Perempuan dalam Politik Kantor, ‘Dos and Don’ts’ dari Pemimpin Perempuan

cara sukses hadapi politik kantor

Magdalene: Kita tahu di dunia kerja tidak bisa lepas dari politik kantor. Sebenarnya, adakah kaitan antara hal ini dan isu gender di tempat kerja?

Risa: Ini memang common sense yang juga didukung oleh studi. Dalam survei yang dimuat di Harvard Business Review misalnya, ditemukan 68 persen perempuan tidak suka office politics. Ada lagi survei di antara eksekutif senior oleh Flynn Heath Holt [sebuah firma konsultasi yang berfokus pada pengembangan karier dan kepemimpinan perempuan di AS]. Mereka menemukan bahwa laki-laki lebih mahir dalam politik kantor dibandingkan perempuan. 

Baca Juga: Jejak Pemimpin Perempuan dalam Islam: Dari Khadijah sampai Fatima Al-Fihri

Jadi pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan untuk ini? Karena perempuan umumnya tidak suka politik kantor, dan memang studinya menunjukkan seperti itu.

Apa ini ada hubungannya juga dengan perempuan yang sering kali tidak mau dicap ambisius? 

Iya, benar. Jadi saya pikir, kalau kita di dalam lingkungan kerja, memang agak tricky untuk perempuan. Politik kantor saja sudah sangat tricky, tapi bahkan lebih sulit lagi untuk perempuan karena bias tadi. 

Studi dari Flynn Heath Holt tadi juga menyebutkan, ada 81 persen perempuan dan 66 persen laki-laki yang beranggapan bahwa perempuan dinilai lebih keras dan lebih kejam dibandingkan laki-laki ketika mereka dianggap ikut berpolitik. Kalau dia sedikit ambisius dibilang terlalu agresif. Padahal berpolitik itu enggak selalu negatif. 

Baca Juga: 10 Hal yang Tidak Boleh Kamu Katakan Terhadap Rekan Kerja di Kantor

Sebagai perempuan kita jadi harus membuat persiapan dua kali lebih baik dibandingkan rekan laki-laki dalam banyak hal. Karena lebih banyak kritik terhadap perempuan dibandingkan kepada laki-laki. Kita harus lebih punya pengertian yang baik tentang lanskap politik di tempat kerja, harus mengembangkan pemahaman baik tentang hal-hal intrinsik di kantor, struktur kekuasaan, siapa saja influencer-nya, dengan siapa saja harus membangun koneksi atau jejaring. Ini termasuk membangun sekutu yang kuat dengan orang-orang yang bisa memberikan nasihat karier, mendukung kita pada saat pertemuan-pertemuan tentang promosi, misalnya.

Selebihnya saya rasa akal sehat saja. Jangan bergosip karena gosip itu hal yang sangat jamak dalam politik kantor. Sebaiknya tidak dilakukan karena kadang apa yang kamu katakan bisa dipakai untuk menyerang kamu nantinya. 

Kalau ada gosip, jangan malah dikompori ya. Harus tetap profesional,  tidak memihak, terutama kalau kamu baru mulai kerja.