wawancara kerja untuk introvert

7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

interview kerja introvert Kesulitan berinteraksi dengan orang lain dapat menjadi masalah bagi kaumintrovert saat wawancara kerja. Untuk itu, kamu harus tahu tips interview kerja agar proses wawancara bisa berjalan lancar.

Orang-orang introver mudah merasa lelah saat terlalu lama melakukan interaksi dengan orang lain. Tentunya hal tersebut akan menyulitkan mereka saat melakukan wawancara kerja.

Untuk kamu yang termasuk introver, tidak perlu takut. Kamu tetap bisa berhasil dalam wawancarakerja, kok.

Tapi bagaimana caranya? Yuk, kita simak beberapa tips interview kerja untuk paraintrovert yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber di bawah ini!

1. Sediakan Waktu untuk Persiapan Wawancara Kerja

Tips interview kerja untuk introver yang pertama ini sangat penting. Dengan menyediakan waktu yang dipakai buat menyiapkan diri, maka kamu bisa tampil maksimal di hadapan HRD.

“Baterai” seorang introvert akan cepat habis bila berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Untuk itu, sebaiknya sebelum interview kamu sediakan waktu untuk menenangkan diri. Hal ini bertujuan agar kamu bisa lebih fokus dan lebih percaya diri dalam menghadapi para calon atasan.

2. Riset Perusahaan

Tidak cuma untuk introvert, tips interview kerja yang kedua ini patut dilakukan oleh semua orang. Pasalnya, salah satu kunci kesuksesan wawancara kerja adalah dengan melakukan riset yang mendalam.

Menurut flexjobs.com, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan riset perusahaan. Misalnya dengan melihat laman resmi, mencari artikel yang membahas seputar perusahaan tersebut, sampai mencari review seseorang yang pernah bekerja di sana.

Selain itu, penting buat kamu untuk mencari tahu seputar pekerjaan yang kamu lamar. Contohnya, jika kamu melamar sebagai internal auditor. Pastikan kamu sudah paham cara bekerjanya dan tren mengenai internal auditor yang terbaru.

3. Tunjukan Sifat Introvert-mu Sebagai Kelebihan

Tips interview kerja untuk introvert yang selanjutnya adalah dengan berani menunjukkan sifat introvert-mu sebagai kelebihan.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Saat kamu diminta oleh perekrut untuk menceritakan dirimu, hendaknya jangan ragu untuk mengatakan mengenai kepribadianmu.

Seperti yang dijelaskan oleh thebalancecareers.com, kamu dapat mengatakan kalau kamu merupakan seorang introvert. Lalu, buat kepribadianmu itu menjadi kelebihan yang bisa membuatmu lebih unggul dibanding kandidat yang lain.

Jelaskan kalau kepribadian introvert-mu itu membuat kamu bisa lebih teratur dan teliti. Selain itu, kamu juga mandiri karena sudah biasa melakukan riset dan memecahkan masalah secara mandiri.

4. Siapkan Obrolan Ringan

Seorang yang introver umumnya menghindari obrolan ringan karena terkesan basa-basi. Mereka lebih senang ke obrolan yang langsung ke poin utamanya.

Namun, biasanya para perekrut akan mengajak kamu membahas obrolan ringan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara kerja.

Setelah obrolan ringan tersebut, kamu baru diberikan pertanyaan-pertanyaan serius tentang deskripsi pekerjaan dan budaya kerja di perusahan tersebut.

Karena itu, menurut themuse.com kamu perlu menyiapkan diri buat menjawab obrolan ringan dari para pencari pegawai. Hal ini terbilang penting supaya kamu dapat membangun hubungan yang baik dengan perekrut dan membuat mereka menyukaimu.

5. Ciptakan Kesan Pertama yang Baik

Supaya bisa memberikan kesan pertama yang baik, kamu dapat melakukan obrolan ringan dan menarik untuk memperlihatkan antusiasme tinggi.

Baca Juga: Maksimalkan Jadwal Kerja ‘Hybrid’ dengan Cara Ini

Saat kamu masuk ke ruangan wawancara, tunjukkan sikap yang sopan serta percaya diri. Kamu juga boleh menawarkan berjabat tangan ke perekrut dengan ramah. Hal tersebut pastinya akan membuat perekrut berpikir kamu merupakan seorang kandidat yang bersemangat, ramah, serta percaya diri.

Kalau kamu bisa memberikan kesan pertama yang baik, pastinya akan membuatmu lebih menonjol dan akan membuat perekrut gampang mengingatmu.

6. Beri Tahu Pencapaianmu

Banyak kaum introver yang merasa kurang nyaman dalam membicarakan pencapaian yang mereka raih. Namun saat wawancara kerja, mau tidak mau kamu perlu memperlihatkan hasil pencapaianmu. Hal ini bertujuan supaya perekrut tahu kalau kamu merupakan kandidat yang mereka cari.

Menurut topresume.com, perekrut akan mempertimbangkan kesuksesan serta hasil pencapaian kandidat tersebut dalam sesi wawancara kerja.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Jadi, coba tinggalkan dulu rasa tidak nyaman kamu waktu membicarakan pencapaian. Perlihatkan kalau kamu adalah kandidat yang pantas diterima di perusahaan tersebut.

7. Tunjukan Antusiasmu dengan Bertanya

Introvert jelas berbeda dengan ekstrovert. Rasa percaya diri yang dimiliki juga tidak setinggi ekstrovert, sehingga butuh menyusun kata-kata dulu sebelum akhirnya berbicara. Saat perekrut melemparkan pertanyaan, jawablah dengan jawaban yang logis, singkat, dan padat. Manfaatkan waktu yang disediakan rekruter untuk menyusun kata dengan baik.

Selain menjawab pertanyaan, kamu juga harus aktif bertanya. Tidak salah kalau memberikan beberapa pertanyaan kepada perekrut. Dengan begitu akan membuat sesi wawancara terasa hidup.

Introvert atau ekstrovert, pada dasarnya keduanya sama saja. Sama-sama punya kesempatan memperoleh pekerjaan yang baik dan layak di dunia kerja. Cuma saja para introvert harus lebih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, karena karakternya yang pendiam dan terkadang pemalu. Dengan melakukan beberapa tips di atas, diharapkan para introvert dapat lolos waktu interview kerja.

Read More
Persiapan magang

9 Jurus Penting Sebelum Sah Jadi Anak Magang

persiapan magang – Para mahasiswa semester akhir biasanya dituntut untuk ikut program magang. Selain jadi kesempatan meningkatkan soft skill mahasiswa, momen ini juga membuat mereka cenderung siap menghadapi dunia kerja nantinya.

Buat saya, magang merupakan kegiatan yang menyenangkan. Pasalnya, kamu bisa mendapatkan pengalaman serta relasi baru, pun kamu bisa belajar dunia kerja (yang kejam) itu seperti apa. Hehe.

Namun, apakah kamu sudah tahu, apa yang perlu dipersiapkan sebelum magang? Nah, berikut ini tips persiapan magang yang sudah kita rangkum dari berbagai sumber.

1. Persiapan Magang Paling Penting: Riset Perusahaan

Persiapan penting yang pertama sebelum mengikuti program magang adalah kamu harus riset perusahaan tersebut. Di sini, kamu harus mencari dan mempelajari budaya serta aturan yang ada dalam perusahaan tersebut.

Baca Juga: 7 Tips Latihan ‘Interview’ Kerja demi Pikat HRD

Informasi ini berguna buat kamu menjadi karyawan yang pas untuk kebutuhan organisasi.

Tidak cuma itu, kamu bisa mencari tahu review orang-orang yang pernah magang di perusahaan tersebut.

Dari hasil riset yang sudah kamu dapat, kamu bisa mulai mempersiapkan mental dan hal-hal penting lainnya yang akan membuatmu unggul selama magang.

2. Cari Tahu Job Description

Jika kamu sudah tahu detail perusahaannya seperti apa, sekarang kamu perlu mencari informasi mengenai tugas yang akan kamu kerjakan selama magang nanti. Dengan mengetahui detail pekerjaan waktu magang nanti, maka kamu bisa mendapatkan gambarannya.

Jangan lupa untuk selalu mau belajar di setiap kegiatan yang kamu ikuti. Ini akan sangat bermanfaat kedepannya.

3. Cari Tahu Rute atau Transportasi ke Kantor Tempat Magang

Dikutip dari careereducation.columbia.edu, mencari rute atau transportasi ke kantor merupakan salah satu persiapan penting sebelum memulai magang.

Kamu bisa mencari tahu rute terbaik ke kantor, satu hari sebelum. Hal ini sangat penting dilakukan supaya kamu tidak telat di hari pertama, karena kamu belum tahu letak posisi kantor.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Kamu jadi punya gambaran juga ongkos yang perlu dikeluarkan selama magang berlangsung. Perhatikan juga biaya bensin bila kamu membawa kendaraan motor sendiri atau ongkos kendaraan umum.

4. Siapkan Beberapa Pertanyaan Penting

Menurut hercampus.com, persiapan magang selanjutnya adalah kamu perlu siapkan beberapa pertanyaan yang ingin kamu tanyakan.

Kamu harus selalu ingat, magang adalah momen paling tepat buat kamu mendapatkan skill baru serta serba-serbi kehidupan profesional.

Makanya kamu sangat perlu belajar dengan maksimal. Sediakanlah beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan keterampilan yang ingin kamu pelajari lebih mendalam nantinya. Kamu bisa menanyakan ke rekan kerja atau atasanmu di kantor.

5. Hubungi Calon Atasan Merupakan Persiapan Magang yang Penting

Sebagai langkah persiapan magang yang produktif, kamu dapat hubungi calon atasan nanti di kantor.

Bukan cuma untuk menanyakan kabar, di sini kamu dapat menanyakan apapun seputar kantor, seperti misalnya peraturan berpakaian kantor. Kamu juga perlu menanyakan dokumen penting apa saja yang perlu dibawa.

Jadi, menanyakan ulang ke calon atasan bisa menjadi langkah tepat supaya kamu tidak ada yang lupa di hari pertama magang.

6. Siapkan Dokumen Pribadi

Saat magang kamu akan di minta data pribadi. Biasanya data yang dibutuhkan seperti CV, fotokopi KTP, kartu mahasiswa, kartu keluarga, serta foto.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Kadang perusahaan ada yang meminta surat keterangan sehat dari rumah sakit atau dokter. Jadi bagusnya kamu perlu mempersiapkan beberapa data penting tersebut sebelum kamu apply untuk magang.

7. Siapkan Pakaian yang Tepat

Menurut beberapa orang, mempersiapkan pakaian sebelum magang bukan hal yang penting.

Padahal, hal ini tidaklah benar. Sebab, selain untuk meninggalkan penilaian yang baik, perusahaan biasanya punya dress code atau aturan berpakaian sendiri.

Kamu tidak mau kan di hari pertama magang kamu salah kostum? maka dari itu siapkan baju yang sopan dan rapi. Jangan lupa cari tahu dress code di perusahaan tersebut dengan menanyakan HRD atau calon atasan kamu.

8. Persiapkan Fisik dan Mental

Sejatinya, program magang lumayan mirip dengan pekerjaan full-time.

Sebab, biarpun beban kerjanya tidak begitu berat, kamu tetap harus bekerja pada durasi yang sama dengan karyawan full-time.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Saat magang kamu bisa saja mendapatkan kritikan dari rekan kerja atau atasan kamu. Maka dari itu, supaya kamu tidak merasa lelah dan malah mau menyerah, mempersiapkan kesehatan mental serta fisik dirasa hal yang sangat penting.

9. Persiapan Magang dengan Membuat Target untuk Diri Sendiri

Persiapan terakhir yang penting sebelum magang adalah membuat target diri sendiri. Menurut careereducation.columbia.edu, membuat target akhir akan membuatmu jadi lebih fokus waktu menjalankan program magang.

Target ini bisa jadi pedoman tentang hal-hal yang harus kamu lakukan nantinya waktu magang. Untuk membuat target pribadi ini, kamu harus pikirkan secara matang.

Kamu pun bisa mendiskusikannya kepada atasan atau senior kamu di kantor. Sebab, dengan punya target yang jelas akan membuat kamu kelihatan profesional.

Mereka nantinya bisa saja memilih kamu menjadi karyawan full time bila ada posisi yang kosong.

Itulah beberapa persiapan magang yang bisa kamu siapkan nanti. Intinya, mempersiapkan magang dibutuhkan supaya kamu dapat belajar dan bekerja dengan maksimal.

Read More
pekerjaan yang cocok untuk orang introvert

9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Pekerjaan yang cocok untuk introvert sebenarnya sangat beragam. Apalagi sejatinya, orang dengan kepribadian introvert cenderung lebih bersemangat dan fokus. Berbeda dengan orang dengan kepribadian ekstrovert, mereka akan makin bersemangat waktu dikelilingi oleh banyak orang.

Nah, apa saja pekerjaan yang pas buat introvert? Yuk simak rangkuman dari dari berbagai sumber.

Menjadi Personal Chef

Kamu ternyata sangat senang memasak? Kalau ia, menjadi koki pribadi merupakan pekerjaan yang pas buat kamu coba.

Baca Juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Tidak seperti chef profesional yang biasanya harus bekerja di dapur yang besar, personal chef bisa bekerja dalam lingkungan yang lebih tenang.

Umumnya mereka akan bekerja di dapur pribadi kepunyaan klien dengan di bantu 1 sampai 2 orang.

Selain itu, personal chef juga punya wewenang lebih buat mengeluarkan kreativitas dan kemampuan yang mereka miliki.

Kedua hal tersebut sangat penting buat orang introvert supaya jadi lebih nyaman dan meningkatkan kariernya ke depan.

Pekerjaan Introvert Gaji Besar: Programmer

Di zaman digital ini, perusahaan teknologi informasi sudah sangat berkembang. Mereka banyak membutuhkan programmer. Profesi ini dinilai cocok, lho, untuk pekerja introvert.

Mengapa begitu? Sebab, enggak seperti jenis pekerjaan lainnya, programmer bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dari rumah atau WFH.

Karena bekerja di depan layar komputer saja dan tidak begitu banyak berinteraksi dengan orang lain, pekerjaan ini bisa mendorong orang dengan kepribadian introvert untuk jadi seseorang yang lebih produktif serta inovatif.

Pekerjaan introvert satu ini juga tidak mengharuskan untuk sering berinteraksi dengan rekan kerja. Deskripsi pekerjaan mereka juga umumnya sudah tersedia dalam brief harian yang singkat.

Admin

Pekerjaan yang cocok untuk orang introvert selanjutnya adalah admin. Mengapa bisa cocok? karena pekerjaan seorang admin akan lebih gampang buat dikerjakan tanpa bantuan orang lain. Pekerjaan yang menyangkut administrasi akan lebih cepat selesai kalau dikerjakan oleh satu orang saja.

Baca Juga: Sekadar Mengingatkan, Pekerjaan Bukan Satu-satunya Identitasmu

Maka dari itu, pekerjaan admin dirasa sangat pas buat orang dengan kepribadian introvert.

Data Analyst

Seorang ilmuwan, pebisnis atau bahkan pemerintah saat melakukan riset, mereka perlu bantuan seorang data analyst buat membantu menganalisis sumber dan menyiapkan rencana pengkajian.

Nah, pekerjaan ini sangat cocok buat para introvert yang suka mengkaji hal baru dan memiliki latar belakang penelitian yang kuat.

Bidang pekerjaan ini juga mengutamakan metode kerja mandiri atau dalam sebuah grup kecil. Hal ini diterapkan, supaya meredam perbedaan opini yang berlebihan.

Data analyst pun umumnya mampu menyelesaikan tugas mereka secara mandiri tanpa perlu diawasi secara ketat dari atasan.

Hal ini merupakan keuntungan buat para introvert yang umumnya memilih keadaan lingkungan yang tidak kaku untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal.

Video Editor

Seorang video editor setiap harinya lebih dekat dengan komponen non-fisik seperti tulisan, gambar, serta special effects. Mereka juga dituntut untuk berpikir lebih kreatif.

Baca Juga: Ketika Pekerjaan yang Kita Impikan Tak Sesuai dengan Harapan

Buat kamu yang merasa introvert serta kreatif, video editor merupakan profesi yang pas. Pasalnya, pekerjaan ini tidak begitu banyak berinteraksi dengan orang lain dan butuh ketenangan.

Dikutip dari id.indeed.com, di Indonesia, rata-rata gaji seorang video editor bisa mencapai 65 juta rupiah per tahun, dan bila di kota besar seperti Jakarta, gajinya bisa sampai 74 juta per tahun.

Fotografer Profesional

Pekerjaan ini juga dirasa sangat cocok buat para introvert yang punya pemikiran kreatif. Fotografer profesional umumnya cuma mengarahkan atau memberi ide gaya untuk para model, supaya menghasilkan foto yang bagus. Tidak ada percakapan panjang lebar untuk menjelaskan.

Mungkin tidak cuma si fotografernya saja, tetapi si modelnya pun tidak membutuhkan banyak interaksi dengan orang lain.

Orang Introvert Cocok Menjadi Penulis atau Editor

Seorang penulis atau editor akan lebih banyak bekerja sendiri dalam menyelesaikan setiap pekerjaanya. Misalnya saat melakukan riset atau mencari informasi, menulis, dan mengedit tulisan orang lain.

Kedua profesi ini memungkinkan untuk membuat jadwal bekerja sendiri, selama bisa memenuhi deadline. Menjadi penulis atau editor bisa bekerja dimana saja.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Orang yang suka menulis, punya pemikiran kreatif, suka sekali dengan detail, dan mampu bekerja dengan minim pengawasan dapat berkembang dengan pesat di bidang ini.

Akuntan

Seorang akuntan setiap harinya bekerja dekat dengan angka serta rumus, sudah pasti mereka butuh ruangan yang tenang supaya bisa fokus menyelesaikan pekerjaan mereka. Kalau ruangan kerja mereka tidak kondusif, pastinya akan membuat mereka hilang konsentrasi.

Ini akan jadi kesempatan emas buat kamu para introvert yang hebat dalam bidang akuntansi. Selain dapat bekerja dalam ruangan yang tenang, sendirian, kamu akan merasa lebih nyaman karena tidak akan banyak berkomunikasi dengan orang lain atau rekan kerja.

Social Media Specialist Pekerjaan buat Para Introvert yang Sekarang Banyak Dicari

Menjadi social media specialist merupakan salah satu pekerjaan yang cocok buat para introvert. Meski terdengar paradoks, para social media specialist ini tidak harus “menjadi sosial”

Tugas mereka seperti ke strategi konten dalam setahun, tema konten, dan membuat iklan sosial media. Profesi ini akan menghabiskan banyak waktu mereka di depan layar laptop atau komputer.

Itulah beberapa contoh pekerjaan yang cocok buat para introvert, dan tidak menutup kemungkinan untuk peluang karier lain yang dapat disesuaikan serta dikembangkan.

Read More
Tips Latihan Interview Kerja

7 Tips Latihan ‘Interview’ Kerja demi Pikat HRD

Kamu sudah banyak melempar lamaran dan akhirnya mendapatkan panggilan interview dari human resource development (HRD)? Jangan langsung senang dulu. Agar lebih siap, tak tergagap ketika menghadapi HRD, kamu bisa latihan interview matang-matang. Persiapan ini juga termasuk menyusun antisipasi pertanyaan yang mungkin diberikan HRD. Apalagi mengingat, kebanyakan fresh graduate sering merasa grogi dalam menghadapi wawancara kerja, sehingga hasilnya tak maksimal.

Sebelum mulai berlatih interview, kamu perlu mengetahui fakta berikut. Ternyata recruiter lebih mementingkan kepribadian dibanding pengalaman kerja calon karyawan.

Baca Juga: Pentingnya Social Intelligence di Dunia Kerja dan Cara Meningkatkannya

Menurut topinterview.com, kepribadian pelamar kerja memberikan dampak yang sangat besar, diikuti dengan keterampilan dan pengalaman. Sebaliknya, pendidikan tidak memberikan pengaruh yang besar.

Dalam hal kepribadian, menurut catatan getsmarter.com, perusahaan cenderung membenci calon karyawan yang tidak jujur, tidak bisa diandalkan, arogan, dan punya pemikiran sempit.

Tips Latihan Interview Kerja Supaya Lancar Menghadapinya

  1. Paham Kelemahanmu

Dikutip dari avatarjo.co.uk, waktu latihan interview, kamu sadar apa saja kelemahanmu. Contohnya saat berbicara terdengar terbata-bata, terlalu lambat, atau cepat. Dari sana kamu bisa mulai memperbaikinya pelan-pelan.

  1. Buat Daftar Pertanyaan serta Jawabannya

Kamu bisa memulai mencari tahu contoh pertanyaan apa saja yang umum ditanyakan HRD tentang posisi yang kamu lamar.

Misalnya, kamu melamar posisi sebagai sales executive. Berarti kamu bisa mencoba mencari pertanyaan interview yang biasa ditanyakan untuk sales executive lewat internet.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Setelah punya beberapa contoh pertanyaan, kamu dapat membuat pertanyaan yang tepat.

Kamu tidak perlu sampai menghafal sama persis jawabannya, karena bisa membuang waktu kamu. Menurut thebalancecareers.com, kamu cukup mengingat poin-poin pentingnya saja.

  1. Rajin Berlatih

Tips selanjutnya yang tidak kalah penting adalah rajin berlatih sebelum melaksanakan interview kerja.

Kamu bisa meminta teman atau anggota keluarga kamu buat mencoba mewawancarai kamu. Di kesempatan itu kamu bisa melatih jawaban yang sebelumnya kamu sudah persiapkan.

Selain itu, kamu juga bisa melatih cara berbicara, gaya bahasa, serta body gesture. Kamu bisa memakai gerakan tangan waktu sedang menjawab pertanyaan.

Lakukan ini secara rutin supaya kamu bisa terbiasa dan siap dalam menghadapi interview nanti.

  1. Cari Tahu Proses Wawancara

Tips selanjutnya saat latihan untuk interview kerja adalah mencari tahu prosesnya. Seperti hal pertama yang harus dilakukan? Apakah kamu perlu bersalaman dengan HRD atau langsung duduk di depannya?

Hal-hal seperti ini perlu kamu ketahui lebih dalam. Apalagi kalau kamu merupakan fresh graduate yang belum pernah interview kerja sebelumnya.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Kamu bisa bertanya kepada teman-teman kamu yang sebelumnya pernah interview atau yang sudah keterima kerja.

Bila kamu sudah mendapatkan gambarannya, kamu bisa mencoba mempraktikkannya nanti secara langsung dari awal sampai akhir prosesnya.

  1. Rekam Dirimu Waktu Berlatih

Kamu juga bisa merekam proses latihan interview kerja yang sudah kamu lakukan.

Kamu dapat merekamnya memakai ponsel, kamera laptop, atau bahkan kamera DSLR. Dari hasil rekaman tersebut, kamu bisa lihat langsung bagaimana cara kamu berbicara serta gerak tubuhmu. Kalau dirasa ada bagian yang kurang, kamu bisa langsung memperbaikinya.

  1. Melatih Bahasa Tubuh serta Gerak Bibir

Melatih bahasa tubuh saat latihan interview kerja merupakan salah satu tips yang harus kamu perhatikan.

Karena bahasa tubuh akan menunjukkan rasa percaya diri kamu. Kalau kamu kelihatan tidak nyaman serta kurang antusias, perekrut bisa melihat bahasa tubuhmu dengan detail.

Baca Juga: Masalah Kepercayaan Diri Masih Hantui Perempuan Pemimpin Bisnis

Oleh sebab itu, sangat penting melatih bahasa tubuhmu dengan baik. Saat suasana terasa tegang, usahakan atur bahasa tubuh, jangan sampai kamu terlihat gugup.

Selain itu, kamu perlu melatih gerak bibir dengan melakukan senam mulut. Hal ini dilakukan supaya artikulasi lancar waktu kamu sedang berbicara berhadapan dengan perekrut.

  1. Berlatih Jauh-jauh Hari

Tips terakhir dalam melaksanakan latihan interview kerja adalah berlatih dari jauh-jauh hari. Karena perekrut biasanya akan meminta berkas ataupun portofolio waktu interview nanti.

Makanya kalau kamu latihan waktunya terlalu berdekatan dengan jadwal interview, dikhawatirkan kamu malah lupa mempersiapkan berkas yang harus dibawa nanti.

Itu dia beberapa tips yang bisa kamu lakukan waktu melaksanakan latihan untuk interview kerja. Tetap semangat dalam menunggu jadwal interview-mu.

Terakhir, kamu harus selalu optimis bisa lolos ke tahap interview nantinya.

Read More
Pentingnya Kecerdasan Emosional dalam Dunia Kerja

Mengenal Kecerdasan Emosional yang Penting di Dunia Kerja

Kecerdasan emosional atau yang lebih dikenal sebagai EQ (emotional quotient) sekarang ini menjadi salah satu pertimbangan bagi perusahaan mencari karyawan. Seseorang yang punya kecerdasan emosional akan mampu mengenali dan mengerti emosi diri sendiri serta orang lain.

Kecerdasan emosional sangat bermanfaat bagi pekerja. Hal ini bisa membantu kita dalam membuat keputusan, dapat memecahkan sebuah masalah, dan berkomunikasi dengan teman atau rekan kerja

Lalu, bagaimana kecerdasan emosional di tempat kerja dapat memberikan pengaruh untuk karier kamu kedepannya? Simak ulasannya di bawah ini.

Kenapa Kecerdasan Emosional Sangat Penting di Tempat Kerja?

Kalau seseorang punya EQ yang tinggi, berarti orang tersebut bisa mengenali dan mengontrol emosi seperti saat ia sedang frustrasi atau sedih. Dan ternyata, kemampuan ini bisa kita latih.

Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Dikutip dari Verywell Mind, dalam sebuah survei terhadap beberapa perekrut pekerja dinyatakan, hampir 75 persen responden memperlihatkan bahwa mereka lebih mengutamakan EQ daripada IQ dari calon karyawan. Hal ini menunjukan bahwa EQ dinilai lebih penting dalam merekrut karyawan daripada kemampuan teknis mereka.

Berikut alasan pentingnya kecerdasan emosional di tempat kerja.

Membuat karyawan dapat bekerja di bawah tekanan

Sudah sedikit dijelaskan di atas, salah satu ciri seseorang yang mempunyai EQ tinggi adalah mereka dapat memahami apa yang sedang mereka rasakan dan mengaturnya.

Hal ini dapat menjadi sangat berguna bagi karyawan saat mereka bekerja di bawah tekanan. Mereka tidak membiarkan rasa stres atau sedih karena hal di luar pekerjaan memengaruhi kehidupan profesionalnya.

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi mampu memisahkan mana yang jadi urusan pribadi dan urusan pekerjaan kantor, dan bisa mengatur perasaannya dengan baik.

Seseorang dengan kecerdasan emosional bisa menjadi pemimpin yang baik

Menurut Harvard Business Review, EQ menjadi salah satu kunci seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik.

Baca Juga: 4 Cara Hadapi ‘Mansplaining’ dan Interupsi dari Rekan Kerja

Sebagai pemimpin, seseorang harus bisa mengatur, mengarahkan, dan didengarkan banyak orang.

Seseorang yang punya kecerdasan emosional tinggi bisa melakukan itu semua secara lebih efektif. Pasalnya, mereka bisa menjadi pendengar yang baik, dapat berempati, dan mencari solusi dari permasalahan dengan kepala dingin.

Meskipun begitu, keterampilan serta kemampuan teknis tetap menjadi aspek penting lain yang perlu diperhatikan untuk bisa menjadi pemimpin.

Mampu menemukan solusi dengan cepat

Mempunyai kecerdasan emosional di dunia kerja juga penting karena hal itu membantu kita memecahkan masalah. Waktu mendapati masalah, orang dengan kecerdasan emosional tinggi akan lebih cepat mendapatkan solusi. Pasalnya, mereka umumnya mempunyai kemampuan problem solving yang baik.

Waktu mereka mendapati masalah kecil ataupun besar, mereka bisa menyelesaikannya dengan tenang.

Hal ini disebabkan mereka bisa mengontrol diri serta pikiran dengan baik, sehingga tidak membiarkan perasaan seperti marah atau sedih memengaruhi proses pencarian solusi.

Mereka tidak berarti menjadi orang yang suka memendam perasaan dan meledak di saat yang tidak menentu. Akan tetapi, orang dengan EQ tinggi tetap dapat mengekspresikan perasaannya pada waktu dan tempat tertentu.

Membantu karyawan untuk bekerja dalam tim dengan baik

Bila kamu mempunyai kecerdasan emosional tinggi, kamu akan mudah bekerja sama dengan orang lain.

Orang dengan EQ tinggi akan gampang menghadapi perubahan dan beradaptasi, serta tidak lupa juga mengatur emosi.

Dengan begitu, mereka enggak akan menjadi beban untuk tim bisa berkembang.

Mampu menjadi pendengar yang baik

Salah satu karakter yang dimiliki seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi adalah mereka lebih gampang buat berempati.

Nah, karakter ini sangat penting buat dimiliki di dunia kerja, dan hal tersebut bisa diasah dengan cara berlatih menjadi pendengar yang baik.

Dikutip dari Mindful, salah satu ciri dari pendengar yang baik adalah mereka biasanya menanyakan apa yang ada di pikiran orang lain, benar-benar mendengarkan, dan merespons orang tersebut sesuai porsinya.

Saat ada orang lain yang berbicara, pendengar yang baik enggak akan langsung memotong dan mengeluarkan pendapatnya begitu saja. Mereka akan sabar menunggu gilirannya untuk berbicara.

Pasti kamu sendiri merasa tidak senang kan, jika kamu belum selesai berbicara, namun rekan kerja atau atasan tiba-tiba memotong begitu saja?

Ciri seseorang dengan kecerdasan emosional, ia dapat menerima kritikan dari orang lain

Salah satu ciri seseorang dengan EQ tinggi adalah punya self-awareness yang tinggi.

Dengan begitu, mereka sangat paham dengan kelemahan dan kelebihan yang ada dirinya, dan bagaimana cara memanfaatkan kelebihannya itu.

Ketika mendapatkan sebuah kritikan, mereka akan mendengarkannya, lalu mereka akan melihat langsung ke diri sendiri, dan akan menerima kritik tersebut dengan baik, bukan malah menyalahkan orang lain.

Mereka enggak merasa bahwa sebuah kritik merupakan serangan, tetapi melihatnya sebagai sebuah dorongan untuk bisa memperbaiki diri.

Nah, itu dia penjelasan mengenai mengapa kecerdasan emosional sangat penting di dunia kerja.

Jika kamu ingin bisa sukses dalam berkarier, kamu bisa mulai meningkatkan soft-skill yang satu ini dengan mulai mengatur emosi dan lebih mengenal diri sendiri.

Read More
Rekan kerja

Maksimalkan Jadwal Kerja ‘Hybrid’ dengan Cara Ini

Jika ada dampak positif dari pandemi yang perlu disyukuri, sebagian besar pekerja mungkin menjawab bisa melakukan work from home. Meskipun awalnya mereka memerlukan adaptasi, mengalami burnout saat menjalani ini, dan berasumsi akan kembali bekerja di kantor setelah situasi membaik, pada perkembangannya sistem kerja tersebut justru mereka rasa membawa keuntungan. 

Seiring waktu, banyak perusahaan pun mulai menyesuaikan sistem kerja dengan tak lagi sepenuhnya menerapkan kerja dari kantor. Sebagian dari mereka memilih menerapkan sistem kerja hybrid atau sebagian waktu di kantor, sebagian lainnya di rumah atau tempat lain. Pekerja lantas mulai terbiasa dengan sistem kerja hybrid yang menawarkan fleksibilitas. Mereka juga menganggap, sistem tersebut menguntungkan karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu lebih untuk bersiap-siap dan melakukan mobilitas setiap hari. Selain itu, mereka pun jadi memiliki peluang mengeksplor hobi dan aktivitas lain selama tak bekerja di kantor.

Laporan “The Next Great Disruption Is Hybrid Work-Are We Ready?” (2021) yang dirilis Microsoft menunjukkan, sejumlah 83 persen pekerja di Indonesia menginginkan kerja jarak jauh. Bahkan, 49 persen pekerja mempertimbangkan meninggalkan pekerjaannya, dengan memilih opsi kerja jarak jauh sebagai alasan utama.

Meski punya keunggulan seperti fleksibilitas tadi, bukan berarti sistem kerja hybrid tidak memiliki tantangan yang memengaruhi kinerja. Karena itu, pekerja perlu melakukan strategi-strategi tertentu agar selama bekerja dalam sistem tersebut, mesreka bisa tetap menghasilkan output optimal. Berikut kami rangkum beberapa langkah untuk mengatur jadwal kerja, untuk dilakukan para pekerja hybrid untuk bekerja dari jarak jauh.

Baca Juga: ‘Working from Home’ bagi Ibu Bekerja adalah Mitos

1. Ciptakan Ruang Kerja Ideal

Sebelum pandemi, mungkin hanya sebagian pekerja yang memiliki ruang kerja di rumahnya. Namun, sejak work from home diberlakukan, tampaknya ini menjadi kebutuhan untuk memisahkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. 

Selain itu, memiliki ruang kerja yang ideal artinya memenuhi keperluan aset, dan membangun suasana layaknya bilik kantor untuk memaksimalkan kinerja, terlebih jika lebih banyak hari kerja di rumah.

Apabila dalam menciptakan ruang kerja ideal pekerja terkendala masalah biaya, Vice President and General Manager Cisco Webex Calling and Strategy, Lorrisa Horton menyarankan pekerja untuk menanyakan pada perusahaan apakah mereka memiliki aset berlebih yang dapat pekerja manfaatkan.

Menurut Horton, seharusnya perusahaan mempertimbangkan hal ini demi produktivitas pekerjanya. Karena berpengaruh pada kinerja dan perkembangan perusahaan, hal itu perlu diprioritaskan.

Baca Juga: Perempuan dalam Politik Kantor, ‘Dos and Don’ts’ dari Pemimpin Perempuan

2. Saat Kerja Hybrid, Kenali Cara untuk Jadi Produktif

Di era digital, banyak distraksi yang sulit dihindari, membuat produktivitas dalam bekerja menjadi kemewahan, terutama jika seseorang bekerja jarak jauh. Sebut saja aktivitas seperti doomscrolling media sosial atau aplikasi ojek online untuk memilih menu makan siang, hingga menonton satu episode drakor terkini yang nanggung kalau ditinggal. Atau, pekerjaan domestik yang perlu diselesaikan sebelum petang.

Riset dari Pew Research Center menyatakan, kerja jarak jauh dapat memengaruhi tingkat motivasi seseorang, terutama pada 53 persen pekerja di usia 18-29 tahun. Mereka cenderung termotivasi apabila bertemu dengan rekan kerjanya. 

Tak dimungkiri, meskipun suasana rumah sudah mendukung, motivasi bekerja masih saja bisa minim karena berbagai alasan. Misalnya, pada Senin dan Jumat pagi, pekerja merasa masih ingin atau cepat-cepat rebahan. Atau di atas jam 12 siang, mereka tak semangat bekerja akibat kekenyangan setelah makan.

Untuk mengakali masalah motivasi kerja ini, kita dapat membentuk rutinitas yang membangun mood dan mendukung produktivitas. Misalnya, berolahraga selama 45 menit, mandi, dan sarapan sebelum mulai bekerja. Selain itu, kita bisa membuat to-do list agar gol dalam delapan jam bekerja dapat terlihat jelas.

Kemudian, kita butuh mengatur jadwal sesuai jam kerja dan memfokuskan diri pada pekerjaan yang menjadi prioritas, serta berusaha menyelesaikannya sebelum jam makan siang, selagi pikiran masih jernih.

Sementara dalam pengerjaan proyek besar, Tony Wong, seorang pakar manajemen dan produktivitas, memberikan tipsnya kepada Forbes. Ia mengatakan, sebaiknya proyek tersebut dibagi ke dalam beberapa tahap pengerjaan agar lebih ringan, tetapi berdampak besar.

Baca Juga: WFO, WFH, atau Keduanya? Menimbang Sistem Kerja Terbaik Usai Pandemi

3. Saat Kerja Hybrid, Pisahkan Pekerjaan di Rumah dan Kantor

Memisahkan pekerjaan di rumah dan kantor adalah salah satu cara menjaga efektivitas kerja jarak jauh. Alasannya, terdapat beberapa pekerjaan yang lebih baik dikoordinasikan langsung dengan rekan kerja agar komunikasinya lebih jelas.

Harvard Business Review menyebutkan beberapa di antaranya, seperti pembahasan proyek yang memerlukan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, peninjauan objek secara langsung, maupun konten yang memicu emosi tinggi.

Sementara dalam memilih pekerjaan yang dilakukan di rumah, pertimbangkan untuk menyesuaikan porsinya dengan tanggung jawab dan aktivitas lainnya, seperti merawat anak dan menyelesaikan tugas domestik. 

4. Rutin Berkomunikasi dengan Rekan Kerja

Bagi sebagian pekerja, membatasi interaksi dengan kolega dianggap salah satu cara memisahkan kehidupan pribadi dan profesionalnya. Di sisi lain, support system justru diperoleh apabila menjalin kedekatan dengan orang kantor, diawali dengan membuka diri. Menurut Horton, hal ini menjadi kunci membangun pertemanan bagi pekerja berusia muda dan kelompok marginal.

Namun, pandemi membatasi interaksi langsung, dan upaya minimum yang dapat dilakukan adalah berkomunikasi secara virtual. Keadaan ini membuat seseorang lebih manusiawi dan aspek tersebut yang menjadi fondasi kuat dalam menjalin relasi, sebagaimana dijelaskan dalam Forbes. Hubungan tersebut merupakan salah satu pengingat bahwa pekerja merupakan bagian dari tim.

Tingginya intensitas komunikasi dengan rekan kerja juga meningkatkan kepercayaan setelah mengetahui satu sama lain dapat diandalkan. Kepada NPR, penulis dan profesor di Harvard Business School, Tsedal Neeley mengungkapkan cara-cara untuk melakukan ini. “[Pekerja] muncul ketika diperlukan, baik secara langsung maupun virtual, dan tepat waktu. Tunjukkan kompetensimu lewat kata-kata dan tindakan,” ujar Neeley.

Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab, atasan pun perlu menanyakan kondisi pekerjanya dan mendukung perkembangan potensi mereka, tanpa menunggu evaluasi akhir tahun. Rutinnya komunikasi itu juga membuat koordinasi pekerjaan lebih baik, dan menjaga alur kerja tetap terstruktur.

Read More
keberagaman di tempat kerja

Ada LGBT dan Minoritas di Kantormu? Ini 6 Manfaatnya

keberagaman di tempat kerja – Bayangkan jika kantor tempatmu bekerja saat ini dipenuhi orang dengan latar belakang yang beragam, tidak hanya dari latar belakang suku, agama dan ras, tetapi juga identitas gender serta orientasi seksual? Pasti akan sangat banyak sekali hal-hal positif yang bermunculan karena keberagaman tersebut.

Sayangnya di Indonesia sendiri hal ini sepertinya masih menjadi angan-angan belaka, sebab masih banyak stigma dan diskriminasi terhadap komunitas marjinal, seperti LGBT di Indonesia. Memang, beberapa kantor ada yang tidak memedulikan identitas gender atau seksual karyawannya, dan selalu melihat prestasi mereka.

Namun, jika melihat tren global, berkat kemajuan teknologi dan perubahan zaman akibat pandemi Covid-19, membuat tempat kerja yang lebih inklusif untuk semua pekerja  itu sudah menjadi sebuah keharusan. Jika, perusahaan tidak melakukan hal ini, akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan ke depannya. 

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Keberagaman di dunia kerja bukan hanya perlu diberlakukan di bagian karyawannya saja tetapi juga di level-level strategis seperti level pengambil keputusan.  Kok gitu? Semakin beragam orang-orang di dalam level pengambil keputusan, maka semakin baik pula keputusan yang dihasilkan. 

Nah berikut ini beberapa manfaat keberagaman di tempat kerja yang mesti kamu tahu, yuk disimak. 

1. Keberagaman di Tempat Kerja akan Meningkatkan Produktivitas Pekerja dan Inovasi

Saat perusahaan memutuskan untuk menerima karyawan baru dari berbagai latar belakang dan identitas, hal ini akan membawa perusahaanmu pada banyak keuntungan salah satunya meningkatkan produktivitas kerja. Memang, membawa perspektif baru ke perusahaan terlihat  menyeramkan untuk HRD, tetapi beberapa riset mengatakan, tim yang beragam memperlihatkan perbaikan dalam mengambil keputusan sebesar 60 persen.

Selain itu, coba deh kamu bayangkan jika tim kamu itu isinya orang-orang yang homogen, misalnya, dari suku yang sama, atau jenis kelamin yang sama, tentunya ide-ide yang dihasilkan juga  tidak terlalu menarik. Nah, jika tim-mu komposisinya beragam, seperti dari segi gender, latar belakang pendidikan, dan lain sebagainya, pastinya akan banyak banget inovasi yang diciptakan, dan hal ini berujung pada keuntungan untuk perusahaan juga deh. 

 2. Meningkatkan Reputasi Perusahaan

Kita semua tahu, bahwa saat ini dunia sudah berubah dan kesetaraan gender dan inklusivitas tempat kerja menjadi topik hangat untuk semuanya. oleh sebabnya jika perusahaanmu mulai memperbaiki hal ini, maka reputasi perusahaanmu akan mulai membaik.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Orang-orang akan mengenal perusahaanmu inklusif, dan yang pasti mereka juga akan senang membeli produk atau jasa yang perusahaan tawarkan. Keberagaman di tempat kerja ternyata semakin membawa cuan loh ke perusahaan. 

3. Menciptakan Ruang yang Nyaman dan Aman bagi Semua Pekerja

Baru-baru ini beredar kabar di media sosial, bahwa terjadi kekerasan seksual saat perekrutan di salah satu startup besar di Jakarta Selatan. Hal ini tentunya bukan cuma terjadi satu-dua kali saja, tetapi sebelumnya sudah banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi di tempat kerja. 

Faktanya, memang sebagian besar perusahaan masih belum memiliki SOP untuk menangani kekerasan seksual. Nah, untuk membuat lingkungan kerja yang aman dan nyaman, tentunya SOP kekerasan seksual saja tidak cukup, namun, dibutuhkan juga perubahan budaya serta inklusivitas dalam ruang kerja. 

4. Meningkatkan Performa Kerja Karyawan

Ketika lingkungan kerja  nyaman dan aman serta  memiliki talent yang beragam, hal ini tentunya berpengaruh juga terhadap performa kerja karyawan. Dikutip dari HBR, dalam sebuah riset menunjukan jika tim kamu homogen, mulai dari identitas gender hingga cara pandangnya, akan melumpuhkan keragaman kognitif alami sebab individu mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri. 

Baca Juga: Pemimpin Perempuan: Perkara Kesempatan

Ketika karyawan tidak bisa menjadi dirinya sendiri, tentunya hal ini akan berpengaruh pada kesehatan mental karyawan tersebut dan akhirnya tidak bisa menghasilkan pekerjaan terbaik mereka. 

Tantangan dalam Menciptakan Keragaman di Tempat Kerja

Berbicara tentang keberagaman di tempat kerja tentunya lebih mudah ketimbang mengimplementasikannya. Banyak sekali tantangan yang akan dihadapi oleh manajemen terutama dalam hal melatih karyawan serta HRD-nya. Berikut ini beberapa tantangan yang akan perusahaan hadapi setelahnya, dikutip dari laman Culture Amp. 

  1. Melakukan pelatihan rutin dan masif untuk semua karyawan. 
  2. Belajar dan mengurangi bias-bias pada identitas-identitas tertentu, seperti identitas gender, orientasi seksual, serta ras.
  3. Perusahaan kemungkinan akan mengalami resistensi dari karyawan-karyawan yang tidak menginginkan adanya perubahan. 
Read More
social intelligence di dunia kerja

Pentingnya Social Intelligence di Dunia Kerja dan Cara Meningkatkannya

Semua orang yang bekerja di suatu perusahaan pasti ingin punya hubungan yang baik dengan rekan kerja. Nah, supaya kamu bisa memiliki hubungan baik tersebut kamu harus punya yang namanya kecerdasan sosial atau social intelligence.

Jika kamu punya kecerdasan sosial, kamu akan bisa merasakan perasaan orang lain. Karena itu, orang-orang yang punya social intelligence akan lebih gampang menjalin hubungan baik dengan rekan kerja atau atasan.

Enggak cuma itu, ada segudang manfaat lain yang bisa diperoleh kalau kamu punya kemampuan ini. Salah satunya adalah kamu bisa jadi lebih percaya diri saat masuk  lingkungan kerja baru.

Baca Juga: 7 Self Reward yang Baik untuk Diri Sendiri Tanpa Biaya Mahal

Penasaran dan ingin tahu apa sih yang dimaksud dengan social intelligence? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Social Intelligence atau Kecerdasan Sosial?

Dikutip dari IntelligentChange, social intelligence adalah kemampuan untuk mengamati, memahami, dan mengelola emosi dalam berbagai konteks sosial. Saat seseorang dapat mengelola emosi dengan baik, ia bisa jadi lebih bijak dalam berhubungan dengan orang lain.

Menurut Daniel Goleman, penulis buku Emotional Intelligence and Social Intelligence: The New Science of Human Relationships, kecerdasan sosial tidak dimiliki sejak lahir. Kecerdasan bisa terbentuk lewat beberapa kondisi seperti pendidikan, hubungan keluarga, lingkungan dan sebagainya. 

Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Social intelligence bisa dipelajari oleh siapa pun. Biasanya, kemampuan ini bisa berkembang lewat pengalaman meraih keberhasilan atau kegagalan dalam lingkungan sosial.

Ciri Seseorang Memiliki Social Intelligence

Dikutip dari Psychology Today, berikut ini beberapa ciri seseorang memiliki social intelligence.

Paham tentang norma-norma sosial

Salah satu ciri seseorang yang cerdas secara sosial adalah mereka paham tentang norma-norma sosial sehingga mereka dapat menempatkan diri dengan baik.

Mereka sangat paham cara berinteraksi dan selalu bersikap bijaksana saat bersama orang lain.

Mahir dalam berkomunikasi secara verbal

Seseorang yang punya kecerdasan sosial akan mahir berkomunikasi secara verbal atau punya kemampuan percakapan yang sangat baik.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Ia bisa melakukan percakapan dalam berbagai macam situasi. Namun, perkataan yang ia lontarkan tidak cuma basa-basi saja.

Mereka juga sangat bijaksana dalam mengeluarkan kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya karena mereka sangat bisa memahami perasaan orang lain yang mereka ajak berbicara.

Orang yang memiliki social intelligence mampu menjadi pendengar yang baik

Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kelebihan yang dipunyai seseorang dengan kecerdasan sosial yang baik.

Enggak cuma mahir berkomunikasi secara verbal, mereka pun bisa jadi pendengar yang baik. Mereka akan selalu mendengarkan dan memperhatikan apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.

Bisa memahami emosi orang lain

Ciri lain orang yang punya kecerdasan sosial adalah sering mengamati orang-orang di sekitarnya. Karena itu, mereka lebih gampang dalam memahami situasi orang lain.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Enggak cuma orang yang punya kecerdasan emosional, seseorang yang punya social intelligence juga lebih gampang dalam memahami emosi orang lain.

Itulah mengapa ketika kamu mempunyai kecerdasan emosional sekaligus social intelligence kamu akan gampang berteman dan menjaga hubungan dengan siapa pun.

Orang dengan social intelligence tidak suka berdebat

Orang dengan social intelligence juga sangat paham bahwa berdebat atau menyudutkan orang lain bukanlah solusi. Mereka bukan orang yang akan langsung menolak ide dari orang lain. Justru, mereka akan mencoba mendengarkan dengan pikiran terbuka meski ada ketidaksetujuan secara pribadi.

Cara Meningkatkan Social Intelligence

Kalau kamu ingin mengembangkan kemampuan yang satu ini, kamu dapat mencoba beberapa tips yang dikutip dari VerywellMind berikut ini.

Selalu perhatikan sekitar

Seseorang dengan kecerdasan sosial yang tinggi akan selalu memperhatikan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Mereka memperhatikan dengan detail bagaimana orang-orang di sekitarnya waktu sedang berinteraksi.

Dengan begitu mereka akan lebih gampang buat berkomunikasi dan menentukan sikap kepada orang yang ada di sekelilingnya.

Tingkatkan kecerdasan emosionalmu

Social intelligence serta kecerdasan emosional memang berhubungan. Namun, kecerdasan emosional lebih tentang bagaimana seseorang bisa mengatur emosinya sendiri dan punya empati kepada orang lain.

Nah, kalau kecerdasan emosionalmu sudah baik, pastinya akan jadi lebih gampang bagi kamu untuk mengendalikan emosi negatif waktu berinteraksi di lingkungan sosial.

Menghargai perbedaan budaya

Perbedaan budaya bukanlah suatu hal yang perlu dihindari, malah semestinya kita hargai. Tiap orang dengan berbagai latar budaya punya keunikan tersendiri, dan hal itu bisa kita pelajari.

Dengan menghargai budaya orang lain, kamu akan lebih gampang buat memahami karakteristik dan kebiasaan yang sering orang lain lakukan.

Belajar active listening

Active listening juga merupakan suatu hal yang enggak bisa dipisahkan dari social intelligence. Jadi, kalau kamu ingin menaikan kemampuan yang satu ini, maka kamu harus mampu melakukan active listening.

Salah satu cara untuk menaikkan kemampuan active listening-mu adalah dengan selalu memperhatikan baik-baik apa yang dibicarakan oleh lawan bicara.

Baca Juga: Cara Menemukan Karier yang Tepat untuk Para Fresh Graduate

Selain itu, cobalah untuk tidak menyela lawan bicaramu waktu ia sedang berbicara.

Saat kamu melakukan hal tersebut, pasti akan lebih gampang buat kamu memahami infomasi yang sedang disampaikan oleh lawan bicaramu.

Hargai orang-orang yang ada di sekitarmu

Salah satu cara paling gampang untuk meningkatkan social intelligence adalah dengan selalu menghargai orang-orang yang ada di sekitar kamu.

Kamu bisa memulainya dengan berlatih cara berkomunikasi yang efektif lewat orang terdekatmu terlebih dahulu. Jika kamu berhasil menjaga hubungan dengan orang terdekat, tentu kamu enggak akan kesusahan buat menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Read More

Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Ketimpangan penghasilan ternyata bukan satu-satunya momok perempuan dalam dunia kerja. Faktanya, mereka juga memiliki perbedaan tekanan yang bersumber pada time stress — perasaan memiliki banyak hal yang perlu dilakukan dalam waktu terbatas. Alhasil, lebih banyak perempuan mengalami burnout. 

Pernyataan ini didukung penelitian oleh Ashley Whillans dkk., peneliti asal Harvard Business School dan FIsher College of Business, AS, dalam “Extension request avoidance predicts greater time stress among women” (2021). Dari lima ribu partisipan, mereka menemukan perempuan cenderung merasa memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dengan waktu terbatas.

Walaupun demikian, bukan berarti perempuan rela meminta perpanjangan waktu pengerjaan ataupun membagi beban kerja kepada koleganya. Mereka mengkhawatirkan perilakunya membebani pekerja lain, atau menerima hukuman dari atasan. Terlepas dari tanggung jawabnya, di kantor perempuan turut berinisiatif melakukan aktivitas nonformal secara sukarela, maupun atas dasar permintaan orang lain.

Whillans dkk. mendeskripsikan fenomena ini sebagai epidemi sosial yang mengganggu produktivitas, kesehatan fisik, dan kesejahteraan emosional. Pasalnya, perempuan menganggap dirinya kurang kompeten dibandingkan laki-laki, apabila meminta waktu tambahan untuk melakukan pekerjaannya.

Sementara, berdasarkan Health and Safety Exclusive (HSE)lembaga publik non departemen asal Inggris yang menjamin kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerjaperempuan di usia 35-54 tahun mengalami stres akibat pekerjaan 50 persen lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Penyebabnya adalah kualitas lingkungan pekerjaan yang lebih rendah bagi perempuan, berkaca pada upah yang lebih rendah, jam kerja yang tidak fleksibel, merasa insecure dengan pekerjaannya, dan minimnya potensi perkembangan karier.

Namun, faktor lain penyumbang time stress pada perempuan ialah banyaknya peran yang harus dilakukan, sebagai istri, ibu, anak yang merawat orang tuanya, hingga breadwinner (pencari nafkah).

Selain itu, penyebab lainnya adalah emotional labor, yaitu mengesampingkan perasaan atau emosi yang sesungguhnya demi tuntutan pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk menampilkan kinerja baik di antara tekanan pekerjaan, dengan mengontrol emosi dan memberikan sugesti pada diri bahwa menikmati realitas yang ada. Atau berpura-pura menampilkan emosi positif dengan berusaha tenang, mengutamakan empati, dan mengekspresikan optimisme, dibandingkan perasaan sebenarnya.

Sebagai dampaknya, mengacu pada  laporan Gender and Stress dari American Psychological Association, muncul gejala fisik dan emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan keinginan untuk menangis. Celakanya, persentase gejala ini lebih besar dialami perempuan daripada laki-laki.

Baca Juga: ILO: Pekerja Perempuan yang Capai Posisi Atas Masih Minim

Perempuan Sebagai Pelaku Utama Pekerjaan Domestik

Membicarakan pekerjaan domestik rasanya tidak lepas dari figur perempuan sebagai pelakon utama, meskipun tak sedikit laki-laki yang juga melakukannya. Dalam The Second Shift: Working Families and the Revolution at Home (2012) oleh Arlie Hochschild dan Anne Machung disebutkan, di AS, peran perempuan sebagai manajer rumah tangga lebih banyak menyita waktu dibandingkan laki-laki.

Rata-rata pekerja perempuan heteroseksual yang berumah tangga, menghabiskan delapan jam lebih banyak setiap minggunya untuk menyelesaikan pekerjaan dan mengasuh anak.  Ditambah selama pandemi, ketimpangan gender itu meningkat secara substansial.

Menurut Laura Giurge dkk., peneliti yang berafiliasi dengan instansi pendidikan seperti London Business School dan Harvard University, perempuan di seluruh dunia memiliki lima jam tambahan untuk menyelesaikan pekerjaannya sekaligus mengasuh anak. 

Maria (37), seorang pekerja swasta sekaligus ibu dua anak misalnya. Saat work from home, ia harus mendampingi putranya yang duduk di kelas empat SD untuk sekolah daring, dan ikut mempelajari materi yang diberikan wali kelas untuk kembali menerangkan kepada anaknya, sekaligus membantu proses pengerjaan pekerjaan rumah.

Karena itu, ia merasa lebih di bawah tekanan, sekali pun waktu tidurnya masih terhitung cukup, yakni tujuh jam.

Namun, hal ini tidak hanya terjadi pada perempuan yang berperan sebagai ibu. Pada dasarnya, perempuan memiliki banyak area persaingan, seperti penampilan, kualitas hubungan pertemanan, dan pekerjaan yang dihasilkan. Dalam berbagai aspek tersebut, terdapat potensi kegagalan yang akan dialami. Karenanya, muncul keraguan, kritik pada diri sendiri, serta rendahnya kepercayaan diri pada perempuan.

Baca Juga: Bagaimana Kamu Bisa Mati Karena Kerja Berlebihan?

Cara Perempuan Merespons Time Stress dan Mengatasinya

Sebenarnya, laki-laki dan perempuan memiliki respons serupa dengan laki-laki, yakni rentan terhadap hormon kortisol dan adrenalin. Namun, perempuan juga mengeluarkan lebih banyak hormon oksitosin dari kelenjar pituitari yang membantu mengurangi produksi kortisol dan adrenalin, mengurangi efek berbahaya.

Mengutip WebMD, artinya hormon oksitosin mampu menciptakan kepribadian lebih rileks, dan secara otomatis, hal tersebut menjadi perlindungan diri perempuan.

Sementara secara karakteristik psikologis, laki-laki memiliki mode fight-or-flight, sedangkan perempuan tend-and-befriend. Dalam mode tersebut, perempuan cenderung merawat orang-orang di sekitarnya dan menjalin komunikasi dengan orang lain. Menurut Shelley Taylor, profesor psikologi di University of California Los Angeles (UCLA), AS, hal itu dikarenakan perempuan memiliki harapan hidup lebih besar.

“Sistem tend-and-befriend melindungi perempuan dari efek dari stres yang merusak,” ujar Taylor kepada WebMD. 

Dalam hasil penelitian Domestic Stress and Well-Being of Employed Women: Interplay Between Demands and Decision Control at Home” (2006), akademisi asal Israel, Talma Kushnir dan Samuel Melamed memberikan contoh lain, yaitu membentuk kelompok sosial bersama perempuan lain sebagai support system.

Baca Juga: Mendukung Sesama Pekerja Perempuan Penting, Ini Alasannya

Kemudian, mereka yang juga berperan sebagai ibu akan melindungi diri sendiri dan anak-anaknya lewat perilaku pengasuhan, sebagai respons terhadap situasi yang menyebabkan stres. Respons tersebut dilakukan atas kelekatan pada otak sehingga mengarah ke perilaku pengasuhan dan afiliasi.

Untuk mengatasi time stress, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, perempuan perlu memberanikan diri meminta perpanjangan tenggat waktu ketika jam kerjanya fleksibel. Kedua, self-care penting dilakukan sesederhana tidur cukup, diet sehat, dan berolahraga. Selain itu, pemicu stres seperti melakukan pekerjaan kantor dan tanggung jawab di rumah juga perlu disesuaikan.

Ketiga, mengenal pemicu stres secara spesifik, karena di dalam pekerjaan pun terdapat berbagai aspek. Misalnya beban kerja dan perilaku kolega atau atasan, keduanya hal berbeda dan memiliki cara mengatasinya masing-masing.

Yang terakhir, mencari validasi dari dalam diri untuk memahami emosi yang dirasakan itu sah, dan perlu ditanamkan, tidak apa-apa jika merasa tidak baik-baik saja. Apabila sulit dilakukan, terdapat beberapa opsi untuk melatih diri, seperti mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri, secara sadar menaruh perhatian pada situasi saat ini, atau membaca buku self-help.

Sementara bagi perusahaan, Whillans dkk. menyarankan manajer secara rutin mengecek kondisi pekerjanya yang terlihat sedang stres. Apabila memungkinkan, mereka dapat menawarkan perpanjangan waktu pekerjaannya untuk membantu kesehatan mentalnya.

Dengan demikian, pekerja perempuan akan merasa dimengerti dan kesehatan mereka adalah yang utama. Pun mereka memahami bahwa bukan sebuah permasalahan, apabila mereka membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan pekerjaan.

Read More
Self Reward yang Baik untuk Diri Sendiri Tanpa Biaya Mahal

7 Self Reward yang Baik untuk Diri Sendiri Tanpa Biaya Mahal

Setelah sekian lama dan bersusah payah melakukan suatu pekerjaan, kita tentu senang bila mendapat apresiasi dari orang lain. Sikap menghargai yang ditujukan orang lain itu seperti angin segar yang pada akhirnya bisa memompa semangat kita untuk kemudian kembali mengerjakan berbagai hal lainnya. Namun, kita perlu ingat bahwa bukan hanya orang lain yang bisa menghargai diri kita. Kita pun bisa, bahkan perlu melakukannya, salah satunya dengan memberi self reward.

Self reward adalah bentuk penghargaan kepada diri sendiri atas usaha yang dilakukan dan ini wajar dilakukan. Bukan berarti dalam melakukannya kita jadi berlebihan memanjakan diri sampai lupa batasan kemampuan finansial dan melupakan tanggung jawab di depan. Kita perlu melakukan ini sewajarnya, yang terpenting adalah tujuan utamanya tercapai: Menyegarkan pikiran kembali supaya tidak stres.

Banyak orang berpikir bahwa melakukan self reward itu sama dengan berfoya-foya sepuas hati. Padahal, self reward yang baik tidak mesti boros, lho. Nah, berikut ini beberapa contoh self reward murah meriah yang bisa kamu pilih.

1. Bermain Game

Jika kamu sudah merasa lelah dan penat dengan kerjaan, kamu bisa menghadiahi diri sendiri dengan memainkan game kesukaan kamu.

Sekarang ini, bermain game tidak perlu memakai console atau lewat PC. Kamu tinggal nyalakan smartphone dan kamu bisa langsung bermain game.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Main game bisa membuat kamu jadi lebih santai dan bisa melupakan pekerjaanmu sejenak. Selain itu, menurut WebMD, teryata bermain game bisa membuat otak kita tetap aktif untuk berpikir, melatih fokus, dan menganalisis dengan cepat.

Alhasil, kamu bisa menjadi lebih fokus serta produktif dalam bekerja nantinya. Namun, kamu tetap perlu ingat batasan waktu dalam bermain game, ya. Untuk game yang berbayar, jangan sampai kamu “kalap” mengeluarkan uang untuk mendapat berbagai fitur premium dalam game kesukaanmu. Selain itu, kamu juga perlu menghindari bela-belain begadang main game semalaman, sehingga besoknya malah jadi sangat lelah untuk lanjut bekerja.

2. Mengambil Cuti

Banyak orang bilang kalau cuti itu bagusnya dipakai buat liburan ke tempat jauh saja. Namun, sebenarnya, kita bisa mengambil cuti dan mengisinya dengan bersantai di rumah. 

Sebisa mungkin kamu jangan memikirkan pekerjaan selama cuti. Jangan lupa matikan laptop dan notifikasi handphone yang berhubungan dengan pekerjaan. Kamu bisa memilih melakukan hal yang kamu senangi selama berlibur di rumah, misalnya melakukan hobi yang sempat lama terabaikan karena terlalu sibuk bekerja.

3. Tidur Siang Salah Satu Contoh Self Reward yang Murah

Meski terkesan remeh, tidur siang bisa menjadi opsi self reward yang baik untuk kamu ambil, lho. Selain bisa mengembalikan energi yang sudah terkuras setelah bekerja, tidur siang juga mampu mengembalikan semangat kerjamu, bahkan bila kamu melakukannya selama 15-30 menit saja. Dalam artikel VeryWell Mind dikatakan, tidur siang selama 20 menit bisa membuat tubuh dan pikiranmu lebih segar dibanding meminum secangkir kopi.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Sementara, menurut Psychology Today, tidur siang di sela-sela bekerja membawa berbagai dampak positif buat kamu. Di antaranya:

  • menurunkan stres
  • meningkatkan kreativitas dan memancing cara berpikir baru
  • meningkatkan performa dalam bekerja
  • menaikkan konsentrasi kerja
  • meningkatkan daya ingat
  • menjaga kesehatan tubuh

4. Ngobrol dengan Orang Rumah

Apakah selama work from home (WFH) kamu jadi jarang ngobrol dengan orang rumah? Coba kamu tinggalkan laptop sejenak, lalu keluar dari kamar hanya untuk ngobrol sebentar dengan orang-orang di rumah atau kos kamu. Mungkin selama ini mereka juga mau mengajak ngobrol kamu, tetapi karena kamu terlihat sibuk, mereka jadi mengurungkan niatnya.

Dengan mengobrol, kita bisa lepas sebentar dari rutinitas harian dan mengejar kabar terbaru terkait kehidupan orang-orang sekitar kita. Hal ini baik untukmu, tak hanya sebagai penyegar pikiran, tetapi juga untuk menjaga relasimu dengan mereka.

5. Bermain dengan Hewan Piaraan

Kalau kamu di rumah punya peliharaan seperti anjing atau kucing, ajaklah mereka bermain sejenak.

Bermain dengan hewan peliharaan dapat membantu menaikkan hormon bahagia dan mengurangi stres. Menurut Help Guide, bermain dengan hewan peliharaan bisa menurunkan tekanan darah saat kamu sedang stres.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Kalau kamu tidak punya hewan peliharaan, kamu bisa mencoba menonton di YouTube video-video binatang dengan tingkah laku mereka yang lucu. Menurut NBC News, menonton video hewan peliharaan seperti kucing sangat bermanfaat buat kesehatan mental kamu, loh.

6. Keluar Rumah dapat Jadi Self Reward Kamu Saat WFH

Selama WFH ini, coba deh kamu hitung berapa kali kamu keluar rumah untuk sekadar mencari udara segar?

Jika cuaca sedang cerah, kamu bisa keluar kamar atau rumah untuk mencari udara segar dan merilekskan pikiran. Boleh juga kamu manfaatkan waktu tersebut untuk berolahraga ringan seperti jogging keliling kompleks sambil mengajak hewan peliharaan kamu jalan-jalan.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Jalan kaki atau jogging bisa jadi pilihan self reward tanpa perlu mengeluarkan biaya, dan ini bisa membantu meningkatkan mood kamu. Manfaat lainnya, tubuh kamu tentu saja menjadi lebih sehat dan ototmu tak begitu kaku lagi setelah berjam-jam duduk di depan laptop.

7. Nonton Serial Favorit Menjadi Pilihan Self Reward yang Baik

Setelah menyelesaikan pekerjaan, menyediakan waktu sebentar untuk nonton drama Korea atau film favorit tentu tidak ada salahnya. Carilah tontonan yang genre-nya ringan buat menyegarkan pikiranmu.

Dengan menonton serial favorit, kita bisa “menghilang” sejenak dari rutinitas kantor yang membuat kita jenuh. Namun, sama seperti bermain game, kamu tetap perlu ingat ya, untuk tidak kebablasan binge watching sampai lupa makan, mandi, atau bersiap-siap untuk bekerja esok harinya.  

Ada banyak cara buat memberikan self reward yang baik atas kerja kerasmu, termasuk dengan hal-hal simpel tadi yang bisa membahagiakan dirimu sendiri tanpa mengeluarkan biaya mahal.

Read More