manfaat overthinking

Enggak Melulu Buruk, ‘Overthinking’ Kerjaan Punya Segudang Manfaat

Overthinking adalah keadaan di mana seseorang cenderung merasakan kecemasan karena berpikir secara berlebihan. Biasanya itu dipicu dari berbagai kejadian tak mengenakkan di masa lalu, kesalahan yang masih kita sesali hingga hari ini, sampai ketakutan akan risiko gagal.

Kebanyakan orang relatif menganggap overthinking sebagai hal negatif. Padahal sebenarnya, kondisi ini punya berbagai manfaat secara fisik dan mental. 

Pengertian Overthinking

Dikutip dari Forbes.com, overthinking, problem solving, dan refleksi diri merupakan hal yang sangat berbeda. Dibanding problem solving dan refleksi diri, overthinking lebih bersifat lebih umum, yaitu memikirkan tentang segalanya dalam satu waktu.

Baca Juga: 8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Hal ini membuat kamu susah tidur pun cenderung merasakan cemas. Namun di sisi lain, sering overthinking berarti punya modal baik karena otak terbiasa berpikir kritis dan menampung semua kemungkinan.

Nah, kebiasaan overthinking tersebut harus kamu arahkan menjadi tindakan problem solving dan refleksi diri. Sehingga, overthinking yang kamu lakukan sebelum tidur dapat bermanfaat buat diri kamu.

Manfaat Overthinking yang Perlu Kamu Tahu

  1. Membuat kamu lebih kreatif

Dikutip dari Today.com, menurut Adam Perkins, Dosen Neurobiologi di King’s College London, orang-orang yang suka berpikir berlebihan atau overthinking umumnya akan lebih kreatif.

Overthinking menaikkan kemampuan seseorang dalam menemukan makna dari segala kejadian. Karena itulah mereka biasanya berimajinasi lebih baik. Salah satu manfaat overthinking satu ini adalah membuat seseorang bisa melahirkan karya original.

  1. Menyiapkan rencana dengan baik

Manfaat overthinking ini berarti orang-orang yang sering demikian selalu siap untuk hadapi situasi apapun berkat kebiasaannya memikirkan begitu banyak hal.

Bahkan, enggak jarang seorang overthinker bisa mendapatkan solusi dari permasalahan dengan cepat dibanding orang lain. Pasalnya, mereka sudah mempunyai rencana yang tepat untuk menghadapi segala hal.

  1. Membuat keputusan tepat

Overthinking membuat seseorang jadi takut kalau sampai ia melakukan kesalahan. Kebiasaan ini membuat overthinker selalu menimbang ulang berkali-kali yang ia pikirkan dalam kepalanya.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Memang hal ini terdengar seperti orang yang plin-plan. Akan tetapi, kondisi itu malah bisa menghindarinya dari kesalahan dalam menentukan pilihan.

Seorang overthinker yang sudah berpikir berulang kali bakal menimbang dampak negatif dan positif, sebelum akhirnya yakin dan memutuskan.

Sebaliknya, orang-orang yang terlalu cepat menentukan sesuatu malah lebih sering menyesal dibanding seorang overthinker.

  1. Selalu ingin sempurna

Orang yang overthinking selalu memikirkan tentang harinya.

Biarpun waktu kerja sudah selesai, seorang overthinker umumnya akan mengingat-ingat lagi seharian, apa saja yang sudah dilakukan. Ia juga memikirkan kira-kira apa yang bisa diperbaiki esok harinya.

Orang yang sering overthinking termasuk orang yang perfeksionis. Dengan begitu, mereka ingin semuanya bisa terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada penyesalan nantinya.

Oleh karena itu, manfaat dari overthinking lainnya adalah sifat yang selalu ingin sempurna. Pasalnya, seseorang yang sering overthinking ingin memastikan hasil kerjanya bisa sebaik mungkin dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

Bisa jadi, seorang overthinker lebih disenangi atasan dibanding karyawan yang lain.

  1. Melatih kemampuan observasi

Manfaat lainnya, seorang overthinker termasuk seorang observator atau pemerhati yang baik. Karena sering overthinking, mereka jadi lebih terbiasa memperhatikan hal-hal kecil dari sekitarnya.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Overthinker lebih tanggap dan cepat untuk melihat situasi dibanding orang yang cenderung santai dan tidak terlalu banyak berpikir. Lantaran termasuk orang yang teliti, overthinker dapat sangat pas bekerja sebagai peneliti,auditor, dokter, dan masih banyak yang lain.

  1. Menjaga relasi lebih baik

Karena punya kemampuan observasi, seorang overthinker dapat jadi teman atau rekan kerja yang dapat diandalkan.

Kebiasaan overthinking membuat mereka jadi sangat sensitif terhadap perasaan teman atau rekan kerja karena tidak ingin mengecewakan mereka.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Tidak cuma itu, overthinking sangat bermanfaat saat dihadapkan pada masalah. Mereka akan menghabiskan waktu guna memikirkan solusi yang tepat dan berusaha tenang dalam menghadapinya.

  1. Gampang untuk introspeksi diri

Menurut verywellmind.com, sisi positif dari overthinking yang jarang disadari adalah membuat kamu jadi gampang untuk introspeksi diri. Kebiasaan overthinking akan membuatmu mudah mendapati kesalahan pada diri sendiri.

Dengan mengetahui lebih awal, maka kamu dapat melakukan introspeksi diri jadi dapat belajar dari kesalahan di masa lalu dan membenahi kekurangan yang ada. Tentunya setelah ini kamu dapat jadi pribadi dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya.

Read More
ciri ciri burnout

‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Apakah saat menjalani pekerjaan di kantor, kamu pernah merasa sangat lelah, baik fisik maupun mental? Hati-hati, jangan anggap remeh hal tersebut. Bisa jadi kamu tengah mengalami burnout syndrome. Itu adalah keadaan di mana seseorang mengalami stres berkepanjangan yang belum teratasi dengan baik.

Karena efeknya relatif serius, burnout sampai jadi perhatian khusus World Health Organization (WHO). Organisasi ini menetapkan, burnout syndrome tergolong stres kronis yang menuntut solusi cepat. Pasalnya, dampak negatif burnout akan sangat berpengaruh pada kesehatan, kebahagiaan, hubungan percintaan, kinerja dalam bekerja, dan aspek lainnya.

Dalam buku yang berjudul Burnout: The High Cost of High Achievement (1981), burnout atau lelah fisik dan mental ini memicu gejala umum, kehilangan motivasi untuk menuntaskan urusan. Ini senada dengan definisi yang disampaikan David Ballard dari American Psychological Association di mana burnout sama dengan kehilangan minat yang kemudian berujung pada penurunan produktivitas.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Jadi, burnout adalah kondisi kelelahan secara emosional, fisik, dan mental yang diakibatkan oleh stres berlebihan dan berkepanjangan. Keadaan ini membuat seseorang jadi kewalahan, kelelahan secara emosional, dan akhirnya membuat ia merasa tidak mampu melaksanakan tanggung jawab keseharian.

Ciri-ciri Burnout

Kita semua pasti pernah merasakan kelelahan dan stres waktu bekerja. Akan tetapi, seorang yang mengalami burnout kemungkinan besar akan merasakan atau memperlihatkan ciri-ciri berikut ini:

  1. Gampang marah

Menurut Sehatq.com, saat seseorang mengalami burnout, ia akan jadi gampang marah. Tidak cuma pada rekan kerja, perubahan perilaku ini bisa terjadi saat kamu sedang bersama anggota keluarga atau teman dekat.

Hal-hal yang biasanya tidak pernah menjadi masalah untuk kamu, sekarang dapat jadi pemicu amarah dengan mudah. Kamu juga akan lebih cepat merasa kesal, apabila aktivitas tidak berjalan sesuai rencana.

  1. Turunnya semangat kerja dan kelelahan

Menurut Psychologytoday.com, salah satu ciri-ciri burnout adalah tidak ada lagi semangat dalam bekerja dan hasrat terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Tetap bekerja tanpa disertai semangat bisa menguras banyak energi, yang memicu kelelahan.

  1. Produktivitas kerja yang menurun

Salah satu ciri-ciri burnout yang paling umum dirasakan oleh seseorang adalah produktivitas kerja yang menurun. Pasalnya, burnout dapat membuat seseorang jadi memilih untuk menghindar dalam menyelesaikan tanggung jawab.

Keadaan ini juga dapat membuat seseorang yang awalnya rajin menjadi sering menunda mengerjakan tugasnya. Beberapa bahkan ada yang sengaja mengurangi jam kerjanya, jadi sering pulang lebih awal dari jam seharusnya atau bahkan jadi malas masuk ke kantor.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

  1. Menghindar dari orang lain

Suka menghindar dari orang lain juga merupakan salah satu ciri-ciri burnout. Keadaan ini menyebabkan seseorang merasa kewalahan, sehingga merasa sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, termasuk rekan kerja, sahabat, dan keluarga.

  1. Tidak mau ikut kegiatan kantor

Menurut Healthline.com, ciri seseorang mengalami burnout adalah ia menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang memberikan tekanan tinggi. Hal ini membuat mereka punya pandangan yang buruk terhadap semua kegiatan maupun hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

Mereka jadi tidak tertarik mengikuti kegiatan kantor, tidak bergaul dengan rekan kerja, dan mulai merasa kehilangan ketertarikan dengan tempat kerja.

Cara Mengatasi Burnout

Kalau kamu mengalami ciri-ciri burnout seperti di atas, maka sangat disarankan untuk segera mengatasinya. Berikut ini beberapa cara yang dapat kamu lakukan waktu mengalami burnout:

  1. Lakukan kegiatan untuk relaksasi

Dikutip dari Mayoclinic.org, cara mengatasi burnout bisa ditempuh dengan melakukan kegiatan yang bisa membuat rileks. Contohnya membaca, yoga, mendengarkan musik, dan meditasi.

Kamu juga bisa mencoba menerapkan mindfulness atau kamu berfokus pada kejadian yang sedang dirasakan saat ini dan melakukannya dengan tenang tanpa menghakimi. Mindfulness juga akan membuat kamu lebih sabar dan terbuka dalam menghadapi kondisi burnout.

  1. Istirahat yang cukup

Kamu butuh istirahat yang cukup, jadi kamu bisa membuat jadwal istirahat dengan teratur untuk beberapa periode. Dengan adanya jadwal kamu akan jadi lebih disiplin untuk istirahat nantinya.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Kamu bisa memakai alarm untuk mengingatkan kamu bahwa sudah waktunya untuk beristirahat dan berhenti mengerjakan pekerjaan yang sedang kamu jalani.

Tidak perlu ideal istirahat harus rebahan di kasur, kamu dapat tidur sambil duduk waktu jam istirahat kantor sekitar setengah jam agar pikiran kembali jernih.

  1. Rutin berolah raga

Hal lain yang bisa kamu coba adalah olahraga. Kamu bisa melakukannya minimal seminggu sekali. Kamu dapat mengajak temanmu supaya kamu bisa terus semangat untuk berolahraga. Pun, temanmu bisa menjadi pengingat kamu supaya tetap bugar dengan cara berolahraga.

Read More
Kiat Sukses Memasuki Dunia Kerja

Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

kiat sukses di dunia kerja – Masa-masa lulus kuliah adalah transisi yang paling bikin degdegan. Dari yang mulanya kita terbiasa dengan kompensasi dari orang tua, kini mau tak mau kita memasuki dunia baru di mana tanggung jawab besar disematkan di bahu. Menjadi orang dewasa, memiliki pekerjaan yang mapan, mandiri adalah sejumlah tantangan jamak yang harus dihadapi para lulusan baru.

Karena itulah, buat orang yang dulunya merasakan pahit getir berburu kerja usai kuliah rampung, saya menyarankan fresh graduate untuk melakukan persiapan sebelum memasuki dunia kerja. Sebab, bila tidak memiliki persiapan yang memadai, jangan kaget kita terbata-bata memasuki dunia profesional nan kejam. 

Nah, supaya hal-hal yang tak diinginkan menjauh darimu, berikut adalah beberapa kiat sukses menghadapi persaingan di dunia kerja, yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

  1. Pahami Apa yang Kamu Inginkan

Menurut Forbes.com, kiat sukses pertama sebelum memasuki dunia kerja adalah menentukan hal yang benar-benar kamu inginkan. Mungkin, hal ini terdengar agak aneh. Memang, ada hubungannya hal yang kita sukai dengan kehidupan di dunia kerja?

Jangan salah, mengetahui hal yang diinginkan dan tujuan dalam hidup akan membantu kamu dalam kehidupan kerja, termasuk mempermudahmu melewati wawancara kerja.

Selain itu, bekerja dalam bidang yang disukai akan membuatmu lebih semangat dan fokus terhadap semua tugas yang akan diberikan oleh atasan.

Baca Juga: 4 Cara Hadapi ‘Mansplaining’ dan Interupsi dari Rekan Kerja

Maka dari itu, jangan sampai kamu melamar pekerjaan yang tidak kamu minati. Dari sekarang coba kamu cari tahu, hal apa saja yang kamu inginkan dalam hidup. Dijamin nantinya kehidupan di dunia kerja akan relatif lebih lancar.

  1. Harus Mudah Beradaptasi

Kamu perlu tahu, perusahaan menaruh minat besar kepada calon karyawan yang mudah untuk beradaptasi. Namun, persis dengan kepercayaan, supaya kamu dianggap sebagai individu yang fleksibel, kamu harus memperoleh pengakuan dari pihak lain.

Maka dari itu, jika kamu ingin memperoleh pengakuan, kamu harus membuktikan juga bisa berkontribusi sesuai dengan ekspektasi tim rekrutmen.

Dalam konteks ini, karyawan terbaik adalah seorang individu yang cekatan dan bisa menyesuaikan pendekatan dengan kepribadian orang yang berbeda.

Selain itu, ia juga bisa langsung mengubah jadwal waktu ada kepentingan lain serta dengan cepat mendapatkan solusi dari sebuah permasalahan.

Apakah kamu sudah merasa sudah punya kemampuan tersebut? Kalau belum, masih ada waktu untuk mengembangkan diri kamu.

  1. Menerima Status Sebagai Pemula

Kamu yang baru lulus kuliah, sering sekali tidak sabar begitu diberikan pekerjaan yang berat. Menurut Topresume.com, kamu jangan menolak untuk mengerjakan pekerjaan yang dirasa berat ketika baru masuk kerja.

Baca Juga: 5 Tips Sulap Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

Sebab, sebagai pemula, rekan kerja biasanya tidak mungkin akan langsung percaya memberikan kamu pekerjaan dengan tanggung jawab besar. Ini termasuk ujian yang harus kamu lalui. Kamu baru bisa memperlihatkan bakat setelah membuktikan kemampuan kamu untuk memberikan kontribusi positif buat perusahaan.

  1. Menjaga Hubungan dengan Atasan

Atasan kamu mempunyai pengaruh besar terhadap kesukesan dan perkembangan kamu di perusahaan tersebut. Menciptakan hubungan kerja yang kuat dan produktif dengannya merupakan salah satu cara paling efektif untuk mempercepat kesuksesan kamu di perusahaan mana pun.

Maka dari itu, ada bagusnya kamu mencari tahu apa disukai atasan dan apa yang dia harapkan dari diri kamu. Kemudian, jadikan itu prioritas, dan lakukan pekerjaan yang diharapkan atasan kamu.

Demikian pula, pelajari cara komunikasi dan gaya kerja mereka. Jika kamu masih belum yakin dengan apa yang diinginkan oleh atasan, kamu bisa mencoba bertanya ke rekan kerja yang lain untuk mengetahui preferensi dan prioritasnya.

  1. Selalu Bersiap Belajar Hal Baru

Masih menurut Topresume.com, pemimpin perusahaan tidak berharap kamu akan paham segalanya mengenai industri atau perusahaan tersebut secara otomatis. Mereka hanya ingin mempunyai pemula yang memiliki kemauan buat terus belajar.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Sediakan waktu untuk mempelajari apa, mengapa, dan bagaimana pekerjaanmu it. Kamu disarankan juga untuk bertanya, tetapi juga tunjukkan inisiatif lewat riset kamu sendiri. Jangan lupa, akui, perbaiki, dan ambil pembelajaran dari kesalahan yang kamu buat.

  1. Perlihatkan Sikap Positif

Sikap merupakan segalanya. Jika hari-harimu di kantor diwarnai dengan menunjukkan sikap positif, maka ada potensi kariermu sudah berada di jalur yang benar.

Kebanyakan orang akan lebih senang bekerja sama dengan orang yang ceria, suportif, bersemangat, dan selalu mau belajar. 

  1. Membangun Jaringan

Dikutip dari Brightnetwork.co.uk, bagian dari keberhasilan dalam karier bukanlah apa yang kamu ketahui atau siapa yang kamu kenal, tetapi siapa yang mengenal diri kamu. Dari awal kamu harus bersiap membangun jaringan profesional.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Perkenalkan diri kepada rekan kerja kamu dan ciptakan sebanyak mungkin hubungan di seluruh divisi perusahaan, bukan cuma di divisi kamu ditempatkan saja. Pelajari tentang peran orang lain dan bagaimana mereka masuk ke dalam susunan perusahaan. Membangun jaringan akan membuat kamu maju dalam perusahaan.kat

Read More
Rasa Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

5 Tips Sulap Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

Akhir-akhir ini kamu suka merasa cemas saat di tempat kerja? Ternyata rasa khawatir kamu itu bisa diubah menjadi dorongan agar jadi lebih produktif.

Menurut livingwithfinesse.com, rasa cemas yang muncul di tempat kerja disebabkan oleh ekspektasi yang terlalu tinggi. Akibatnya, kita cenderung tak percaya diri untuk mencapai target yang kita buat sendiri.

Kendati begitu, perlu diketahui sebenarnya kecemasan merupakan modal yang bagus untuk menjadi pendorong produktivitas kerja di kantor. 

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Nah, bagaimana caranya supaya rasa cemas tersebut diubah jadi semangat untuk produktif? Berikut tipsnya yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Tentukan Prioritas

Orang-orang yang suka merasa cemas umumnya akan mengalami yang namanya demotivasi. Apalagi jika ia terbiasa tampil dengan performa serba sempurna.

Karena motivasi kerja kamu terbatas setiap harinya, penting untuk bisa memprioritaskan kegiatan dengan saksama.

Salah satu caranya, buatlah pencapaian-pencapaian kecil sampai kamu bisa mencapai tujuan utama pada akhirnya.

Dengan begitu, kamu dapat menentukan prioritas dengan lebih baik, menghindari multitasking yang menurunkan performa kerja, dan menjaga level energi yang cukup untuk bekerja dan mencapai target.

2. Berdamai dengan Rasa Cemas

Kamu harus tahu kalau rasa cemas sering kali tidak dapat dicegah, dan mengubah hal tersebut jadi motivasi untuk produktif bukan perkara mudah.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Waktu kecemasan sudah memuncak, kamu akan kesulitan untuk konsentrasi, tapi kamu juga jadi merasa bersalah karena bekerja jadi kurang maksimal.

Namun, kamu jangan sampai menyalahkan diri sendiri terlalu berlebihan. Sebab, hal ini akan membuat kamu jadi semakin kesulitan dalam akan membuatmu semakin kesulitan dalam membereskan pekerjaan.

Jadi, kamu harus belajar berdamai dengan rasa cemas tersebut dan terus berupaya untuk maju supaya tetap produktif.

3. Manfaatkan Adrenalin

Waktu rasa cemas mulai datang, normalnya kamu merasa harus menenangkan diri supaya suasana hati menjadi tenang dan bisa menjadi produktif.

Pasalnya, saat kamu merasa cemas, kemungkinan kamu akan sulit menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantor.

Namun, menurut blog.trello.com, lebih baik kita benar-benar menerima saja kalau saat ini sedang merasa cemas. Sebaliknya, justru karena rasa cemas tersebut, adrenalin kita naik dan bisa membuat kamu lebih termotivasi.

Misalnya, waktu kamu merasa cemas karena takut tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu tepat waktu. Dengan perasaan cemas yang dimiliki, teruslah bekerja dengan maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat sehingga hal yang kamu takutkan itu tidak terjadi.

Baca Juga: Baru Nyemplung ke Dunia Kerja? Ini 7 Cara Kenali Bakat Sendiri

Menurut theatlantic.com, hal ini disebut anxious reappraisal, yaitu menganggap perasaan cemas sebagai rangsangan positif.

4. Mengenali Diri Sendiri Penting untuk Ubah Rasa Cemas jadi Produktif

Menurut satupersen.net, kita harus bisa lebih mengenali diri sendiri. Karena kamu nanti bisa mengetahui apa yang jadi kelemahan serta kelebihan yang ada pada diri kamu. Dengan begitu kamu akan jadi lebih paham karakteristik diri kamu sendiri.

Tujuannya demi membantu kamu untuk dapat mengetahui dan mengembangkan apa yang menjadi passion kamu. Proses yang paling penting dalam mengenal diri sendiri adalah kamu harus jujur dan menerima akan semua fakta tentang dirimu, baik atau buruknya.

5. Minta Saran dari Orang Lain

Rasa cemas sering datang karena kamu tidak tahu tentang apakah kamu sudah melakukan perkembangan yang cukup atau belum.

Nah, untuk menguranginya, kamu bisa minta masukan ke atasan atau rekan kerja yang lain, mengenai kemajuan kerja yang sudah kamu kerjakan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Cara ini akan membantu kamu, untuk mengetahui kalau kamu sudah berada di titik perkembangan yang tepat atau belum.

Lalu, tanyakan juga apa yang dapat kamu lakukan untuk mendatangkan hasil yang lebih baik lagi.

Dengan memperoleh anjuran dan afirmasi dari teman sekantor atau atasan, mengubah rasa cemas yang dihadapi jadi produktif tidak akan begitu sulit. 

Read More
perbedaan passion dan hobi

Beda ‘Passion’ dan Hobi, Mana yang Lebih Penting untuk Karier?

Ada dua hal yang relatif jadi bahan pertimbangan ketika memilih karier, passion dan hobi. Namun, apakah kamu tahu apa bedanya? 

Sebagian orang mengatakan, gawe sesuai passion akan membuat kita jadi lebih bahagia karena bisa menikmati pekerjaan. Di sisi lain, ada beberapa orang yang memilih suatu pekerjaan karena dalih hobi. Jadi pekerjaan yang dilakukan setiap hari, tidak membuatnya dilanda kejenuhan.

Lantas, untuk menentukan jalur karier, sebenarnya apa, sih yang paling penting untuk kita pertimbangkan?

Baca Juga: 7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

Supaya kamu tidak bingung, yuk, ketahui dulu perbedaan passion dan hobi yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber berikut.

Apa itu Passion?

Sebelum kita bandingkan passion dan hobi, ketahui dulu definisi dari kedua istilah ini. Passion adalah kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia senangi atau dianggap penting untuk dikerjakan.

Menurut Pediaa.com, saat mempunyai passion, kamu akan merasa tidak bisa hidup tanpa mengerjakannya.

Entah bagaimana situasinya, kamu akan tetap menyediakan waktu untuk melakukan hal tersebut. Pun, kamu akan punya rasa penasaran dan antusias yang tinggi, sehingga akan selalu ingin lebih baik lagi.

Beberapa contoh passion yang dimaksud, yaitu:

  • latihan sepak bola
  • hidup sehat
  • belajar bahasa
  • berlatih alat musik

Apa itu Hobi?

Hobi adalah kegiatan yang biasanya kamu lakukan ketika punya waktu luang. Berbeda dengan passion, seseorang melakukan hobi cuma saat mereka punya waktu senggang saja. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan rasa bosan.

Selain itu, hobi juga dilakukan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan orang lain yang memiliki minat serupa.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga menekankan, hobi umumnya tidak sama dengan pekerjaan dan bukan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh tujuan tertentu. Jadi, itu cuma berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan kesenangan saja.

Perbedaan Passion dan Hobi

Menurut Indeed.com, ada beberapa poin lain yang menjadi perbedaan paling utama dari passion dan hobi. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

  1. Pekerjaan

Memiliki pekerjaan yang sama dengan hobi terdengar menyenangkan. Namun, mengubah hobi menjadi karier, bukanlah sesuatu hal yang mudah. Kamu perlu waktu yang banyak serta dedikasi penuh.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Contohnya, kamu mempunyai hobi fotografi, bisa saja kamu membuatnya menjadi sumber mata pencaharian. Namun, memulai bisnis paruh waktu sebagai fotografer bukanlah hal yang mudah. Untuk mengembangkan teknik fotografi kamu perlu usaha dan waktu.

Sementara itu, passion lebih gampang dijadikan rujukan untuk memilih pekerjaan. Hanya saja, passion tetap mengharuskan kamu untuk terus bekerja keras, supaya memperoleh hasil optimal.

Kesimpulannya, dalam menentukan karier, sebaiknya kamu pertimbangkan passion terlebih dahulu. Pasalnya, hobi gampang berubah, tapi passion adalah hal yang akan membuat kamu terus termotivasi.

  1. Waktu

Perbedaan dari passion dan hobi yang selanjutnya juga dapat terlihat dari berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk melakukannya.

Seperti yang disinggung sebelumnya, hobi biasanya dikerjakan waktu kamu punya waktu senggang. Contohnya, setelah bekerja berbulan-bulan, akhirnya kamu bisa mendapatkan waktu cuti beberapa hari. Nah, waktu cuti tersebut biasanya dipakai kamu untuk menekuni hobi dan bertujuan untuk bersenang-senang.

Sementara itu, mendalami passion sering kali butuh waktu yang lumayan lama dan usaha yang lebih banyak. Contohnya, kamu memiliki passion untuk terus belajar bahasa asing. Pastinya kamu butuh waktu yang lumayan lama untuk belajar bahasa asing tersebut.

Kamu akan punya motivasi untuk terus belajar, sampai akhirnya kamu bisa menguasai kemampuan bahasa asing tersebut tanpa mengenal rasa bosan. Bahkan, waktu kamu sedang sibuk-sibuknya bekerja, tentu masih ada keinginan kuat untuk terus belajar.

  1. Berdampak untuk Orang Lain

Perbedaan passion dan hobi yang selanjutnya bisa kelihatan dari nilainya buat diri kamu sendiri. Umumnya waktu menjalankan hobi, kamu tidak memikirkan apakah hal tersebut sesuai nilai atau keyakinan yang dianut.

Contohnya, kamu punya hobi mengoleksi perangko, tentu hal tersebut cuma bisa membuatmu merasa senang dan menikmati setiap prosesnya. Akan tetapi, tidak ada motivasi atau nilai tertentu yang berhubungan dengan hobimu tersebut.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Berbeda dengan passion yang biasanya juga terkandung nilai atau keyakinan tertentu dalam dirimu. Contohnya, kamu punya nilai dan keyakinan kalau kamu harus membantu sesama. Maka, kamu dapat mempunyai passion untuk bekerja sebagai sukarelawan.

Dengan begitu, kamu akan lebih gampang memilih karier dengan passion yang dimiliki, semisal bekerja di lembaga nonprofit.

Sangat penting bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang kamu junjung tinggi. Dengan nilai-nilai tersebut kamu cenderung akan lebih peduli dengan pekerjaan.

  1. Proses Menikmatinya

Baik hobi dan passion akan membuat kita jadi lebih bersemangat dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Salah satu hal yang membuat kita sangat menikmati waktu menjalankan hobi adalah karena tidak ada paksaan dalam mengerjakannya. Karena itu, waktu hobi kamu jadikan pekerjaan utama, biasanya rasa semangat itu gampang pudar.

Berbeda dengan hobi, berkarir sesuai passion tidak akan membuatmu jadi merasa bosan dan kehilangan semangat dalam mengerjakannya. Waktu kamu sudah mempunyai passion, kamu akan terus bersemangat untuk mengejarnya.

Bahkan, kamu akan merasa puas waktu bisa mengerjakan passion-mu setiap waktu. Itulah mengapa, passion lebih diperhitungkan waktu menentukan jalur karier, karena akan membuatmu selalu termotivasi dalam bekerja.

  1. Tak Berhubungan dengan Uang

Berbeda dengan hobi, passion terhadap sesuatu tidak akan melulu harus mengeluarkan uang setiap kali melakukannya.

Baca Juga: 7 Self Reward yang Baik untuk Diri Sendiri Tanpa Biaya Mahal

Kamu akan dengan sukarela mengerjakannya secara rutin dan teratur hingga mendapatkan hasil yang terbaik. Akhirnya bisa menghasilkan uang dari usaha kamu tersebut.

Sementara, hobi biasanya akan berkaitan dengan tren. Tren itu akan selalu memaksa seseorang mengeluarkan uang untuk mengikuti perkembangannya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai perbedaan passion dan hobi. Semoga rangkuman di atas menjawab rasa penasaranmu mengenai hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan karier.

Read More

Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Bagi sebagian orang, menerima promosi untuk jabatan baru menjadi kemajuan karier yang patut dibanggakan. Namun, situasi akan berbeda apabila pencapaian itu menyebabkan kehilangan rekan kerja, seperti dialami Founder dan CEO dari The Tolan Group, Tim Tolan.

Kepada Wall Street Journal (WSJ) ia menceritakan, setelah menjabat sebagai wakil presiden perusahaan yang memantau pekerjaan mantan rekan kerjanya, Tolan sering menyaksikan mereka pergi makan siang bersama. Perlakuan mereka berubah setiap dirinya masuk ke ruangan kerja.

“Begitu saya menghampiri, mereka langsung diam,” tuturnya.

Berdasarkan penelitian Narratives of Workplace Friendship Deterioration (2004) oleh Patricia Sias dkk., peneliti dari University of Arizona, AS, promosi jabatan adalah salah satu faktor utama yang memperburuk pertemanan di lingkungan kerja. Mereka jadi menjauh dan relasi dengan rekan kerja tak lagi sama seperti dulu.

Mengutip WSJ, ini merupakan tantangan yang membutuhkan keseimbangan dalam mempertahankan hubungan dengan teman-teman lama, menjalin pertemanan baru, sekaligus mengeksplorasi aspek lainnya dalam posisi tersebut.

Baca Juga: Benarkah Kita Dilarang Berteman Dekat dengan Orang Kantor?

Karenanya, kami merangkum empat hal yang dapat dilakukan agar pertemanan di lingkungan kerja dapat dipertahankan, ketika kamu menerima promosi jabatan.

1. Atur Emosi dan Terima Perubahan Relasi Rekan Kerja

Kemungkinan terjadinya perubahan relasi merupakan hal utama yang membebani pikiran, ketika terpilih menduduki jabatan baru di saat kolega lain juga berupaya mendapatkannya. Tentunya ini bukan perkara mudah, dan seandainya hubungan dapat diperbaiki, akan membutuhkan usaha dan waktu.

Namun,yang sebaiknya pertama kali dilakukan justru mengembalikan keseimbangan emosional dalam diri sendiri. Melansir Harvard Business Review, dalam situasi penuh tekanan, seseorang cenderung merasa cemas hingga terdampak pada cara berpikirnya.

Karena itu, peringatkan diri sendiri, kamu memiliki kemampuan dan layak menerima promosi tersebut. Dan ini hanya satu dari sekian loncatan karier yang akan dilalui, sehingga terdapat kemungkinan peristiwa serupa terjadi kembali.

Kemudian, persiapkan diri untuk menjelaskan kepada teman-teman, mengapa kamu menerima tawaran posisi tersebut.

2. Komunikasikan Ketidaknyamanan

Kecanggungan atau merasa tidak nyaman dalam hubungan pertemanan umumnya dialami ketika salah satu pihak dipromosikan untuk jabatan baru. Namun, saling mengetahui perasaan satu sama lain perlu dibicarakan untuk menghindari kerusakan hubungan. Lewat obrolan tersebut, sampaikan kamu tidak ingin situasi di lingkungan kerja ataupun perbedaan kedudukan, memengaruhi kualitas pertemanan.

Selain itu, mengutamakan perasaan rekan kerja dibandingkan promosi yang diterima merupakan hal yang perlu menjadi pusat perhatian untuk sementara waktu, meskipun sebenarnya memperoleh jabatan baru bukan suatu kesalahan.

Baca Juga: Pelajaran dari ‘Buffy the Vampire Slayer’ Soal Lingkungan Kerja Toksik

Kamu dapat bersikap empati, mengakui perasaannya, dan menanyakan bagaimana situasi ini memengaruhinya. Bahkan menurut Sias, perilaku ini menunjukkan rasa hormat terhadap mereka. Yang perlu diingat, hindari bersikap defensif jika responsnya menunjukkan kecemburuan.

“Validasi perasaannya, respons dengan kata-kata yang membuat mereka merasa didengarkan,” ujar Melody Wilding, pelatih eksekutif dan pekerja sosial bersertifikat, dikutip HuffPost. Namun, bukan berarti perasaan mereka menjadi tanggung jawab kamu.

Pun dengan memperbaiki relasi dan memiliki hubungan sosial yang positif di lingkungan kerja, akan membuat seseorang lebih bahagia dan terlibat di dalam pekerjaannya.

3. Diskusikan Tujuan Kariernya

Meskipun tampak sulit diterima, peranmu sebagai atasan justru dapat membantu mereka menyusun tujuan kariernya. Bukan dengan memberikan perlakuan khusus, melainkan memanfaatkan akses yang dimiliki untuk mengembangkan pekerja secara umum sebagai sumber daya.

Misalnya mengusung pelatihan, memberikan penugasan, menyampaikan insight dan feedback untuk meningkatkan kinerja, hingga mendengarkan aspirasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan mereka sebagai individu.

Baca Juga: 10 Hal yang Tidak Boleh Kamu Katakan Terhadap Rekan Kerja di Kantor

Melansir CNBC, melalui beberapa kegiatan tersebut, mereka dapat menyalurkan energinya untuk aktivitas yang produktif, dibandingkan fokus memikirkan perasaannya. Kemudian, tunjukkan dukunganmu terhadap kariernya melalui tindakan.

4. Atur Batasan pada Pertemanan Relasi Rekan Kerja

Kenaikan jabatan bisa menimbulkan asumsi di antara pekerja lainnya, bahwa ada privilese yang dimiliki teman dekatmu. Misalnya bernegosiasi shift kantor, atau berbagi informasi konfidensial yang seharusnya tidak diketahui, lewat kebiasaan lama seperti makan siang bersama dan mengobrol di pantry.

Untuk menghindari prasangka demikian, Jessica Methot, seorang peneliti manajemen sumber daya manusia di Rutgers University, AS, menyarankan agar peran rekan kerja dilihat secara objektif.

Tujuannya, menempatkan interaksi personal supaya tidak menimbulkan persepsi “anak emas” dalam hubungan tersebut. Pun di sisi lain, sosok teman dekat ini perlu memahami, kedekatannya dengan kolega yang menjadi atasannya bukan berarti mereka pantas meminta perlakuan khusus.

Maka itu, kebiasaan lama seperti makan siang bersama dan mengobrol di pantry sebaiknya dihentikan. Tentunya lewat sebuah diskusi agar tidak terjadi kesalahpahaman, dan profesionalitas pun terbentuk dalam lingkup ruang kerja.

Read More
Berpikir kreatif bisa ditingkatkan

8 Jurus Ampuh Agar Kamu Lebih Kreatif

Berpikir kreatif atau creative thinking adalah kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang baru dan berbeda. Dengan berpikir kreatif, kamu diharapkan bisa mendapatkan cara baru dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Di dunia kerja pula, berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam membuat keputusan dan menemukan jalan keluar atas masalah

Bahkan, berpikir kreatif juga bisa memengaruhi kesehatan mental kita loh!

Makanya, yuk coba berbagai macam kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuanmu berpikir kreatif yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Olahraga Ringan Seperti Jalan Kaki

Dikutip dari greatist.com, bila kita sering bergerak, maka oksigen yang mengalir ke otak semakin lancar.

Otak memerlukan oksigen untuk bisa bekerja dengan baik, mulai dari belajar, mengingat sesuatu, sampai berpikir kreatif.

Baca Juga: 8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Dengan kita sering bergerak, otak akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat memicu perasaan senang.

Ketika pikiran kita senang dan tak terbebani, itu sangat membantu kamu untuk berpikir jernih. Endorfin juga membuat kita merasa kita jadi lebih percaya diri.

Usahakan untuk rutin bergerak minimal 10 sampai 15 menit per hari. Akan lebih bagus lagi kalau kamu berolahraga di luar ruangan.

Tidak cuma jalan kaki, kamu bisa pilih olah raga jogging atau bersepeda.

2. Bekerja Sambil Dengarkan Musik

Menurut klikdokter.com, mendengarkan musik dan bernyanyi pelan, akan merangsang bagian otak yang mengatur emosi dan kemampuan berfikir kreatif.

Mendengarkan musik juga bisa meningkatkan produktivitas kerja. Beberapa penelitian yang baru juga mengemukakan, produktivitas yang naik tersebut terjadi bukan karena mendengarkan musik secara langsung, tapi karena mood kita yang berubah.

Semua jenis musik dipercaya bisa memunculkan efek tersebut. Namun, kalau kamu selama ini cuma mendengarkan genre musik yang itu-itu saja, coba sesekali kamu mendengarkan genre lain.

Hasil penelitian juga ada yang mengemukakan kalau kita mendengarkan musik klasik bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Baca Juga: 7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

Mendengarkan karya musik dari Mozart, Beethoven, atau komponis lainnya juga bisa meningkatkan fokus dan fungsi kognitif otak.

3. Bermain Building blocks

Dikutip dari indeed.com, Permainan building blocks adalah kegiatan yang bisa membantu tingkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Kita tidak diberikan aturan atau syarat waktu bermain building blocks ini. Kamu dapat bebas sesuai kreativitas kamu dalam membuat bentuk. Tidak ada peraturan yang membatasi.

Dalam menyusun balok-balok tersebut, otak akan terus bekerja dengan berpikir bagaimana caranya mengeluarkan ide-ide abstrak menjadi sebuah kenyataan.

Diharapkan nantinya kesadaran spasial yang kita kembangkan selama kegiatan ini, bisa menaikan kemampuan berpikir kreatif untuk semua jenis proyek kerja.

4. Tidur Sejenak Bisa Tingkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Jika pikiran dirasa sedang suntuk banget, sehingga susah untuk mencari solusi untuk masalah yang tidak terlalu besar, coba tidur siang.

Manfaat tidur siang untuk para pekerja nggak cuma untuk menghilangkan ngantuk, loh! ternyata tidur itu bisa membuat pikiran menjadi segar kembali.

Tidur sebentar saja sudah bisa menolong otak untuk bekerja lebih baik dan bisa memicu proses creative thinking, membuat koneksi, menciptakan ide, dan membuat solusi.

Kalau kurang tidur, otak malah harus bekerja lebih keras untuk menjalankan fungsi terbaiknya.

5. Melamun Sejenak Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut sehatq.com, melamun sering dianggap sesuatu yang negatif. Berdiam diri dan membiarkan pikiran kita melayang kemana-mana dianggap sebagai sesuatu yang membuang waktu.

Padahal, kegiatan ini dapat menjadi sesuatu yang manjur untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Melamun membuat pikiran kita masuk ke area bawah sadar yang mungkin belum pernah terjamah.

Siapa tahu, sehabis melamun akan memunculkan gagasan dan ide-ide baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

6. Membaca Buku Cara yang Mudah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Membaca buku merupakan salah satu cara yang sudah biasa dan gampang dilakukan untuk mengasah pola pikir menjadi lebih kreatif. Ini disebabkan karena pengetahuan yang kamu terima dari membaca, dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam menciptakan ide baru.

7. Membuat Cerita Pendek

Dikutip dari indeed.com, kegiatan lain yang gampang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah membuat tulisan berupa cerita pendek. Tidak masalah kalau kamu sebelumnya belum pernah menulis.

Kamu bisa coba memilih kata secara acak dari kamus (bahasa Indonesia atau Inggris). Gunakan kata yang kamu pilih, satu kata di atas, dan satu di bawah untuk membuat cerita pendek yang menarik serta berlekatan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Tanpa kamu sadari, dengan cara ini dapat meningkatkan kemampuanmu untuk membuat koneksi dan menghubungkan ide-ide yang tidak selalu berhubungan.

8. Berteman dengan Orang Kreatif

Selain lewat buku, berita dan sebagainya kamu pun bisa memperoleh banyak inspirasi dengan bergaul bersama orang yang kreatif. Karena, kamu dapat melihat pandangan baru dan cara mereka dalam mencari jalan keluar dari permasalahan.

Itulah beberapa cara dalam meningkatkan berpikir kreatif yang dapat kamu lakukan. Nggak cuma dalam pekerjaan, untuk kehidupan sehari-hari pun kemampuan ini sangat penting untuk kamu punya, demi menunjang kualitas hidup yang lebih baik serta efektif.

Read More
miskonsepsi tentang kodrat perempuan

Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Ketika melemparkan pertanyaan apa kodrat perempuan, jawabannya sering kali tidak lepas dari anggapan yang mendomestifikasi perannya, seperti perempuan ditakdirkan untuk di rumah saja. Pandangan tersebut juga semakin menjamur dengan ajaran ultrakonservatif yang beredar di dunia maya. Perempuan yang kemudian melakukan sesuatu di luar rumah, seperti bekerja, dianggap melanggar norma. 

Meski demikian, tanggapan semacam itu sudah sering dipatahkan. Alimatul Qibtiyah, Guru Besar Kajian Gender Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta mengatakan, kodrat dipahami sebagai hal biologis, seperti menstruasi, hamil, dan melahirkan. Sedangkan hal yang berkaitan dengan urusan domestik, seperti membuat kopi dan menyapu bukan kodrat, ujarnya kepada Magdalene beberapa waktu lalu. 

Karenanya, perempuan bebas berkiprah di ruang profesional dan memulai karier. Selain itu, pemerintah juga memiliki misi membangun kesetaraan gender untuk mencapai poin kelima Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tujuan tersebut bisa dicapai dengan meningkatkan peran perempuan di ruang kerja

Akan tetapi, miskonsepsi tentang kodrat perempuan kerap menghambat kiprah di ruang profesional. Berikut empat kesalahpahaman itu dan penjelasannya:

1. Kodrat Perempuan: Sumur, Kasur, dan Dapur

Anggapan tugas perempuan hanya berkisar pada sumur, kasur, dan, dapur merupakan miskonsepsi kodrat perempuan yang dilanggengkan budaya patriarki. Karenanya, perempuan yang ingin mengambil peran lain akan dinilai menyimpang. Selain itu, kelompok konservatif agama menyebutnya sebagai bentuk perusakan nilai keluarga akibat feminisme. Sementara feminisme ingin menunjukkan ruang domestik adalah milik semua orang dan perempuan mempunyai hak untuk memilih peran yang diinginkannya. 

Menurut Nurul Bahrul Ulum, seorang feminis muslim yang mengadvokasikan hak perempuan, kodrat tidak berkaitan dengan konstruksi sosial, seperti peran gender dan tugas domestik.  “Sumur, dapur, dan kasur itu konstruksi sosial, artinya bisa dipertukarkan dan bisa diubah tergantung situasinya,” ujar Nurul dalam sesi Instagram live Magdalene, Bisik Kamis ‘Bicara Feminisme dan Agama Bisakah Seirama” (10/3). 

Regional Director Ashoka Southeast Asia Nani Zulminarni juga mengatakan, pembagian tugas domestik yang adil pun dan membebaskan perempuan pekerja dari beban ganda akan membuka peluang lebih besar untuk perempuan berkarier. 

“Ranah publik dan domestik sama-sama menjadi tanggung jawab pasangan, sehingga pekerjaan menjadi lebih ringan dan perempuan bisa semakin produktif,” kata Nani dalam webinar ‘Chose to Challenge: Merayakan Keragaman Perempuan Bekerja’, Maret lalu. 

2. Kodrat Perempuan yang Tidak Boleh Bekerja

Miskonsepsi kodrat tentang perempuan dilarang bekerja juga menjadi hal utama yang menghambat perempuan berkompetisi di ranah profesional dan mengetahui potensinya. Tidak jarang juga pendapat ‘wanita fitrahnya di rumah. Jika dia suka keluyuran dan betah di luar rumah, berarti dia sudah keluar dari fitrahnya’ digaungkan untuk menghalangi perempuan berkarier.

Selain itu, ada juga yang menilai perempuan pekerja sangat terikat dengan hal duniawi dan egois karena bekerja untuk nilai materiil. Hasilnya, mereka yang memutuskan untuk bekerja dilabeli sebagai perempuan yang melanggar perintah Tuhan. 

Meski demikian, dalam ajaran agama disebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Kepala Pusat Riset Gender Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, Iklilah MD Fajriyah mengatakan, semakin besar cakupan kemanfaatan seseorang, maka derajat kebaikannya akan lebih tinggi. 

“Kalau kita melihat bahwa bagaimana hukum perempuan bekerja di dalam Islam, saya dalam posisi meyakini bahwa bekerja itu bukan hanya sebagai sesuatu yang dibolehkan namun dianjurkan karena merujuk pada hadis tadi,” ujarnya kepada Magdalene beberapa waktu lalu. 

Meski demikian, bukan berarti ibu rumah tangga rendah derajatnya karena mereka memberi manfaat bagi keluarganya. Selain itu, perlu dipahami juga poin kritis menghalangi perempuan untuk memiliki kemandirian finansial adalah bentuk kekerasan. Karenanya, ketika ada pilihan untuk tidak bekerja dilakukan tanpa paksaan, keinginan sendiri, dan tidak merugikan bagi semua yang terlibat. 

3. Perempuan Bukan Seorang Pemimpin

Ketika perempuan mulai berkancah di ranah profesional mereka kerap terbentur oleh prasangka perempuan tidak cocok menjadi pemimpin karena terlalu emosional, sehingga sulit mengambil keputusan secara logis. Tanggapan semacam itu juga yang menegaskan bukan kodrat perempuan menjadi pemimpin. 

Hal tersebut juga terus langgeng karena ranah kerja belum ramah akan kesetaraan gender. Belum lagi dibumbui dengan ungkapan bahwa perempuan tidak akan fokus bekerja karena mereka harus mengurus rumah tangga. 

Meski demikian, kemampuan kepemimpinan seseorang tidak bergantung pada jenis kelamin dan gendernya. Selain itu juga dibutuhkan ruang kerja inklusif yang mendukung keberagaman, dan aturan fleksibel untuk perempuan dengan peran ganda di ruang domestik dan profesional. 

Selain itu, jika perempuan memiliki gaya kepemimpinan yang dicap ‘feminin’, seperti lembut, komunikatif, dan berempati, bukan sesuatu yang buruk. Merujuk pada buku Athena Doctrine: How Women (and the Men Who Think Like Them) Will Rule The Future oleh John Gerzema dan Michael D’Antonio, tipe kepemimpinan feminin lebih efektif untuk mencapai kesuksesan. 

Keduanya menekankan, model kepemimpinan itu lebih diharapkan daripada karakteristik yang sering dicap maskulin karena mengutamakan koneksi antar pekerja dan pemimpin, lebih terbuka, serta jujur dalam menyampaikan perspektif beragam untuk menemukan solusi. 

4. Perempuan Harus Menikah dan Menjadi Ibu

Pernikahan dan menjadi ibu sering dibingkai sebagai perjalanan terakhir yang harus dilakukan perempuan. Setelah memutuskan untuk menikah dan menjadi ibu lalu dibenturkan dengan pernyataan untuk tidak melanjutkan kerja. Pasalnya, sebagai ibu dan istri harus mengurus dan berbakti pada keluarga dengan tinggal di rumah. 

Meski demikian, tidak semua perempuan menikah dan menjadi ibu. Beberapa perempuan yang menikah juga tidak memiliki anak, childfree menjadi salah satu alasannya. Konsep kodrat yang berkaitan dengan hal biologis, seperti melahirkan pun menjadi pilihan, sama halnya dengan menikah atau tidak. 

Mengutip Ann Oakley, feminis asal Inggris, miskonsepsi kodrat perempuan menjadi ibu berakar dari konsep motherhood bahwa semua perempuan harus menjadi ibu karena dilahirkan dengan naluri keibuan. Oakley sendiri berpendapat konsep naluri ibu tidak ada. 

Oakley juga mengatakan ada asumsi ibu biologis yang paling dibutuhkan anak, akan tetapi ibu sosial juga bisa memberikan kasih sayang kepada anak. Selain itu, anak membutuhkan collective mothering, orang dewasa terlibat dalam proses pertumbuhan anak tanpa memandang gendernya.

Ketika perempuan juga telah berkeluarga, tetap menjadi haknya memilih untuk lanjut bekerja atau tidak. Perempuan bebas memilih peran, menjadi ibu, pekerja, atau keduanya. Masalah terletak ketika masyarakat mengotak-ngotakkan dan menyalahkan peran yang mereka pilih. Selain itu, ketika menjalankan perannya perlu kantor yang menyediakan hak perempuan serta dukungan keluarga agar perempuan tidak sendiri menanggung beban ganda. 

Read More
tips membuat cv yang benar

8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Bagaimana cara membuat CV yang menarik? Buat kamu yang masih fresh graduate atau yang baru lulus sekolah pasti pernah kepikiran pertanyaan tersebut. Terkadang, perekrut butuh waktu tidak lebih dari 10 detik untuk menilai CV seseorang apakah layak untuk dipanggil ke tahap wawancara atau tidak.

Itulah mengapa kita harus tahu dan belajar tentang bagaimana cara membuat curriculum vitae yang menarik. Yuk disimak tips berikut ini, yang sudah di rangkum dari berbagai sumber.

1. Membuat CV Tidak Perlu Terlalu Panjang

Menurut totaljobs.com, CV yang bagus adalah CV yang singkat, padat, dan jelas ringkasannya. Jadi, tidak membingungkan perekrut saat membacanya.

Baca Juga: 7 Tips Latihan ‘Interview’ Kerja demi Pikat HRD

Kamu bisa membuat CV dengan padat mungkin, dan bagusnya paling banyak 2 halaman saja.

Jangan lupa mencantumkan data pribadi dengan jelas dan singkat. Kalau kamu ingin menyertakan deskripsi diri, usahakan perlihatkan apa yang jadi kelebihan kamu, supaya tidak terlalu panjang lebar.

2. Masukan Pengalaman yang Relevan

Cara selanjutnya untuk membuat CV yang menarik adalah mencantumkan beberapa pengalaman kerja selama ini.

Perlu dipastikan pengalaman yang kamu cantumkan tersebut, relevan dengan posisi yang kamu lamar.

Contohnya, kamu ingin melamar untuk posisi sales marketing. Kamu bisa memasukkan pengalaman sebagai sales di perusahaan sebelumnya. Dengan memasukkan pengalaman tersebut di CV, kamu akan memperoleh nilai tambah di mata perekrut.

Buat yang baru lulus dan belum pernah bekerja sebelumnya, kamu bisa mencantumkan hard skill atau soft skill yang kamu kuasai waktu kuliah.

Selain itu, pengalaman dalam berorganisasi juga bisa kamu masukan ke dalam CV. Apalagi jika kamu memegang jabatan yang cukup penting saat berorganisasi,. Kamu bisa tuliskan dengan detail apa yang kamu lakukan di sana dan memberikan dampak apa ke diri kamu.

3. Periksa Kembali Tata Bahasa yang Kamu Gunakan

CV-mu mau di tulis dalam bahasa apa? Indonesia atau Inggris? Bahasa apapun yang kamu gunakan, pastikan di CV kamu tidak ada typo dan grammar yang salah.

Supaya grammar-nya tidak salah, typo, dan lain-lain, kamu perlu membaca ulang cv kamu atau kamu bisa meminta bantuan teman.

4. Perhatikan Font Waktu Membuat CV

Cara ini mungkin terlihat kurang penting, tetapi dalam membuat CV yang menarik, pastikan font yang kamu pilih kelihatan profesional, bukan font yang sembarangan yang akhirnya membuat susah buat dibaca.

Baca Juga: Baru Nyemplung ke Dunia Kerja? Ini 7 Cara Kenali Bakat Sendiri

Pada dasarnya, font yang sering dipilih dalam membuat CV adalah Arial, Calibri, dan Times New Roman.

Selain itu, menurut prospects.ac.uk, font yang baik berukuran antara 10 sampai 12. Pemilihan font sangat penting agar perekrut saat membacanya tidak bingung dan pusing.

5. Masukan Kontak Kamu yang Dapat Dihubungi

Hal ini kadang terlewat oleh para pencari kerja. Dalam membuat CV mereka sering memasukan nomor handphone atau email yang jarang mereka pakai, bahkan sudah tidak aktif.

Padahal, kontak dalam CV sangat penting buat perekrut, untuk menghubungi kamu kalau lolos ke tahap selanjutnya.

Oleh karena itu, pastikan lagi kamu memasukan nomor ponsel yang aktif, begitu juga email.

Untuk email, jangan pernah membuat nama email yang terlihat tidak profesional. Cukup pakai nama pribadi kamu saja.

6. Masukan Pencapaian yang Pernah Kamu Raih

Kalau kamu memiliki pencapaian, maka hal tersebut bisa menjadi nilai plus kamu di mata rekrutmen. Kamu bisa tulis capaian atau penghargaan yang pernah kamu raih dengan detail, termasuk di tahun berapa, di mana, dan seberapa besar pengaruh pencapaian tersebut untuk perusahaan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

7. Menggunakan Kata-kata yang Tepat

Pada dasarnya, cara terbaik dalam membuat CV yang menarik adalah memperhatikan penggunakan kata-kata.

Kamu bisa memilih kata yang memiliki power atau kekuatan. Sebab, menurut topuniversities.com, kata-kata yang dipilih dalam CV sangat memberikan pengaruh terhadap penilaian perekrut.

Jadi, apa yang dimaksud dengan kata-kata yang mempunyai kekuatan?

Singkatnya, dibanding kamu memilih kata ”pekerja keras” kamu dapat memakai kata “kreatif”.

Pasti para perekrut sudah sering membaca atau mendengar kata “pekerja keras”.

Coba bayangkan kalau kamu memilih menggunakan kata seperti “kreatif”. Maka, otomatis HRD akan melihatmu sebagai orang yang punya kreativitas dan bisa mengembangkan perusahaan ke depannya.

Jadi, jangan lupa gunakan kata-kata yang tepat, untuk kamu masukan ke CV.

8. Pilih Keyword yang Relevan dalam Membuat CV

Selain memasukan pengalaman yang relevan, cara lain untuk membuat CV yang menarik adalah memasukkan keyword yang relevan dengan posisi yang kamu incar.

Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Contohnya seperti ini, kalau kamu ingin melamar sebagai Social Media Specialist. Mungkin, kamu dapat memasukan kata kunci seperti SEM, Digital Media Specialist, Digital Marketing, dan lain-lain.

Skill yang kamu tulis tersebut akan membantumu untuk meyakinkan perekrut kalau kamu merupakan pribadi yang berkualitas.

Selain itu, dengan memasukan keyword yang relevan akan memudahkan kamu di temukan oleh perekrut waktu mereka mencari kandidat di LinkedIn.

Itu dia delapan cara yang bisa kamu lakukan dalam membuat CV yang menarik. Kamu bisa memilih template CV yang simpel dan menarik, ya, supaya semakin memikat perhatian perekrut. Selamat mencoba!

Read More
mengatasi mental fatigue di tempat kerja

7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Apakah akhir-akhir ini kamu sering merasa stres dengan pekerjaan kantor? Kamu kurang bersemangat waktu berangkat kerja di pagi hari? Bila demikian, mungkin kamu mengalami mental fatigue.

Mental fatigue atau beban mental di tempat kerja itu bisa diatasi kok. Namun, memang butuh latihan serta proses alias tak bisa instan. 

Simak beberapa tips di bawah ini yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber!

1. Cari Tahu Penyebab Stres, Berguna Atasi Mental Fatigue

Tips paling penting dalam mengatasi mental fatigue adalah cari tau apa yang menyebabkan kamu jadi stres.

Bisa jadi ada masalah relasi dengan rekan kerja, istirahat yang kurang, beban kerja berlebih, atau karena pekerjaanmu bersifat sangat genting (contohnya petugas kesehatan di tengah pandemi COVID-19).

Kalau sudah menemukan penyebab kamu stres, kamu akan jadi gampang dalam menemukan solusinya.

2. Berpikir Realistis

Sifat perfeksionis serta ambisius ternyata bisa menimbulkan mental fatigue. Ya, punya target dan ekspektasi memang penting waktu bekerja.

Namun, kamu tetap harus realistis saat menentukan kapasitasmu sendiri. Tidak perlu menyanggupi semua tugas atau tenggat waktu yang diberikan.

Kamu harus paham, ada saatnya untuk jadi perfeksionis dan memastikan semua hal berlangsung sesuai rencanamu. Namun, ada saatnya kamu menjadi lebih fleksibel.

3. Kerjakan Pekerjaan yang Mendesak Dahulu

Menurut healthline.com, kita harus sering mengatur pikirkan serta tenaga.

Perlahan, atur prioritasmu dan tunda dulu pekerjaan yang sifatnya tidak begitu mendesak.

Kamu bisa berdiskusi dengan tim atau atasan, pekerjaan mana saja yang harus cepat diselesaikan dan mana yang bisa ditunda sementara waktu.

Lalu, bagi pekerjaanmu dalam beberapa tugas kecil supaya gampang untuk dipantau dan dikendalikan.

4. Istirahat yang Cukup, Merupakan Hal Penting Atasi Mental Fatigue

Istirahat merupakan hal penting buat mengatasi mental fatigue. Oleh sebab itu, kamu perlu mengatur waktu istirahat agar pekerjaanmu tidak tertunda dan berujung lembur.

Kamu bisa mencoba dua metode. Yang pertama, sediakan waktu istirahat singkat setiap beberapa jam.

Kedua, batasi jam kerjamu. Di luar jam yang sudah kamu tentukan, jangan tergoda buat mengecek email kantor atau melanjutkan bekerja. Kalau perlu, kamu bisa menggambil cuti beberapa hari.

5. Teknik Relaksasi Sederhana Atasi Mental Fatigue

Stres berkepanjangan bisa memberikan dampak buruk buat kesehatan fisik dan mental, kalau kamu tidak dapat mengelolanya dengan benar. Kondisi ini bisa mendatangkan berbagai penyakit, misalnya sakit kepala, gangguan kecemasan, sampai burnout.

Dikutip dari alodokter.com, ada beberapa teknik relaksasi yang dapat kamu coba. Namun tentu saja, setiap orang punya cara yang paling efektif yang berbeda-beda. Di antaranya adalah:

  • Latihan pernapasan
  • Meditasi
  • Yoga
  • Terapi Musik

6. Kelilingi Diri dengan Energi Positif

Mengelilingi diri kamu dengan orang-orang yang berpikir serta bersikap positif bisa membantumu untuk tetap fokus, pikiran jadi segar kembali, dan berenergi sepanjang hari. Hal ini pastinya akan mengoptimalkan semangat dan produktivitas kerja kamu.

Rasa lelah dan stres dalam bekerja bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, karena bisa mempengaruhi produktivitas kerja maupun kualitas hidup. Kalau kamu merasa sedang mengalami mental fatigue, segeralah bergegas untuk mengatasinya.

7. Minta Bantuan Psikolog

Kamu sudah coba tips di atas untuk mengatasi mental fatigue, tapi tidak ada dampak yang berarti?

Itu berarti kamu butuh bantuan orang lain. Jika teman sekantor atau atasan dan keluarga dirasa tidak membantu, maka kamu perlu mengunjungi profesional.

Kamu bisa memulainya dengan datang ke psikolog untuk dibantu menemukan akar permasalahan dan mencari solusinya.

Read More