tanda perusahaan ramah terhadap pekerja perempuan

Ciri-Ciri Perusahaan yang Mendukung Pekerja Perempuan

Perusahaan yang ramah terhadap pekerja perempuan adalah tempat kerja yang menerapkan kebijakan dan praktik yang mendukung kesejahteraan dan perkembangan karier pekerja perempuan. Ini termasuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, memberikan kesempatan yang sama, dan menawarkan dukungan yang diperlukan untuk keseimbangan kerja-hidup yang sehat.

Mengapa Penting Mendukung Pekerja Perempuan?

Mendukung pekerja perempuan tidak hanya baik untuk individu tersebut, tetapi juga bagi perusahaan secara keseluruhan. Dengan menyediakan lingkungan kerja yang inklusif dan setara, perusahaan dapat menarik dan mempertahankan talenta terbaik, meningkatkan produktivitas kerja, dan menciptakan budaya kerja yang lebih positif.

Baca Juga: Buku-buku Sains Anak Masih Bias Gender, Kurang Representasi Perempuan

Kebijakan Ramah Gender

  • Kebijakan Cuti Hamil dan Melahirkan

Salah satu indikator utama perusahaan ramah perempuan adalah adanya kebijakan cuti hamil dan melahirkan yang adil. Perusahaan yang baik akan memberikan cuti berbayar yang cukup panjang untuk memungkinkan ibu baru pulih dan menyesuaikan diri dengan peran baru mereka.

Menurut sebuah studi oleh World Economic Forum, The Benefits of Paid Parental Leave, perusahaan yang menyediakan cuti hamil yang memadai cenderung memiliki tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih baik. Cuti hamil yang baik tidak hanya mencakup durasi yang cukup tetapi juga perlindungan pekerjaan selama dan setelah cuti tersebut, memastikan bahwa pekerja perempuan dapat kembali ke posisi mereka tanpa diskriminasi.

  • Fleksibilitas Jam Kerja

Fleksibilitas jam kerja adalah aspek penting lainnya. Banyak perempuan harus mengelola tanggung jawab rumah tangga dan pekerjaan sekaligus. Dengan fleksibilitas dalam jam kerja, mereka dapat menyeimbangkan kedua peran ini tanpa mengorbankan karier mereka.

Sebuah laporan dari McKinsey & Company berjudul The Power of Flexibility: Flexible Work Arrangements, menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja tidak hanya membantu pekerja perempuan tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan secara keseluruhan . Fleksibilitas ini bisa berupa jam kerja yang dapat disesuaikan, opsi kerja jarak jauh, atau minggu kerja yang dipadatkan.

Lingkungan Kerja yang Inklusif

  • Pelatihan dan Pendidikan Inklusif

Perusahaan ramah perempuan akan menyediakan pelatihan dan pendidikan yang inklusif. Ini termasuk program yang mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan tanpa memandang gender, memastikan semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

  • Fasilitas Ramah Perempuan

Fasilitas seperti ruang menyusui dan tempat penitipan anak di tempat kerja sangat membantu. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghargai kebutuhan spesifik pekerja perempuan dan berusaha membuat mereka merasa nyaman dan didukung.

  • Kebijakan Anti-Diskriminasi yang Kuat

Perusahaan harus memiliki kebijakan anti-diskriminasi yang kuat dan jelas, termasuk mekanisme pelaporan yang aman dan efisien. Kebijakan ini harus mencakup langkah-langkah untuk menangani laporan diskriminasi dengan serius dan memastikan bahwa semua karyawan merasa aman dan dihormati di tempat kerja.

Kebijakan anti-diskriminasi yang efektif dapat membantu menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif dan mengurangi insiden diskriminasi di tempat kerja.

  • Ruang Kerja yang Mendukung Keberagaman

Menciptakan ruang kerja yang mendukung keberagaman adalah langkah penting lainnya. Ini termasuk menyediakan fasilitas yang mendukung keberagaman, seperti ruang ibadah, area istirahat yang inklusif, dan acara perusahaan yang merayakan keberagaman budaya.

Menurut sebuah laporan dari Deloitte, The Diversity and Inclusion Revolution: Eight Powerful Truths, perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keberagaman cenderung memiliki karyawan yang lebih terlibat dan loyal, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Baca Juga: ‘Lookism’ dan Diskriminasi di Tempat Kerja: Pekerja ‘Good Looking’ Lebih Sejahtera

Peluang Karier yang Setara

  • Rekrutmen yang Adil dan Transparan

Perusahaan yang ramah terhadap pekerja perempuan biasanya memiliki proses rekrutmen yang adil dan transparan. Ini berarti bahwa setiap kandidat dinilai berdasarkan keterampilan dan kualifikasi mereka, tanpa adanya diskriminasi berdasarkan gender.

Menurut sebuah laporan dari Glassdoor, Why Diversity Matters, perusahaan yang menerapkan proses rekrutmen yang adil dan transparan cenderung memiliki lebih banyak keanekaragaman di tempat kerja dan karyawan yang lebih puas . Transparansi dalam rekrutmen juga mencakup pengungkapan gaji yang jelas dan proses seleksi yang bebas dari bias.

  • Kesempatan Pengembangan Karier yang Sama

Peluang untuk pengembangan karier yang sama adalah aspek penting dari kesetaraan di tempat kerja. Ini berarti bahwa semua karyawan, terlepas dari gender, memiliki akses yang sama untuk promosi, pelatihan, dan pengembangan profesional.

Baca Juga: ‘Glass Ceiling’ dan Faktor Lain yang Halangi Perempuan Naiki Jenjang Karier

  • Gaji yang Setara untuk Pekerjaan yang Setara

Gaji yang setara untuk pekerjaan yang setara adalah indikator lain dari perusahaan yang mendukung kesetaraan gender. Ini berarti bahwa perempuan dan laki-laki yang melakukan pekerjaan yang sama atau setara harus menerima gaji yang sama, tanpa ada perbedaan yang tidak adil.

Menurut laporan dari World Economic Forum, Global Gender Gap Report 2020, kesenjangan gaji gender masih menjadi masalah di banyak tempat kerja, tetapi perusahaan yang berkomitmen untuk transparansi gaji dan evaluasi kinerja yang adil dapat membantu mengurangi kesenjangan ini.

  • Promosi yang Berdasarkan Kinerja

Perusahaan yang adil akan memastikan bahwa promosi didasarkan pada kinerja dan pencapaian, bukan pada favoritisme atau bias gender. Dengan menerapkan sistem evaluasi kinerja yang objektif, perusahaan dapat memastikan bahwa setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk maju dalam karier mereka.

Read More
Cara Jadi HRD Profesional

5 Tips Jadi HRD Profesional untuk Lingkungan Kerja Setara

Menciptakan lingkungan kerja yang setara, terutama dalam hal gender, memerlukan dukungan semua elemen tempat kerja. Salah satu pihak yang menjadi aktor utama pencapaian kesetaraan gender di tempat kerja adalah adanya Human Resources Department (HRD) alias departemen sumber daya manusia yang profesional.

Tugas HRD ini beragam, mulai dari, perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan karyawan, manajemen performa, penggajian, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Bentuk Diskriminasi Gender di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

Direktur Eksekutif Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita mengatakan, banyak sekali keuntungan untuk perusahaan jika perusahaan mulai memperbaiki kebijakannya agar lebih ramah terhadap pekerja perempuan. Ia mengakui memang masih banyak perusahaan menganggap memberikan akses lebih untuk perempuan di tempat kerja adalah biaya, padahal itu justru akan memberi perusahaan lebih banyak keuntungan. 

“Memberikan cuti melahirkan enam bulan, misalnya. Waduh, [mereka pikir] itu nanti cost-nya gimana? Padahal, kalau mereka bikin regression analysis aja, enggak semua perempuan dalam perusahaan itu akan melahirkan lagi. Dan belum tentu ada yang  berencana mau melahirkan, atau enggak juga dalam waktu yang bersamaan semuanya cuti melahirkan,” kata Maya kepada Magdalene dalam acara BiSiK Kamis di Instagram bertema “Women on Top: Tantangan dan Peluang“. 

Fakta lainnya, kesetaraan di tempat kerja juga membantu perusahaan untuk bertahan menghadapi pandemi. Legal Counsel Citi Indonesia serta Co-Chairwoman Citi Indonesia Women’s Network (IWN), Vera Sihombing mengatakan salah satu kunci agar perusahaan bertahan di tengah pandemi adalah mewujudkan  kebijakan serta kegiatan yang meningkatkan profesionalitas pekerja perempuan. 

Baca Juga: Berkaca dari Australia: Cara Menangani Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

“Perempuan merupakan pilar kemajuan perusahaan. Jadi perusahaan harus memberikan mereka kesempatan aktualisasi diri untuk mencapai pencapaian yang maksimal di kantor,” kata Vera.

Agar lingkungan kerja lebih setara gender, kami memiliki tips jitu buat kamu yang bekerja sebagai HRD profesional di perusahaanmu, berikut ini.

1. HRD Profesional Merekrut Karyawan Baru dengan Prinsip Kesetaraan Gender

Beberapa kali kita melihat iklan lowongan kerja dengan syarat-syarat yang tidak relevan dan seksis, karena kaitannya dengan fisik calon pekerja, misalnya berpenampilan menarik, berusia tertentu, tinggi badan sekian, dan sebagainya. Padahal penampilan tidak ada sangkut pautnya dengan kemampuan seseorang dalam sebuah bidang. 

Baca Juga: Kantor Berbudaya Maskulin Tambah Beban bagi Pekerja Perempuan

Sebaiknya tidak menaruh hal-hal yang berkaitan dengan penampilan untuk syarat calon pelamar. Selain itu, di dalam proses rekrutmen, sebelum daftar para calon diajukan ke manajemen, sebaiknya nama dan gender disembunyikan dulu. Hal ini sangat membantu agar manajemen terhindar dari bias implisit. Pada tahap wawancara, pastikan ada keragaman opini di dalam ruangan. Dapatkan opini kedua dan ketiga. 

2. HRD Profesional Perlu Menerapkan Kebijakan yang Setara dan Adil 

Staf HRD profesional perlu berlaku adil dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat. Apa pun latar belakang karyawan dan gender karyawannya, HRD profesional harus merangkul perbedaan sebab tenaga kerja yang lebih beragam juga lebih menguntungkan. 

Kita juga perlu menanamkan pemahaman bahwa kebijakan yang adil gender akan menguntungkan kedua belah pihak baik pihak karyawan laki-laki maupun perempuan. Adakan juga pelatihan tentang kesetaraan gender di tempat kerja supaya cara pandangnya berubah.  

3. Tanamkan Keutamaan Work-Life Balance pada Karyawan

Bekerja memang sebuah kewajiban, tapi jangan sampai lupa istirahat. Para staf HRD profesional perlu menanamkan prinsip work-life balance kepada seluruh karyawan termasuk kepala-kepala divisi. Ingatkan mereka untuk saling menghormati waktu istirahat masing-masing apalagi jika sedang cuti. 

Baca Juga: 12 Cara Hilangkan Jenuh dalam Bekerja Agar Tetap Produktif

Selain itu, HRD pun perlu jeli bahwa kondisi fisik dan mental antara karyawan perempuan dan laki-laki berbeda. Utamakan juga melihat permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi dengan pendekatan dan perspektif gender, sebab sering kali permasalahan yang dihadapi tertutup oleh lapisan ketidaksetaraan yang dihadapi oleh perempuan.  

4. Buat Kebijakan dan SOP yang Ketat dan Efektif Terhadap Pelecehan dan Pelanggaran di Tempat Kerja

Ini masih menjadi pekerjaan rumah bersama di berbagai perusahaan, sebab pelecehan seksual di perusahaan masih luput dalam pembicaraan. Sebagai HRD profesional, kita perlu membicarakan isu ini dengan serius. 

Dalam riset yang dilakukan oleh Never Okay Project di tahun 2018, hanya 4 persen perempuan pekerja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Bahkan, sebanyak 40 persen responden pernah mengalami pelecehan seksual secara fisik di tempat kerjanya. Temuan lain dari riset tersebut sebagian besar pelakunya merupakan atasan atau rekan kerja senior. 

Angka tersebut merupakan puncak gunung es dari banyaknya kasus yang terjadi. Sering kali korban terhambat untuk melapor sebab tidak adanya standard operational procedure (SOP) khusus yang menangani isu kekerasan seksual. Jika pun ada, SOP tersebut masih belum memihak kepada korban. 

Baca Juga: Apa Hukum Perempuan Bekerja di dalam Islam?

Karenanya, HRD profesional perlu membuat kebijakan khusus terkait dengan isu kekerasan seksual, dan yang terpenting kebijakan ini berpihak kepada korban. 

5. Dorong Kepemimpinan Perempuan 

Penting bagi HRD profesional untuk melihat apakah perusahaan sudah memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mencapai pucuk kepemimpinan. Seperti yang kita tahu, jumlah pemimpin perempuan masih minim disebabkan oleh banyak tantangan salah satunya, beban ganda yang mereka emban. 

Untuk membantu mereka mencapai pucuk kepemimpinan perusahaan perlu memberikan dukungan terhadap perempuan, seperti misalnya waktu kerja yang fleksibel, dan layanan penitipan anak.

Read More