Mengapa Keberagaman dalam Kepemimpinan di Organisasi itu Penting

kepemimpinan perempuan di organisasi

Keberagaman dalam Kepemimpinan Menguntungkan

Dalam artikel Harvard Business Review yang dirilis pada 11 Februari 2019, dinyatakan bahwa berdasarkan penelitian, tim yang terdiri dari orang-orang beragam latar akan lebih mungkin mengembangkan ide-ide yang inovatif. Alasannya, perspektif yang dibawa masing-masing anggota tim ketika bekerja sama akan lebih mengarahkan mereka pada kreativitas. Di samping itu, keberagaman dalam tim berkontribusi pada lahirnya produk yang lebih baik karena pengalaman masing-masing anggota tim sangat mungkin beririsan dengan pengalaman target pasar mereka.

Direktur Eksekutif Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Maya Juwita mengatakan, keberagaman dalam kepemimpinan akan berpengaruh positif terhadap performa bisnis.

“Perusahaan-perusahaan yang board director-nya lebih berimbang antara laki dan perempuan, lebih diverse, business perfomance-nya lebih bagus, stabil dan secara profile lebih baik,” ujar Maya kepada Magdalene.

Untuk memberi kesempatan perempuan menduduki posisi atas di suatu perusahaan, ada strategi yang perlu diterapkan perusahaan.

“Banyak perusahaan yang sudah memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk menjadi pemimpin dan ini merupakan contoh keberagaman dalam kepemimpinan. Masalahnya adalah pada saat dua gender ini diperlakukan sama dan tidak mulai di garis start yang sama,” ujarnya.

“Kalau program kepemimpinannya memberikan akses terbuka bagi semua secara sama rata, itu perempuannya pasti tertinggal. Program-program yang menargetkan perempuan akan mengenali di mana saja letak tantangan untuk perempuan menjadi pemimpin sehingga safe environment perlu diciptakan untuk mendukung perempuan,” Maya menjelaskan.

Situasi kerja yang mendukung perempuan berimbas pula pada ongkos yang harus dikeluarkan perusahaan. Sebagai contoh, jika pekerja perempuan menikah dan mempunyai anak, ada kemungkinan ia keluar dari pekerjaannya karena tidak bisa mengimbangi peran di kantor dan memenuhi tanggung jawab domestik.

“Ketika pekerja perempuan berhenti, perusahaan harus rekrut orang lagi. Kan ada cost untuk recruiting dan training pegawai. Sebuah penelitian di Vietnam menyebutkan, sebesar 700 dollar harus dikeluarkan perusahaan untuk rekrutmen, belum training-nya. Ini baru level entry saja,” ujar Dini.