Perempuan Bekerja dalam Islam

When Employers Reward ‘Ideal’ Workers, Gender Equality Suffers

UK deputy prime minister Dominic Raab recently resigned following the publication of a report into workplace complaints about his conduct, including bullying allegations. But this element of his behaviour wasn’t the only concerning workplace problem highlighted by the report.

It also detailed how, seemingly unencumbered by responsibilities outside work, his working hours ran from 7:30am until 10pm, Monday to Thursday, while Fridays were spent on constituency business, usually followed by extensive work on weekends.

When organisations or leaders support such working practices – either by working long hours themselves or rewarding those that do – it can deepen inequality in the workplace. Setting an expectation that it’s OK (or even necessary) to work beyond your contracted hours disadvantages those that need more flexibility, such as carers, who are typically women.

Unfortunately, long hours are essentially a requirement for promotion in many managerial and professional jobs. Such working practices accord with the very values that led to the emergence of modern capitalism and the creation of the concept of the “ideal worker”, as argued by sociologist Max Weber. It’s hardly surprising, then, that many organisations value and require long hours, even if they are inefficient.

But long working hours undermine health, raising the risks of cardiovascular disease, chronic fatigue, stress, depression, sleep quality, self-perceived health, use of alcohol and cigarettes, and a host of other conditions and problems. Inefficiently long hours could also contribute to low productivity, as well as promoting gender inequality at work and in the home.

Also read: From Recruitment to Career Path: How Gender Bias Affect Women’s Career

Work Flexibility versus Career Progression

Feminist scholars have also long pointed to the adverse effects of long hours on women in particular. Research shows this is a key source of the gender wage gap disadvantage. The UK’s Equal Pay Act made a substantial difference in narrowing the gender pay gap, but long working hours still stand in the way of this progress – particularly for those who have caring responsibilities, such as mothers. It is partly because of care that the gender wage gap continues to widen up to the age of 42. During this time, those who can’t work excessive hours could miss out on career opportunities.

Any kind of work flexibility can come at a high price in terms of career progression, as I found in my study of professional and managerial women’s exit from work, conducted with organisational psychologist Emma Cahusac. We found that even women who continued to work full-time after having a child were disadvantaged because in professional and managerial work, full time often means being available any time. Many women are pushed into less interesting work because face time and on-call availability are disproportionately rewarded.

Reducing women’s domestic work can contribute to closing the gender pay gap. Numerous studies have shown that housework is negatively associated with wages. This is why it matters when men do much less around the home than women. Their contributions have gradually increased to a small degree, with men’s involvement in childcare picking up more than their participation in the mundane daily housework tasks. But women still perform the lion’s share, and tend to take responsibility for domestic work, taking on the “mental load” of making sure chores get done.

Organisations reinforce this unequal sharing in the home when they make working long hours a pre-condition for success. Such company cultures uphold an unspoken “gendered contract” that it is women who are meant to perform care.

Illustration of a hand raised towards another hand holding an alarm clock, against a red/orange background.
eHrach/Shutterstock

Also readSexual Harassment at Work Harms Employment and Economy

Working Fewer Hours

If long hours are an ingredient of success in modern organisations, not everyone is convinced – even those who benefit. I conducted a study with University of Luxembourg sociologist Robin Samuel which showed that on average even male breadwinners – the main beneficiaries of the long hours system and those who actually work the longest hours – would prefer to work fewer hours for less pay. Further, when male breadwinners want to work fewer hours, our research shows it’s often because they feel their jobs interfere with their family lives.

Recent examples of toxic workplaces should encourage debate about what it is reasonable to expect from employees. Gender inequalities relating to the reconciliation of work and care remain largely a side issue within organisations, although both the crisis of care and how people can accomplish work and care are critical issues facing our society. The #MeToo movement shone a light on sexual harassment, but it hasn’t been the turning point many had hoped for in terms of boosting gender equality at work. There has been a substantial backlash to it, in part emanating from the gulf in understanding between those affected by such abuse and those who perpetrate or condone it.

A similar divergence can be seen in discussions about toxic workplaces – whether that’s about bullying or deep-rooted employer expectations about working practices such as long hours, which systematically disadvantage some employees. Some people may see working long hours as linked to being robust, high-achieving, results-driven and demanding, others believe it diminishes employees and degrades the workplace environment.

Shireen Kanji, Professor of Work and Organisation, Brunel University London

This article was first published on The Conversation, a global media resource that provides cutting edge ideas and people who know what they are talking about.

Read More
kehilangan motivasi kerja

Mungkinkah Pisahkan Kehidupan Pribadi dan Pekerjaan?

Tahun lalu, Apple TV meluncurkan serial Severance, yang langsung disambut dengan pujian kritikus dan penonton. Serial itu menceritakan tentang sekelompok karyawan di Lumon Industries yang benar-benar bisa memisahkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. Ketika berada di kantor, karyawan tidak mengingat apa pun tentang dunia luar. Sebaliknya, ketika di rumah, mereka tidak mengingat apa pun tentang pekerjaan.

Ini adalah versi ekstrem dalam mengelola batas antara kehidupan pribadi dan profesional – konsep yang berlaku bagi sebagian besar dari kita – dan merupakan fokus bagi para akademisi yang bekerja di bidang penelitian hubungan pekerjaan-keluarga.

Dalam serial ini, para karyawan menjalani prosedur medis yang disebut sebagai severance (pemutusan) untuk “membersihkan” pikiran mereka. Dalam literatur pekerjaan-keluarga, walau tidak terlalu harafiah, istilah ini dikenal sebagai “severation” (pemisahan).

Pemisahan adalah teknik manajemen batasan yang membuat kita memisahkan peran pekerjaan dan keluarga tanpa adanya tumpang tindih.

Kebalikan dari hal ini adalah “integrasi”, yang melihat individu mencari sinergi dan tumpang tindih antara berbagai peran dalam hidup mereka demi mendapatkan kinerja yang lebih baik di semua aspek.

Contoh yang baik dari hal ini adalah Indra Nooyi, mantan CEO Pepsi-Co selama 12 tahun yang, mengambil peran sebagai “konsumen” dan mencicipi beberapa produk sebagai pelanggan saat ini sedang cuti. Ia kemudian menggunakan pengetahuan yang diperolehnya untuk mengusulkan beberapa inovasi pada produk bisnis inti.

Baca Juga: Mahalnya Biaya Ibu Bekerja, Sebagian Putuskan ‘Resign’

Tak mungkin melakukan pemisahan total antara pekerjaan dan keluarga. Kita akan selalu tergoda untuk memikirkan keluarga kita bekerja, dan jarang sekali orang bisa lepas dari komunikasi terkait kerjaan saat berada di rumah. Batas antara kedua kehidupan kita ini mudah ditembus.

Tak diragukan lagi, praktik severance yang dialami oleh karyawan dalam acara TV tersebut merupakan prospek yang menarik bagi beberapa perusahaan. Memutuskan semua pemikiran tentang dunia luar tentu akan mengurangi gangguan di luar pekerjaan dan seharusnya secara teori meningkatkan produktivitas. Ini juga bisa menjadi kondisi yang diinginkan oleh beberapa karyawan yang akhirnya bisa berhenti memikirkan pekerjaan saat berada di rumah.

Lima karyawan bekerja di bilik mereka dan saling berbincang-bincang.
Rekan-rekan kerja di kantor dalam serial TV Severance. Apple TV

Polinasi Silang

Bahkan dalam dunia fiksi Severance, kita melihat pemisahan total bukanlah pilihan jangka panjang yang berkelanjutan.

Berharap agar hidup kita tersegmentasi secara sempurna dapat menumbuhkan keyakinan yang salah tentang bagaimana area-area kehidupan berdampak terhadap satu sama lain. Hal ini terutama terjadi ketika pemisahan tersebut didorong oleh gagasan, peran pekerjaan dan keluarga kita selalu bertentangan. Kita menjadi percaya bahwa perlu untuk memisahkan keduanya demi menghindari limpahan negatif dari satu aspek ke aspek lainnya.

Literatur-literatur yang ada telah secara luas menunjukkan bahwa kehidupan profesional dan pribadi dapat menjadi sekutu. Ketika kita mengalami emosi positif di salah satu peran kita, hal itu dapat mempengaruhi peran lainnya. Konsep work-family enrichment (pengayaan hubungan kerja dan kelurga) ini mendorong kita untuk mengintegrasikan sebanyak mungkin peran-peran kita yang berbeda, berdasarkan premis bahwa mereka dapat saling menguntungkan satu sama lain.

Baca juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Realitas Pascapandemi

Pandemi COVID-19 membuat segmentasi menjadi semakin sulit dilakukan. Selama periode ini, banyak dari kita yang mengalami pengaburan batas-batas antara pekerjaan dan rumah. Hal ini mendorong beberapa pakar hubungan pekerjaan-keluarga untuk menciptakan istilah baru: Kerja zigzag.

Menghadiri rapat kerja dengan anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah mereka di meja yang sama atau duduk di pangkuan, atau menyiapkan makan malam sambil melakukan FaceTime dengan rekan kerja, sudah menjadi hal yang biasa. Beberapa orang bahkan cukup enggan untuk meninggalkan hal ini. Sebab, praktik ini tidak hanya membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih mudah diatur – beberapa orang merasa hal ini membawa perubahan radikal dan sifat manusiawi ke dunia kerja.

Meskipun masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan, ada kemungkinan integrasi yang berkepanjangan dan dipaksakan antara peran kerja dan keluarga dapat mendorong perlunya ideologi alternatif yang lebih berkelanjutan untuk bekerja di rumah.

Kita perlu beralih dari pemikiran bahwa pekerja harus mengabdi pada pekerjaannya atau pekerja ideal adalah mereka yang siap sedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Selama pandemi, banyak eksekutif senior melihat hal-hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya, realitas kehidupan sehari-hari mereka sendiri saat mereka mencoba membantu anggota keluarga dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Keterpaparan yang dipaksakan dan berkepanjangan terhadap peran keluarga dan pekerjaan ini dapat mendorong pemikiran bahwa, selain bermanfaat dan produktif, berpartisipasi secara aktif dalam dinamika keluarga dan kegiatan operasional sehari-hari dapat memberikan manfaat emosional.

Hal ini juga dapat mendorong para manajer untuk lebih menghargai kehidupan pribadi rekan-rekan kerja mereka karena mereka telah mengalami secara langsung betapa sulitnya untuk mencoba mendapatkan semuanya sekaligus.

Mendapatkan semuanya – kemungkinan untuk mengalami kehidupan yang kaya di semua bidang – adalah tujuan yang sulit dicapai.

Baca Juga: 12 Cara Hilangkan Jenuh dalam Bekerja Agar Tetap Produktif

Pertimbangan ini membuat beberapa ahli menambahkan sebuah kata sifat pada gagasan ini: “tidak sempurna”. Ini berarti kita harus menerima gagasan bahwa hidup kita bisa jadi tidak sempurna – terutama ketika kita tidak rela melepaskan apa pun.

Kuncinya adalah menerima gagasan ini dan mencari solusi dengan hanya berfokus pada kegiatan yang kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Misalnya, jika kita bukan koki yang hebat, seharusnya tidak masalah untuk membeli makanan di luar rumah pada saat dibutuhkan.

Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, melakukan pekerjaan sembari menjalani kehidupan pribadi kita dengan cara yang sehat dapat membantu kita menyalurkan emosi positif yang muncul dari pekerjaan yang terselesaikan dengan baik ke dalam kehidupan keluarga kita, dan sebaliknya. Namun, kita juga tidak dapat melihat adanya manfaat dalam menerima email pekerjaan yang menuntut perhatian kita saat sedang di rumah bersama keluarga.

Artinya, tumpang tindihnya satu peran dengan peran lainnya dapat bermanfaat jika dilakukan dengan cara yang sehat dan benar dan bukan dengan cara yang intrusif.

Dan di sinilah kesalahan serial TV tersebut (dan juga banyak perusahaan): Sistem manajemen batasan hanya efektif jika sesuai dengan preferensi individu seorang karyawan terhadap keseimbangan pekerjaan/keluarganya. Sebelum mengusulkan sebuah sistem manajemen, perusahaan harus memastikan bahwa sistem tersebut sesuai dengan preferensi para pekerjanya.

Kita tentu saja sudah tahu prosedur penghapusan pikiran dalam Severance tidak mungkin dilakukan dalam dunia nyata. Namun, mungkin kita juga menemukan, praktik severance nyatanya juga tak diinginkan.

Kita tidak akan kembali ke dunia yang memungkinkan adanya pemisahan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan – lebih baik kita bergerak menuju kenyataan yang menguntungkan kita daripada mempersulit kedua sisi kehidupan kita.

Marcello Russo, Full Professor of Organizational Behavior and Director of the Global MBA, Università di Bologna. Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Read More
apa itu brain dump di dunia kerja

‘Brain Dump’: Apa Itu, Fungsi, dan Cara Tepat Melakukannya

Brain dump adalah metode atau teknik mengosongkan pikiran dan mencatat semua gagasan, ide, tugas, dan informasi di otak secara terstruktur. Dalam bahasa Indonesia, brain dump dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai “pengosongan pikiran” atau “pembuangan pikiran”.

Metode ini dilakukan dengan menulis semua hal di pikiran ke wadah seperti kertas atau aplikasi catatan di komputer atau ponsel. Tujuannya untuk meredakan beban pikiran, menyusun pikiran kacau jadi lebih teratur, dan menyediakan ruang kosong dalam pikiran kita.

Dengan metode ini, kita mencatat segala hal di pikiran tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu. Ini termasuk gagasan, ide, impian, perasaan, rencana, tugas yang harus diselesaikan, dan informasi penting lainnya. Tidak ada batasan dalam teknik brain dump, sehingga kita bebas menulis apa pun yang ada dalam pikiran.

Baca Juga: Apa itu ‘Peak Performance’ di Dunia Kerja, Bagaimana Mencapainya

Fungsi dan Manfaat Brain Dump

Dikutip dari Verywell Mind, How a Brain Dump Can Help You Relieve Stress, metode ini memiliki fungsi dan manfaat beragam. Dengan melakukan teknik ini secara teratur, kita dapat mengoptimalkan potensi pikiran dan meningkatkan kualitas hidup kita. Berikut adalah beberapa fungsi dan manfaat utama dari brain dump:

  • Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus

Sering kali pikiran kita dipenuhi berbagai hal. Ini dapat mengaburkan konsentrasi dan menghambat kemampuan kita fokus pada tugas yang sedang dikerjakan.

Dengan melakukan brain dump, kita dapat “mengosongkan” pikiran dari semua hal tersebut. Dengan menuliskan semua yang ada di pikiran, kita bisa melepaskan beban mental dan menciptakan ruang kosong di pikiran kita. Hal ini membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus pada tugas yang sedang kita hadapi.

  • Mengurangi Stres dan Overwhelm

Ketika pikiran kita dipenuhi tugas yang harus diselesaikan, rencana yang perlu dibuat, atau masalah yang harus dipecahkan, kita cenderung merasa stres dan terbebani. Perasaan kewalahan dapat mengganggu keseimbangan emosional kita dan mengurangi produktivitas.

Dengan melakukan teknik ini, kita dapat mengurangi beban mental dan merasa lebih tenang. Mencatat semua hal yang ada di pikiran dapat mengorganisasikan dan mengatur mereka dengan lebih baik. Ini membantu kita mengatasi rasa kewalahan dan mengurangi tingkat stres dalam kehidupan sehari-hari.

  • Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas

Brain dump dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memicu kreativitas dan meningkatkan produktivitas. Ketika kita menulis semua gagasan dan ide yang ada di pikiran kita, kita menciptakan ruang untuk berkembang dan menghubungkan berbagai konsep.

Melihat semua informasi secara visual membantu kita melihat pola hubungan yang mungkin terlewatkan jika hanya tersimpan dalam pikiran kita. Selain itu, dengan mencatat tugas-tugas yang harus diselesaikan, kita dapat mengatur prioritas dengan lebih baik dan menghindari kehilangan atau lupa pada tugas yang penting. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas kita secara keseluruhan.

  • Meredakan Pikiran yang Berlebihan

Pikiran berlebihan atau bertumpuk bisa jadi sumber stres dan kecemasan yang tidak perlu. Teknik brain dump dapat memindahkan semua pikiran yang terus berputar di kepala kita ke media eksternal, seperti kertas atau aplikasi catatan.

Lewat teknik ini, kita memberikan diri kesempatan untuk beristirahat. Pikiran yang tercatat dengan baik memungkinkan kita untuk melihatnya secara objektif, menganalisisnya dengan lebih baik, dan mengambil langkah-langkah tepat untuk menanganinya.

Baca Juga: 7 Tips Kembali Produktif Usai Liburan Panjang

  • Menjaga Pikiran Tetap Terorganisir

Melakukan brain dump secara rutin membantu kita menjaga pikiran tetap terorganisir. Kita dapat mengatur pikiran dalam kategori yang sesuai dan mengembangkannya jadi rencana yang lebih jelas. Pikiran yang terorganisir memudahkan kita untuk melacak progres, mengingat informasi penting, dan mengambil keputusan yang tepat.

  • Meningkatkan Kejelasan dan Pencapaian Tujuan

Brain dump membantu kita mendapatkan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan dan membantu kita mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan menuliskan semua tugas dan ide, kita dapat melihat gambaran keseluruhan dan mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang harus diambil. Dengan melihat pikiran kita secara visual, kita dapat mengubah impian dan gagasan menjadi tindakan nyata. Dalam jangka panjang, brain dump membantu kita menjadi lebih terorganisir, efisien, dan sukses dalam hidup

Dengan semua manfaat yang ditawarkan, tidak mengherankan bahwa brain dump telah menjadi alat yang populer bagi banyak orang untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi stres, dan mencapai kejelasan dalam hidup mereka. Cobalah melakukannya secara teratur dan rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tips Efektif dalam Melakukan Brain Dump

Melakukan brain dump secara efektif adalah kunci untuk memperoleh manfaat maksimal dari proses tersebut. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kamu melakukan brain dump dengan efektif:

  1. Tetapkan Waktu yang Tepat
    Pilih waktu yang tepat untuk melakukan brain dump. Identifikasi momen di mana kamu merasa paling terbuka dan pikiran kamu tidak terlalu sibuk dengan tugas atau kegiatan lain. Beberapa orang lebih suka melakukannya di pagi hari untuk memulai hari dengan pikiran yang jernih, sementara yang lain lebih memilih melakukannya di malam hari untuk menenangkan pikiran sebelum tidur. Pilih waktu yang paling sesuai dengan kebiasaan dan rutinitas kamu.
  2. Buat Lingkungan yang Tenang
    Temukan lingkungan yang tenang dan minim gangguan untuk melakukan brain dump. Pastikan kamu berada di tempat yang nyaman dan bebas dari kebisingan atau gangguan visual. Matikan ponsel atau nonaktifkan pemberitahuan agar kamu dapat sepenuhnya fokus pada proses menulis. Lingkungan yang tenang akan membantu kamu mencapai konsentrasi dan kejernihan pikiran.
  3. Gunakan Metode yang Sesuai
    Pilih metode yang sesuai dengan preferensi kamu dalam melakukan brain dump. Beberapa orang lebih suka menggunakan kertas dan pulpen, sementara yang lain lebih memilih menggunakan aplikasi catatan digital di komputer atau ponsel. Pilihlah metode yang membuat kamu merasa nyaman dan mudah dalam mencatat pikiran kamu. Pastikan kamu memiliki alat tulis yang cukup dan wadah untuk menulis yang mudah diakses.
  4. Jangan Batasi Diri
    Ketika melakukan metode ini, jangan membatasi diri kamu. Biarkan pikiran mengalir secara bebas dan tulis semua yang ada di pikiran kamu tanpa menghakimi atau menyensor. Jangan khawatir tentang tata bahasa yang sempurna atau struktur yang rapi. Yang penting adalah menulis semua yang ada di pikiran kamu. Pikiran-pikiran yang tampak tidak terkait atau acak-acak dapat menghubungkan ide-ide baru yang menarik.
  5. Gunakan Struktur dan Organisasi
    Meskipun brain dump adalah tentang menuliskan pikiran dengan bebas, tetaplah menggunakan struktur dan organisasi yang sederhana. Gunakan subjudul atau bullet points untuk memisahkan dan mengelompokkan pikiran-pikiran yang berbeda. Hal ini akan membantu kamu melihat hubungan antara pikiran-pikiran tersebut dan membuatnya lebih mudah dipahami dan dikelola di kemudian hari.
  6. Lakukan secara Teratur
    Melakukannya secara teratur adalah kunci keberhasilan. Jadwalkan waktu khusus dalam rutinitas harian atau mingguan kamu untuk melakukan brain dump. Dengan melakukannya secara teratur, kamu dapat mengosongkan pikiran secara konsisten, menjaga pikiran tetap terorganisir, dan mencegah penumpukan pikiran yang mengganggu. Ketika metode ini menjadi kebiasaan, kamu akan merasakan manfaatnya dalam meningkatkan kreativitas, produktivitas kerja.

Baca Juga: 4 Penyebab ‘Mood Swing’ Saat Bekerja dan Cara Mengatasinya

Brain dump adalah metode yang efektif untuk mengosongkan pikiran, mengurangi stres, dan meningkatkan konsentrasi serta produktivitas kerja. Dengan melakukan brain dump secara rutin, kita dapat menjaga pikiran tetap terorganisir, mengurangi lupa dan kesempatan yang terlewat, serta meningkatkan kejelasan dalam mencapai tujuan.

Read More
pentingnya kemampuan inisiatif buat karyawan pekerja

Pentingnya Inisiatif Karyawan dalam Bekerja

Apakah kamu tipikal orang yang suka ngide duluan saat bekerja? Bahkan tanpa diminta tolong atau diperintahkan, kamu kerap melakukan sesuatu. Jika jawabannya iya, berarti kamu termasuk tipe orang yang penuh inisiatif.

Dalam dunia kerja, mengambil inisiatif jadi hal penting untuk meningkatkan kinerja, berpikir kreatif, dan menggenjot produktivitas. Inisiatif juga secara tak langsung memperlihatkan kemampuan kepemimpinan dan pengelolaan tugas karyawan. Jika karyawan bisa menunjukkan tindakan ini, bukan tak mungkin karier bisa semakin maju.

Masalahnya, mengambil inisiatif bukanlah hal yang mudah dilakukan. Beberapa orang mungkin merasa kesulitan untuk berpikir kreatif dan mengatasi masalah dengan cepat. Sementara yang lain bisa jadi merasa takut untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Karena itu, penting untuk memahami dengan baik tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Baca Juga: Cara Hilangkan Kantuk di Pagi Hari Saat Bekerja

Definisi Inisiatif

Dikutip dari artikel Indeed bertajuk 9 Ways To Take Initiative at Work, inisiatif dalam bekerja mengacu pada kemampuan untuk mandiri dan proaktif dalam merampungkan tugas tanpa perlu disuruh-suruh. Kemampuan inisiatif ini melibatkan kemampuan untuk berpikir kreatif, mengatasi masalah dengan cepat, dan melakukan tindakan sesuai guna mengatasi situasi yang sulit. Inisiatif juga mencakup kemampuan untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar, memimpin proyek, dan membuat keputusan penting.

Seseorang yang memiliki kemampuan inisiatif yang baik akan mampu menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan efektif, serta meningkatkan kinerja dan produktivitas di tempat kerja. Mereka juga cenderung mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari atasan dan rekan kerja mereka karena kemampuan untuk mengambil inisiatif dan mengatasi situasi yang sulit.

Namun, inisiatif juga perlu diimbangi dengan kebijaksanaan dan pertimbangan yang tepat. Terlalu banyak inisiatif tanpa pertimbangan yang matang, dapat mengarah pada keputusan salah atau tindakan yang tidak efektif. 

Faktor yang Memengaruhi Inisiatif dalam Bekerja

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi inisiatif dalam bekerja, antara lain:

  1. Lingkungan Kerja
    Lingkungan kerja yang positif dan proaktif dapat mendorong seseorang untuk mengambil inisiatif yang lebih besar saat bekerja.
  2. Motivasi
    Motivasi merupakan faktor penting untuk meningkatkan inisiatif saat bekerja. Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi cenderung lebih proaktif dalam mengambil inisiatif.
  3. Kemampuan dan Keahlian
    Seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian yang baik cenderung lebih mudah untuk mengambil inisiatif.
  4. Komunikasi
    Komunikasi yang baik dapat membantu membangun kepercayaan dan meningkatkan inisiatif dalam bekerja.

Baca Juga: Apa itu ‘Morning Person’ dan Tips Jadi Salah Satunya

Cara Meningkatkan Inisiatif dalam Bekerja

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan inisiatif dalam bekerja:

  1. Memahami Tugas dan Tanggung Jawab
    Dengan memahami tugas dan tanggung jawab, seseorang dapat mengambil tindakan yang tepat dan proaktif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
  2. Berpikir Kreatif
    Dengan berpikir kreatif, seseorang dapat mencari solusi yang lebih baik dan efektif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
  3. Mengambil Tindakan Positif
    Kamu harus berani mengambil tindakan yang tepat dan proaktif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru yang dapat membantu meningkatkan kinerja dan produktivitas.
  4. Meningkatkan Komunikasi
    Dengan berkomunikasi secara terbuka dan jelas, seseorang dapat memahami kebutuhan dan harapan atasan dan rekan kerja, sehingga dapat mengambil inisiatif yang tepat.
  5. Menjaga Semangat dan Motivasi
    Kamu harus mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Keuntungan Inisiatif dalam Bekerja

Terdapat beberapa keuntungan yang dapat didapatkan dengan mengambil inisiatif dalam bekerja, antara lain:

  1. Meningkatkan Kinerja dan Produktivitas
    Dengan mengambil tindakan yang tepat dan proaktif, seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efektif dan efisien.
  2. Meningkatkan Kepercayaan Diri
    Mengambil inisiatif juga dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
  3. Meningkatkan Pengakuan dan Karier
    Seseorang yang mengambil inisiatif juga cenderung lebih diakui oleh atasan dan rekan kerja. Selain itu, inisiatif yang baik juga dapat membantu meningkatkan kemajuan karier di tempat kerja.

Baca Juga: Islam Menjawab: Bekerja adalah Hak Semua Bangsa Termasuk Perempuan

Inisiatif dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas seseorang di tempat kerja. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan inisiatif antara lain memahami tugas dan tanggung jawab, berpikir kreatif, mengambil tindakan positif, meningkatkan komunikasi, dan menjaga semangat dan motivasi. Dengan mengambil inisiatif yang baik, seseorang dapat meraih keuntungan dalam meningkatkan kinerja, pengakuan, dan kemajuan karier di tempat kerja.

Read More
cara alokasi gaji yang tepat

Alokasi Gaji yang Cermat: Tips Perencanaan Keuangan yang Efektif

Apakah kamu pernah merasa bingung mengalokasikan gaji kamu setiap bulan dengan benar? Banyak orang mengalami hal yang sama dan akhirnya menghabiskan gaji mereka tanpa tahu ke mana uang tersebut pergi.

Makanya penting untuk membuat perencanaan keuangan yang efektif untuk membantu kamu mengalokasikan gaji dengan bijak. Artikel ini akan membahas cara membuat perencanaan keuangan yang efektif.

Apa Itu Alokasi Gaji?

Alokasi gaji adalah proses perencanaan dan pengelolaan penggunaan gaji atau pendapatan bulanan. Tujuannya untuk mengatur pengeluaran dan menabungdemi mencapai tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan membuat alokasi gaji yang efektif, kamu dapat memaksimalkan manfaat uang yang kamu terima setiap bulan.

Baca Juga: 5 Tokoh Perempuan Pembuat Kebijakan di Sektor Ekonomi dan Keuangan

Penting untuk mencatat bahwa pembagian gaji dapat berbeda untuk setiap orang, tergantung pada situasi keuangan dan tujuan individu. Seorang pekerja dengan tanggungan keluarga yang besar mungkin memiliki alokasi gaji yang berbeda dari seorang mahasiswa atau seorang pekerja yang belum menikah. Oleh karena itu, penting untuk membuat alokasi gaji yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi keuangan kamu.

Dikutip dari suits Kemenkeu, dalam membuat alokasi gaji, pertimbangkan kebutuhan pokok seperti sewa, makanan, tagihan listrik dan air, dan transportasi. Setelah itu, kamu dapat mempertimbangkan pengeluaran bulanan seperti hiburan, belanja, dan kebutuhan non-esensial lainnya.

Pastikan alokasi sebagian dari gaji kamu untuk menabung, baik untuk keperluan darurat atau untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah atau dana pensiun.

Meskipun membuat alokasi gaji yang efektif dapat membantu kamu mencapai stabilitas keuangan dan menghindari utang, perlu diingat bahwa rencana keuangan tidak selalu dapat diikuti secara ketat. Hal-hal seperti perubahan dalam situasi keuangan atau kebutuhan yang tak terduga dapat mempengaruhi pembagian gaji kamu. Itu sebabnya penting untuk secara teratur mengevaluasi kembali rencana keuangan kamu, memastikan bahwa kamu tetap berada di jalur yang benar dalam mencapai tujuan keuangan kamu.

Cara Membuat Perencanaan Keuangan yang Efektif

  • Langkah 1: Tentukan Kebutuhan Pokok

Kebutuhan pokok adalah pengeluaran yang harus kamu keluarkan setiap bulan, seperti biaya sewa rumah, makanan, listrik, dan transportasi. Tentukan besarnya biaya kebutuhan pokok kamu setiap bulan dan alokasikan gaji kamu untuk pengeluaran ini terlebih dahulu.

  • Langkah 2: Tentukan Pengeluaran Bulanan

Selain kebutuhan pokok, kamu juga harus mempertimbangkan pengeluaran bulanan lainnya, seperti biaya internet, telepon, dan langganan streaming. Hitung total pengeluaran bulanan kamu dan alokasikan gaji kamu untuk pengeluaran ini.

  • Langkah 3: Buat Rencana Tabungan

Sangat penting untuk menabung untuk masa depan kamu. Buat rencana tabungan yang tepat untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Alokasikan sebagian dari gaji kamu untuk tabungan dan pastikan untuk mengikuti rencana tabungan tersebut.

  • Langkah 4: Hindari Utang

Utang bisa sangat membebani keuangan kamu. Oleh karena itu, pastikan untuk menghindari utang yang tidak perlu. Sebagai alternatif, alokasikan sebagian dari gaji kamu untuk membayar utang yang sudah ada.

  • Langkah 5: Buat Anggaran Hiburan

Walaupun sangat penting untuk menghemat uang dan menabung, tapi tidak berarti kamu harus meniadakan hiburan sepenuhnya. Buatlah anggaran untuk hiburan seperti makan di luar atau pergi ke bioskop. Tetapkan batas pengeluaran untuk hiburan dan pastikan kamu tidak melebihi anggaran.

Baca Juga: 7 Tips Kembali Produktif Usai Liburan Panjang

  • Langkah 6: Evaluasi Kembali Perencanaan Keuangan

Setelah membuat perencanaan keuangan, penting untuk secara teratur mengevaluasi kembali rencana tersebut. Apakah ada pengeluaran yang bisa dikurangi atau dihapuskan? Apakah ada bagian dari rencana tabungan yang bisa ditingkatkan? Dengan mengevaluasi kembali perencanaan keuangan kamu, kamu dapat memastikan bahwa kamu tetap berada di jalur yang benar untuk mencapai tujuan keuangan kamu.

Mengalokasikan gaji dengan bijak sangat penting untuk kestabilan keuangan kamu. Dengan membuat perencanaan keuangan yang efektif, kamu dapat mengelola uang kamu dengan lebih baik, menghindari utang, dan menabung untuk masa depan. Ingatlah untuk mengevaluasi kembali rencana kamu secara teratur untuk memastikan bahwa kamu tetap berada di jalur yang benar.

Read More

5 Drakor Tentang Perempuan Karier, Mana Favoritmu?

Kenapa drakor digemari penonton? Selain andil para pemain yang memikat, ide ceritanya biasanya juga terasa relate dengan keseharian. Bahkan, ketika drakor itu mengangkat tentang jatuh bangun para perempuan yang mengejar karier masing-masing. Menabrak batas, melawan diskriminasi dan stereotip, mereka mampu membuktikan kalau perempuan juga bisa berdaya.

Perempuan karier di Drama Korea

Banyak drakor yang menggambarkan perempuan karier setempat sebagai karakter mandiri, cerdas, dan percaya diri. Mereka biasanya bekerja di bidang yang berkaitan dengan keahlian tertentu, seperti hukum, keuangan, atau pemasaran. Namun, di balik kesuksesannya, perempuan karier di Korea juga menghadapi banyak tantangan.

Tantangan pertama yang dihadapi perempuan karier di Korea adalah diskriminasi gender. Di Korea, perempuan masih sering kali dianggap sebagai sosok yang seharusnya berada di rumah untuk mengurus keluarga. Hal ini membuat perempuan yang ingin meraih kesuksesan di ruang publik, harus bekerja dua kali lebih keras daripada para pria.

Tantangan lain yang dihadapi perempuan karier di Korea adalah kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi. Sebagian besar perempuan di Korea masih diharapkan untuk menikah dan memiliki anak, sehingga mereka harus membagi waktu antara pekerjaan dan beban domestik.

Namun, di balik tantangan tersebut, drakor-drakor ini berusaha menegaskan bahwa perempuan bisa sukses dan mandiri, sekaligus mencapai performa terbaik mereka di dunia kerja.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Drama Korea dan Serial TV Soal Perempuan Pemimpin

Konflik dalam Drama Korea tentang Perempuan karier

Terdapat banyak konflik yang sering kali dihadapi oleh karakter perempuan karier. Beberapa di antaranya:

Hubungan Asmara

Hubungan asmara kerap menjadi konflik utama. Karakter perempuan biasanya harus memilih antara cinta dan karier, karena masih banyak pria yang merasa tidak nyaman dengan perempuan yang lebih sukses darinya.

Keluarga dan karier

Konflik antara keluarga dan karier juga acap kali muncul dalam drama Korea tentang perempuan karier. Beberapa karakter perempuan harus berjuang untuk mendapatkan restu keluarga dalam menjalani kariernya, terutama jika keluarga memiliki pandangan yang konservatif tentang peran perempuan dalam masyarakat.

Persaingan di Tempat Kerja

Dalam dunia kerja, persaingan antara karyawan pun lazim terjadi. Namun, persaingan yang dihadapi oleh perempuan karier di Korea lebih sulit karena berhadap-hadapan dengan superioritas kolega pria.

Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender masih menjadi masalah yang dihadapi oleh perempuan karier di Korea. Beberapa perusahaan masih enggan untuk merekrut perempuan atau memberikan kesempatan yang sama dengan pria. Pasalnya, mereka merasa perempuan tidak sekompeten pria.

Rekomendasi Drama Korea tentang Perempuan Karier

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi drama Korea tentang perempuan karier yang wajib ditonton.

  1. Her Private Life
Drama Korea tentang Perempuan Karier Her Private Life

Drama korea ini menceritakan tentang kehidupan perempuan bernama Sung Deok-mi (Park Min-young), kurator museum seni. Di samping pekerjaannya yang menuntut untuk tampil profesional dan serius, ia punya hobi menjadi fans berat penyanyi pop terkenal Cha Shi-an.

Baca Juga: ‘Girl Boss’ di Film Indonesia: Stereotipikal atau Tidak?

Sung Deok-mi sangat menjaga rahasianya sebagai fans Cha Shi-an. Namun suatu hari, bos barunya Ryan Gold (Kim Jae-wook) mengetahui kegemarannya. Ryan Gold yang awalnya menilai Sung Deok-mi sebagai fans lebay, akhirnya justru tertarik dengan kecintaannya pada seni dan karya-karya Cha Shi-an.

Drama ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menghargai minat dan hobi tanpa harus merendahkannya. Selain itu, drama ini juga menunjukkan betapa kuatnya persahabatan dan dukungan antara perempuan, yang dapat membantu mengatasi berbagai rintangan hidup.

  1. Search: WWW
Drama Korea Tentang Perempuan Search: WWW

Drama Korea Search: WWW mengisahkan tentang kehidupan tiga perempuan karier yang bekerja di industri teknologi dan internet di Korea Selatan. Mereka adalah Bae Ta-mi (Im Soo-jung), Cha Hyun (Lee Da-hee), dan Song Ka-kyung (Jeon Hye-jin).

Bae Ta-mi adalah perempuan karier yang sukses dan memegang posisi penting di perusahaan mesin pencari bernama Unicon. Sementara, Cha Hyun bekerja sebagai CEO di perusahaan web, dan Song Ka-kyung adalah direktur eksekutif di perusahaan internet terkenal di Korea Selatan.

Dalam drama ini, ketiga karakter perempuan ditampilkan sebagai sosok kuat dan independen dalam menghadapi berbagai permasalahan di tempat kerja maupun kehidupan pribadi. Drama ini juga mengajarkan pentingnya etika dan integritas dalam bekerja, serta menunjukkan betapa berharga dan berdampaknya teknologi dan internet dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, drama ini juga menyoroti isu-isu penting seperti hak cipta, privasi online, dan penyalahgunaan data di era digital yang semakin maju. Drama ini mengajarkan, dengan kekuatan teknologi, kita juga membutuhkan kebijakan dan pengawasan yang tepat untuk menjaga keamanan dan keadilan bagi semua pengguna internet.

Secara keseluruhan, Search: WWW adalah drama yang menginspirasi dan memberikan pandangan yang menarik tentang industri teknologi dan internet, serta kehidupan perempuan karier yang kuat dan independen.

  1. What’s Wrong With Secretary Kim
Drama Korea What's Wrong With Secretary Kim

Drama Korea What’s Wrong With Secretary Kim bercerita tentang eksekutif muda dan sukses bernama Lee Young-joon (Park Seo-joon) dan sekretarisnya yang setia dan berbakat, Kim Mi-so (Park Min-young).

Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Perempuan Karier di Asia

Lee Young-joon awalnya tampak arogan dan sombong. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ia mulai menyadari Kim Mi-so adalah sosok yang sangat berarti bagi dirinya. Kim Mi-so pun mulai merenungkan kembali arti pekerjaannya sebagai sekretaris dan apakah ia benar-benar bahagia dengan pekerjaannya yang sangat menuntut waktu dan tenaga.

Dalam drama ini, terlihat betapa pentingnya hubungan yang baik antara bos dan karyawan, terutama dalam membangun kepercayaan dan saling menghargai. Drama ini juga menunjukkan betapa beratnya beban kerja seorang sekretaris dan betapa pentingnya memiliki kesabaran, ketekunan, dan kecakapan dalam menghadapi berbagai situasi di tempat kerja.

  1. One More Happy Ending
Drama Korea Tentang Perempuan karier One More Happy Ending

Drama Korea One More Happy Ending mengangkat kisah sekelompok perempuan bercerai, yang memiliki latar belakang beragam. Drama ini mengeksplorasi berbagai perjalanan hidup mereka saat mereka mencoba untuk menemukan cinta dan kebahagiaan sekali lagi.

Dalam drama tersebut, kita diperkenalkan pada Han Mi-mo (Jang Na-ra), seorang mantan anggota grup idola yang kini bekerja sebagai penulis lagu. Dia telah bercerai dua kali dan masih belum menemukan cinta sejatinya. Dia kemudian bergabung dengan sebuah klub pernikahan yang dipimpin oleh Cha Jin-soo (Jung Kyung-ho), mantan anggota grup idola pria yang sekarang menjadi produser acara pernikahan.

Selama proses bergabung dengan klub pernikahan, Han Mi-mo bertemu dengan tiga perempuan lain yang juga telah bercerai dan berjuang untuk menemukan cinta baru. Mereka adalah Baek Da-jung (Yoo In-na), Go Dong-mi (Yoo Da-in), dan Hong Ae-ran (Seo In-young). Drama ini mengikuti kisah cinta dan persahabatan mereka saat mereka membantu satu sama lain mengatasi masalah pribadi mereka dan menemukan cinta sejati.

  1. Birthcare Center
Drama Korea tentang perempuan karir Birthcare Center

Drama Korea Birthcare Center, kehidupan sekelompok ibu baru yang tinggal di pusat perawatan ibu dan bayi, disorot. Drama ini mengeksplorasi berbagai masalah yang dihadapi oleh ibu baru, termasuk kecemasan, kelelahan, dan rasa tidak aman dalam merawat bayi mereka.

Kita diperkenalkan pada karakter utama Oh Hyun-jin (Uhm Ji-won), perempuan karier yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Dia merasa tidak siap dan tidak yakin dalam mengurus bayinya, terlebih lagi ketika suaminya harus pergi ke luar negeri untuk pekerjaannya. Hyun-jin kemudian memutuskan untuk tinggal di pusat perawatan ibu dan bayi yang disebut Birthcare Center, di mana dia bertemu dengan ibu-ibu lain yang juga sedang menghadapi kesulitan dalam mengurus bayi mereka.

Dalam drama ini, kita dapat melihat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh ibu baru, termasuk masalah dengan menyusui, pengaturan jadwal, dan kurangnya waktu tidur yang cukup. Kita juga melihat betapa sulitnya mencoba menyeimbangkan pekerjaan dan peran sebagai ibu, terutama bagi perempuan karier seperti Oh Hyun-jin.

Read More
Apa Itu Toxic Productivity

Cara Hilangkan Kantuk di Pagi Hari Saat Bekerja

Mengantuk saat bekerja adalah masalah relatif umum yang dialami banyak orang. Terlebih seiring dengan semakin padatnya jadwal dan tekanan pekerjaan, sering kali membuat waktu tidur kita terampas. Imbasnya, kita jadi susah konsentrasi, dan mengantuk sepanjang hari.

Masalahnya, terkadang meneguk kopi atau minuman energi tidak cukup untuk menghilangkan rasa ngantuk yang mengganggu pekerjaan. Berangkat dari situlah Magdalene akan membahas cara-cara yang efektif untuk menghilangkan ngantuk di pagi hari saat bekerja.

7 Cara Menghilangkan Ngantuk di Pagi Hari Saat Bekerja

  1. Hindari kafein di malam hari

Mengonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein di malam hari dapat memengaruhi kualitas tidur dan membuatmu merasa ngantuk di pagi hari. Kafein yang terkandung dalam kopi, teh, cokelat, serta minuman berenergi, dapat membuat tubuh tetap terjaga, sehingga mengurangi kemampuan kamu untuk tidur dengan nyenyak.

Jika kamu terbiasa mengonsumsi kafein dalam bentuk kopi di pagi hari, cobalah untuk membatasinya sebelum jam 2 siang. Jangan mengonsumsi kopi atau minuman yang mengandung kafein lainnya di malam hari. Sebagai alternatif, kamu bisa minum teh herbal atau air putih untuk membantu menjaga hidrasi dan meningkatkan kualitas tidur.

Menghindari kafein di malam hari dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan membuatmu lebih bugar dan segar esok hari. Selain itu, juga dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mencegah sakit kepala atau migrain.

Baca Juga: 7 Tips untuk Merasa Bahagia di Tempat Kerja

  1. Tidur cukup

Dikutip dari Verywell health, How to Stay Awake, tidur cukup sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental kamu. Jika kamu kurang tidur atau tidak tidur dengan nyenyak, kamu akan merasa lelah, lesu, dan ngantuk di pagi hari saat bekerja. Idealnya, kamu perlu tidur antara 7 sampai 9 jam setiap malam untuk menjaga kesehatan dan produktivitas.

Untuk membantu meningkatkan kualitas tidur kamu, pastikan untuk membuat jadwal tidur yang teratur dan konsisten setiap malam. Cobalah untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari agar kualitas tidur membaik.

  1. Berolahraga secara teratur

Olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan membuat kamu lebih bugar di pagi hari. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari untuk membantu menghilangkan stres dan bikin tidur nyenyak.

  1. Ambil jeda

Mengambil jeda selama bekerja dapat membantu mengurangi rasa ngantuk dan meningkatkan produktivitas kerja. Cobalah untuk membagi waktu kerja kamu menjadi beberapa sesi yang lebih kecil dan ambil jeda antara setiap sesi kerja. Jeda ini dapat membantu memberikan waktu bagi otak dan tubuh kamu untuk bersantai dan melepaskan ketegangan.

Selama jeda, cobalah untuk berdiri, berjalan-jalan, atau melakukan gerakan ringan untuk membantu meningkatkan sirkulasi darah dan memperbaiki posisi tubuh. Kamu juga bisa melakukan latihan pernapasan atau meditasi singkat untuk membantu meredakan stres dan menenangkan pikiran.

Jangan lupa untuk menghindari aktivitas yang dapat membuat kamu merasa terusik atau ngantuk, seperti menonton TV atau memainkan game. Alih-alih, cobalah untuk melakukan kegiatan yang bikin santai dan tenang, seperti membaca buku atau mendengarkan musik.

Mengambil jeda selama bekerja dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental kamu serta membantu meningkatkan produktivitas. Karena itu, jangan ragu untuk mengambil jeda secara teratur dan jangan biarkan kelelahan menumpuk dan mempengaruhi kinerja kamu di tempat kerja.

Baca Juga: 8 Cara untuk Tetap Produktif Saat Puasa

  1. Jangan begadang

Begadang dapat memengaruhi kualitas tidur dan membuat kamu merasa ngantuk di pagi hari. Cobalah untuk menjaga jadwal tidur minimal 7-8 jam setiap malam dan bangun pada waktu yang sama setiap hari. Tujuannya guna membantu membangun kebiasaan tidur yang sehat.

Jika kamu merasa sulit untuk tidur pada malam hari, cobalah untuk membuat rutinitas sebelum tidur yang membuat kamu merasa santai dan nyaman seperti membaca buku atau mandi air hangat. Hindari kegiatan yang membuat kamu terus terjaga seperti menonton TV atau scrolling sosial media di tempat tidur.

Selain itu, hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat membuat kamu terjaga seperti makanan pedas, minuman beralkohol, dan minuman bersoda di malam hari. Cobalah untuk minum susu hangat atau teh herbal yang membantu merelaksasi tubuh dan mempersiapkan tubuh kamu untuk tidur.

Jangan begadang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur kamu dan membuat kamu merasa lebih bugar dan segar di pagi hari saat bekerja. Selain itu, tidur yang cukup juga dapat membantu meningkatkan konsentrasi, produktivitas, dan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengatur jadwal tidur kamu dengan baik dan jangan biarkan begadang mempengaruhi kinerja kamu di tempat kerja.

  1. Buat daftar tugas

Membuat daftar tugas dapat membantu mengatur waktu dan meningkatkan produktivitas kamu di tempat kerja. Dengan membuat daftar tugas, kamu dapat memprioritaskan tugas yang paling penting dan menyelesaikannya terlebih dahulu.

Cara membuat daftar tugas yang efektif adalah dengan mencatat semua tugas yang perlu kamu lakukan, kemudian menentukan prioritasnya. Pisahkan tugas yang paling penting dari yang kurang penting, dan mulailah menyelesaikan tugas yang paling penting terlebih dahulu.

Selain itu, cobalah untuk menetapkan tenggat waktu untuk setiap tugas agar kamu dapat mengatur waktu dengan baik dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Jangan lupa untuk memberi diri sendiri jeda antara tugas agar kamu tidak merasa terlalu lelah dan terbebani oleh pekerjaan.

Baca Juga: Apa itu ‘Monday Blues’, Rasa Sedih yang Hampiri Pekerja Tiap Senin

  1. Hindari memeriksa telepon atau email di pagi hari

Saat kamu membuka telepon atau email di pagi hari, kamu mungkin akan merasa terganggu oleh tugas atau masalah yang belum diselesaikan, dan hal ini dapat meningkatkan tingkat stres kamu sepanjang hari. Sebagai gantinya, cobalah untuk memberi diri waktu yang cukup di pagi hari sebelum memeriksa telepon atau email.

kamu dapat memanfaatkan waktu di pagi hari untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dan membantu meningkatkan suasana hati kamu, seperti membaca buku atau melakukan meditasi. kamu juga dapat memulai hari kamu dengan sarapan yang sehat untuk memberi energi yang cukup bagi tubuh kamu.

Selain itu, menghindari memeriksa telepon atau email di pagi hari dapat membantu kamu memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang perlu diselesaikan di tempat kerja. Cobalah untuk mengatur waktu di pagi hari untuk mempersiapkan diri dan merencanakan tugas-tugas yang akan kamu selesaikan sepanjang hari.

Read More
motivasi untuk rekan kerja di kantor

Apa itu ‘Mid-career Crisis’ dan Bagaimana Mengatasinya?

Apakah kamu pernah merasa tidak bahagia atau kebingungan dengan karier kamu saat ini? Jika iya, maka kamu mungkin mengalami mid-career crisis. Ini adalah fase di mana seseorang merasa tidak puas dengan pekerjaan dan meragukan pilihan karier mereka. Namun, jangan khawatir karena ada beberapa cara untuk mengatasi mid career crisis pada karier kamu.

Apa itu Mid Career Crisis?

Dikutip dari LifeHack, mid-career crisis adalah masa di mana seseorang merasa tidak lagi memiliki arah atau tujuan dalam kariernya. Krisis ini dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari jenis pekerjaan atau latar belakang pendidikan.

Mid career crisis biasanya terjadi ketika seseorang telah bekerja selama beberapa tahun dan merasa kecewa dengan keadaan pekerjaan tersebut. Ia mungkin merasa pekerjaannya tidak lagi menarik atau memberikan tantangan yang cukup, atau ia tidak lagi merasa puas dengan penghasilan dan kemajuan kariernya.

Ketika mengalami mid career crisis, ia mungkin mulai meragukan keputusan karier yang telah diambil dan merasa kesulitan dalam menentukan langkah selanjutnya. Hal ini dapat menyebabkan kekhawatiran, ketidakpastian, dan kebingungan yang dapat memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental.

Baca Juga: Tersandera ‘Glass Cliff’, Perempuan Pekerja Sulit Berkembang

Namun, mid career crisis juga dapat menjadi peluang bagi seseorang untuk mengevaluasi kembali tujuan dan nilai-nilai pribadinya. Lalu memulai kembali dengan karier yang lebih memuaskan dan memberikan arti bagi dirinya. Dengan pengembangan keterampilan dan jaringan sosial, seseorang dapat membangun kembali kariernya dan mencapai kesuksesan yang lebih besar.

Tanda Kamu Alami Mid-career Crisis

Mid career crisis dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, tetapi umumnya dialami oleh orang yang sedang mengalami krisis karier di pertengahan karier. Di antara tandanya adalah:

  1. Merasa Tidak Bahagia dan Tidak Puas dengan Pekerjaan

Jika kamu merasa tidak bahagia atau tidak puas dengan pekerjaan kamu, mungkin ini adalah tanda awal kamu mengalami mid career crisis. Kamu mungkin merasa bosan atau kurang tertantang dengan pekerjaan yang sedang kamu lakukan, dan merasa pekerjaan tersebut tidak lagi memberikan arti dan tujuan yang jelas.

  1. Kehilangan Semangat dan Motivasi

Mid-career crisis juga dapat menyebabkan kehilangan semangat dan motivasi dalam pekerjaan. Kamu mungkin merasa sulit untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas, dan merasa tidak tertarik untuk belajar atau mengembangkan keterampilan baru.

  1. Merasa Tidak Terhubung dengan Nilai Pribadi

Jika pekerjaan kamu tidak lagi cocok dengan nilai-nilai dan minat pribadi kamu, maka mid career crisis dapat terjadi. Kamu mungkin merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak lagi memberikan kepuasan atau memberikan arti bagi diri kamu.

Baca juga: Apa itu Sabotase Diri dalam Pekerjaan, Bagaimana Menghentikannya?

  1. Merasa Tidak Terlihat atau Diakui

Mid-career crisis juga dapat disebabkan oleh kurangnya pengakuan atau rasa dihargai dari atasan atau rekan kerja. Dalam hal ini, kontribusi kamu diabaikan atau diremehkan, dan merasa bahwa kamu tidak lagi merasa memiliki peran yang penting dalam organisasi.

  1. Menyadari Adanya Ketidakseimbangan antara karier dan Kehidupan Pribadi

Mid-career crisis juga dapat terjadi ketika kamu mulai menyadari adanya ketidakseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi atau work-life balance. Saat itu, kamu tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk keluarga dan teman. Bahkan, kamu kehilangan fokus pada hal-hal yang penting di luar pekerjaan.

  1. Merasa Tidak Punya Tujuan Karier yang Jelas

Mid career crisis juga dapat terjadi ketika kamu merasa bingung dan tidak jelas dalam tujuan karier. Atau bisa juga kamu merasa sulit untuk menentukan langkah selanjutnya.

Cara Mengatasi Mid-Career Crisis

Mid-career crisis bisa menjadi pengalaman yang menakutkan, tetapi ada beberapa cara untuk mengatasinya dan menemukan kembali kebahagiaan dan kepuasan di tempat kerja.

  1. Refleksi Diri

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah merefleksikan diri dan mengevaluasi tujuan karier kamu. Apakah tujuan karier masih sesuai dengan minat dan nilai-nilai kamu? Jika tidak, maka mungkin saatnya untuk mempertimbangkan perubahan karier atau mencari pekerjaan baru yang lebih cocok dengan minat dan nilai-nilai kamu.

  1. Jangan Terlalu Kritis dengan Diri Sendiri

Jangan terlalu kritis dengan diri sendiri dan jangan membandingkan diri kamu dengan orang lain. Setiap orang memiliki waktu dan jalannya sendiri dalam karier. Ingatlah, karier bukanlah segalanya, dan ada aspek kehidupan lain yang juga penting.

  1. Ambil Langkah Kecil

Ambil langkah kecil untuk memperbaiki situasi kamu. Misalnya, jika kamu merasa tidak puas dengan pekerjaan kamu saat ini, cobalah untuk mencari proyek sampingan atau peluang magang di bidang yang kamu minati.

  1. Jangan Takut Mengambil Risiko

Jangan takut mengambil risiko dan mencoba hal baru. Mungkin saja pekerjaan baru atau proyek sampingan bisa membawa kamu ke arah yang lebih baik dalam karier kamu.

  1. Terus Belajar dan Berkembang

Selalu ada ruang untuk belajar dan berkembang di tempat kerja. Jangan ragu untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang dapat meningkatkan keterampilan kamu. Selain itu, bergabunglah dengan komunitas atau jaringan profesional untuk memperluas jaringan dan mendapatkan wawasan baru.

Baca Juga: ‘Love-Hate Relationship’ dengan Pekerjaan, Haruskah Karyawan Bertahan?

  1. Mencari Dukungan

Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional bisa membantu kamu melewati masa-masa sulit saat menghadapi mid-career crisis. kamu juga dapat mencari bantuan dari mentor atau konsultan karier untuk membantu menemukan jalan keluar dari krisis karier.

  1. Pertimbangkan untuk Berpindah Kerja

Jika kamu sudah melakukan segala cara untuk mengatasi mid-career crisis dan masih merasa tidak puas dengan pekerjaan kamu saat ini, pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru. Mencari pekerjaan baru bisa membuka peluang baru dan memberi kamu kesempatan untuk mengejar tujuan karier kamu.

  1. Jangan Terburu-buru

Terakhir, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Pertimbangkan dengan matang setiap opsi dan berikan waktu untuk diri sendiri untuk memikirkan keputusan terbaik untuk masa depan karier kamu.

Pada akhirnya, dengan merefleksikan diri, mencari dukungan, terus belajar, dan mempertimbangkan opsi yang ada, kamu dapat menemukan kembali kebahagiaan dan kepuasan di tempat kerja kamu.

Read More

Islam Menjawab: Bekerja adalah Hak Semua Bangsa Termasuk Perempuan

Laki-laki memang selalu dianggap sebagai pencari nafkah utama. Pandangan agama dan sosial selalu menomorsatukan laki-laki dalam bekerja. Karena itu perempuan yang bekerja sering dibilang tak pantas untuk mencari nafkah, orang-orang bilang bahwa ini bukanlah hak dan tanggung jawab seorang perempuan.

“Dalam banyak ayat-ayat alquran, bahwa islam itu memandang perempuan sama dengan laki-laki. Al-Qur’an turun pada masyarakat2 patriarki dan penafsirnya patriarki, maka tak heran jika penafsirannya masih patriarkis,” ujar K.H. Jamaluddin Mohammad, Peneliti Senior Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB).

Di sepanjang bulan Agustus hingga September 2020, Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) bersama dengan Investing in Women melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di empat wilayah urban, Bandung, Bekasi, Depok dan Jakarta. Bertujuan untuk melihat bagaimana penerimaan perempuan bekerja yang terdapat di masing-masing wilayah.

Sampel yang dilakukan terdiri dari 600 responden yang dibagi menjadi 150 responden per lokasi wilayah. Dengan rentang umur dari 18 tahun hingga 40 tahun. Para responden ini juga dibagi menjadi tiga kelompok, tidak bekerja, bekerja dari rumah atau paruh waktu <35 jam per minggu dan bekerja di luar rumah atau paruh waktu >35 jam perminggu.

Baca juga: Kenapa Perempuan Dianggap Sebagai Pencari Nafkah Tambahan Saja?

Hasil survei pun disampaikan melalui Seminar Nasional dengan tajuk “Bagaimana Agama Menyapa Perempuan: Maqashid Syariah Lin Nisa sebagai Inovasi Pendekatan Keagamaan untuk Mendukung Perempuan Bekerja” pada Rabu, 29 Maret 2023, di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta. Seminar Nasional ini sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional.

Faktor yang Memengaruhi Penerimaan Perempuan Bekerja

Dari survei yang dilakukan Rumah KitaB ada beberapa faktor yang memengaruhi penerimaan perempuan bekerja. Ada faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor kemoderatan pandangan agama dan faktor sosialisasi atau interaksi sosial. Faktor-faktor ini diukur dengan menggunakan 11 variabel, di antaranya adalah pendapatan responden, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, dan jumlah investasi.

Untuk faktor pendidikan, perempuan dianggap memiliki pendidikan yang relatif baik dari laki-laki. Tapi capaian di Bekasi justru menunjukkan pendidikan laki-laki dan perempuan sama-sama rendah. Sedangkan untuk kondisi pendidikan yang lebih baik dipegang oleh Bandung dan Depok.

Faktor ekonomi juga menunjukkan bahwa kondisi perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Kecuali di Bekasi, dimana menjadi lokasi dengan ekonomi terendah. Depok menjadi daerah yang memiliki faktor ekonomi terbaik.

Faktor kemoderatan pandangan agama yang dimaksud dalam survei ini diukur dari cara pandang responden terhadap sejumlah pertanyaan. Seperti pandangan agama responden terkait izin suami, kewajiban istri mengurus rumah tangga dan konsep kepala keluarga. Ditarik kesimpulan bahwa perempuan jauh lebih moderat dibandingkan laki-laki di keempat lokasi. Bekasi menunjukkan kondisi terendah, menandakan wilayah paling konservatif.

Baca juga: Perempuan di Simpang Jalan: Pilih Bekerja atau IRT?

Sedangkan untuk faktor sosialisasi atau interaksi sosial dihitung dengan indikator seberapa banyak perempuan bekerja di dalam keluarga inti, keluarga pasangan dan keluarga besar. Survei mengatakan bahwa perempuan lebih tersosialisasi tentang bekerja dibandingkan laki-laki di keempat lokasi.

Kriteria Pekerjaan Ideal bagi Laki-laki dan Perempuan

Laki-laki dan perempuan masing-masing pasti memiliki pemahaman yang berbeda tentang pekerjaan ideal. Mereka memiliki kriterianya masing-masing. Hal ini juga ditemukan melalui survei ini dimana responden laki-laki dan perempuan ditanya terkait isu tersebut.

Responden laki-laki lajang mengatakan bahwa pekerjaan ideal bagi mereka adalah lingkungan kerja yang aman dan nyaman, sesuai dengan pendidikan dan gaji tinggi. Laki-laki yang sudah berkeluarga menambah satu kriteria tambahan yang penting untuk dipertimbangkan, yaitu sesuai dengan ketentuan syariat agama. Mereka juga memandang pekerjaan ideal bagi perempuan baik lajang maupun berkeluarga dengan tiga kriteria. Lingkungan kerja aman dan nyaman, sesuai syariat dan tidak terlalu jauh dari rumah atau tempat tinggal. Ketiganya menjadi hal yang penting.

Pandangan yang diutarakan oleh responden perempuan juga hampir sama dengan para laki-laki tadi. Responden perempuan menambahkan fleksibilitas pekerjaan dan jam kerja menjadi faktor tambahan yang perempuan berkeluarga perlu pertimbangkan. Untuk perempuan lajang selain lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta sesuai syariat atau agama, juga penting untuk sesuai dengan pendidikan.

Tapi bagi responden perempuan dan laki-laki, kesesuaian pendidikan dan gaji yang diterima tinggi bukanlah faktor penentu pekerjaan ideal bagi perempuan bekerja.

Hambatan yang Dilalui Perempuan untuk Bekerja

Perempuan yang bekerja sering dianggap tidak pantas apalagi ketika mereka sudah berkeluarga. Anggapan perempuan sebagai sumber fitnah sering dijadikan alasan utama. Padahal laki-laki dan perempuan berpotensi menjadi fitnah satu sama lain. Jadi tidak dapat menjadi landasan melarang perempuan untuk bekerja. Perempuan bukan sumber fitnah.

Apalagi untuk perempuan yang sudah berkeluarga pandangannya akan berbeda dibandingkan dengan perempuan lajang. Ada batasan-batasan yang mereka peroleh. Seperti pembatasan tergantung pada toleransi suami, mertua, dan orang tua. Semakin besar toleran dalam menerima perempuan bekerja, semakin besar adaptasi dalam menyetujui peran gender laki-laki atau suami dalam mengurus rumah tangga dan anak-anak. Walaupun masih terbilang sulit untuk melibatkan laki-laki dalam urusan domestik.

Selain itu perempuan sering dianggap tidak pantas menjalani peran sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga meskipun ia menjadi satu-satunya pencari nafkah. Mereka selalu dianggap sebagai pencari nafkah tambahan walau jumlahnya lebih besar dari suami atau satu-satunya sumber penghasilan.

Baca juga: Perempuan Bukan Sumber Fitnah, Pentingnya Pahami ‘Mubadalah’

Perempuan berkeluarga dipandang tidak dapat diandalkan komitmen dan keterampilannya. Mereka pun selalu menjadi tenaga cadangan atau pilihan kedua di bawah laki-laki. Dianggap emosional karena tidak bisa membedakan peran sebagai ibu rumah tangga dan menjadi perempuan yang bekerja.

“Masalah budaya juga menjadi masalah utama menghambat perempuan bekerja ini. Mereka selalu ditanya untuk memilih kantor atau anak-anak. Pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan kepada laki-laki. Akibatnya kesempatan berkarier di posisi yang lebih tinggi sulit sekali bagi perempuan,” ujar Iim Fahima Jachja, Founder @queensridersindonesia, hadir dalam Seminar Nasional pada Rabu (29/3).

Juga ada dimensi kelas yang menjadi penghambat dari perempuan untuk bekerja tersebut. Selalu dilihat dari kelas mana mereka, menengah ke atas, menengah dan menengah ke bawah.

“Perempuan makin miskin makin bawah kelasnya, maka makin impossible buat mereka untuk bekerja. Tapi realitas perempuan menengah atas bekerja berbeda dengan perempuan menengah ke bawah, alasannya bukan karena faktor ekonomi tapi presentasi aktualisasi, dan juga lingkungan, ungkap Indrasari Tjandraningsih, Peneliti AKATIGA dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan yang juga hadir dalam Seminar Nasional ini.

Kebanyakan perempuan yang ada di kelas rendah sering mendapat pekerjaan dengan upah rendah. Mereka juga rentan terhadap pelecehan seksual. Menurut Indrasari, kasus ini sering terjadi pada buruh pabrik. Banyak kasus yang membuat perempuan pekerja buruh pabrik ini ‘rela’ dilecehkan, ‘rela’ direndahkan hanya untuk tetap bekerja. Biasanya karena terlilit faktor ekonomi.

Meningkatkan Partisipasi Perempuan Pekerja

Perempuan menerima Amanah untuk hamil, melahirkan (peran reproduksi biologis), dan menanggung peran sosial untuk merawat dan mengasuh anak (reproduksi sosial). Al-Qur’an menyebutkan peran dan beban itu sangat berat dan berisiko (wahnan ‘ala wahnin). Oleh karena itu, perempuan harus mendapatkan dukungan dari pasangan, keluarga, masyarakat dan perusahaan perlindungan dalam menjalankan reproduksi biologis dan reproduksi sosialnya dengan mengakui keberadaan kedua beban atau peran itu.

Namun kedua peran itu tidak boleh menghalanginya untuk bekerja karena bekerja adalah haknya. Hal yang harus diupayakan adalah tersedianya jaminan keamanan dan kenyamanan berupa aturan atau Undang-undang yang dapat menjamin mereka dalam menjalankan kedua peran itu tanpa kehilangan haknya untuk bekerja.

Pada kenyataannya, bekerja bukan hanya soal kebutuhan ekonomi melainkan juga soal mengasah kemampuan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Maka itu perlu banyak dukungan bagi perempuan untuk bekerja. Menyediakan sarana dan prasarana yang mumpuni juga baik dalam menunjang semangat mereka untuk bekerja.

Contohnya kebijakan yang mengharuskan tempat kerja atau perusahaan untuk memudahkan perempuan dan laki-laki untuk melakukan kerja pengasuhan ketika bekerja. Seperti adanya tempat penitipan anak di tempat kerja atau ruangan khusus untuk menyusui.

Selain itu mempermudah perempuan dalam mengakses transportasi agar bagi mereka para ibu bisa membawa anak ketika ingin bekerja. Ketersediaan dan transparansi informasi, seperti cuti haid dan cuti melahirkan. Mengangkat pengalaman perempuan sebagai latar belakang untuk dijadikan kebijakan. Hal-hal ini mengadvokasi hak perempuan dalam bekerja. Advokasi ini bisa meningkatkan partisipasi perempuan pekerja.

Sekarang juga sudah banyak tokoh agama dan public figure baik laki-laki maupun perempuan yang bersuara untuk mendukung perempuan bekerja. Media massa serta media sosial sudah mulai banyak menampilkan narasi-narasi positif terkait perempuan bekerja.

Read More
Tips Sederhana Menyeimbangkan Ibadah dan Kerja Waktu Puasa

Produktif Saat Puasa: Tips Menjadi Lebih Efektif di Bulan Suci

Puasa adalah bulan suci bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjalankan ibadah puasa, banyak orang juga mengambil kesempatan untuk mengevaluasi diri dan meningkatkan produktivitas selama bulan Ramadhan. Namun, bagaimana caranya tetap produktif saat puasa? Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan.

8 Cara untuk Tetap Produktif Saat Puasa

  1. Mulai dengan Niat yang Kuat

Sebelum memulai puasa, pastikan niat kamu benar-benar kuat dan tulus. Hal ini akan membantu kamu memperoleh manfaat yang maksimal dari puasa, termasuk peningkatan produktivitas. Dengan niat yang kuat, kamu akan lebih mudah memotivasi diri untuk tetap fokus dan berkonsentrasi pada tugas-tugas penting.

Baca Juga: Apa itu Sabotase Diri dalam Pekerjaan, Bagaimana Menghentikannya?

  1. Bangun Sebelum Sahur

Bangunlah lebih awal dari biasanya, setidaknya 30 menit sebelum sahur, untuk mempersiapkan diri secara mental dan fisik. Lakukan beberapa gerakan ringan, seperti stretching atau berjalan-jalan singkat di sekitar rumah, untuk meningkatkan energi dan semangat agar produktif saat puasa. Ini juga akan membantu kamu menghindari rasa kantuk dan lelah di siang hari.

  1. Perencanaan yang Matang

Sebelum memulai aktivitas sehari-hari, buatlah perencanaan yang matang. Tulislah daftar tugas yang harus diselesaikan dan atur prioritasnya. Dengan begitu, kamu akan lebih mudah memfokuskan perhatian pada tugas-tugas yang penting dan menyelesaikannya tepat waktu.

Gunakan Aplikasi atau Alat Bantu

Ada banyak aplikasi dan alat bantu yang dapat membantu kamu merencanakan tugas dan aktivitas harian. Beberapa aplikasi populer, seperti Trello, Asana, dan Todoist, dapat membantu kamu mengatur jadwal dan mengingatkan kamu tentang tugas-tugas penting yang harus diselesaikan

Tetap Fleksibel

Meskipun perencanaan yang matang sangat penting, jangan terlalu kaku dan tetaplah fleksibel. Ada kalanya situasi tak terduga muncul, seperti pertemuan mendadak atau kebutuhan mendesak dari atasan. Dalam hal ini, kamu harus bisa mengubah rencana kamu dan tetap fokus pada tugas yang membutuhkan perhatian terlebih dahulu.

  1. Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga produktivitas. Meskipun saat puasa terkadang sulit untuk tetap fokus karena tubuh menjadi lelah dan kantuk, istirahat yang cukup dapat membantu memulihkan energi dan memperkuat konsentrasi.

Istirahat Siang

Saat puasa, istirahat siang dapat menjadi waktu yang sangat bermanfaat untuk memulihkan energi. Cobalah untuk tidur selama 15-20 menit, atau bahkan hanya berbaring dan merilekskan tubuh selama beberapa menit.

  1. Konsumsi Makanan dan Minuman yang Tepat

Makanan dan minuman yang tepat sangat berpengaruh pada tingkat energi dan konsentrasi selama puasa. Pastikan kamu mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, seperti buah-buahan, sayuran, dan protein rendah lemak. Selain itu, minumlah air putih dalam jumlah yang cukup untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.

Baca Juga: 6 Tips Agar Ibadah Puasa dan Kerja Tetap Seimbang

Hindari Makanan yang Berlemak dan Berat

Makanan yang berlemak dan berat dapat menyebabkan perut terasa tidak nyaman dan menyebabkan rasa kantuk. Sebaiknya hindari makanan semacam ini saat sahur dan berbuka agar tetap bugar dan fokus.

Konsumsi Makanan Kaya Serat

Makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan dan sayuran, dapat membantu memperlancar pencernaan dan menjaga rasa kenyang lebih lama. Ini juga dapat membantu kamu menghindari rasa lapar yang berlebihan di siang hari.

  1. Manfaatkan Waktu Luang dengan Baik

Selama bulan Ramadhan, waktu yang biasanya digunakan untuk makan dan minum dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Gunakan waktu luang ini untuk melakukan aktivitas yang produktif, seperti membaca buku, belajar bahasa baru, atau melakukan hobi yang disuka.

Luangkan Waktu untuk Ibadah

Selain aktivitas yang bersifat produktif secara umum, manfaatkan waktu luang untuk meningkatkan ibadah. Misalnya, kamu dapat memperbanyak membaca Al-Quran, mengikuti kajian agama, atau melakukan amal kebaikan lainnya.

  1. Tetap Berkomunikasi dengan Rekan Kerja

Meskipun menjalankan puasa, tetap berkomunikasi dengan rekan kerja sangat penting dalam menjaga produktivitas tim. Komunikasi yang baik dapat membantu mengatasi masalah dan mempertahankan kerja sama yang harmonis antara anggota tim.

Ada beberapa cara untuk tetap berkomunikasi dengan rekan kerja saat menjalankan puasa, seperti mengatur waktu untuk melakukan rapat atau berbicara dengan rekan kerja di pagi hari sebelum memulai puasa. Jika diperlukan, dapat juga menggunakan teknologi seperti email, pesan instan atau panggilan video untuk berkomunikasi.

Selain itu, membangun kepercayaan antara anggota tim juga penting dalam menjaga komunikasi yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan dan kepercayaan satu sama lain. Dengan demikian, meskipun sedang menjalankan puasa, tetap bisa bekerja sama dengan baik dan menjaga produktivitas tim tetap tinggi.

Tetap berkomunikasi dengan rekan kerja juga dapat membantu dalam membagikan beban pekerjaan. Dalam hal ini, dapat dibicarakan secara terbuka untuk menentukan bagaimana tugas-tugas dapat dibagi secara adil antara anggota tim. Hal ini akan membantu mencegah penumpukan pekerjaan yang berlebihan pada satu atau beberapa anggota tim, sehingga dapat mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

  1. Tetap Jaga Kesehatan Mental

Menjalankan puasa dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, karena rasa lapar dan kelelahan yang dialami selama puasa dapat menurunkan semangat dan energi. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental menjadi sangat penting agar tetap produktif selama menjalankan puasa.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental saat menjalankan puasa adalah dengan melakukan aktivitas relaksasi seperti yoga atau meditasi. Kegiatan ini dapat membantu meredakan stres dan meningkatkan fokus serta konsentrasi.

Baca Juga: 10 Jurus Anti-Lemas Saat Harus Puasa di Kantor

Selain itu, tidur yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Meskipun waktu tidur dapat terpotong selama bulan puasa, tetap usahakan untuk tidur selama 7-8 jam sehari agar tubuh dapat istirahat dengan baik dan terhindar dari rasa lelah yang berlebihan.

Mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat juga dapat membantu menjaga kesehatan mental selama bulan puasa. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung banyak serat, protein, dan vitamin. Selain itu, minum cukup air putih agar tubuh terhidrasi dengan baik dan terhindar dari dehidrasi.

Terakhir, jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga atau teman-teman. Berbicaralah dengan mereka jika merasa sedang mengalami kesulitan atau merasa tertekan. Hal ini dapat membantu meredakan stres dan menjaga kesehatan mental tetap stabil selama bulan puasa.

Dalam kesimpulannya, menjaga kesehatan mental menjadi sangat penting saat menjalankan puasa agar tetap produktif. Dengan melakukan aktivitas relaksasi, tidur yang cukup, mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat, serta mencari dukungan dari orang-orang terdekat, maka kesehatan mental dapat terjaga dengan baik selama bulan puasa.

Read More