Azizah Assattari dan Persepsi terhadap Perempuan di Dunia Game

Penggambaran Karakter Perempuan di Dunia Game Menurut Azizah Assattari

Tadi sudah sedikit disebut kalau perempuan banyak yang jadi korban. Di film-film horor juga kita tahu hantu itu banyaknya digambarkan sebagai perempuan. Jadi kenapa Azizah memilih karakter perempuan?

Kita punya masalah di mana kepahlawanan itu selalu diidentikkan dengan laki-laki. Biasanya dalam cerita, perempuan selalu menjadi korban yang harus ditolong. Aku enggak ingin seperti itu, semua bisa jadi pahlawan. Aku suka filosofi from zero to hero. Makanya di game ini, Suri itu anak SD biasa, unik, dan enggak bisa dibilang standar cantik juga. Yang cantik itu kan biasanya rambutnya panjang, lurus, item.. dia enggak seperti itu. Dia karakter yang saat dia ingin tampil tomboi ya dia tomboi, saat lagi ingin feminin dia feminin. Dia anak yang biasa saja, tapi she has a good heart, and that’s the most important thing.

Bicara soal standar kecantikan perempuan, badan perempuan di game itu suka voluptuous banget kan ya. Nah, menurut pengamatan Azizah, apakah penggambaran perempuan dan tubuh mereka di dunia game itu masih oversexualized?

Most likely, yes. Jadi game itu, pada masanya, seolah-olah didominasi dan dikonsumsi laki-laki saja; yang main game itu kebanyakan harusnya anak laki-laki, anak cewek kurang diperhitungkan lah kalo mereka jadi gamers. Dan ada masanya kalau karakter perempuan di game itu dibuat sebagai fantasi dari kreatornya, dan untuk menjawab fantasi dari pemainnya juga. Tapi seiring berkembangnya waktu, gamer girls itu lagi rising sekarang. Bedanya kalau gamers laki-laki melihat karakter perempuan sebagai objeknya, kita melihat karakter itu sebagai our own representatives, our own avatars.

Tadi Azizah bilang “pada masanya”.. kalau sekarang berarti sudah mendingan? Sekarang udah nggak terlalu oversexualized dan gambaran perempuannya lebih beragam?

Iya, sekarang lebih variatif, dan bahkan perspektif karakter cantik itu sekarang sangat, sangat bergeser. Jadi kayak ada masanya di mana karakter dalam game itu harus yang bohai luar biasa. Kalau sekarang enggak. Bahkan ada karakter anak perempuan yang cuma karakter biasa, clumsy, imut-imut, tapi itu juga banyak penggemarnya. Tapi justru makin ke situ makin berat tekanannya untuk developer, karena every detail, every character itu enggak cuma ngeliat visualnya lagi, tapi juga konsep.

Tahun 2014, salah satu game developer besar, Ubisoft, kena backlash karena creative directornya bilang “Susah banget bikin karakter perempuan, too much additional work,” apakah memang begitu?

Mmm, yes. Jadi kalau developer kayak kita punya karakter perempuan, biasanya bukan cuma user-nya saja yang jatuh hati sama karakternya, tapi bahkan developer-nya juga, they always put more effort. Dari sisi manajer, kita harus bisa melihat kerja keras tim dan pengaruhnya terhadap produksi. Jadi kadang-kadang karakter laki-laki tuh ada detail-detail yang gampang untuk tidak diperhatikan. Tapi kalau karakter perempuan, itu harus melihat sampai rambutnya, jalannya harus bagaimana… bahkan suara Suri kalau terlalu sering terdengar sama pun diprotes. Jadi harus lebih banyak variasi, itu uniknya. Kita melihat bahwa the moment that you put a character, and it is a girl, it means that you have to create something really special.