pemimpin perempuan

Pemimpin Perempuan: Perkara Kesempatan

“Hah? Kamu kepala divisinya? Ah masa sih? Kamu kan perempuan, tempat kerja kamu kan banyak laki-lakinya.”

Kalimat tersebut sering kali Nur Saadah dengar dari teman perempuan dan laki-lakinya saat ia memperkenalkan diri sebagai kepala divisi di sebuah perusahaan event organizer. Nur Saadah hanya satu  di antara sekian banyak pekerja perempuan di posisi pemimpin yang sering diragukan kepemimpinannya hanya karena gendernya.

Walau terkadang diremehkan, Nur Saadah tak berkecil hati. Ia terus membuktikan kapabilitasnya sebagai pemimpin.

Bagaimana perjalanan Nur Saadah dalam mendapatkan kepercayaan orang-orang, khususnya koleganya? Mari simak episode terakhir dari rangkaian podcast Women Work & Untold Stories yang akan diceritakan oleh Pemimpin Redaksi Magdalene.co, Devi Asmarani.

Sampai jumpa di podcast-podcast lainnya!

Read More
ibu pekerja

Demi Anak, Aku Berhenti Bekerja

“Bunda, Bunda, kapan di rumah aja?”

Hati ibu mana yang nggak nyes ketika anaknya bertanya seperti ini saat ia harus bekerja? Pengalaman macam ini juga dirasakan Nadya, seorang perempuan pekerja, akhirnya memilih berhenti bekerja untuk mengurus anaknya di rumah.

Awalnya Nadya mencoba untuk menjalani keduanya, tetapi hal ini semakin berat sebab kantornya tidak melakukan work from home.
Bagaimana Nadya menjalani kehidupannya sebagai ibu pekerja dan akhirnya memutuskan untuk menjadi full time ibu rumah tangga?

Yuk simak kisah selengkapnya yang dituturkan oleh influencer Ibuk Okke (Mamamolilo) seorang influencer yang fokus pada isu parenting.

Read More
CIta-ita Tak Direstui Orang Tua

Gapai Cita-Cita Meski Dilarang Orang Tua

“Ngapain kamu jadi jurnalis? Sering pulang malem, kayak perempuan enggak bener aja. Nanti malu diomongin tetangga.” 

Sudah lama Debbie, seorang editor media online, bercita-cita menjadi jurnalis. Akan tetapi dari awal, sang ibu sangat menentang cita-citanya itu. Alasannya, sang ibu menganggap pekerjaan tersebut sangat berbahaya dan enggak pantas untuk perempuan. 

Akibatnya, Debbie sering cekcok dengan ibunya dan hal ini menyebabkan kesehatan mental Debie terganggu. 

Walaupun menghadapi berbagai tantangan, Debbie tetap melanjutkan cita-citanya bekerja di media. Bagaimana ya, cara Debbie menghadapi tantangan tersebut? Yuk kita dengar kisah Debbie selengkapnya yang dituturkan oleh aktivis feminis, Agri Merinda.

Read More
pekerja lajang

Lajang. Tenggelam. Kerjaan

“Legowo aja, gaji dia lebih gede soalnya dia udah berkeluarga, kamu kan masih single.”

Pernah nggak kamu mengalami atau mendengar curhat temanmu soal gaji yang lebih kecil, tapi beban kerjanya lebih banyak dari karyawan lain hanya karena masih single? 

Hal ini ternyata juga dialami oleh banyak orang, termasuk Annisa, seorang guru berusia 30 tahun. Dengan alasan masih lajang, Annisa  dan teman-temannya yang masih lajang dibebankan berlipat-lipat pekerjaan. Ia pernah speak up soal ini ke kepala sekolah, eh malah disinisin oleh guru lain yang sudah berkeluarga.

Bagaimana ya, perjuangan Anisa agar ia bisa mendapat beban kerja yang adil? Apa saja tantangan yang dihadapi saat membicarakan ini di sekolahnya? Simak kisah Annisa yang dituturkan oleh penyanyi dan aktris Leony Vitria.

Read More
atas nama agama, aku dilarang kerja

Atas Nama Agama, Aku Dilarang Kerja

“Udah, kalau kamu disuruh berhenti sama suamimu, nurut aja. Kan memang sudah kewajiban istri buat tetep di rumah.”

Kamu pernah mengalami atau mendapatkan curhat dari teman perempuanmu yang dilarang bekerja oleh pasangannya dengan alasan seperti ini?

Hal ini sempat dialami oleh Anggie, perempuan berusia 24 tahun yang saat ini bekerja sambil berkuliah. Ia memutuskan untuk menikah setelah enam bulan pacaran karena desakan keluarga pasangannya. Setelah menikah, pasangannya melarang Anggie untuk bekerja dan melakukan kekerasan terhadap Anggie. Dalam keadaan begitu, mertuanya malah membela sang suami alih-alih membantu Anggie. Bagaimana Anggie menghadapi berlapis tantangan dalam rumah tangganya?

Simak kisah Anggie selengkapnya dalam Podcast, Women, Work & Untold Stories yang dituturkan oleh komika Sakdiyah Ma’ruf.

Read More

Berantakan, Berhenti, Bangkit, Perjalananku Menuju Pulih

“Lembek banget, masalah gitu aja pake bawa-bawa kesehatan mental segala” 

Pernah mendapat komentar serupa dari rekan kerja atau atasanmu pas lagi curhat soal kondisi psikismu? 

Alih-alih bertanya secara empati, kantormu malah menghakimi kamu dan bilang kamu enggak profesional, gara-gara enggak bisa berfungsi di tempat kerja. 

Kali ini Women, Work & Untold Stories akan mengajak kamu menyimak kisah Poppy yang berjuang dengan kondisi kesehatan mentalnya. Bagaimana ya cara Poppy kembali bangkit dari masa-masa kelamnya dan  mampu bertahan?  Cerita Poppy akan dituturkan oleh Hanna Madness, seorang seniman yang juga sangat peduli pada isu kesehatan mental.

Read More
podcast percaya diri

Kamu Bagus, Kok Gak Pede?

Kamu pernah punya masalah kepercayaan diri? Pernah nggak kamu sadari bahwa itu bisa dipengaruhi oleh pola asuh orang tuamu. 

Hal ini dialami Naning, seorang perempuan pekerja berusia 27 tahun, yang baru sadar punya isu kepercayaan diri saat masuk dunia kerja. Ketika ia menggali kembali masa lalunya, ternyata rasa enggak pede ini terjadi karena sejak kecil, Naning tak mendapat apresiasi yang cukup dari orang tuanya. 

Wah, gimana ya Naning mencoba menghilangkan rasa nggak pedenya? Yuk, simak kisah Naning yang dibawakan oleh Vina Muliana, seorang konten kreator yang juga fokus dalam isu dunia kerja.

Read More

Nangis atau Bengis: Stereotip Perempuan di Sinetron

Kamu pasti familiar banget dengan plot sinetron “Pintu Berkah” dan “Kisah Nyata”, di mana karakter istri di dalam sinetron tersebut selalu digambarkan teraniaya dan terlampau baik. Ketika ia digambarkan menjadi antagonis, sifat jahatnya tampak enggak realistis banget.

Makin ke sini, rasanya banyak sinetron Indonesia yang semakin seragam: Tokoh perempuan digambarkan entah sangat tipikal mulai dari super-pasrah dan terzalimi, tukang gosip, materialis, perayu, pelakor, atau mertua galak.

Ketika ada protes dari penonton soal kualitas plot dan karakter dalam sinetron, pihak industri sering berkilah “Loh kami kan cuma mengikuti selera pasar”. Alasan klasik banget.

Apa iya industri memang memotret selera pasar? Apakah memang benar selera masyarakat selalu monoton dan cenderung menyudutkan perempuan? Lalu apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa mendorong keberagaman cerita dalam sinetron?

Read More
Herawati Sudoyo Ilmuwan Perempuan

Herawati Sudoyo Bicara Soal Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan

Salah satu ilmuwan perempuan yang ikut andil dalam penanganan pandemi virus Covid-19 di Indonesia adalah Herawati Sudoyo, Wakil Kepala Lembaga Eijkman untuk Bidang Penelitian Fundamental. Sejak awal pandemi, keberadaannya di deretan Tim Pakar Medis Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menjadi sangat penting. Namun, dalam mencapai posisinya saat ini, Herawati mengalami banyak tantangan menjadi seorang ilmuwan perempuan. 

Baca Juga: Kizzmekia Corbett Ilmuwan Perempuan Kulit Hitam di Garis Depan Pengembangan Vaksin Covid-19

Berbicara dalam Podcast Indonesia  soal tantangan sebagai Ilmuwan Perempuan 

Dalam sebuah podcast Indonesia How Women Lead, Herawati menceritakan perjalanannya menjadi seorang ilmuwan perempuan dan bagaimana ia berkecimpung dalam keilmuan biologi molekuler yang saat itu terbilang bidang baru.

Sebetulnya, sejak kecil Herawati  Herawati memang menyukai dunia sains, tapi ia sebetulnya lebih menyukai bidang arsitektur dan desain interior. Namun, ia kemudian didorong keluarga untuk lebih memilih bidang medis dan Herawati akhirnya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 

Setelah mendapat gelar dokter, Herawati, yang saat itu bekerja di bagian biologi, Fakultas Kedokteran UI, merasa perlu melanjutkan studinya di dunia pendidikan. Ketika ia menempuh studi doktoral di Departemen Biochemistry Monash University pada 1990, untuk pertama kalinya ia jatuh hati dengan cabang ilmu baru yaitu biologi molekuler.

Podcast Indonesia Tentang Tantangan Sebagai Ilmuwan Perempuan

Biologi molekuler adalah cabang ilmu yang mempelajari keunikan makhluk hidup melalui bagian paling kecil, yaitu DNA dan RNA. Saat mempelajari ilmu ini, Herawati merasa benar-benar dibentuk dan berkembang secara optimal, dan ia merasa ini lah jalan untuknya. Namun, ketika menekuni keilmuan baru ini, ada tantangan yang dihadapi oleh Herawati. 

Baca Juga: Profesor Adi Utarini Ilmuwan Perintis Pembasmian Demam Berdarah Dengue

“Bekerja di bidang yang baru ini membuat saya tidak memiliki panutan. Pada saat itu, orang banyak yang menganggap penelitian itu enggak penting,” ujar Herawati dalam wawancara bersama How Women Lead. 

Ilmuwan Perempuan Herawati Sudoyo Berjasa dalam Identifikasi Tersangka Bom Bunuh Diri Kedubes Australia

Salah satu pencapaian terbesar Herawati adalah ketika ia berhasil mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di depan Kedubes Australia pada 2004. Pada saat itu, Kepolisian Republik Indonesia ditantang untuk mengidentifikasi secara cepat siapa pelaku di balik bom bunuh diri ini.

Tragedi itu menewaskan 10 korban dan  melukai lebih dari 180 orang. Pelaku bom bunuh diri tersebut menggunakan mobil boks untuk mengangkut bom. Mobil tersebut hancur total dan tidak ada bagian badan yang memungkinkan untuk diidentifikasi menggunakan metode konvensional seperti sidik jari, gigi, hingga pengenalan wajah. 

Karenanya, identifikasi DNA-lah jawabannya. DNA merupakan singkatan dari deoxyribonucleic acid, sebuah rantai informasi genetik yang diturunkan. DNA inti berisi tentang informasi-informasi dari orang tua.

Baca Juga: Akademisi Perempuan Tanggung Beban Lebih Berat Selama Pandemi

Setelah metode ditentukan, untuk membedakan mana pelaku dan korban, tim identifikasi mengembangkan strategi pengumpulan dan pemeriksaan bagian-bagian kecil dari tubuh dengan basis prediksi trajektori ledakan bom dan posisi keberadaan pelaku. Pelaku yang pasti dekat dengan bom, serpihan tubuhnya akan terlontar lebih jauh daripada korban.

Teknik yang dikembangkan oleh tim Herawati dengan Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) ternyata terbukti ampuh. Jaringan tubuh dari tempat-tempat jauh memiliki profil yang sama dengan profil DNA keluarga yang dicurigai. Dalam waktu kurang dari dua minggu, tim Eijkman dan Polri berhasil mengidentifikasi pelaku. 

Herawati Sudoyo dan Beban Ganda Perempuan 

Sebagai seorang ilmuwan perempuan, Herawati mengatakan, tantangan lain yang ia hadapi adalah bagaimana ia bekerja dan meraih gelar doktornya sembari tetap mengurus anak. Ketika bersekolah di Australia, ia harus membawa kedua anaknya ke kampus. Saat itu ia mengambil gelar doktor di satu lab yang pada saat itu merupakan salah satu empat lab di dunia yang mengerjakan topik doktoralnya. 

“Saat itu yang saya rasakan benar-benar sangat kompetitif. Kita diminta untuk benar-benar berkonsentrasi pada pekerjaan. Tetapi di saat yang sama saya pun perlu mengurus anak. Kita harus belajar sendiri bagaimana berbagi konsentrasi pada pekerjaan kita. Saya menjalankan itu selama empat tahun,” ujar Herawati

Herawati “Kantor Perlu Dukung Ilmuwan Perempuan untuk Berkarier”

Dari pengalamannya itu, Herawati banyak sekali mendapat pengalaman dan bagaimana ia harus bersikap dalam memimpin anak buahnya. Ia paham bagaimana perjuangan-perjuangan ilmuwan perempuan untuk meraih posisinya dan terus berkarier.

Baca Juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Ketika pertama kali memulai karier, banyak ilmuwan perempuan yang ia kenal mengundurkan diri dan memilih untuk mengurus keluarga. Hal ini menurutnya dapat diatasi dengan adanya dukungan dari kantor tempat ilmuwan tersebut bekerja.

“Ilmuwan perempuan harus di dukung dari luar serta dari dalam, yaitu keluarganya sendiri. Kalau itu tidak dilakukan, akan sangat sulit bagi dia. Sebab di dalam dunia yang masih konservatif ini, walaupun perempuan memiliki karier tinggi ya tetap harus ingat tempatnya. Itu kata-kata yang dipakai untuk saya,” kata Herawati.  

Read More
perempuan dirundung online

Perempuan di Ujung Jempol Netizen

Berlindung di balik anonimitas, jempol warganet gampang banget menuliskan komentar-komentar jahat di akun-akun orang lain, terutama di akun perempuan. 

Episode 4 FTW Media

Kenapa perempuan lebih rentan di-bully di dunia maya, ya? Menurut Dhyta Caturani dari Purple Code, pandangan masyarakat yang masih misoginis telah berujung pada banyaknya ujaran-ujaran misoginis serta seksis di dunia maya. 

Waduh, apa ya dampaknya jika perisakan online seperti ini terus terjadi? Apa iya hanya dengan log out dari media sosial, semua akan beres? Bagaimana seharusnya kita menghadapi hal ini?

Simak selengkapnya dalam episode terbaru podcast FTW Media ini ya!

Read More