akibat buruk terlalu percaya diri

11 Akibat Buruk Terlalu Percaya Diri di Tempat Kerja

Dalam situasi apa pun, khususnya di dunia kerja, memiliki rasa percaya diri merupakan suatu hal yang positif. Banyak orang berpendapat bahwa untuk bisa sukses, kita harus bisa percaya pada diri kita sendiri. Namun, bagaimana jadinya kalau kita terlalu percaya diri? Akankah ini menimbulkan banyak hal positif, atau sebaliknya?

Di kebanyakan kasus, mengetahui kemampuan serta berani mengambil risiko merupakan kualitas diri yang mengagumkan. Namun, saat rasa percaya diri yang dimiliki malah membuat seseorang tersebut jadi tidak fleksibel, tidak mau untuk mencoba sesuatu yang baru, dan malah cenderung mengambil keputusan yang tergesa-gesa, tentu saja itu bisa merusak hal-hal yang sudah dia raih.

Tidak cuma itu, sifat ini bisa membahayakan kariermu kedepannya. Berikut ini dampak buruk dari sifat terlalu percaya diri yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

Dampak Terlalu Percaya Diri

Dikutip dari Corporate Finance Institute, sikap terlalu percaya diri atau overconfidence datang waktu seseorang merasa dirinya jauh lebih baik dibanding kenyataan. Ini dapat membuat kamu jadi kurang tepat dalam menganalisis dan tidak hati-hati waktu mengambil keputusan.

Baca Juga: Kehilangan Motivasi Kerja, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Menurut Halodoc, percaya diri berlebihan juga dapat membuat seseorang merasa putus asa karena tidak sanggup menjalankan pekerjaannya lagi. Ini disebabkan karena mereka sering mengiyakan atau mengambil pekerjaan apa pun meski faktanya mereka belum punya keterampilan yang mumpuni. Bukan hanya itu, orang yang punya rasa percaya diri berlebih terkadang mengasingkan rekan kerja mereka sehingga kerap dikira sombong.

Berikut ini beberapa dampak atau akibat yang bisa terjadi karena terlalu percaya diri di pekerjaan.

1. Terlalu percaya diri bisa menimbulkan kecelakaan kerja

Terlalu percaya diri menurut Small Business bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Ini disebabkan orang yang merasa punya kepercayaan diri berlebihan menganggap dirinya tidak akan melakukan kesalahan.

Contohnya, sebagian pekerja tambang yang tidak mau memakai pelengkapan safety seperti helm kerja sesuai peraturan karena merasa sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut.

Nah, hal ini dapat membuat mereka jadi lebih lalai dalam mematuhi peraturan. Bahkan, hal ini tidak cuma membahayakan diri mereka sendiri, tetapi orang-orang di sekitar.

2. Produktivitas menurun

Akibat percaya diri berlebih, produktivitas kerja seseorang dapat menurun. Tidak cuma terjadi pada orang tersebut, dampak buruk ini bisa merembet ke divisi di mana ia berada.

Baca Juga: 5 Karakter Pemimpin Perempuan dengan Tipe Maskulin di Sinema

Overconfidence ini bisa menciptakan konflik seperti adu argumen, yang ujung-ujungnya membuat suasana canggung atau drama di tempat kerja. Ini yang akhirnya berpengaruh pada produktivitas kerja.

3. Menciptakan konflik

Terlalu percaya diri juga bisa membuat seseorang jadi terlihat arogan. Biasanya, ini lebih sering dirasakan oleh orang yang bekerja sama dengannya.

Orang yang overconfidence punya kebiasaan untuk omong besar, tidak peduli, dan suka meremehkan orang lain. Hal ini semakin memungkinkan terjadinya konflik dan membuat lingkungan kerja toksik.

4. Terlalu percaya diri bisa membuat kualitas kerja menurun

Orang yang terlalu percaya diri biasanya teramat yakin kalau hasil pekerjaannya akan sempurna. Kepercayaan diri seperti ini tentu tidak jelek kalau diimbangi dengan kenyataan yang sesuai.

Akan tetapi, hal ini akan berubah jadi masalah ketika kualitas pekerjaannya buruk.

Keyakinan bahwa mereka enggak melakukan kesalahan membuat orang yang terlalu percaya diri susah mendengarkan masukan atau kritik yang membangun. Hal ini dapat berdampak pada kinerja perusahaan secara menyeluruh.

5. Orang yang terlalu percaya diri suka menyalahkan orang lain

Sudah dijelaskan di atas, mereka yang punya kepercayaan diri berlebih amat yakin dirinya tidak pernah salah sekalipun bukti-bukti mengatakan sebaliknya.

Baca Juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Jadi, mereka akan selalu mencari alasan dan menyalahkan orang lain. Manajemen perusahaan harus bisa bersikap tegas untuk bisa menanggulangi permasalahan ini.

6. Tidak menghargai orang lain

Kerja sama tim yang baik pastinya butuh yang namanya sikap saling menghargai. Orang yang punya kepercayaan diri berlebih sering kali merasa semua keberhasilan di kantor disebabkan oleh usahanya sendiri dan tidak ragu menerima pujian atas pekerjaan rekan kerjanya.

Akhirnya, hal ini bisa membuatnya jadi sosok yang sering melupakan kinerja orang lain. Kalau orang tersebut berada di posisi yang lebih tinggi, tentu ini membuat anggota tim merasa sia-sia dan tidak diapresiasi.

7. Merendahkan orang lain

Menurut The Muse, orang yang terlalu percaya diri akan sering merendahkan orang lain, apalagi kalau orang tersebut tidak sengaja melakukan kesalahan.

Bukannya memberikan masukan yang membangun, orang yang punya rasa percaya diri berlebih malah menganggap orang lain tidak becus dalam melakukan pekerjaannya.

Alhasil, kesalahan yang terjadi tidak diperbaiki. Malah, hal ini menciptakan konflik.

8. Tidak punya persiapan yang matang

Mengingat bahwa orang yang overconfidence terlalu yakin dengan kemampuan dirinya, mereka sering sekali tidak punya persiapan, contohnya dalam sebuah presentasi bisnis.

Percaya diri berlebih ujung-ujungnya akan membuat seseorang luput memperhatikan hal-hal yang sebenarnya penting.

9. Sering kehilangan kesempatan berharga

Tidak punya percaya diri dan terlalu percaya diri sama-sama dapat membuat kamu kehilangan kesempatan berharga.

Baca Juga: Ketika Pekerjaan yang Kita Impikan Tak Sesuai dengan Harapan

Orang yang overconfidence akan cenderung meremehkan dan menolak pekerjaan yang ia anggap terlalu mudah atau tidak sepadan dengan kemampuannya.

Padahal, hal-hal yang diremehkan tersebut bisa saja berlanjut menjadi sesuatu yang lebih besar dan menguntungkan buat kariernya ataupun kehidupan personal.

10. Gagal dalam interview kerja

Kalau dilihat, perbedaan perlalu percaya diri dengan sombong sangat tipis. Hal ini justru bisa memberi kesan negatif ke HRD. Bukannya mereka jadi terkesan, sikap ini malah mengakibatkan kamu jadi gagal dalam interview kerja.

11. Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan

Pada akhirnya, segala hal yang dilahirkan dari sikap overconfidence bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman alias toksik.

Lingkungan kerja yang toksik ini ke depannya bisa memberikan efek domino, mulai dari menurunnya kualitas kerja, kesejahteraan karyawan, sampai berpotensi terjadi turn over tinggi.

Itulah beberapa akibat jika terlalu percaya diri. Kepercayaan diri memang merupakan sikap yang positif. Akan tetapi, ini bisa jadi suatu sikap yang buruk kalau kamu memilikinya terlalu berlebihan.

Read More
Pertanyaan Tepat ke Atasan Waktu Performance Review

Bertanya pada Bos Saat ‘Performance Review’, Kenapa Tidak?

Performance review, performance appraisal, atau penilaian kinerja akan jadi salah satu tahapan yang harus dilewati setiap karyawan. Hal ini dilakukan pihak kantor untuk menilai produktivitasnya. Penilaian ini juga bisa jadi penentu karyawan tersebut ke depannya, apakah akan mendapatkan promosi, mutasi atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Buat para HR, melakukan performance review sudah menjadi salah satu tugas yang wajib dikerjakan. Ini mengingat salah satu tugas HRD adalah memastikan setiap karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut bisa produktif dan memberikan hasil terbaik.

Setelah melalui proses ini, HR dan atasan dapat menilai performa karyawan secara objektif selama kurun waktu tertentu, sekaligus menentukan rute pengembangan karier yang tepat untuk setiap karyawan.

Nah waktu kamu menghadapi performance review, sebenarnya ini merupakan momen yang bagus untuk mengajukan pertanyaan kepada atasan, loh. Dengan memberikan pertanyaan yang tepat, kamu bisa memperoleh gambaran lebih baik tentang karier kamu ke depannya.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Kali ini, kami akan memberikan beberapa contoh pertanyaan yang dapat kamu ajukan waktu performance review tiba. Yuk, simak beberapa poin penting berikut.

1. “Apa perkembangan yang diinginkan dari departemen atau perusahaan ini?”

Saat performance review, kamu dapat memberikan pertanyaan ini kepada atasan untuk mengetahui peluang perkembangan kariermu nanti kedepannya.

Hal sangat penting, apalagi kalau kamu memang berencana untuk bertahan di perusahaan tersebut dalam waktu yang lama.

Dengan pertanyaan ini, kamu bisa tahu apakah atasan kamu memiliki rencana buat mengembangkan departemenmu atau malah berencana buat mengurangi karyawannya.

2. Waktu Performance Review Penting TanyakanSkill apa yang perlu saya kembangkan lagi?”

Dikutip dari TheMuse, pertanyaan ini bisa diajukan untuk mengetahui ke mana arah perkembangan yang bagus bagi diri kamu.

Baca Juga: Perempuan Pekerja, Simak Cara Ini untuk Keluar dari ‘Likeability Trap’

Idealnya, atasan bisa memberikan dua sampai tiga aspek yang bisa kamu kembangkan dalam waktu tiga sampai enam bulan ke depan.

Nah, dari jawaban yang diberikan, kamu bisa memulai membuat rencana untuk mempelajari skill-skill tersebut supaya kamu bisa semakin andal dalam bidang pekerjaanmu.

3. “Bagaimana saya dapat menunjang keberhasilan tim ini?”

Jika kamu menanyakan hal ini ke atasan, kamu akan dinilai sebagai salah satu karyawan yang baik.Tentunya, ini merupakan kualitas positif yang diinginkan perusahaan ada di dalam diri setiap karyawannya.

Jawaban dari atasanmu akan menjadi acuan andil apa yang dapat kamu tunjukkan untuk mencapai goals dari departemen tempatmu bekerja.

4. “Apa yang perlu saya lakukan supaya mendapatkan kenaikan jabatan?”

Sesudah bekerja sekian lama di sebuah perusahaan, sangat wajar jika kamu ingin memperoleh kenaikan jabatan. Nah, pertanyaan ini dapat ditanyakan pada atasan waktu performance review.

Baca Juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Akan tetapi, menurut situs Grove, kamu tidak boleh sampai terburu-buru. Kamu harus tahu waktu yang paling tepat untuk melontarkan pertanyaan ini. Jangan sampai terlalu cepat, misalnya waktu kamu baru bekerja setengah tahun di perusahaan tersebut.

Dari pertanyaan ini, paling enggak kamu sudah bisa tahu jenjang karier ke depannya dan apa saja skill yang perlu kamu kuasai atau tingkatkan lagi untuk bisa memperolehnya.

5. Saat Performance Review Kamu Bisa Bertanya “Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan saya?”

Menurut Jennifer Kraszewski dari SDM online Paycom, kamu tidak perlu malu meminta feedback kepada atasan, bahkan untuk hal-hal kecil. Mengetahui kelebihanmu merupakan cara tepat untuk menumbuhkan motivasi kerja, supaya kamu bisa berkerja lebih baik lagi ke depannya.

Selain itu, kamu juga dapat menanyakan apa yang jadi kelemahanmu ketika performance review. Dengan mengetahui kelemahan diri selama ini, kamu bisa belajar memperbaiki hal tersebut dan termotivasi untuk mengembangkan diri.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Buku Motivasi untuk Perempuan Pekerja

Memang tidak gampang untuk bisa menerima kekurangan diri, tetapi jawaban dari atasan harus kamu jadikan sebuah dorongan agar kamu bisa menjadi lebih baik lagi.

6. “Apa yang menjadi tantangan paling besar bagi perusahaan sekarang ini?”

Jawaban dari pertanyaan ini sangat perlu kamu catat. Setelah mengetahui permasalahan perusahaan, kamu bisa mencari cara untuk berkontribusi sebaik mungkin dalam memecahkan permasalahan tersebut.

Selain itu, pertanyaan ini juga dapat memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan. Hal ini juga merupakan bahan pertimbangan untuk kariermu selanjutnya.

Jika perusahaan kelihatan tidak bisa menjadi tempat yang bagus untuk berkarier jangka panjang, kamu dapat mulai memikirkan resign dan mencari tempat kerja yang baru.

7. “Siapa orang lain yang bisa memberi saya masukan?”

Selain atasanmu langsung, kamu juga dapat dinilai oleh orang lain yang bekerja denganmu, loh.

Baca Juga: Kalau Kamu Lelah Bekerja, Ambil Jeda Jangan Berhenti

Memperoleh feedback dari orang lain atau rekan kerja bisa memperdalam pemahamanmu tentang performa diri sendiri serta mengoreksi kinerja supaya lebih maksimal.

Mengajukan pertanyaan ini juga memperlihatkan kepada atasan kalau kamu memang sungguh-sungguh dalam menjadi bagian dari tim serta perusahaan.

Nah, itulah tujuh pertanyaan yang dapat menjadi referensimu untuk performance review ke depannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat sesi penilaian dengan atasanmu menjadi lebih bermanfaat dan berarti.

Read More
meningkatkan produktivitas kerja

6 Cara Tepat dan Mudah Meningkatkan Produktivitas Kerja

cara meningkatkan produktivitas kerja – Dalam bekerja, kita selalu dituntut untuk bisa produktif supaya pekerjaan bisa cepat terselesaikan dan kita bisa mengerjakan perkerjaan yang lain. Kita mungkin sering mengakalinya dengan membuat semacam planner, to-do-list, mencatat di sticky notes, bahkan menyetel alarm atau reminder untuk mengingatkan kita. Namun, hal ini ternyata tidak selalu efektif.

Tampaknya, ada saja kejadian di mana kita sangat terdistraksi dan ujung-ujungnya membuat produktivitas kerja menurun.

Baca Juga: Kehilangan Motivasi Kerja, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Lalu, bagaimana cara meningkatkan produktivitas supaya kita dapat bekerja dengan maksimal? Dan, apa sih, arti dari produktivitas itu sendiri?

Pengertian Produktivitas Kerja

Dikutip dari SmallBusiness, pengertian produktivitas adalah ukuran perbandingan kualitas dan kuantitas dari seorang tenaga kerja dalam satuan waktu untuk dapat mencapai hasil atau performa kerja secara efektif dan efisien dengan sumber daya yang digunakan.

Jadi, produktivitas kerja punya dua aspek. Aspek yang pertama adalah efektivitas yang mengacu pada pencapaian kerja maksimal (berhubungan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu). Aspek yang kedua adalah efektivitas yang berkenaan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya.

Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja

Di antara kita pasti ada yang sering banget merasa sedang tidak produktif dalam bekerja. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor, seperti mood, gangguan dari luar, dan sebagainya.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Kalau kamu merasakan itu, jangan khawatir. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara-cara sederhana yang selama ini kita tidak sadari. Dikutip dari Entrepreneur, ada beberapa cara sederhana untuk kamu meningkatkan produktivitas kerja. 

1. Hindari multitasking 

Apakah kamu sering banget kerja multitasking? Mungkin kamu merasa sangat produktif bila melakukan multitasking, namun faktanya ternyata tidak sama sekali.

Mengerjakan beberapa pekerjaan bersamaan dalam satu waktu ternyata malah bisa membuat kamu merasa lebih lelah. Kamu akan menjadi kurang fokus dengan pekerjaan yang sedang kamu kerjakan dan akhirnya justru membuat produktivitas kamu menurun. Selain itu, multitasking juga bisa mendorongmu membuat banyak kesalahan dan pada akhirnya kreativitasmu pun jadi menurun.

Maka dari itu, lebih bagus fokus pada satu hal, selesaikan, dan baru kerjakan perkerjaan yang lain.

2. Jangan lupa bersihkan meja kerja

Supaya bisa tetap merasa nyaman dan tidak mudah terditraksi waktu bekerja, rapikan dan bersihkan meja yang biasa kamu gunakan. Rapikan dokumen atau kertas-kertas yang berantakan di atas meja, yang bisa membuat kamu merasa kurang nyaman dalam bekerja. 

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Atur dokumen di atas meja kerjamu sesuai dengan project yang sedang kamu kerjakan.

Supaya meja kerjamu tetap terlihat rapi, sediakan waktu kurang lebih 10 menit sebelum bekerja untuk menyortir dokumen apa saja yang dibutuhkan pada hari itu.

3. Membuat to-do-list penting buat meningkatkan produktivitas kerja

Meningkatkan produktivitas kerja bisa dilakukan dengan membuat semacam catatan kecil atau to-do-list. Usahakan untuk mengerjakannya satu per satu, supaya kamu bisa berkerja lebih fokus.

Tulis secara berurutan, pekerjaan mana yang harus segera di selesaikan di hari tersebut. Ingat, dalam membuat to-do-list, kamu harus tetap rasional untuk menentukan goals serta tugas yang akan diselesaikan.

To-do-list sangat membantu kamu supaya tetap berada di jalur saat menyelesaikan hal-hal yang mesti kamu kerjakan.

Hindari memaksakan diri untuk bisa menyelesaikan pekerjaan di hari yang sama. Hal ini akan membuat kamu bekerja di luar kemampuan.

Buatlah tugas menjadi poin-poin kecil, spesifik, dan simpel untuk membantu kamu mengukur sampai di mana batas kemampuanmu.

4. Menghilangkan gangguan

Mungkin kamu sering merasa tidak produktif karena ada beberapa gangguan yang memecahkan konsentrasimu. Kamu bisa melakukan beberapa cara mudah untuk meminimalisasi gangguan tersebut, seperti men-silent handphone dan menjadwal ulang meeting atau kegiatan yang dirasa kurang penting.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Kamu juga bisa menghindari rekan kerja yang malas-malasan, karena umumnya rasa malas dapat menular. Rekan kerja yang malas biasanya akan mengajakmu mengobrol hal-hal yang kurang penting, sehingga bisa menghilangkan konsentrasi dan fokus kamu dalam bekerja.

5. Seminggu sekali melakukan evaluasi

Untuk meningkatkan produktivitas kerja, kamu juga dapat melakukan evaluasi setiap minggu. Ini bertujuan untuk melihat kembali pekerjaan mana yang sudah berhasil diselesaikan sesuai target dan mana yang belum. Dengan melakukan evaluasi, diharapkan kamu bisa tahu penyebab kenapa kamu tidak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai target.

6. Tips terakhir untuk meningkatkan produktivitas kerja: rutin berolahraga

Stamina yang baik juga sangat membantu meningkatkan produktivitas kerja kamu. Oleh karena itu, kamu disarankan untuk rutin berolahraga. Enggak harus melakukan olahraga yang berat-berat, kamu dapat melakukan aktivitas olahraga ringan seperti jogging atau jalan kaki selama 30 menit.

Itulah beberapa informasi yang perlu kamu ketahui tentang produktivitas kerja dan cara meningkatkannya. Semoga kamu bisa terus produktif ya, saat bekerja.

Read More
resign untuk Mulai Bisnis

7 Pertimbangan Sebelum Memutuskan resign untuk Mulai Bisnis

Punya bisnis dan menjadi bos untuk diri sendiri memang menjadi cita-cita sebagian orang. Nah, sebelum akhirnya kamu memutuskan buat resign dari pekerjaan sekarang untuk mulai bisnis, kamu harus mempertimbangkan berbagai hal lebih dulu.

Yang pasti, kamu tidak boleh terburu-buru memutuskan berhenti dari pekerjaan sekarang. Kamu perlu memastikan bahwa melepas stabilitas finansialmu sebagai karyawan akan jadi keputusan tepat dalam hidupmu, bukan malah nantinya membuat kamu menyalahkan diri sendiri karena kurangnya persiapan.

Baca Juga: Martha Tilaar dan Wulan Tilaar Berbisnis dengan Empati, Selamatkan Pekerja

Kamu juga perlu ingat bahwa menjalankan usaha sendiri enggak berarti kamu bisa lebih santai dibanding menjadi karyawan di perusahaan. Tanggung jawab serta pekerjaan kamu bukan malah jadi berkurang, loh. 

Berikut ini beberapa pertimbangan yang sudah kami rangkum sebelum kamu memutuskan resign untuk mulai bisnis.

Pertimbangan resign untuk Mulai Bisnis

1. Apakah kamu benar-benar resign karena ingin mulai bisnis?

Dikutip dari Forbes, ini adalah pertimbangan pertama sebelum resign yang harus kamu tanya ke diri sendiri.

Apakah alasan kamu resign karena jenuh bekerja? Atau karena kamu menemukan masalah di kantor dan tidak bisa kamu selesaikan?

Sebaiknya, jangan membuat perpindahan karier jika alasanmu adalah punya masalah dengan orang lain. Karena dalam dunia bisnis, kamu pun nantinya harus berhubungan atau berhadapan dengan banyak orang.

2. Apakah kamu yakin dengan memulai bisnis akan membuatmu lebih bahagia?

Sebelum memberanikan diri menjadi wirausahawan, perlu dipastikan lagi bahwa memulai usaha sendiri merupakan suatu hal yang benar-benar kamu inginkan. Ya, banyak orang yang ternyata tidak suka dengan pekerjaan di kantornya sekarang. Namun, itu bukan alasan yang tepat untuk akhirnya langsung banting setir ke dunia wirausaha.

Pastikan bahwa dengan menjadi wirausahawan, kamu akan dapat menemukan kebahagiaan dan aktualisasi diri. Jika kamu masih merasa ragu, mungkin kamu perlu waktu lebih banyak untuk melihat ke dalam dirimu sendiri dan cari tahu pekerjaan apa yang benar-benar membuat kamu enjoy mengerjakannya.

Memulai usaha sendiri tidaklah gampang. Ketika kamu akhirnya sangat yakin bahwa memang ini yang kamu mau, saat nantinya berada di masa sulit pun, kamu akan bisa bertahan.

3. Apakah kamu siap untuk bekerja tak kenal waktu?

Mulai berbisnis setelah resign memang terkesan ideal. Namun, apakah kamu sudah siap bekerja lebih keras dan tidak kenal waktu? Hal ini harus kamu pikirkan sebelum memutuskan buat resign dan mulai mengembangkan bisnis.

Baca Juga: Anne Patricia Sutanto Pebisnis Tangguh yang Bertahan di Tengah Pandemi

Perlu digarisbawahi, ketika berbisnis, kamu akan bekerja tidak ditentukan oleh waktu kapan mulai dan selesai. Pasalnya, kamu perlu bekerja lebih keras tanpa ada jaminan pemasukan yang stabil.

Selain itu, untuk bisa menjadi entrepreneur yang berhasil, kamu harus punya dorongan untuk terus berkembang, baik terkait diri sendiri ataupun bisnis yang sedang digeluti.

4. Bagaimana kamu bisa pede bahwa sekarang merupakan waktu paling tepat memulai bisnis?

Memimpin usahamu sendiri memang harus punya keberanian. Namun, enggak cuma asal berani saja, kamu juga harus tahu waktu yang tepat dan paling kondusif untuk meninggalkan status karyawanmu dan beranjak menjadi pengusaha penuh waktu. Artinya, jangan pernah merasa bersalah menunda rencana resign untuk memulai usaha jika kamu yakin semua itu untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Waktu yang tepat enggak cuma masalah modal yang cukup atau kematangan rencana bisnis, tapi juga kesiapanmu mengemban semua tanggung jawab tanpa adanya pendapatan yang selama ini terjadwal masuk ke kantongmu. Jika kamu sudah berkeluarga atau kamu jadi seorang tulang punggung keluarga, pilihan meninggalkan jaminan finansial yang diberikan kantormu sekarang mungkin perlu dipertimbangkan lagi.

Bahkan sebelum memulai bisnismu pun, kamu harus sudah bisa membuat langkah secara realistis dan terbuka.

5. Apakah kamu sudah punya mindset yang tepat untuk mulai bisnis?

Menurut Jeffrey Shaw, penulis buku The Self-Employed Life, tantangan paling berat yang perlu dihadapi oleh self-employed adalah perubahan mindset.

Maksudnya, beralih dari lingkungan kerja yang terstruktur, di mana sudah ada jadwal setiap harinya, ke rutinitas mengerjakan sesuatu dalam kondisi penuh ketidakpastian.

Baca Juga: Masalah Kepercayaan Diri Masih Hantui Perempuan Pemimpin Bisnis

Selain itu, kamu pun dituntut untuk terus bisa berkembang supaya bisnis yang sedang dijalankan tetap bisa berjalan dan menghasilkan uang.

Karena itu, memastikan bahwa kamu punya mindset yang tepat dan mampu mengatur waktu dengan baik merupakan sebuah keharusan sebelum memutuskan resign untuk memulai bisnis.

6. Apakah kamu senang menjual sesuatu dan berbicara dengan orang lain?

Hal ini memang terdengar klise, namun tetap harus kamu pikirkan untuk kamu sebelum resign dan mulai melakukan bisnis.

Ketika berbisnis, kamu harus berhasil menjual sebuah produk atau jasa ke orang lain agar menghasilkan uang. Hal ini tentu saja membutuhkan minat dan kemampuan tersendiri yang perlu diasah. Kalau kamu bisa membuat produk yang unik, logo menarik, atau social media presence yang mantap, tetap saja percuma bila tidak ada orang yang mau membeli produk yang kamu tawarkan.

Baca Juga: Suzy Hutomo dan Bisnis Ramah Lingkungan, Ramah Gender

Kamu juga perlu bertanya pada diri sendiri, apakah kamu termasuk orang yang suka berbicara dengan orang lain? Biasanya, pada awal membuat usaha sendiri, kita belum mampu untuk memperkerjakan orang lain. Saat ada banyak konsumen yang bertanya di WhatsApp misalnya, kamu harus dengan sabar menjawab pertanyaannya satu per satu.

7. Apakah kamu sudah mempersiapkan business plan untuk mulai bisnis?

Penting buat kamu untuk sudah mempersiapkan business plan sebelum akhirnya resign dan menjadi pengusaha. Sebelum memulai bisnis, tentunya kamu harus membuat beberapa rencana, misalnya seperti apa target konsumen kamu nanti, produk kamu itu punya kelebihan apa dibanding kompetitor, hingga berapa target penjualan yang harus dicapai tiap bulannya, supaya bisnismu bisa terus berjalan.

Nah, itu adalah beberapa pertimbangan yang perlu kamu pikirkan sebelum memutuskan resign untuk mulai bisnis. Semoga setelah membaca artikel ini, keputusan kamu semakin mantap dan jelas, ya.

Read More
apa itu life skill

Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Waktu kamu akhirnya masuk ke dunia kerja, selain hard skill, kamu perlu memiliki kemampuan lain, yakni life skill. Mengapa demikian? Kemampuan ini akan sangat membantu kamu dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang di tempat kerja.

Jenis skill ini bahkan dapat mendukung kemajuan kamu di dunia kerja seperti soal kenaikan jabatan. Sayangnya, kemampuan satu ini tidak bisa dibilang gampang buat diraih. Memang membutukan cukup waktu untuk kamu bisa menguasainya.

Nah, kali ini kami akan menjelaskan apa itu life skill, serta bagaimana cara yang tepat untuk bisa meningkatkannya. Yuk, simak selengkapnya dalam rangkuman di bawah ini.

Apa itu Life Skill?

Sebelum membahas apa saja jenisnya dan bagaimana cara supaya bisa meningkatkan life skill ini, kita perlu mengetahui definisinya terlebih dahulu.

Menurut WHO, keterampilan hidup (life skills) merupakan kemampuan untuk bisa beradaptasi dan memperlihatkan perilaku positif yang pada akhirnya memampukan seseorang untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan efektif.

Baca Juga: Kehilangan Motivasi Kerja, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Jika kamu memiliki kemampuan ini, nantinya kamu akan sangat terbantu untuk menangani hampir semua hal dengan lebih baik, mulai dari memproses emosi sampai berinteraksi dengan rekan kerja atau orang lain.

Keterampilan hidup yang diperlukan bisa sangat beragam sesuai dengan umur seseorang atau background budayanya. Bahkan, keterampilan apa pun yang sangat berguna buat hidupmu saat ini bisa dianggap sebagai life skill.

Life Skill yang Diperlukan dalam Dunia Kerja

Dikutip dari laman World Economic Forum (WEF), sebagian besar karyawan perusahaan perlu meng-update skill mereka. Hal ini diperlukan supaya mereka dapat terus bersaing sampai di tahun-tahun mendatang.

Dari hasil penelitian WEF, pada 2025 diperkirakan ada 85 juta pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh manusia atau mesin. Teknologi yang terus menerus berkembang menuntut manusia untuk terus belajar. Teknologi buatan seperti mesin sampai kecerdasan buatan atau AI juga akan dilibatkan dalam berbagai industri.

Kemungkinan ke depannya, akan ada perubahan sistem kerja yang tadinya dilakukan manusia, lalu dialihkan pada kecerdasan buatan. Walau demikian, kemampuan manusia yang melibatkan life skill mereka tetap dibutuhkan di dunia kerja. Karenanya, karyawan perlu membekali diri dengan kemampuan yang terus diperbaharui.

Nah, berikut ini beberapa jenis life skill yang akan kamu butuhkan di dunia kerja, berikut penjelasannya.

Komunikasi Menjadi Salah Satu Life Skill Penting Sebelum Terjun ke Dunia Kerja

Salah satu life skill yang harus kamu kuasai sebelum akhirnya terjun ke dunia kerja adalah komunikasi. Komunikasi mengacu pada kemampuanmu untuk bisa memberikan informasi kepada orang lain, baik secara verbal, tertulis, atau melalui bahasa tubuh.

Komunikasi merupakan salah satu kemampuan paling penting yang harus dipunyai setiap orang di tempat kerja.

Baca Juga: 7 Tantangan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

Menurut The Balance Careers, kamu harus mempelajari beberapa jenis kemampuan komunikasi di bawah ini.

  • kemampuan presentasi
  • kemampuan public speaking
  • mendengarkan
  • komunikasi verbal
  • bahasa tubuh atau body language
  • literacy

Resiliensi

Jenis life skill selanjutnya yang harus kamu miliki di dunia kerja adalah resiliensi. Kemampuan ini mengacu pada kemampuanmu untuk bisa menangani segala bentuk rintangan dan bisa bangun lagi dari kegagalan.

Kalau di tempat kerja, kemampuan ini bisa diterapkan waktu kamu harus mengelola beban kerja yang berat sampai menghadapi rekan kerja yang toksik.

Intinya, resiliensi akan kamu butuhkan buat bertahan dalam dunia profesional yang penuh tekanan serta persaingan yang ketat.

Kooperatif

Kooperatif merupakan salah satu jenis life skill lainnya yang harus bisa kamu kuasai di dunia kerja. Agar karier kamu bisa berkembang, kamu harus dapat bekerja sama atau bersikap kooperatif dengan rekan kerja yang lain atau dengan atasan, dan bisa menjadi bagian dari sebuah tim.

Menaikkan keterampilan ini mengharuskan kamu buat memperkuat kemampuan manajemen konflik, komunikasi, dan empati.

Decision making

Decision making adalah salah satu life skill yang harus kamu kuasai juga karena bisa sangat membantu kamu dalam berkarier ke depannya. Setiap orang pasti pernah dalam hidupnya membuat keputusan atau decision making. Contoh gampangnya seperti memilih baju untuk dipakai hari ini atau menentukan makan siang.Dalam dunia kerja, pengambilan keputusan yang tepat dibutuhkan dalam beragam konteks, mulai dari memilih akan bekerja sama dengan klien yang mana, menangani krisis dalam perusahaan, menentukan cara menyikapi pelanggan yang komplain, dan sebagainya.

Baca Juga: Sekadar Mengingatkan, Pekerjaan Bukan Satu-satunya Identitasmu

Menurut indeed.com, HRD umumnya mencari kandidat yang tahu bagaimana cara menganalisis situasi, bisa menimbang berbagai pilihan, dan membuat keputusan terbaik lewat informasi yang mereka punya.

Level kepercayaan diri juga diperlukan agar bisa membuat keputusan tegas dan menghindari menebak-nebak diri sendiri.

Keterampilan decision making sendiri bisa mencakup pemikiran yang kreatif, pemilihan prioritas, dan manajemen waktu.

Problem Solving

Problem solving merupakan sebuah kemampuan untuk membuat solusi atas segala hal yang menghalangi tujuan kamu.

Semakin baik kamu menguasai life skill ini, semakin cepat dan efektif pula permasalahan kamu terselesaikan.

Empati

Jenis life skill selanjutnya yang wajib kamu miliki di dunia kerja adalah empati. Kemampuan ini merujuk pada cara seseorang memahami dan peduli dengan perasaan serta pola pikir orang lain yang ada di sekitarnya.

Empati bisa membantu diri kita menerima orang lain yang mungkin berbeda dari diri kita sendiri. Keterampilan hidup ini nantinya bisa meningkatkan kemampuanmu dalam berinteraksi sosial, terutama dalam situasi atau tempat yang punya keragamanan etnis atau budaya.

Stress Management

Menurut Hellosehat.com, setiap orang membutuhkan kemampuan manajemen stres yang baik. Pasalnya, stres bisa datang dari mana saja. Mulai dari deadline pekerjaan yang harus dikejar, hubungan kurang baik dengan orang lain, hingga permasalahan lain. Jika tidak dikelola dengan baik, stres  memberikan dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan kesehatan mental.

Baca Juga: Atas Nama Agama, Aku Dilarang Kerja

Maka dari itu, stress management merupakan life skill yang sangat kamu butuhkan di dunia kerja untuk bisa lebih produktif dan bahagia. Tujuan skill ini sendiri adalah supaya kamu punya kehidupan profesional dan personal yang seimbang atau work life balance.

Creative Thinking

Creative thinking merupakan salah satu life skill yang harus dimiliki semua pekerja di dunia profesional.

Mengapa demikian? Sebab, skill ini bisa sangat membantu kamu dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah secara terstruktur.

Berpikir kreatif juga akan membantu setiap individu dan perusahaan untuk jadi produktif dan siap dengan perubahan.

Karena sangat penting, kemampuan satu ini bahkan menjadi preferensi perekrut waktu mereka mencari karyawan baru.

Flexibility

Life skill selanjutnya yang harus kamu kuasai jika ingin berhasil di dunia kerja adalah flexibility. Skill ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dengan cepat pada keadaan baru. Ini juga berarti, kamu mampu mengerjakan tugas yang berada di luar jobdesc dan menangani berbagai masalah baru.

Baca Juga: 5 Tokoh Perempuan yang Aktif Angkat Isu Perubahan Iklim

Menurut WeWork.com, karyawan yang fleksibel bisa dengan cepat mengubah rencana mereka untuk menavigasi atau mengatasi hambatan yang tak terduga.

Orang-orang yang fleksibel sangat dicari oleh perusahaan besar yang sering kali menemui permasalahan baru.

Resolusi Konflik

Suatu konflik terjadi waktu dua pihak atau lebih yang punya tujuan atau pendapat yang berbeda terhadap suatu hal.

Di tempat kerja,perbedaan pendapat sangat biasa terjadi . Namun, jika hal tersebut tidak mampu diselesaikan dengan baik, pastinya akan tercipta konflik yang berkepanjangan.

Itulah kenapa sangat penting buat para karyawan punya pengetahuan soal resolusi konflik. Dikutip dari Indeed.com, resolusi konflik sendiri adalah seni dalam mengatasi perbedaan tujuan dan pendapat untuk menemukan solusi agar setiap orang dapat bekerja sama secara damai.

Cara Meningkatkan Life Skill

Setelah kamu tahu definisi serta contoh dari life skill, kamu perlu mengetahui cara mengembangkan hal tersebut.

Baca Juga: Fenomena ‘Breadcrumbing’ di Dunia Kerja dan Cara Menghadapinya

Berikut ini beberapa cara  yang bisa kamu lakukan untuk menaikkan kemampuan life skill kamu.

  • Selalu berusaha berada di sekeliling orang yang positif
  • Jangan ragu untuk menambah jaringan dan berinteraksi dengan lebih banyak orang
  • Mau terus belajar keterampilan baru
  • Kembangkan dan perdalam self awareness.

Itulah pemaparan singkat yang bisa kami berikan mengenai definisi, jenis, dan cara menaikan life skill yang perlu kamu ketahui.

Intinya, life skill merupakan jenis kemampuan yang bisa buat kamu bertahan dalam dunia kerja dan karier. Makanya buat para fresh graduate, pastikan dulu bahwa kamu sudah menguasainya sebelum memasuki dunia kerja.

Read More
karier yang tepat

Cara Menemukan Karier yang Tepat untuk Para Fresh Graduate

Ada banyak sekali pilihan karier yang dapat kamu pilih untuk menopang kehidupan di masa depan. Cuma permasalahannya, tidak semua orang mampu menentukan karier yang tepat untuk dijalankan, masih ragu, atau bingung memilihnya.

Dengan menemukan karier yang tepat, kamu akan lebih bisa menikmati pekerjaanmu serta bersemangat dalam menjajaki jenjang karier ke depannya. Berikut ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menemukan karier yang tepat yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Mengevaluasi Diri Sendiri Sebelum Kamu Memilih Karier yang Tepat

Sangat penting untuk bisa mengevaluasi diri sendiri sebelum kamu memilih karier yang tepat. Kamu harus paham minat, bakat, dan keterampilan kamu. Selain itu, memahami dan menilai kepribadian kamu sendiri juga tak kalah penting untuk kelangsungan karier kamu nantinya. Dengan bisa menilai diri sendiri, kamu jadi tahu profesi dan perusahaan seperti apa yang tepat untuk kamu.

Baca Juga: 4 Fakta Kamu Budak Korporat dan Cara Mengatasinya

2. Cara Menemukan Karier yang Tepat dengan Terus Belajar

Belajar merupakan sebuah keharusan, terlebih dengan perkembangan teknologi yang menuntut kamu untuk bisa terus beradaptasi serta inovatif.

Kamu bisa belajar dari rekan kerja atau senior di perusahaan tempat kamu sekarang bekerja. Dan, kamu juga perlu mencari tahu apa saja skill yang dibutuhkan supaya karier kamu bisa berkembang, baik itu hard skill atau soft skill.

Kamu juga bisa memilih untuk ikut pelatihan atau kursus untuk mengembangkan skill dan mendapatkan sertifikasi. Hal ini nantinya dapat membantu kamu melamar pekerjaan di tempat lain.

3. Melakukan Networking 

Dengan melakukan networking, kamu membangun dan menjaga hubungan profesional dengan orang lain. Hal ini akan membantu kamu dalam melihat dan memilih karier yang tepat untukmu. Pasalnya, kamu tidak akan pernah tahu siapa yang akan memberimu peluang untuk menaiki jenjang karier atau mencoba kesempatan baru.

4. Membuat Daftar Pekerjaan dan Pahami Deskripsi Pekerjaan Tersebut

Setelah mengevaluasi minat dan bakatmu, kamu dapat mulai membuat daftar pilihan karier yang menarik dan spesifik bagimu. 

Baca Juga: Bolehkah Perempuan Berkarier dalam Islam? Ini Kata Prof. Etin Anwar

Lanjutkan dengan mencari tahu masing-masing deskripsi pekerjaan, persyaratan pendidikan, dan pelatihan yang diperlukan supaya kamu bisa lolos atau terpilih saat di seleksi HRD.

Untuk menambah motivasi kerja kamu, tidak ada salahnya mencari tahu informasi yang berkaitan tentang propsek pekerjaan di masa depan dan pendapatan yang bisa diperoleh.

5. Membuat Daftar Pekerjaan yang Terpilih

Setelah membuat daftar dan memahami berbagai informasi terkait pilihan-pilihan karier yang bisa kamu ambil, kamu dapat membuang pekerjaan dengan tugas yang kurang sesuai minat, karier yang kelihatannya tidak punya prospek di masa depan, atau pekerjaan dengan potensi pendapatan yang rendah.

Kamu juga dapat menyingkirkan pekerjaan yang membuat kamu tidak dapat memenuhi persyaratan pendidikan, keterampilan, dan yang lainnya.

6. Tentukan Pilihan Karier yang Tepat buat Kamu

Setelah semua hal di atas sudah kamu lakukan, maka inilah waktu yang tepat menentukan pilihan karier yang tepat buat kamu jalankan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Perempuan Karier di Asia

Segera pilih pekerjaan yang menurut kamu dapat memberikan kepuasan berdasarkan informasi yang sudah dikumpulkan.

7. Identifikasi Tujuan yang ingin Kamu Capai

Setelah menentukan karier,  kamu bisa mulai mengidentifikasikan tujuan jangka pendek dan panjang dalam menjalani kariermu nanti.

Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang membutuhkan waktu sekitar 3 – 5 tahun untuk mencapainya. Sedangkan, tujuan jangka pendek butuh waktu kira-kira 6 bulan sampai 3 tahun untuk mencapainya. Mempunyai tujuan dalam berkarier itu penting karena hal itu sangat membantu kamu untuk sukses di dalam karier yang kamu pilih.

8. Membuat Langkah-langkah yang Harus Dilakukan

Selanjutnya, kamu perlu merencanakan langkah-langkah tertentu untuk bisa mencapai tujuan tersebut.

Baca Juga: Dari Budaya sampai Agama, Ini 4 Hal yang Hambat Perempuan Berkarier

Rencana itu bisa kamu buat dalam bentuk semacam list berisi apa saja yang perlu kamu kerjakan untuk bisa mencapai tujuan secara bertahap.

Perhatikan juga berbagai kendala dan hambatan yang dapat menghalangi kamu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Demikianlah 8 cara menemukan karier yang tepat. Semoga tulisan ini bisa memberikan banyak inspirasi dan manfaat buat kamu yang masih fresh graduate atau yang ingin mencari pekerjaan baru di tempat lain.

Read More
Tantangan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

7 Tantangan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

Meski perusahaan sudah diisi orang-orang berpengalaman, teknologi yang mendukung, dan kertersediaan modal yang cukup, ada kalanya posisi mereka masih berada di belakang para pesaing. Keadaan ini mungkin terjadi karena perusahaan tidak berhasil mencapai kerja sama tim yang maksimal.

Nah, berikut ini beberapa hambatan atau tantangan kerja sama tim yang umum terjadi dan cara tepat untuk mengatasinya.

Masalah atau Tantangan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja yang Sering Terjadi

  1. Tidak ada visi yang jelas

Tidak ada visiyang jelas waktu bekerja adalah masalah yang biasa terjadi dalam kerja sama tim. Apabila tidak ada kejelasan tentang apa yang harus diselesaikan dan tujuan dari sebuah pekerjaan, setiap orang pasti akan bingung dalam bekerja.

Baca Juga: Benarkah Kita Dilarang Berteman Dekat dengan Orang Kantor?

Tidak cuma menimbulkan kebingungan dalam diri pekerja, masalah ini juga nanti bisa menimbulkan hilangnya produktivitas, motivasi kerja, dan efisiensi kerja. Solusi tepat yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan meeting secara terjadwal untuk membahas dan mengingatkan semua orang apa saja yang perlu dikerjakan.

Selama meeting, pemimpin harus juga menginformasikan kepada semua orang yang terlibat, mulai mengenai progres dari pekerjaan sampai implementasi perubahan. Hal ini akan membuat mereka paham sejauh mana sebuah pekerjaan sudah berjalan.

  1. Kurangnya rasa percaya antar anggota tim

Menurut Patrick Lencioni, penulis buku manajemen tim, pada dasarnya, masalah kerja sama tim bisa terjadi karena setiap anggotanya tidak mau memperlihatkan sisi rentannya kepada sesama anggota yang lain.

Mereka tidak mau terbuka mengenai kelemahan dan kekurangan diri, kesalahan apa yang sudah dilakukan, serta enggan meminta bantuan rekan kerjanya yang lain. Keadaan ini menunjukkan bahwa anggota tim kesulitan dalam membangun kepercayaan. Padahal, ini merupakan dasar paling utama dalam kerja sama tim.

  1. Perbedaan gaya bekerja

Gaya kerja setiap orang pasti berbeda. Hal tersebut terkadang menjadi tantangan kerja sama tim di tempat kerja. Lebih parahnya lagi, hal ini bisa menimbulkan konflik dalam tim.

Baca Juga: Perempuan Dukung Perempuan di Kantor, Kenapa Ini Penting?

Beberapa orang merasa lebih nyaman bekerja sendiri, tapi ada juga orang yang lebih suka bekerja dalam tim atau kelompok. Ada orang bisa memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan rekan kerja yang lain, namun ada juga orang yang butuh masukan setiap waktu.

Sama seperti poin yang sebelumnya, hal yang bisa kamu lakukan saat menghadapi tantangan seperti ini adalah mendorong adanya komunikasi untuk lebih terbuka supaya kerja sama tim bisa lebih baik.

  1. Kurangnya produktivitas

Kurangnya produktivitas merupakan masalah kerja sama di tempat kerja yang juga sering terjadi. Faktor utama yang menyebabkan kurangnya produktivitas adalah kurangnya feedback sehingga seseorang menjadi susah melakukan komunikasi dengan rekan kerja yang lain.

Solusi yang bisa kamu lakukan adalah dengan merespons secara cepat dan memberi feedback secara rutin ke rekan kerjamu.

Selain itu, bila di kantor kamu sekarang ini masih diberlakukan sistem kerja jarak jauh atau WFH, kamu dan rekan kerja bisa berkomunikasi menggunakan berbagai aplikasi pesan instan.

  1. Punya pemikiran negatif

Mindset negatif yang seseorang miliki bisa meluas dengan cepat ke semua orang dan pastinya sangat berbahaya. Sebagai contoh, jika ada salah satu anggota tim yang punya pemikiran kalau proyek yang sedang dikerjakan tidak mungkin berhasil atau susah diselesaikan tepat waktu, anggota lain pun dapat terpengaruh dan punya pemikiran yang serupa.

Baca Juga: ‘Bullying’ di Tempat Kerja: Apa Saja Bentuknya dan Bagaimana Menyikapinya?

Oleh karena itu, cobalah untuk saling mendukung waktu bekerja. Hal ini bisa menjaga semangat setiap orang dan juga bisa mendorong orang lain untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah yang ada.

  1. Tidak ada pembagian tanggung jawab yang jelas

Masalah kerja sama tim di tempat kerja selanjutnya adalah tidak ada pembagian tanggung jawab yang jelas setiap anggota tim. Pemimpin perlu menentukan peran serta tanggung jawab yang jelas bagi setiap karyawan. Jika perlu, buatlah skema yang berisi tugas masing-masing anggota dan bagikan kepada mereka.

Langkah tersebut bisa mencegah kebingungan dan konflik di antara anggota tim. Alur kerja dalam tim dapat menjadi lebih jelas dan tidak ada yang saling lempar tugas. Dan bila ada karyawan baru, skema tugas yang sudah dibuat tadi dapat menjadi panduan.

  1. Terlalu banyak ide

Terlalu banyak ide merupakan tantangan selanjutnya waktu melakukan kerja sama di tempat kerja. Selain itu, terlalu banyak pembuat keputusan juga akan menghambat progres pekerjaan yang hendak diselesaikan.

Baca Juga: Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

Solusinya sama seperti poin sebelumnya: Setiap orang harus paham peran dan tanggung jawab masing-masing. Harus ada orang yang bisa memimpin dengan baik supaya proyek berjalan, dan juga sosok yang bisa menentukan keputusan final.

Dengan begitu, tidak akan ada tumpang tindih dalam membuat keputusan dan setiap orang bisa mengerjakan tanggung jawabnya masing-masing.

Itulah beberapa tantangan kerja sama tim di tempat kerja yang sering terjadi dan cara tepat untuk mengatasinya. Semoga setelah membaca artikel ini, kamu bisa mengurangi dampak dari tantangan tersebut, ya.

Read More
Tanda Kamu Tidak Suka pada Pekerjaan

Tanda Kamu Tidak Suka Pekerjaanmu dan Apa yang Harus Kamu Lakukan

tidak suka pada pekerjaan – Pernahkah kamu merasa lelah, jenuh, dan tidak bersemangat menjalani pekerjaan yang sedang kamu lakukan sekarang? Hal tersebut ternyata dialami juga oleh banyak orang. Jika berada dalam keadaan seperti ini, kemungkinan kamu akan berpikir untuk resign dari pekerjaanmu itu.

Namun, resign dari pekerjaan tentu mendatangkan berbagai konsekuensi, mulai dari kehilangan pendapatan (bila tak lanjut bekerja lagi), menjalani proses melelahkan mencari lowongan kerja, hingga harus beradaptasi di kantor baru. Karena itu, keputusan ini bukanlah pilihan yang mudah diambil. 

Di lain sisi, bila kamu memaksakan diri bekerja di perusahaan dalam keadaan seperti disebut di awal tadi, kamu bisa saja mengorbankan kesehatan mentalmu. Kamu bisa burn-out dan akhirnya performa kamu di kantor malah memburuk dan kamu bisa dapat teguran.

Perasaan lelah, jenuh, dan tidak bersemangat itu bisa jadi tanda kamu tidak suka dengan pekerjaanmu. Apa lagi, sih tanda-tanda lainnya, dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut kami rangkum pembahasannya dari berbagai sumber.

Tanda Kamu Tidak Suka pada Pekerjaan

1. Work life balance terganggu

Apa sih, yang di maksud dengan work life balance? Secara singkat, work life balance adalah keadaan di mana individu memprioritaskan tuntutan karier dan tuntutan kehidupan pribadinya secara seimbang.

Baca Juga: Persiapan Masuk Dunia Kerja yang Perlu Diketahui Para Fresh Graduate

Bila kamu tidak suka dengan pekerjaanmu, bisa jadi work life balance-mu tidak terpenuhi. Contohnya, kamu jadi terlalu sibuk dan selalu memikirkan pekerjaan, lantas lupa untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, atau bahkan waktu untuk dirimu sendiri.

2. Produktivitas menurun

Rasa tidak suka pada pekerjaanmu ini juga bisa membuat produktivitasmu menurun, loh. Kamu bisa jadi sulit berkonsentrasi, bermasalah saat berkomunikasi dengan teman-teman kerja, atau setengah-setengah dalam melaksanakan tugas karena tidak bersemangat.  

Ada beragam penyebab yang membuat kamu tidak suka dengan pekerjaan, mulai dari suasana kantor yang tidak kondusif sampai lingkungan kerja toksik.

Jika kamu merasa tidak nyaman bekerja di ruangan kantor, kamu dapat berdiskusi dengan atasan atau HRD buat mengatasi masalah ini. Namun, bila ternyata lingkungan kerjamu sudah toksik, maka bagusnya kamu memikirkan untuk mencari tempat kerja baru.

3. Merasa cemas saat weekend akan berakhir

Salah satu tanda tidak suka pekerjaan adalah kamu akan merasa cemas pada hari Minggu, karena besoknya kamu harus bekerja kembali.

Dikutip dari Indeed, rasa cemas atau was-was bisa timbul karena kurang terorganisasinya gaya hidup.

Baca Juga: Sekadar Mengingatkan, Pekerjaan Bukan Satu-satunya Identitasmu

Kamu dapat mengurangi rasa was-was ini dengan menyiapkan apa saja yang penting untuk hari Senin, dan sudah mulai mencicil perkerjaan untuk minggu depan pada hari Jumat sore. 

Cobalah untuk menikmati weekend kamu dengan sepenuhnya. Bila memang perlu, buat catatan supaya kamu tahu mana yang penting untuk dikerjakan lebih dahulu.

4. Tidak ada motivasi kerja merupakan tanda kamu tidak suka pada pekerjaan

Tidak punya motivasi kerja merupakan tanda bahwa kamu tidak suka pada pekerjaan. Tentunya, kamu bekerja dengan berbagai tujuan, entah untuk mencari uang, mencari pengalaman, atau menaikkan skill kamu. Jika pekerjaanmu yang sekarang ini tidak mendekatkanmu pada tujuanmu itu, kemungkinan besar kamu akan membenci pekerjaanmu.

Dalam The Balance Career disebutkan, bila kamu bekerja tanpa adanya passion atau tujuan juga bisa membuat kamu gampang terkena burn-out.

Kamu bisa mencoba berdiskusi tentang tujuan kamu dalam karier dengan atasan, supaya ia bisa membantumu mencari role yang tepat. Selain itu, bila kamu masih belum mendapatkan motivasi, kamu bisa mencoba untuk berkonsultasi dengan psikolog profesional.

5. Sering datang terlambat ke kantor

Bila kamu tidak suka pekerjaan, kamu akan jadi malas datang ke kantor. Ujung-ujungnya, kamu jadi sering terlambat masuk. Misal harusnya masuk jam 8 pagi, kamu baru sampai kantor jam 11 dengan berbagai alasan. Begitu pun esok harinya. Jika kamu merasa macam-macam alasan sudah dipakai, kamu akan memakai jatah izin sakit.

6. Selalu mengeluhkan pekerjaan

Waktu sedang ngomongin pekerjaan, coba perhatikan bagaimana kamu menceritakannya. Jika dari ceritamu kamu lebih banyak mengeluh, kemungkinan besar kamu tidak suka dengan pekerjaanmu sekarang ini.

Baca Juga: Bolehkah Perempuan Berkarier dalam Islam? Ini Kata Prof. Etin Anwar

Coba pikirkan dan cari tahu hal-hal apa yang membuatmu terus-terusan mengeluhkan pekerjaan. Dengan mengetahui apa yang menjadi penyebab emosi negatif tersebut, kamu bisa menangani rasa tidak suka pada pekerja dengan lebih gampang.

7. Tidak suka pada pekerjaan, kamu jadi mudah marah 

Tidak suka pada pekerjaanmu pasti membuatmu jadi stres. Kalau mood kamu lagi jelek dan kamu menghadapi pekerjaan yang tidak kamu sukai, kamu sangat mungkin bereaksi secara berlebihan atau mudah marah saat ada sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Bila kamu terus menerus begini, hubunganmu dengan atasan, rekan kerja, atau klien akan memburuk. Besar kemungkinannya saat seseorang sedang stres berat, ia tidak bisa bersikap profesional.

Cara Mengatasi Rasa Tidak Suka pada Pekerjaan

Ambil Cuti dan Pergi Berlibur

Jika kamu sedang mengalami tanda-tanda di atas, segera ajukan cuti ke atasan. Ambil jatah cuti kamu buat berlibur atau sekadar beristirahat di rumah. Saat mengalami stres, kamu membutuhkan waktu untuk melepas penat tanpa diinterupsi hal lain yang menekanmu. 

Baca Juga: Kami Perempuan Menopause, Kami Tetap Aktif Bekerja

Sebaiknya, kamu juga menghindari komunikasi di ponsel, e-mail, atau mana pun yang berkaitan dengan pekerjaan. Nikmati liburan kamu supaya kamu bisa mengisi ulang tenaga serta semangat sehingga produktivitas kembali naik dan rasa tidak suka pada pekerjaan berkurang.

Isi Waktu Libur dengan Melakukan Hobimu

Pada tanggal merah, kamu bisa mengisinya dengan melakukan hobi seperti nonton film, membaca buku, traveling, naik gunung, dan aktivitas positif lain. Ini berguna untuk membuat pikiranmu rileks. 

Selain itu, melakukan hobi juga membuat hidupmu tidak sepenuhnya diisi dengan pekerjaan. Kamu bisa menemukan makna dan kesenangan tersendiri dari hobimu itu. Begitu kamu senang atau mood-mu baik, perasaan tidak suka pada pekerjaanmu pun bisa perlahan-lahan terkikis.

Mulai Berolahraga

Menurut penelitian, olahraga bisa mengurangi stres. Ya kamu enggak perlu olah raga yang berat-berat, cukup jalan pagi atau jogging di kompleks rumah misalnya. Bisa juga kamu memilih olahraga yoga di rumah untuk membantumu menenangkan pikiran serta tidak membutuhkan biaya yang besar.

Read More
rasa takut pada atasan

Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Saat pertama kali kerja sebagai karyawan di suatu perusahaan, sangat lumrah jika kamu punya rasa takut pada atasan. Namun, rasa takut ini tidak boleh terus menerus dibiarkan karena bisa-bisa hal tersebut menurunkan motivasi kerja kamu. Kamu dapat merasa kurang nyaman atau setiap hari merasa terbebani dengan pekerjaan bila takut kepada atasan.

Lalu, bagaimana cara menghadapi rasa takut pada atasan? Berikut ini beberapa tips untuk menghadapi rasa takutmu yang telah kami rangkum.

Kenali Pemicu Rasa Takut pada Atasan

Pertama-tama, kamu perlu mengenali pemicu rasa takut pada atasan yang kamu alami. Dikutip dari Forbes, perasaan ini biasa dialami oleh para fresh graduate atau seseorang yang baru memasuki dunia kerja. Rasa takut bisa muncul karena kita berpikiran bahwa kinerja kita tidak akan cukup untuk memenuhi ekspektasi orang-orang di lingkungan kerja kita.

Baca Juga: Sulitnya Jadi ‘Gig Worker’ Perempuan Selama Pandemi

Selain itu, memang beberapa gaya kepemimpinan dari atasan bisa memberikan rasa takut kepada pegawainya. Hal ini dapat disebabkan karena sikap, cara berkomunikasi, sampai respons atasan terhadap masalah yang muncul dirasa kurang ramah.

Ada juga orang yang punya rasa takut kepada atasan karena perasaan inferior. Mereka menganggap dirinya tak bisa mengungkapkan pendapat atau bersuara karena berpikir bahwa atasan pasti tahu yang lebih baik seiring pengalamannya. Padahal, ide bagus bisa datang dari siapa saja dan idealnya, siapa pun boleh bersuara di tempat kerja. 

Ingat, Urusan Kantor Bukan Hanya Tentang Kamu

Dikutip dari The Muse, seorang pemimpin atau atasan umumnya lebih memperhatikan hal-hal berskala besar, karena hal tersebut lebih menentukan strategi perusahaan ke depannya.

Karena itu, untuk mengatasi rasa takut pada atasan, kamu perlu mencoba berpikir bahwa tidak semua urusan dan masalah yang timbul di kantor disebabkan olehmu.Alih-alih merasa setiap ada masalah kamu berkontribusi di dalamnya, dan akhirnya kamu jadi takut “kena semprot” atasan, kamu perlu mencoba melihat sesuatu lebih objektif lagi. Bisa saja masalah datang karena ada kerja tim yang tidak beres, hal tidak terduga yang menimpa perusahaan, atau lainnya. 

Baca Juga: Sekadar Mengingatkan, Pekerjaan Bukan Satu-satunya Identitasmu

Pahami Bahwa Kamu Punya Nilai, dengan Begini akan Menghilangkan Rasa Takut Kamu ke Atasan

Rasa takut umumnya terjadi karena kamu merasa tidak punya kemampuan atau pengetahuan yang cukup untuk bekerja dengan atasan. Umumnya, perasaan ini timbul karena kamu merasa minder kepada rekan kerja hingga atasan.

Namun, harus diingat, kamu sudah bisa lolos melewati tahap wawancara dan akhirnya bisa diterima kerja di perusahaan sekarang ini. Itu berarti, perusahaan melihat diri kamu punya kemampuan serta nilai yang dibutuhkan perusahaan tersebut.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Dengan menyadari hal ini, kamu dapat menjadi lebih tenang dan mengurangi rasa minder dengan rekan kerja atau atasan ketika baru bekerja di sana. 

Beranikan Dirimu untuk Berkomunikasi dengan Atasan

Setelah memperhatikan poin-poin di atas, kamu perlu mulai memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan atasan. Umumnya, rasa takut muncul karena kamu belum pernah coba berkomunikasi dengan atasan dan langsung membuat asumsi.

Kamu cuma melihat atasanmu dari tampilan luar saja. Padahal, bisa saja sosok atasan yang sebenarnya jauh berbeda dari yang kamu lihat dari luar. Kamu boleh, loh, mulai menginisasi obrolan ringan di luar pekerjaan untuk mencairkan suasana.

Dengan memulai komunikasi, kamu akan punya pandangan lain tentang atasanmu, dan tidak menutup kemungkinan kamu semakin mudah bekerja bersamanya.

Baca Juga: 10 Tips Buat Kamu yang Baru Lulus dan Mau Lamar Kerja

Usahakan untuk Memberikan Hasil yang Terbaik

Cara selanjutnya untuk menghadapi rasa takut pada atasan adalah dengan berusaha memberikan hasil yang terbaik.

Kamu harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk tim serta perusahaan. Kamu juga butuh selalu fokus pada proses dan tujuan yang mau kamu capai bersama perusahaan.

Memiliki kinerja yang bagus akan jadi nilai plus di mata perusahaan kamu bekerja. Kemungkinan besar, atasanmu jadi lebih memerhatikan perkembanganmu dan bahkan membantu dalam proses pengembangan kariermu ke depannya nanti. Jika relasi baik bisa kamu jalin berkat kinerjamu yang baik itu, perlahan-lahan rasa takut pada atasan yang kamu rasakan akan luntur, kok.

Baca Juga: WFO, WFH, atau Keduanya? Menimbang Sistem Kerja Terbaik Usai Pandemi

Nah, itulah beberapa tips menghadapi rasa takut kepada atasan. Dengan mengetahui ini, semoga kamu bisa lebih nyaman dan produktif waktu bekerja.

Read More
Persiapan Sebelum Masuk ke Dunia Kerja

Persiapan Masuk Dunia Kerja yang Perlu Diketahui Para Fresh Graduate

persiapan masuk dunia kerja – Buat kamu yang baru lulus dari SMA, SMK atau kuliah, sebelum melamar pekerjaan di perusahaan, kamu perlu mempersiapkan diri sebelum masuk ke dunia kerja.

Persiapan masuk ke dunia kerja akan membentuk pola pikir serta sisi psikologis yang lebih kuat. Kenapa? Karena dunia kerja merupakan tempat kamu akan berkontribusi buat perusahaan dan ada banyak tantangan tersendiri di dalamnya.

Apabila kamu tidak melakukan persiapan apa pun, sudah pasti hasil yang akan didapatkan tidak akan maksimal. Makanya, berbagai persiapan harus kamu lakukan supaya bisa mempersiapkan diri menghadapi beragam tantangan waktu bekerja. Nah, berikut ini beberapa tips persiapan masuk dunia kerja yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

Kiat Sukses Masuk Dunia Kerja: Kenali Dirimu Sendiri

Dalam prismaprofesional.com disebutkan, persiapan masuk dunia kerja yang pertama bisa kamu lakukan adalah mengenali diri sendiri. Dengan memahami diri,  kamu sepenuhnya akan bisa mengendalikan diri kamu dengan cara yang tepat. Ini yang nantinya memberikan dampak signifikan.

Baca Juga: ‘Beauty Privilege’ di Tempat Kerja, Bukti Standar Kecantikan Tak Masuk Akal

Persiapan Memasuki Dunia Kerja yang Selanjutnya, Kamu Harus Tahu Apa yang Kamu Inginkan

Dikutip dari Forbes, persiapan masuk dunia kerja yang lain dan tak kalah penting adalah mengetahui betul apa yang benar-benar kamu inginkan.

Mungkin, hal ini terdengar aneh. Memang, apa ada hubungannya antara sesuatu yang kita gemari dengan dunia profesional?

Jangan salah, paham sesuatu yang diinginkan serta punya tujuan hidup yang jelas akan membantumu dalam dunia kerja, loh. Aspek ini bisa jadi sorotan waktu kamu sedang interview.

Baca Juga: WFO, WFH, atau Keduanya? Menimbang Sistem Kerja Terbaik Usai Pandemi

Bila kamu bekerja dalam suatu bidang yang memang kamu suka, otomatis kamu bekerja jadi tidak terpaksa dan kamu bisa bekerja dengan fokus. Makanya, jangan sampai kamu asal daftar dan ternyata pekerjaannya tidak kamu senangi. Mulai deh, dari sekarang untuk cari tahu hal-hal apa yang kamu inginkan.

Mengontrol Emosi

Kamu juga harus mempersiapkan diri supaya bisa mengontrol emosi. Ini sangat penting supaya tidak timbul masalah ke depannya dalam dunia kerja, entah dengan rekan kerja atau atasan.

Bagaimanapun, waktu kamu baru masuk ke suatu perusahaan, tindak tandukmu akan diperhatikan oleh rekan kerja yang lain. Kamu kemungkinan bisa jadi sasaran waktu masih dalam proses belajar serta adaptasi. Oleh karena itu, kamu harus bisa mengatur emosi di sini supayai kamu enggak gampang terprovokasi.

Jadi Fleksibel, Salah Satu Langkah Penting Persiapan Masuk ke Dunia Kerja

Apakah kamu sudah tahu bahwa banyak perusahaan yang sangat suka dengan calon karyawan yang fleksibel? Ya, kemampuan atau skill memang jadi hal penting yang perlu kamu persiapkan sebelum masuk ke dunia kerja. Namun, kamu juga perlu menjadi fleksibel dalam bekerja. 

Dalam memenuhi tugasmu di kantor, mungkin ada hal-hal di luar rencana yang terjadi. Kamu harus bisa membuktikan bahwa kamu itu bisa bersikap gesit dan mampu beradaptasi dengan kepribadian orang yang berbeda.

Baca Juga: Kesehatan Mental Pekerja Rentan Selama Pandemi, Ini yang Bisa Dilakukan Perusahaan

Selain itu, kamu juga harus siap mengganti jadwal saat ada kepentingan lain yang lebih mendesak serta bisa dengan cepat memecahkan sebuah masalah. Apakah kamu sekarang sudah termasuk orang yang fleksibel? Jika belum, masih ada waktu kok, buat mengembangkan diri kamu.

Bentuk Network Profesional

Dikutip dari CipHR, persiapan masuk dunia kerja yang tidak kalah penting adalah network profesional yang memadai.

Kamu bisa melakukannya dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Linkedin. Ini sangat membantu kamu untuk terhubung dengan para profesional.

Selain itu, cara ini juga membantu kamu saat sedang mencari pekerjaan. Ketika kamu sudah membuat akun di sosial media tersebut, jangan ragu untuk memasukan apa yang jadi kelebihan kamu, serta meminta rekomendasi dari orang-orang dalam jaringan.

Selalu Mengasah Kemampuan Serta Tidak Mudah Menyerah

Hal ini bisa dikatakan sangat penting dalam persiapan masuk ke dunia kerja. Kamu harus terus mengasah kemampuanmu serta jangan mudah menyerah. Mengasah kemampuan diri otomatis akan membuat kamu lebih percaya diri di tempat kerja.

Mencari Tahu Perusahaan yang Kamu akan Lamar

Dikutip dari Talentculture, sebelum kamu kamu melamar suatu perusahan, lebih baik kamu melakukan riset terlebih dahulu.

Baca Juga: Benarkah Kita Dilarang Berteman Dekat dengan Orang Kantor?

Setelah kamu sudah mendapat gambaran jobdesc nanti seperti apa, jangan lupa untuk mencari tahu budaya kerja dan sifat orang-orang di dalamnya. Hal ini bisa kamu lakukan dengan mencari review perusahaan tersebut di website yang menyediakan informasi lowongan pekerjaan.

Hal ini lumayan penting untuk membantu kamu untuk beradaptasi dengan baik di lingkungan kerja pertama.

Itulah beberapa persiapan masuk ke dunia kerja yang harus kamu miliki. Ringkasnya, peralihan dari masa sekolah atau kuliah ke dunia profesional bukanlah suatu hal yang gampang. Yang terpenting, kamu jangan takut bersaing dan jangan mudah menyerah.

Read More