Beri Perempuan Kesempatan: Pembelajaran dari Islandia Soal Kepemimpinan Perempuan

kepemimpinan perempuan

Kepemimpinan Perempuan Berkaca pada Sejarah

Keberhasilan pemimpin perempuan dalam pemulihan krisis Islandia tentu tidak di terjadi begitu saja. Dalam sejarahnya, Islandia dikenal sebagai negara dengan indeks kesetaraan tertinggi di dunia. Hal tersebut tidak terlepas dari aksi perempuan Islandia yang turun ke jalan pada 24 Oktober 1975. Aksi solidaritas antar perempuan di sana menakjubkan karena hampir 90 persen perempuan dengan ragam pekerjaan turun ke jalan menuntut kesetaraan. Semua kegiatan ekonomi lumpuh total pada hari itu, yang membuktikan bahwa negara tidak berjalan tanpa peran perempuan di dalamnya.

Kiprah pemimpin perempuan di Islandia kemudian tak hanya sekedar jargon tuntutan. Pada November 1980, Vigdis Finnbogadottir, seorang janda beranak satu terpilih sebagai presiden pertama Islandia yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Terpilihnya Finnbogadottir menggemparkan dunia. Islandia bahkan dijuluki sebagai “negara feminis” kala itu, karena Finnbogadottir yang berhasil memimpin Islandia selama 16 tahun.

Sekarang ini, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mencapai lebih dari 80 persen. Sebagian besar penduduk Islandia secara geografis dekat dengan keluarga besar mereka, membuat pengasuhan anak lebih mudah, dan jarak di Reykjavik kecil, sehingga para ibu dapat dengan mudah mencapai karier dan hidup yang mereka impikan.

Di masa krisis karena pandemi sekarang ini, Islandia yang dipimpin oleh Katrin Jakobsdottir, yang kembali membuktikan keunggulan nilai-nilai feminisme dalam menangani kasus COVID-19. Di Islandia, kurva kasus positif Covid-19 terus menurun hingga sekarang dengan angka kesembuhan lebih dari 90 persen. Angka kematian karena COVID-19 hingga saat ini hanya sepuluh kasus.

Nama Jakobsdottir masuk dalam deretan pemimpin perempuan yang dianggap berhasil menangani pandemi berjejer dengan Jacinda Ardern dari Selandia Baru, Presiden Tsai Ing Wen dari Taiwan, dan Angela Merkel dari Jerman. Keberhasilan para pemimpin perempuan tersebut sekali menjadi bukti nyata bahwa keberagaman gender dalam kepemimpinan menghasilkan sesuatu yang cemerlang.