupun tempat. Kebijakan ini bisa dimanfaatkan para ibu agar dapat meluangkan lebih banyak waktu bersama anak-anak dan mendampingi tumbuh-kembang mereka. 

Kalau pun harus berada di kantor, perempuan tetap bisa bekerja dengan nyaman karena disediakan fasilitas pendukung seperti ruang laktasi dan daycare. Ruang laktasi ini dibuat agar para ibu dapat memberikan ASI eksklusif sebagai asupan terbaik untuk bayi.

Adapun Telkom Daycare memungkinkan karyawan menitipkan pengasuhan anak yang berusia tiga bulan hingga enam tahun. Dengan demikian, para orang tua, baik ibu maupun ayah dapat berpartisipasi lebih jauh dalam tumbuh-kembang anak sebelum masuk ke sekolah formal. Telkom Daycare telah mendapatkan sertifikat Taman Asuh Ceria Anak (TARA) Ramah Anak, sertifikasi kategori tertinggi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA RI) pada September 2023.

Selain itu, perusahaan memiliki kebijakan cuti Moments That Matter (MTM). Cuti ini merupakan tambahan di luar cuti tahunan bagi perempuan. Tidak hanya cuti melahirkan atau keguguran dan cuti haid, MTM bisa dimanfaatkan sebagai momen rehat sejenak dari rutinitas kerja. Lalu melakukan atau merayakan hal-hal kecil seperti mengantar anak di hari pertama sekolah, ulang tahun, pergi bersama keluarga atau pasangan, bahkan me time. Bagi banyak orang itu mungkin momen-momen sepele, tetapi bagi Telkom itu berharga.

Andri menambahkan, untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan kerja, Telkom berupaya untuk mengatasi bagaimana bisa lebih memberdayakan perempuan. Sebab, tidak semua perempuan fokus dan berupaya mengoptimalkan potensinya.

“Melalui program serta edukasi yang berkelanjutan secara terus menerus, termasuk dukungan secara kesisteman human capital, diharapkan kontribusi perempuan akan semakin besar dan optimal,” pungkas Andri.

*Artikel ini merupakan kerja sama dengan Telkom.

Read More
Apa Itu Equal Employment Opportunity

Pengertian Equal Employment Opportunity (EEO): Menjaga Kesetaraan di Tempat Kerja

Dalam dunia kerja, konsep kesetaraan dalam peluang kerja atau Equal Employment Opportunity (EEO) telah menjadi bagian integral dari hukum ketenagakerjaan dan etika bisnis. Artikel ini akan membahas pengertian EEO, pentingnya kesetaraan di tempat kerja, dan bagaimana EEO memengaruhi pekerja dan perusahaan.

Apa Itu Equal Employment Opportunity (EEO)?

Dikutip dari Dikutip dari workable.com, What is EEO?, Equal Employment Opportunity adalah prinsip fundamental dalam dunia ketenagakerjaan yang mengedepankan kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja. Prinsip ini mendorong setiap individu untuk diperlakukan secara adil dan setara, tanpa memandang berbagai faktor seperti ras, jenis kelamin, agama, orientasi seksual, usia, atau disabilitas. Ini berarti bahwa setiap orang, tanpa kecuali, memiliki hak yang sama untuk mencari pekerjaan, berkembang dalam karier, dan mendapatkan kompensasi yang adil.

Baca Juga: Pelecehan Seksual di Industri Film dan Kenapa Perlu Lebih Banyak Pekerja Film Perempuan

Sejarah dan Perkembangan EEO

Penting untuk memahami sejarah dan perkembangan EEO untuk menghargai betapa pentingnya prinsip ini dalam dunia kerja. Sebelumnya, sejumlah kelompok masyarakat sering mengalami diskriminasi yang serius dalam proses perekrutan dan penempatan pekerjaan. Diskriminasi ini bisa berupa penolakan pekerjaan, pembatasan promosi, atau penggajian yang tidak adil. Namun, melalui perjuangan hak asasi manusia dan perubahan hukum, Equal Employment Opportunity menjadi semakin kuat.

Dikutip dari Hampir 60 Tahun Gerakan Hak-hak Sipil March on Washington yang dirilis VOA Indonesia, sejarah Equal Employment Opportunity mencakup peristiwa penting seperti gerakan hak sipil di Amerika Serikat, di mana Martin Luther King Jr. memimpin perjuangan untuk mencapai hak-hak sipil dan politik yang setara bagi semua warga.

Hal ini memunculkan undang-undang federal seperti Civil Rights Act of 1964, yang melarang diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, atau asal nasional.

Mengapa Equal Employment Opportunity Penting?

EEO memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Pentingnya EEO mencakup beberapa aspek:

  • Menghindari Diskriminasi: EEO membantu mencegah diskriminasi berbasis karakteristik pribadi, yang bisa merugikan individu dan menciptakan ketidakadilan.
  • Kepuasan Karyawan: Ketika karyawan merasa bahwa mereka diperlakukan dengan adil, kepuasan kerja mereka meningkat. Hal ini dapat meningkatkan retensi karyawan dan motivasi mereka.
  • Produktivitas: Lingkungan kerja yang inklusif dan berfokus pada kesetaraan cenderung lebih produktif. Karyawan yang merasa dihargai cenderung memberikan yang terbaik.
  • Pengakuan Nilai-nilai Individu: EEO mendukung pengakuan nilai-nilai individu, menghormati keberagaman, dan merayakan perbedaan.

Baca Juga: Beban Kerja Mahasiswa Magang Setara Pekerja Penuh Waktu, tapi Mayoritas Tak Diupah

Hukum dan Regulasi EEO di Indonesia

Di Indonesia, EEO didukung oleh berbagai undang-undang dan regulasi, termasuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dikutip dari Hukum Online, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, undang-undang ini telah mengalami beberapa perubahan sejak pertama kali diundangkan dan merupakan landasan hukum utama yang mengatur hubungan antara pekerja dan pengusaha.

Dalam undang-undang ini, terdapat beberapa pasal yang secara khusus menggarisbawahi prinsip EEO. Beberapa aspek yang relevan termasuk:

  • Larangan Diskriminasi: Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan tegas melarang diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, disabilitas, atau faktor lainnya. Hal ini berarti bahwa pengusaha harus memperlakukan semua karyawan dan calon karyawan dengan adil dan setara tanpa memandang faktor pribadi ini.
  • Pemberian Kesempatan yang Sama: Undang-Undang ini juga menekankan pentingnya memberikan kesempatan yang sama dalam hal perekrutan, promosi, pelatihan, dan pemutusan hubungan kerja. Ini bertujuan untuk mendorong kesetaraan dalam proses ketenagakerjaan.
  • Perlindungan Pekerja Perempuan dan Disabilitas: Undang-Undang Ketenagakerjaan juga mengandung ketentuan yang melindungi hak pekerja perempuan, pekerja disabilitas, dan pekerja yang hamil. Hal ini bertujuan untuk mencegah diskriminasi terhadap kelompok-kelompok ini dan memastikan mereka tetap mendapatkan kesempatan kerja yang setara.

Selain Undang-Undang Ketenagakerjaan, ada peraturan pelaksanaan dan ketentuan lainnya yang lebih spesifik dalam mengatur isu-isu EEO di Indonesia.

Misalnya, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Kewajiban Pengusaha untuk Menerapkan Prinsip Kesetaraan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Ini adalah peraturan yang menekankan kewajiban pengusaha untuk menjalankan praktik-praktik yang sesuai dengan prinsip EEO.

Baca Juga: Dear Karyawan, Kamu Layak Dapat Insentif Jika…

Proses Equal Employment Opportunity

Dikutip dari LinkedIn, Importance of Equal Employment Opportunity in the workplace, proses EEO adalah serangkaian langkah dan praktik yang harus diikuti oleh perusahaan untuk memastikan kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja. Ini adalah bagian penting dalam menjalankan prinsip EEO dan menciptakan lingkungan kerja yang adil. Mari kita telusuri lebih lanjut mengenai proses EEO di tempat kerja.

  1. Pengumuman Lowongan Pekerjaan yang Adil
    Proses EEO dimulai dari tahap perekrutan. Pengumuman lowongan pekerjaan harus dilakukan dengan adil dan transparan. Ini berarti deskripsi pekerjaan harus jelas, dan kriteria yang digunakan untuk memilih kandidat harus didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi yang relevan, bukan pada faktor pribadi seperti ras, jenis kelamin, atau agama.
  2. Seleksi Kandidat tanpa Diskriminasi
    Selama proses seleksi, penting untuk memastikan bahwa setiap kandidat diberi kesempatan yang sama. Proses seleksi harus berfokus pada kualifikasi, pengalaman, dan kemampuan yang relevan. Diskriminasi berbasis faktor-faktor pribadi harus dihindari sepenuhnya.
  3. Penawaran Pekerjaan Berdasarkan Kualifikasi
    Ketika kandidat terpilih telah diidentifikasi, penawaran pekerjaan harus didasarkan pada kualifikasi dan prestasi mereka. Ini berarti bahwa tidak ada penawaran pekerjaan yang ditolak atau dibatalkan berdasarkan faktor pribadi tertentu. Semua karyawan harus memiliki akses yang sama untuk peluang pekerjaan.
  4. Kompensasi yang Adil
    Pemberian kompensasi harus didasarkan pada prinsip kesetaraan. Ini berarti bahwa upah dan manfaat harus diberikan secara adil, tanpa memandang faktor-faktor pribadi. Perbedaan gaji yang terjadi harus didasarkan pada faktor-faktor yang obyektif, seperti pengalaman, kualifikasi, atau prestasi kerja.
  5. Pemajuan Karier yang Adil
    Proses EEO juga memengaruhi pemajuan karier. Setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dalam perusahaan. Pemajuan harus didasarkan pada prestasi dan kemampuan, bukan pada faktor-faktor pribadi. Ini menciptakan motivasi bagi karyawan untuk terus berkembang.
Read More

‘Lookism’ dan Diskriminasi di Tempat Kerja: Pekerja ‘Good Looking’ Lebih Sejahtera

Belakangan Webtoon Lookism karya komikus Korea Selatan Park Tae-joon sedang digandrungi masyarakat. Webtoon populer yang sudah terbit hampir 500 episode itu bahkan diadaptasi menjadi anime dan tayang di Netflix.

Lookism berkisah mengenai Park Hyung-seok, seorang siswa SMA yang gemuk dan kerap mengalami perundungan di sekolah. Ia hidup bersama ibunya yang bekerja keras. Suatu hari, ibunya menyaksikan Hyung-seok dipukuli oleh teman-temannya di sekolah, yang membuatnya memutuskan untuk pindah ke sekolah baru di kota lain.

Sesaat sebelum sekolah dimulai, Hyung-seok yang kini tinggal sendiri mengalami kejadian aneh: Ia tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang tampan dan atletis. Perubahan ini membuatnya mendapatkan banyak perhatian positif di sekolah barunya, menjadikannya populer, dan mendapatkan banyak kemudahan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan.

Kata lookism sendiri mengacu pada bentuk diskriminasi berdasarkan penampilan fisik individu. Sebuah riset yang mencakup temuan sepanjang 1932 – 1999, misalnya, menemukan adanya standar kecantikan umum yang diterima baik dalam maupun antarberbagai budaya dan mereka yang dianggap menarik cenderung mendapatkan penilaian lebih positif dibandingkan individu yang dianggap kurang menarik.

Bagaimana refleksi lookism di dunia kerja? Apakah penampilan fisik dapat memengaruhi kesejahteraan seseorang?

Baca Juga: Menghadapi Diskriminasi di Tempat Kerja

Obsesi terhadap Penampilan dalam Industri Kecantikan

webtoon Lookism ulasan
Komik ‘Lookism’ mengisahkan seorang siswa SMA yang memiliki dua tubuh. LINE Webtoon

Sebagai fenomena sosial yang mengakar dalam masyarakat modern, lookism secara tidak sadar mendorong kita untuk semakin terobsesi dengan penampilan fisik.

Ini tercermin dari pertumbuhan pasar industri kecantikan dan perawatan tubuh global yang mencapai US$625,7 miliar (Rp9,95 triliun) pada 2022, dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 3,3 persen per tahunnya. Di Indonesia, persentase pertumbuhannya menyentuh 5,91 persen per tahun.

Sementara itu, sebuah riset global menunjukkan bahwa individu umumnya menghabiskan seperenam waktu hidupnya untuk mengurusi penampilan.

Data-data tersebut menunjukkan kepada kita bahwa semakin banyak orang yang ingin mencapai standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat dan mendapatkan validasi sosial–walau tak jarang ada di antara kita yang sampai depresi karena gagal mencapainya.

Pertanyaannya, mengapa seseorang mau berkorban sebegitu banyak waktu dan uang untuk memoles diri? Riset yang ada menunjukkan berbagai macam jawaban, mulai dari insting reproduktif untuk menemukan pasangan, pengaruh sosial media hingga adanya keyakinan bahwa penampilan adalah kunci kesuksesan.

Namun, apakah betul penampilan yang menarik memengaruhi rezeki seseorang?

Baca Juga: Hak Pekerja Perempuan di Indonesia yang Perlu Diketahui

Benarkah Orang Good Looking Lebih Sejahtera?

Sayangnya, penelitian yang ada menunjukkan demikian–termasuk studi di Amerika Utara yang menunjukkan bagaimana orang-orang yang berpenampilan menarik menghasilkan 12-14 persen lebih banyak daripada populasi lainnya.

Penampilan fisik sering kali menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan dalam penilaian kualifikasi seseorang dalam dunia kerja dan mereka yang memenuhi standar kecantikan lebih mungkin untuk mendapatkan peluang kerja yang lebih baik atau promosi.

Misalkan saja, sebuah penelitian mengenai bagaimana bias finansial dan sosial yang telah lama ada menguntungkan individu yang memiliki penampilan yang lebih menarik dari yang lain. Keuntungan yang diperoleh biasanya mencakup aktivitas transaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Bias finansial dan sosial ini adalah hasil dari preferensi atau prasangka yang mirip dengan yang ditunjukkan terhadap anggota kelompok kelamin, ras, etnis, atau agama tertentu.

Dalam banyak kasus, penampilan fisik dapat menjadi faktor dominan yang menentukan apakah seseorang layak diberikan kesempatan atau tidak dalam sebuah sistem kerja modern–terlebih bagi industri yang bergerak dalam jasa dan pelayanan publik. Studi pun menunjukkan bahwa konsumen merasa lebih puas jika berhadapan dengan karyawan yang berpenampilan menarik.

Memiliki penampilan fisik yang menarik juga dapat membuka pintu ke berbagai sektor dan industri yang mungkin sulit diakses oleh individu yang dianggap kurang menarik. Ini berarti seseorang dengan penampilan yang baik dapat memiliki lebih banyak pilihan karier, yang dapat meningkatkan potensi pendapatan mereka.

Selain itu, individu yang dianggap menarik secara fisik seringkali memberikan kesan positif kepada perekrut dan atasan, yang dapat mengarah pada peluang pekerjaan yang lebih baik, kenaikan pangkat yang lebih cepat, dan penghasilan yang lebih tinggi. Hal ini berasal dari efek halo, yakni bias kognitif ketika penampilan menjadi tolak ukur karakter seseorang. Sudah cukup banyak studi yang menunjukkan bahwa penampilan menarik memberikan kesan bahwa individu tersebut memiliki karakter dan kompetensi yang baik pula.

Adanya gap ini membuat diskriminasi dalam pekerjaan semakin tak terjembatani. Misalkan saja, ketika seorang yang berpenampilan menarik dan yang tidak menarik sama sama membuat kesalahan, orang akan lebih memaklumi orang yang berpenampilan menarik. Inilah yang dinamakan beauty privilege–ketika mereka yang berpenampilan menarik mendapat berbagai keuntungan dalam interaksi sosialnya.

Hapus Diskriminasi Berdasarkan Penampilan

Diskriminasi gender di tempat kerja.
Banyak orang terobsesi untuk memperbaiki tampilan mereka demi mendapatkan berbagai peluang. Namun bagi permpuan, penampilan menarik justru bisa menjegal karier. TORWAISTUDIO/shutterstock

Tentu saja kita tak bisa serta merta menyimpulkan bahwa mereka yang cantik dan tampan pasti penuh keberuntungan–utamanya bagi perempuan.

Penelitian, misalnya, menunjukkan bagaimana penampilan fisik yang menarik lebih menguntungkan laki-laki dibanding perempuan di tempat kerja. Ini terutama menyangkut rekrutmen dan promosi untuk posisi manajerial dan pekerjaan yang dianggap lebih cocok untuk laki-laki. Sebab, masih ada stereotip gender yang menghubungkan feminimitas dan inkompetensi–kerap disebut sebagai efek “beauty is beastly” (kecantikan itu mengerikan).

Tak hanya itu, sebuah riset menunjukkan 82% perempuan Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.

Namun bagaimanapun juga, diskriminasi berdasarkan penampilan fisik sudah sepatutnya kita atasi. Sebab, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang dapat memilih untuk dilahirkan di mana–yang membuatnya memiliki gen tertentu dari lingkungan tersebut.

Kualitas diri seseorang tidak dapat dinilai hanya berdasarkan standar subjektif sepeti penampilan fisik semata. Apalagi, sudah banyak penelitian yang menunjukkan tak ada hubungan antara penampilan fisik dengan kompetensi dan kinerja seseorang.

Baca Juga: Inklusivitas Gender di Tempat Kerja, Cowok Harus Lebih Terlibat

Tak gampang untuk mengatasi bias yang telah lama mengakar, tetapi perlu perubahan pola pikir masing-masing individu untuk bisa mengatasi ini. Penting untuk lebih menghargai dan menilai seseorang berdasarkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang mereka bawa ke meja kerja.

Ini memerlukan perubahan budaya dalam dunia kerja dengan membuat sistem penilaian berdasarkan merit dan pada apa yang dapat seseorang berikan serta membatasi kemungkinan penampilan fisik memengaruhi penilaian.

Selain itu, perusahaan dan organisasi perlu menerapkan kebijakan yang mencegah diskriminasi berdasarkan penampilan fisik–termasuk dalam membuat iklan lowongan kerja yang mensyaratkan penampilan menarik–dan mengedukasi personel mereka tentang pentingnya keragaman dan inklusi dalam tempat kerja.

Oleh karena itu, perlu kewaspadaan penuh bagi kita semua untuk tetap sadar dan menjunjung tinggi rasionalitas, jangan sampai terjerumus pada pemahaman sempit atas hidup yang lebih mementingkan penampilan semata ketimbang kualitas hidup secara mendalam.

Novia Utami, Dosen Finance Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More

Kak Nisa Kinderflix dan Lima Jenis Pelecehan Seksual yang Jarang Dibahas

Sosok host Kinderflix Kak Nisa belakangan sedang naik daun. Lewat kanal YouTube Kinderflix yang dibuat September 2023, Nisa kerap membagikan konten edukasi untuk anak-anak di bawah umur lima tahun (balita). Cara bertuturnya yang lembut dan gaya penyampaian yang fresh membuat banyak pihak termasuk orang dewasa tertarik menonton kontennya. Ini terlihat dari tiga video yang diunggah Kinderflix sampai (6/11), disaksikan lebih dari satu juta penonton.

Sayangnya, di tengah popularitas Kinderflix, Nisa justru mendapatkan komentar-komentar bernada seksual yang merendahkan dari para penonton laki-laki. Tidak hanya di YouTube tapi juga di TikTok hingga X, perempuan berjilbab ini diseksualisasi kendati tak ada satupun dari konten yang diunggah mengandung muatan seksual sama sekali.

Melalui akun media sosial Instagram @kinderflix.idn, Kinderflix sangat menyayangkan ada komentar-komentar bernada seksual yang mereka terima. Tak lama, Kinderflix pun mematikan kolom komentar di kanal YouTube mereka.

Apa yang dialami Nisa tak lain adalah bentuk dari pelecehan seksual. UN Women dalam laporannya bersama International Labor Organization (ILO) yang terbit pada 2019 menyatakan, pelecehan seksual adalah bentuk-bentuk perilaku atau tindakan seksual yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki seseorang yang bertujuan atau berdampak pada martabat seseorang karena menciptakan lingkungan yang mengintimidasi, tidak bersahabat, merendahkan, memalukan, atau menyinggung perasaan.

UN Women dan ILO menambahkan, pelecehan seksual dapat berupa pelecehan fisik, psikologis, verbal dan non-verbal. Karena itu, pelecehan seksual tak hanya terbatas pada catcalling, sentuhan yang tidak diinginkan, atau melontarkan komentar bernada seksual saja. Ada beberapa jenis pelecehan seksual lain yang sayangnya masih belum banyak dibahas atau dipahami masyarakat luas. Magdalene merangkum lima jenis pelecehan seksual yang jarang dibahas tapi perlu kamu ketahui, terutama di lingkungan kerja.

Baca Juga: Magdalene Primer: UU ITE Kriminalisasi Perempuan Korban Pelecehan Seksual

1.   Ajakan Berkencan yang Dilakukan Terus Menerus

Beberapa perusahaan memiliki kebijakan yang melarang kencan antarkaryawan kantor. Sebagian besar juga ada yang mengizinkannya hingga beberapa hubungan berkembang sampai jenjang pernikahan. Memang tidak ada yang salah dengan mengajak rekan kerja berkencan. Namun, ajakan berkencan bisa berubah jadi pelecehan seksual.

Terlebih ketika seseorang mengajakmu berkencan dengan cara yang tidak sopan dan memaksa. Selain itu, bisa disebut pelecehan seksual jika orang yang mengajakmu berkencan mulai bertindak agresif dan membuat komentar bernada seksual.

Kondisi ini semakin parah kalau pelaku tidak mau menerima jawaban tidak darimu. Mereka mengajak kamu berkencan berulang kali kendati kamu sudah menolaknya. Mereka terus mengganggu bahkan tak sungkan untuk membicarakan rencana mereka untuk terus mengejarmu.

Mereka mungkin berpikir tindakan memaksa itu menunjukkan betapa berdedikasinya memperjuangkan rasa sayang. Tetapi sebenarnya apa yang mereka lakukan telah melanggar privasi.

Jadi jika kamu sudah mulai merasa terintimidasi dan tidak nyaman bisa jadi yang kamu alami memang pelecehan seksual. Kamu berhak melapor dan menjaga jarak dengan pelaku.

2.    Merayu yang Bikin Enggak Nyaman

Flirting atau merayu bisa dibilang adalah isyarat yang diterima secara universal untuk menunjukkan ketertarikan satu sama lain. Dari orang yang tepat pada waktu yang tepat, rayuan bisa membangun rasa saling percaya dan membuat hubungan menjadi menyenangkan. Namun, tidak semua rayuan bisa ditoleransi.

Dikutip dari BBC dan The Guardian, untuk mengetahui rayuan bisa berubah jadi pelecehan kita harus memahami apa arti persetujuan atau konsen. Konsen adalah pemberian persetujuan yang penting dalam setiap hubungan, tidak boleh diasumsikan sendiri, dan tidak dipaksakan. Konsen dapat ditarik kembali kapan saja oleh seseorang sebelum dan saat melakukan suatu aktivitas jika berubah pikiran.

Rayuan bersifat konsensual dan dilakukan secara sadar. Tak ada paksaan, tak ada tuntutan, dan respons yang diberikan juga positif karena ditandai dengan gerakan-gerakan yang menyenangkan atau romantis dan menghibur bagi kedua belah pihak yang terlibat. 

Rayuan berubah jadi pelecehan ketika konsen telah dicabut salah satu pihak tetapi pihak lain (bisa ditandai dengan penolakan secara verbal atau gestur tubuh) terus menerus melakukannya. Tidak peduli berapa kali atau seberapa langsung mereka ditolak, para pelaku pelecehan tidak akan berhenti, bahkan banyak yang mengira bahwa penerima rayuan mereka bersikap malu-malu.

Baca Juga: Belajar dari Kasus Gilang, Penggunaan UU ITE untuk Kekerasan Seksual Keliru

3.   Cyber Stalking

Cari informasi soal gebetan di media sosial bisa dibilang jadi hal lumrah yang dilakukan anak muda sekarang. Berkat teknologi, cuma berbekal kuota internet kita bisa dengan mudah mencari informasi soal gebetan mulai dari hobi sampai lingkaran pertemanan mereka. Siapa tahu informasi ini berguna buat PDKT.

Namun hati-hati, tindakan ini bisa bisa berujung ke pelecehan seksual. Ketika orang lain mulai terobsesi mencari tahu tentang dirimu di media sosial sampai menghabiskan waktu berjam-jam, meninggalkan pesan di kolom komentar dan DM secara terus menerus, maka tindakan ini sudah masuk kepada cyber stalking.

Selain itu, menurut RAINN (Rape, Abuse & Incest National Network), organisasi anti-kekerasan seksual, cyber stalking mencakup memposting informasi yang mengancam atau bersifat pribadi tentang seseorang di forum internet publik, menggunakan GPS atau perangkat lunak pelacakan lainnya untuk memantau seseorang tanpa sepengetahuan atau izin mereka, dan mengakses komputer seseorang secara ilegal dan menggunakan perangkat lunak mata-mata untuk memantau aktivitas online mereka.

Cyber stalking sendiri masuk ke dalam kekerasan berbasis gender online.  Meski tidak bersentuhan atau terjadi kontak fisik, cyberstalking bisa berdampak pada rasa tidak percaya diri, trauma, hingga gangguan kognitif.

4.    Percakapan dan Lelucon Tidak Diinginkan yang Bersifat Seksual

Mungkin merupakan hal yang biasa dilakukan di lingkungan kerja atau pertemanan untuk membuat lelucon yang bersifat seksual. Namun tidak semua orang menganggap hal ini lucu. Percakapan tentang kehidupan seks seseorang, menggunakan sindiran seksual dalam percakapan, lelucon yang bersifat seksual, atau komentar yang menyinggung kehidupan pribadi pekerja (seperti orientasi seksual, kata ganti, atau identitas gender dapat merupakan contoh pelecehan seksual.

Terlepas dari maksud di baliknya, humor atau komentar seksual perilaku semacam itu dapat menimbulkan orang yang diajak bicara tidak merasa nyaman dan menciptakan lingkungan yang jadi tidak bersahabat.  Kita tidak dapat mengabaikannya dengan mengatakan “itu cuma bercanda saja, jangan lebay” atau “aku enggak bermaksud menyinggungmu”. Selalu perhatikan orang-orang di sekitarmu saat melakukan percakapan semacam itu, bahkan lelucon yang bermaksud baik pun bisa berakibat buruk di tempat kerja.   

Baca Juga: Apa itu Mansplaining dan Kenapa Sering Terjadi di Tempat Kerja?

5.   Mikroagresi

Kevin Nadal, profesor psikologi di John Jay College of Criminal Justice dalam wawancaranya bersama NPR mengatakan, mikroagresi adalah interaksi atau perilaku sehari-hari, halus, disengaja dan seringkali tidak disengaja yang mengomunikasikan semacam bias terhadap kelompok yang secara historis terpinggirkan. Sering kali, mikroagresi dalam bentuk komentar atau tindakan merendahkan. Karena itu, mikroagresi juga memenuhi syarat sebagai jenis pelecehan seksual halus yang jarang disadari.

Dalam praktiknya, mikroagresi dibagi menjadi tiga, yaitu mikroagresi verbal, perilaku, dan lingkungan. Mikroagresi verbal mencakup komentar atau pernyataan yang secara halus menyampaikan bias atau stereotip, seperti memberikan pujian secara langsung, terlibat dalam lelucon yang tidak sensitif secara rasial atau etnis, atau membuat asumsi tentang kemampuan, kecerdasan, atau budaya seseorang berdasarkan identitas atau gender mereka.

Sedangkan mikroagresi perilaku mengacu pada tindakan mengucilkan atau meminggirkan individu atau memperkuat stereotip. Misalnya, secara konsisten menyela pembicaraan seseorang, mengabaikan pendapat atau ide mereka, atau menugaskan mereka tugas-tugas yang tidak penting berdasarkan stereotip gender.

Terakhir, mikroagresi lingkungan terjadi ketika lingkungan fisik atau sosial mengirimkan pesan halus tentang pengucilan atau bias, seperti kurangnya keragaman identitas gender atau ras serta etnis dalam kantor, menampilkan gambar atau simbol yang tidak peka secara budaya, atau kegagalan menyediakan fasilitas atau sumber daya yang inklusif.

Lalu apa saja contoh konkret dari mikroagresi yang mengacu langsung pada pelecehan seksual? Dikutip dari halaman Firma Hukum Donati, ini antara lain termasuk stereotip berbasis gender, komentar bernada seksual, komentar yang tidak pantas tentang penampilan, komentar tentan kehidupan seks seseorang, dan komentar seksis.

Read More
ciri lingkungan kerja yang sehat

Ciri Lingkungan Kerja yang Sehat: Produktif dan Karyawan yang Sejahtera

Apakah kamu sekarang ini sudah merasa bekerja di lingkungan kerja yang sehat? Sebagai pekerja, penting untuk mengenali tanda-tanda bahwa kamu berada di lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan dan produktivitas. Dikutip dari beberapa sumber, kita akan membahas ciri-ciri kunci yang menunjukkan bahwa kamu sudah berada di tempat kerja yang sehat, serta mengapa hal ini penting bagi kesejahteraan kita.

Ciri Lingkungan Kerja yang Sehat

  1. Komunikasi Terbuka dan Jujur

Dikutip dari Indeed, Positive Working Environment: Definition and Characteristics, komunikasi yang terbuka adalah unsur penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Lingkungan yang mendukung komunikasi yang efektif adalah tempat karyawan merasa nyaman untuk berbicara, berbagi ide, dan mengatasi masalah. Berikut alasan pentingnya komunikasi terbuka di tempat kerja:

  • Membangun Kepercayaan: Komunikasi yang terbuka adalah fondasi dari kepercayaan. Ketika karyawan merasa bahwa atasan dan rekan kerja mendengarkan mereka, kepercayaan mereka jadi tumbuh. Mereka tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka tanpa takut akan konsekuensi negatif.
  • Mengatasi Masalah dengan Cepat: Dalam lingkungan yang mendukung komunikasi yang terbuka, masalah bisa diidentifikasi dan diatasi dengan cepat. Karyawan merasa bebas untuk melaporkan masalah yang mereka hadapi, baik itu masalah pribadi atau profesional. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil tindakan yang diperlukan sebelum masalah menjadi lebih serius.
  • Meningkatkan Kolaborasi: Komunikasi yang terbuka mempromosikan kolaborasi yang efektif. Karyawan merasa nyaman berbagi ide, berdiskusi, dan berkolaborasi dalam proyek-proyek tim. Ini membantu menciptakan solusi yang lebih inovatif dan meningkatkan produktivitas.

Baca Juga: Pelajaran dari ‘Buffy the Vampire Slayer’ Soal Lingkungan Kerja Toksik

  1. Work-life Balance

Lingkungan kerja yang sehat memberikan perhatian khusus pada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ini membantu karyawan tetap sehat secara fisik dan mental. Berikut manfaat dari Work-life balance:

  • Produktivitas yang Meningkat: Karyawan yang merasa seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka cenderung lebih produktif. Mereka dapat berkonsentrasi dengan lebih baik, meningkatkan semangat kerja, dan lebih fokus pada pencapaian tujuan mereka. Sebaliknya, karyawan yang terlalu terbebani oleh pekerjaan dapat mengalami penurunan produktivitas kerja.
  • Kepuasan dan Kualitas Hidup: Work-life balance dapat meningkatkan kepuasan hidup secara keseluruhan. Karyawan yang memiliki waktu untuk mengejar hobi, berkumpul dengan keluarga, atau berlibur merasa lebih bahagia dan seimbang. Ini menciptakan siklus positif di mana kebahagiaan pribadi mereka memengaruhi kinerja mereka di tempat kerja.
  • Kesehatan yang Lebih Baik: Salah satu manfaat paling nyata dari work-life balance adalah dampak positifnya pada kesehatan. Ketika kamu memberi diri cukup waktu untuk beristirahat dan mengejar kegiatan di luar pekerjaan, Kamu mengurangi risiko stres yang nantinya berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental.
  1. Kolaborasi dan Tim yang Solid

Kolaborasi dan kerja tim yang solid adalah pilar utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Dalam konteks ini, kolaborasi bukan hanya sekedar kata, tetapi sebuah budaya yang diterapkan secara konsisten di seluruh organisasi. Inilah mengapa kolaborasi dan kerja tim yang solid sangat penting dalam menginspirasi produktivitas dan kesejahteraan di tempat kerja.

  • Pencapaian Tujuan Bersama: Kolaborasi dan kerja tim memungkinkan karyawan untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Ketika individu bekerja sebagai tim, mereka dapat menggabungkan keahlian mereka dan memecahkan masalah yang lebih kompleks dengan lebih efektif. Hasilnya adalah kesuksesan yang lebih besar dalam mencapai tujuan bisnis.
  • Peningkatan Keterlibatan: Karyawan yang merasa bagian dari tim yang solid merasa lebih terlibat dalam pekerjaan mereka. Mereka memiliki perasaan kepemilikan terhadap hasilnya, yang meningkatkan motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan. Keterlibatan yang tinggi ini menghasilkan produktivitas yang lebih besar.
  • Diversitas Ide dan Perspektif: Dalam tim yang solid, beragam pandangan dan ide selalu disambut dengan baik. Ini menciptakan lingkungan yang kaya akan ide-ide baru dan solusi inovatif. Karyawan merasa dihargai karena kontribusi mereka, yang mendorong partisipasi aktif.

Baca Juga: Apa itu ‘Power Harassment’, Kekerasan yang Dinormalisasi di Dunia Kerja

  1. Penghargaan dan Pengakuan

Penghargaan dan pengakuan adalah komponen penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Dikutip dari Better Up, How to build a healthy workplace environment, di tempat kerja yang memahami peran keduanya, karyawan merasa dihargai dan terinspirasi untuk memberikan yang terbaik. Inilah mengapa penghargaan dan pengakuan memiliki peran sentral dalam memotivasi karyawan dan meningkatkan kesejahteraan di lingkungan kerja.

  • Motivasi Tinggi: Karyawan yang merasa dihargai dan diakui atas kontribusi mereka cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Mereka merasa bahwa usaha mereka dihargai dan memiliki dampak positif pada perusahaan. Motivasi yang tinggi adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas.
  • Meningkatkan Hubungan Kerja: Penghargaan dan pengakuan menciptakan hubungan yang lebih baik antara manajemen dan karyawan. Karyawan merasa bahwa manajemen memperhatikan dan peduli tentang kontribusi mereka. Ini menciptakan saluran komunikasi yang lebih baik.
  • Meningkatkan Kolaborasi: Ketika karyawan merasa dihargai, mereka cenderung lebih bersedia berkolaborasi. Mereka merasa bahwa tim dan organisasi mendukung mereka, yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi lebih besar dalam proyek-proyek bersama.

Baca Juga: Budaya Kerja Toksik Dimulai dari Kepemimpinan Medioker

  1. Memberi Kesempatan Karyawan untuk Berkembang

Kesempatan pengembangan adalah salah satu aspek penting dari lingkungan kerja yang sehat. Ini mencakup semua langkah dan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan karyawan kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan berkembang dalam karier mereka.

Read More
tips manajemen stres di tempat kerja

Tips Manajemen Stres di Tempat Kerja yang Efektif

Manajemen stres di tempat kerja adalah elemen penting dalam menjaga kesehatan mental dan produktivitas kerja. Dalam dunia yang penuh tekanan seperti saat ini, sangat penting untuk memahami bagaimana mengelola stres di lingkungan kerja. Artikel ini akan membahas langkah-langkah sederhana untuk membantu kamu mengatasi stres di tempat kerja dan mencapai kesejahteraan mental.

Metode Manajemen Stres Sederhana yang Dapat Kamu Lakukan

  1. Mengidentifikasi Sumber Stres

Langkah pertama yang penting dalam manajemen stres di tempat kerja adalah mengidentifikasi sumber stres. Dalam lingkungan kerja, stres dapat muncul dari berbagai aspek, dan mengetahui dari mana stres kamu berasal akan membantu kamu mengatasi masalah ini dengan lebih efektif.

Berikut adalah beberapa poin yang dapat membantu kamu dalam mengidentifikasi sumber stres:

a. Beban Kerja yang Berlebihan
Beberapa karyawan mungkin merasa stres karena beban kerja yang terlalu berat. Ini dapat terjadi jika kamu memiliki terlalu banyak tugas atau tanggung jawab yang harus ditangani dalam waktu yang singkat. Biasanya, tanda-tanda stres seperti kecemasan, ketegangan, dan tekanan berlebihan dapat mengindikasikan beban kerja yang berlebihan.

b. Konflik Interpersonal
Konflik dengan rekan kerja atau bahkan atasan juga bisa menjadi sumber stres. Konflik ini bisa berkisar dari perbedaan pendapat dalam tim hingga masalah komunikasi. Keharmonisan dalam hubungan kerja sangat penting untuk menghindari stres yang disebabkan oleh konflik interpersonal.

c. Tekanan Deadline
Tekanan dari tenggat waktu yang ketat juga sering menjadi pemicu stres di tempat kerja. Bekerja dengan jadwal yang padat dan terbatas dapat membuat seseorang merasa tertekan. Ketika kamu merasa stres akibat tekanan deadline, hal ini mungkin memengaruhi kualitas pekerjaan kamu nantinya.

d. Work-life Balance
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance, juga merupakan faktor penting dalam manajemen stres. Jika kamu merasa sulit untuk menjaga keseimbangan ini, kamu mungkin akan merasakan stres yang disebabkan oleh perasaan tidak seimbang.

Baca Juga: ‘Holiday Stress’: Memahami Stres yang Datang Menjelang Liburan

  1. Berbicara dengan Atasan atau HR

Setelah kamu berhasil mengidentifikasi sumber stres di tempat kerja, langkah selanjutnya yang sangat penting adalah berbicara dengan atasan atau departemen sumber daya manusia (HR). Berbicara dengan pihak yang berwenang dapat membantu kamu menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi stres dan tekanan kerja.

  1. Prioritaskan Tugas Kamu

Manajemen waktu yang baik adalah kunci untuk mengurangi stres. Prioritaskan tugas-tugas kamu dan fokus pada yang paling penting. Ini akan membantu kamu merasa lebih terorganisir dan mengurangi perasaan terburu-buru.

Juga jangan takut untuk berkata “tidak”. Terkadang, kamu mungkin mendapat permintaan tambahan yang dapat mengganggu prioritas kamu. Jangan ragu untuk mengatakan “tidak” jika kamu merasa bahwa menerima permintaan tersebut akan mengganggu tugas-tugas yang lebih penting.

  1. Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup merupakan elemen penting dalam manajemen stres di tempat kerja. Seringkali, dalam usaha untuk menyelesaikan pekerjaan, banyak orang melupakan pentingnya beristirahat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan stres dan penurunan produktivitas. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pentingnya beristirahat yang cukup:

a. Mengembalikan Energi

Saat kamu bekerja tanpa henti, tubuh dan pikiran akan menjadi lelah. Istirahat yang cukup membantu kamu mengembalikan energi yang diperlukan untuk menjalani tugas-tugas sehari-hari. Dengan istirahat yang cukup, kamu akan merasa segar dan lebih siap menghadapi tugas-tugas berikutnya.

b. Meningkatkan Konsentrasi

Beristirahat tidak hanya mengembalikan energi fisik tetapi juga membantu meningkatkan konsentrasi mental. Saat kamu merasa lelah, konsentrasi kamu cenderung berkurang, dan kamu mungkin kesulitan untuk fokus pada pekerjaan kamu. Istirahat singkat dapat membantu kamu memulihkan konsentrasi dan produktivitas.

c. Mengurangi Stres

Istirahat adalah waktu untuk merilekskan pikiran dan melepaskan ketegangan. Ketika kamu memberikan diri kamua jeda, kamu dapat meredakan stres yang mungkin dirasakan saat bekerja. Ini juga membantu menghindari akumulasi stres yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental kamu.

Baca Juga: Beban Kerja Mahasiswa Magang Setara Pekerja Penuh Waktu, tapi Mayoritas Tak Diupah

  1. Berolahraga dan Makan dengan Sehat

Berolahraga secara teratur dan menjaga pola makan yang sehat adalah dua faktor penting dalam manajemen stres di tempat kerja. Kesehatan fisik dan mental sangat terkait, dan melakukan kebiasaan baik ini dapat membantu kamu mengatasi stres dengan lebih efektif. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang pentingnya berolahraga dan makan dengan sehat:

a. Manfaat Berolahraga
Berolahraga secara teratur membawa sejumlah manfaat positif bagi kesehatan. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berlari, bersepeda, atau bahkan yoga dapat membantu:

  • Mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
  • Meningkatkan suasana hati dan perasaan bahagia.
  • Mengurangi ketegangan fisik.
  • Meningkatkan kualitas tidur kamu.
  • Meningkatkan energi dan daya tahan tubuh.

b. Makan dengan Sehat
Pola makan yang sehat juga merupakan faktor kunci dalam manajemen stres. Gizi yang baik memberikan energi yang diperlukan untuk menjalani tugas sehari-hari dan menjaga kesehatan mental.

  1. Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri

Sebuah sikap yang sering terabaikan dalam manajemen stres di tempat kerja adalah kemampuan untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri. Terlalu banyak tekanan yang kamu berikan pada diri sendiri dapat menyebabkan stres yang berlebihan dan merusak kesehatan mental. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penting untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri di lingkungan kerja:

a. Mencegah Burnout
Ketika kamu terlalu keras pada diri sendiri, ada risiko besar mengalami burnout. Burnout adalah kondisi di mana kamu merasa kelelahan fisik dan mental yang ekstrem akibat tekanan dan pekerjaan berlebihan. Ini dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

b. Manfaatkan Dukungan Sosial
Berbicara dengan rekan kerja, teman, atau keluarga yang sedang kamu rasakan adalah cara yang baik untuk mengurangi tekanan. Dukungan sosial dapat membantu kamu menghadapi tantangan dengan lebih baik dan merasa lebih didukung.

Baca Juga: Apa itu ‘Power Harassment’, Kekerasan yang Dinormalisasi di Dunia Kerja

c. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Alihkan perhatian dari hanya fokus pada hasil akhir dan lebih memusatkan perhatian pada proses. Dalam banyak kasus, proses kerja itu sendiri menghasilkan banyak pelajaran berharga. Ini membantu kamu mengurangi tekanan dan menghindari rasa kecewa ketika hasil tidak sesuai harapan.

Read More
apa itu power harassment di jepang

Apa itu ‘Power Harassment’, Kekerasan yang Dinormalisasi di Dunia Kerja

Kentarō Momose adalah laki-laki pekerja kantoran berusia 26 tahun. Ia pindah ke Tokyo untuk mengejar mimpinya bekerja di biro periklanan dan membuat kampanye atau iklan. Sayangnya, ambisi tersebut perlahan pudar ketika ia mendapatkan atasan yang gila kuasa.

Selama bekerja di kantor, Momose jarang diapresiasi. Sebaliknya ia lebih sering dikritik, dimarahi, bahkan dipermalukan di depan kolega kantornya. Momose juga kerap dibebankan pekerjaan yang tak sesuai dengan jobdesk-nya tanpa dibantu sama sekali. Alhasil, kesehatan mental Momose menurun tajam.

Ia stres berat. Dia jadi mudah panik dan paranoid. Perutnya sering sakit dan kepalanya bisa mendadak pusing tiap tertekan. Menyadari keadaan semakin memburuk, Momose mengajukan surat pengunduran diri. Tindakan yang buat dirinya sendiri dianggap sebagai aksi heroik.

Saat pindah ke perusahaan lain, Momose khawatir bos barunya Shirasaki juga akan membuat hidupnya sengsara. Beruntung, sikap Shirasaki berbanding terbalik dengan bos lama. Untuk pertama kalinya, Momose bisa menikmati bekerja dan menemukan kembali ambisi serta mimpinya yang terkubur.

Baca Juga: Perempuan Melawan Kekerasan

Mengenal Power Harassment

Pengalaman Momose di atas adalah sedikit cuplikan dari anime terbaru dari Studio Aniplex yang secara global ditayangkan layanan streaming berbayar Crunchyroll. Apa yang dialami Momose di kantor lamanya adalah bentuk kekerasan. Di Jepang jenis kekerasan ini dikenal dengan istilah khusus, yaitu pawa-hara atau power harassment.

Dikutip dari penelitian yang diterbitkan Journal of Asia-Pacific Study Universitas Waseda pada 2014, istilah power harassment pertama kali dicetuskan psikolog sosial Okada Yasuko pada 2003. Okada menjelaskan power harassment adalah pelecehan dan penindasan di tempat kerja yang dilakukan oleh mereka si pemilik kekuasaan lebih besar, kepada orang yang berpangkat lebih rendah.

Power harassment sendiri dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dari pelecehan verbal hingga penyerangan fisik. Dikutip dari laman website Littler Mendelson P.C, firma hukum Amerika Serikat yang berfokus pada hukum perburuhan dan ketenagakerjaan, power harassment bisa terdiri dari:

  1. Pelecehan verbal, contohnya dengan membuat komentar yang menghina, mencaci maki, atau meremehkan
  2. Intimidasi, contohnya dengan membuat gerakan mengancam atau menggunakan suara tinggi
  3. Isolasi, contohnya mencegah seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan
  4. Tuduhan palsu
  5. Penghinaan di depan umum
  6. Penyerangan fisik atau pemukulan
  7. Pembalasan dendam, contohnya dengan memecat atau menurunkan pangkat karyawan yang mengeluhkan ia mengalami power harassment
  8. Manipulasi halus dan penggunaan wewenang, contohnya dengan memaksa seseorang untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai atau menciptakan lingkungan yang mengancam atau tidak bersahabat

Walaupun power harassment dipopulerkan di Jepang, nyatanya itu terjadi di berbagai daerah lainnya. Dalam penelitian yang sama, penulis Glenda S. Roberts menyatakan power harassment adalah kekerasan yang umum ditemui di dunia kerja manapun. Di Perancis misalnya, power harassment punya istilahnya sendiri, yaitu harcèlement morale.

Baca Juga: Kekerasan Seksual pada AOC Bukti Kerentanan Perempuan Bahkan di Level Pemimpin

Kekerasan yang Dinormalisasi

Power harassment bisa dibilang jadi praktik kekerasan yang dinormalisasi.  Mengutip dari penelitian Okada berbahasa Jepang yang diterbitkan pada 2003, Roberts bilang, normalisasi ini terjadi karena di dunia kerja masih menerapkan hirearki rantai perintah (chain of command) dari atasan ke bawahan. Sehingga, itu rentan memicu penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang.

Okada juga mencatat, dari kasus-kasus yang masuk ke hotline pawa-hara, pekerja tetap lebih rentan mengalami power harassment dibandingkan mereka yang bekerja sendiri atau freelance. Ini karena mereka ada dalam posisi tidak dapat melarikan diri dan harus berada di tempat kerja sepanjang hari. Karena itu, ia beralasan, power harassment kemungkinan besar terjadi di tempat yang relatif tertutup dan di antara orang-orang yang memiliki hubungan yang stabil.

Dalam buku yang ia tulis bersama koleganya, Hiroshi Umezu pada 2003 dijelaskan, ketimpangan relasi kuasa antara atasan dan bawahan diperparah dengan beberapa faktor lain. Misalnya, kompetisi kerja global, generation gap, dan revolusi teknologi. Dalam hal generation gap, posisi atasan banyak dipegang oleh orang yang usianya lebih tua. Perbedaan pemahaman, etos kerja, serta kesadaran tentang hak pekerja antar generasi semakin memperparah kerentanan pekerja di level bawah yang umumnya datang dari generasi muda.

Hal lain yang perlu digarisbawahi dari power harassment adalah jenis kekerasan ini banyak dialami laki-laki. Namun, mereka juga yang kesulitan melaporkan kekerasan tersebut. Dalam wawancara bersama laki-laki pekerja kantoran bernama Sugimoto misalnya, ia dan kolega laki-lakinya kesulitan atau malu melaporkan power harassment. Sebab, ada anggapan laki-laki harus kuat banting. Ini adalah maskulinitas toksik yang sayangnya masih langgeng di dunia kerja. 

 “Kalau ada yang melaporkan ya mereka dianggap seperti laki-laki yang berkemauan lemah.” (Otoko no kuse ni konjou nashi),” kata Sugimoto.

Pengalaman Sugimoto ini setidaknya terefleksi dalam laporan International Labour Organization (ILO) pada 2022. Dalam laporan yang berjudul Experiences of violence and harassment at work: A global first survey, ILO menemukan, baik di negara-negara berpendapatan menengah ke atas maupun di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah, laki-laki lebih besar kemungkinan mengalami kekerasan dan pelecehan dalam kehidupan kerja mereka dibandingkan perempuan.

Lebih dari itu, secara global, laki-laki lebih besar kemungkinannya mengalami kekerasan fisik dan pelecehan di tempat kerja yang berulang dibandingkan perempuan. Dalam persentase, korban laki-laki cenderung telah mengalami kekerasan fisik dan pelecehan berkali-kali (55,7 persen) dibandingkan dengan korban perempuan (52,2 persen).

Kerentanan ini kemudian sama seperti yang diungkapkan Okada dalam penelitiannya soal generation gap juga lebih tinggi dialami oleh pekerja muda. Di seluruh dunia, kaum muda yang bekerja (usia 15-24 tahun) kemungkinan besar pernah mengalami kekerasan dan pelecehan di tempat kerja dalam lima tahun terakhir, dengan prevalensi sebesar 23,3 persen. Angka ini menurun seiring bertambahnya usia, dari 20,2 persen pada pekerja berusia 25–34 tahun menjadi 12,0 persen pada pekerja berusia 55 tahun ke atas.

Baca Juga: Budaya Kerja Toksik Dimulai dari Kepemimpinan Medioker

Dengan kerentanan pekerja mengalami power harassment, ILO sendiri mencatat lebih dari satu dari lima (22,8 persen atau 743 juta) orang yang bekerja pernah mengalami setidaknya satu kekerasan dan pelecehan di tempat kerja selama masa kerja mereka, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Dalam rekomendasi, ILO misalnya mengatakan untuk mengeliminasi berbagai jenis kekerasan dan pelecehan di dunia kerja, pencegahan pun menjadi penting. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan peningkatan kesadaran mengenai kekerasan dan pelecehan di tempat kerja. 

Peningkatan kesadaran dan pengetahuan merupakan langkah awal dalam mengubah persepsi dan sikap yang melanggengkan atau membiarkan berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan, khususnya kekerasan dan pelecehan berbasis gender serta kekerasan dan pelecehan yang dimotivasi oleh diskriminasi.

Selain itu, peningkatan kapasitas lembaga-lembaga di semua tingkatan untuk melaksanakannya layanan pencegahan, remediasi dan dukungan yang efektif perlu didorong. Ini dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap keadilan dan memastikan adanya keadilan bagi para korban tidak dibiarkan sendirian saat mengalami kekerasan dan pelecehan di tempat kerja.

Sejalan dengan Konvensi dan Rekomendasi ILO No. 190 No. 206, penguatan kapasitas organisasi pengusaha dan pekerja dirancang untuk menerapkan langkah-langkah efektif, serta menyediakan layanan dukungan kepada anggota. Itu juga termasuk meningkatkan mekanisme dan layanan penyelesaian sengketa untuk menangani kekerasan dan pelecehan secara tepat waktu dan responsif gender. 

Untuk level negara, pencegahan bisa dilakukan dengan memperkuat dan memperluas regulasi yang berfokus pada kesejahteraan pekerja.Hal ini dinilai ILO bisa secara efektif mencegah dan menangani kekerasan dan pelecehan di dunia kerja, termasuk melalui manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). sistem kebijakan dan program K3, mekanisme tripartit dan sistem pengawasan ketenagakerjaan.

Read More
kenali investasi bodong jangan sampai terjebak

Kenali Investasi Bodong: Jangan Terjebak dalam Jeratan Penipuan

Investasi adalah langkah yang bijak untuk mengembangkan aset yang kita punya. Namun, di tengah lautan peluang investasi yang ada, terdapat pula investasi bodong yang bisa merugikan kita secara finansial. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi topik investasi bodong dan bagaimana kamu dapat menghindarinya.

Apa Itu Investasi Bodong?

Dikutip dari Kompas, investasi bodong adalah skema investasi ilegal yang menjanjikan keuntungan besar, tetapi pada akhirnya menghilangkan dana yang sudah kita berikan. Penipu yang terlibat dalam investasi bodong seringkali memanfaatkan ketidaktahuan dan keinginan orang untuk menghasilkan uang dengan cepat. Mereka menjanjikan imbal hasil yang tidak masuk akal, seringkali jauh di atas tingkat pengembalian yang wajar.

Baca Juga: Alokasi Gaji yang Cermat: Tips Perencanaan Keuangan yang Efektif

Ciri-ciri Investasi Bodong

Mari kita bahas lebih rinci mengenai ciri-ciri investasi bodong supaya kamu dapat mengidentifikasinya dengan lebih baik. Memahami tanda-tandanya adalah langkah penting untuk melindungi diri kita dari skema penipuan keuangan ini. Dikutip dari laman Kementrian Keuangan, berikut adalah beberapa ciri-ciri yang perlu kita waspadai:

  • Return yang Terlalu Tinggi: Salah satu tanda paling mencolok dari investasi bodong adalah janji pengembalian investasi yang terlalu tinggi. Penipu akan berusaha meyakinkan kamu akan dapat menghasilkan keuntungan yang luar biasa besar dalam waktu singkat. Misalnya, mereka mungkin menjanjikan pengembalian investasi 100% dalam sebulan atau lebih. Ingatlah bahwa investasi yang sah tidak menawarkan keuntungan yang tidak realistis.
  • Kurangnya Informasi Transparan: Investasi yang sah akan memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana uang atau dana kamu akan digunakan dan diinvestasikan. Di sisi lain, investasi bodong seringkali tidak memberikan informasi yang transparan. Mereka mungkin menghindari menjelaskan strategi investasi mereka atau bagaimana mereka menghasilkan keuntungan.
  • Tekanan untuk Segera Berinvestasi: Penipu investasi bodong seringkali akan memberikan tekanan kepada calon investor agar segera berinvestasi. Mereka mungkin mengklaim bahwa kesempatan ini hanya tersedia untuk waktu yang terbatas atau bahwa kamu akan kehilangan peluang besar jika kamu tidak berinvestasi sekarang. Ini adalah taktik manipulatif yang dirancang untuk mendorong kamu membuat keputusan tanpa pertimbangan yang matang.
  • Sistem Piramida: Beberapa investasi bodong mengikuti model bisnis piramida. Dalam skema ini, investor diberi insentif untuk merekrut orang lain ke dalam investasi. Mereka mungkin diminta untuk membeli produk atau saham yang tidak memiliki nilai nyata. Uang dari investor baru ini kemudian digunakan untuk membayar investor yang lebih lama. Model bisnis ini tidak stabil dan pada akhirnya akan runtuh.
  • Reputasi yang Buruk atau Tidak Jelas: Jika kamu tidak dapat menemukan informasi yang jelas tentang perusahaan atau individu yang menawarkan investasi, itu bisa menjadi tanda peringatan. Investasi yang sah akan memiliki reputasi yang baik dan dapat dipercaya. Selidiki perusahaan atau individu tersebut secara online, dan pastikan tidak ada laporan negatif atau tindakan hukum terhadap mereka.
  • Pemalsuan Dokumen atau Testimonial: Beberapa penipu investasi bodong mungkin menggunakan dokumen palsu atau testimonial palsu untuk meyakinkan kamu. Mereka mungkin menunjukkan laporan keuntungan palsu atau mengutip testimonial dari orang yang sebenarnya tidak pernah berinvestasi. Ini adalah upaya untuk menciptakan ilusi keberhasilan.
  • Ketidakjelasan Hukum: Investasi bodong seringkali beroperasi di zona abu-abu hukum atau ilegal. Mereka mungkin tidak memiliki lisensi atau regulasi yang sah. Ini adalah tanda peringatan lain bahwa kamu harus menghindari investasi tersebut.

Baca Juga: 5 Cara atau Strategi Tepat Meminta Kenaikan Gaji ke Atasan

Bagaimana Menghindari Investasi Bodong?

Untuk menghindarinya kamu harus selalu mencari tahu dengan cermat sebelum berinvestasi. Berikut beberapa langkah yang dapat kamu ambil:

  • Periksa Lisensi dan Regulasi: Sebelum berinvestasi, pastikan bahwa perusahaan atau individu yang menawarkan investasi memiliki lisensi yang sah dan diatur oleh otoritas keuangan yang kompeten. Lisensi ini menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi persyaratan hukum untuk menjalankan bisnis investasi.
  • Lakukan Penelitian Mendalam: Selidiki dengan cermat perusahaan atau individu yang menawarkan investasi. Cari informasi tentang reputasi mereka secara online. Jika kamu mendapati laporan negatif atau tindakan hukum terhadap mereka, itu bisa menjadi tanda peringatan.
  • Waspadai Tawaran yang Terlalu Bagus: Waspadalah terhadap tawaran investasi yang menjanjikan pengembalian yang terlalu tinggi dalam waktu singkat. Ingatlah bahwa investasi yang sah tidak menawarkan keuntungan yang tidak realistis. Jika terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, maka sebaiknya kamu waspada.
  • Pertimbangkan Risiko: Sebelum berinvestasi, pertimbangkan risiko dengan cermat. Pertimbangkan apakah tingkat pengembalian yang dijanjikan sesuai dengan tingkat risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Jika kamu merasa risiko tidak sebanding dengan imbal hasil, pertimbangkan untuk mencari alternatif.
  • Jangan Terburu-buru: Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi. Beri diri kamu waktu untuk mempertimbangkan semua informasi dengan baik. Penipu investasi bodong seringkali menggunakan taktik tekanan agar kamu segera berinvestasi. Hindari terjebak dalam situasi ini.
  • Konsultasikan dengan Ahli Keuangan: Jika kamu merasa ragu atau tidak yakin tentang suatu investasi, konsultasikan dengan seorang ahli keuangan yang dapat memberikan nasihat yang obyektif dan berdasarkan pengetahuan.

Baca Juga: 5 Tokoh Perempuan Pembuat Kebijakan di Sektor Ekonomi dan Keuangan

Investasi adalah langkah penting dalam mengelola keuangan kamu, tetapi Anda harus selalu waspada terhadap investasi bodong yang dapat merusak keuangan kamu. Dengan mengenali ciri-ciri investasi bodong dan melakukan penelitian yang cermat, kamu dapat melindungi diri dan mengambil langkah yang bijak dalam dunia investasi.

Read More