tipe gaya kepemimpinan

7 Gaya Kepemimpinan yang Disukai Karyawan

Gaya kepemimpinan adalah daya upaya seorang untuk memengaruhi dan memberdayakan orang lain, baik dalam organisasi maupun perusahaan.

Setiap perusahaan umumnya menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi sistem perusahaan, berapa banyak karyawan, dan target yang harus dikejar.

Jika kamu punya tujuan menjadi seorang leader atau manajer di kantor sekarang kamu bekerja, kamu perlu memahami beragam gaya orang dalam memimpin. Ini juga berguna bila kamu belum menjadi seorang pemimpin, kamu jadi tahu cara yang tepat menghadapi atasan dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Baca Juga: Menjadi Pemimpin Efektif dengan Gaya Kepemimpinan Feminis

Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat kamu pelajari dengan saksama. Kira-kira apa saja, ya? Berikut ini beberapa gaya kepemimpinan yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Gaya Kepemimpinan Multikultural

Cocok dengan namanya, gaya kepemimpinan ini umumnya diterapkan pada kantor atau perusahaan yang para karyawannya memiliki latar lintas budaya.

Gaya kepemimpinan multikultural berarti atasan harus bisa menghargai dan menerima seluruh budaya yang “dibawa” oleh setiap karyawannya. Contoh yang umum, pemimpin mendukung setiap perayaan hari raya dari berbagai budaya.

Waktu menjelang hari natal, perusahaan akan membuat kegiatan tukar kado antar karyawan. Lalu, waktu bulan Ramadan, pemimpin akan mengusulkan untuk membuat acara buka puasa bersama. Hal-hal seperti ini bisa membuat karyawan jadi merasa lebih diterima dan dilibatkan, sehingga berpengaruh positif kepada pengalaman bekerjanya.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Dikutip dari Blog.hubspot.com, gaya kepemimpinan demokratis agak mirip dengan paham politik demokrasi.

Kepemimpinan demokratis akan mempunyai pembagian kekuasaan yang setara. Berarti, tidak ada satu pihak yang lebih menguasai dari lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya demokratis tidak memperlihatkan hierarki. Pemimpin yang menerapkan gaya ini memberikan kesempatan yang sama buat para karyawannya untuk berperan serta lebih aktif untuk mengambil keputusan.

Di sini, pendapat boleh ditukar dengan bebas tanpa dihakimi karena diskusi sangat dianjurkan. Peran pemimpin lebih membimbing memegang kendali atas jalannya musyawarah.

Nah, pemimpin juga punya tugas untuk menentukan siapa di dalam grup yang bisa berkontribusi pada keputusan yang dibuat.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Namun, ini tidak berarti kalau setiap keputusan harus selalu dibuat dalam grup. Tergantung dari peran dan tanggung jawab setiap karyawan, keputusan akhir tetap di tangan pemimpin.

Dengan menerapkan gaya kepemimpinan ini, komunikasi atasan ke bawahan dan sebaliknya dapat terjalin dengan efektif serta efisien.

3. Kepemimpinan Strategis

Seluruh bagian dari suatu perusahaan dapat ikut serta dalam memberikan kinerja terbaiknya kalau gaya kepemimpinan yang diterapkan berfokus pada strategi.

Tidak cuma yang berada di top management yang memiliki kuasa dan peranan penting, sebagai karyawan biasa, kamu yang ingin menaikkan mutu kehidupan atau perusahaan juga dapat mengambil peran.

Gaya kepemimpinan ini pasti dibutuhkan oleh tim riset dan strategi dari beragam jenis perusahaan, khususnya dalam membuat pola yang dinamis untuk mengikuti perubahan pasar atau target.

Lewat kepemimpinan strategis, seharusnya tiap pekerja yang ada di perusahaan memiliki keleluasaan untuk mengeluarkan ide serta gagasannya. Apalagi kalau ada peluang baru yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar, ini akan jadi kesempatan besar suatu perusahaan meningkat.

Kolaborasi antara demokratis dan strategis akan menciptakan produk-produk andalan. Terlebih, di zaman yang serba digital seperti sekarang ini.

4. Visioner

Dikutip dari Thebalancecareers.com, gaya kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang lebih melihat tujuan ke depan dan dengan cepat mengambil tindakan untuk mewujudkannya.

Pada dasarnya, orang dengan gaya kepemimpinan ini selalu mencari peluang perusahaan atau organisasi yang tidak disadari oleh orang lain.

Lalu, ia akan mengeluarkan ide-ide brilian yang memungkinkan perusahaan bisa ikut bersaing dengan para kompetitor.

Kendati demikian, banyak berpendapat kalau gaya kepemimpinan ini kurang efektif untuk diaplikasikan ke dalam perusahaan.

Pasalnya, anggota timnya akan bingung dalam menentukan tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Karena pemimpin visioner akan selalu mengeluarkan ide-ide baru.

Menurut Michiganstateuniversityonline.com, sangat penting buat para pemimpin visioner untuk membuat dirinya lebih seimbang dengan orang-orang yang ada disekelilingnya.

Bahkan, lebih bagus lagi kalau gaya kepemimpinannya tidak cuma visioner saja, akan tetapi menanamkan gaya lain yang lebih demokratis.

Baca Juga: 5 Karakter Pemimpin Perempuan dengan Tipe Maskulin di Sinema

Pada intinya, kepemimpinan visioner akan efektif kalau ia bisa menyesuaikan dirinya dengan rekan kerja yang lain.

5. Pemimpin yang Fasilitatif

Gaya kepemimpinan ini terlihat sama dengan gaya yang sebelumnya, tetapi ada pembeda yang signifikan, khususnya dari segi penerapannya.

Pemimpin tipe ini umumnya lebih melihat ke hasil, tidak begitu memikirkan peningkatan skill karyawannya.

Selama pekerjaan tetap bisa terselesaikan, kemungkinan besar atasan tidak akan ikut campur terlalu banyak. Namun, kalau ada divisi maupun karyawan yang tidak bekerja sebagaimana mestinya, pemimpin ini tidak akan ragu untuk langsung turun langsung mengamati proses.

Hal yang positif dari pemimpin fasilitatif adalah ia tidak akan membatasi karyawan dalam membereskan pekerjaan.

Kalau karyawan memiliki cara sendiri yang dirasa lebih baik, atasan tidak akan memprotes selama pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

Gaya yang satu ini umumnya dipilih para pebisnis yang usahanya sudah mempunyai banyak cabang dan tidak perlu selalu dipantau setiap saat karena sudah ada standar yang perlu dipenuhi para karyawan.

6. Memimpin Sambil Mengajar

Gaya kepemimpinan tersebut sangat menguntungkan buat para pekerja. Jenis pemimpin yang satu ini mirip dengan servant leadership, yang tidak akan ragu untuk langsung membantu serta membimbing setiap pekerjanya dalam meningkatkan keterampilan dan wawasan.

Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang bergerak sambil mau membantu setiap karyawan, dibutuhkan kerelaan untuk menyediakan waktu sebaik-baiknya. Sebab, waktumu pastinya akan terbagi, salah satunya untuk membimbing karyawanmu.

Jenis kepemimpinan ini dibutuhkan dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan secara periodik supaya kemajuan para staf juga bisa terpantau.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Selain waktu, para atasan juga akan mencurahkan motivasi kerja dan bantuan buat para karyawan yang ada di bawah pengawasannya.

Divisi HRD merupakan salah satu divisi yang harus mengaplikasikan gaya kepemimpinan ini dalam setiap kegiatannya karena tujuannya terbilang sangat relevan.

7. Gaya Kepemimpinan yang Berpusat pada Tim

Dalam hal ini, setiap karyawan harus bekerja dengan sepenuh hati. Sayangnya, sikap percaya dan saling dukung antarkaryawan jadi tidak terlalu dilihat karena fokusnya adalah mencapai visi-misi bersama. Gaya kepemimpinan ini sebenarnya cukup bagus diterapkan jika tiap pekerja tidak punya banyak kewajiban atau target pribadi.

Gaya yang berfokus pada tim juga membutuhkan visi yang jelas. Jadi, kamu lebih terarah fokus pada pekerjaan yang jadi tanggung jawabmu serta rekan kerja lainnya. Akan tetapi, apabila kualitas pemimpinnya masih belum mumpuni, maka hasil akhirnya bakal di bawah ekspektasi.

Read More
cara atasi digital fatigue

‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

Matamu terasa capek, kulit kering, sampai sakit kepala karena terlalu lama berada di depan laptop? Barangkali kamu tengah mengalami digital fatigue. Gejala ini jamak terjadi, terutama kala pandemi COVID-19, di mana rata-rata para karyawan dipaksa untuk mengubah kebiasaan kerja jadi serba daring, sehingga mau tidak mau kita jadi lama berada di depan layar gawai.

Berikut tips atau cara mengatasi digital fatigue untukmu yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Beda ‘Passion’ dan Hobi, Mana yang Lebih Penting untuk Karier?

Ciri Kamu Terkena Digital Fatigue

Dikutip dari Hellosehat.com, tidak cuma mata menjadi lelah, kulit jadi kering, sampai sakit kepala, ada ciri lainnya yang menunjukkan kamu terkena digital fatigue:

  • Merasa sangat jenuh dengan berbagai kegiatan digital, seperti online meeting
  • Hilangnya semangat dalam melakukan pekerjaan di depan laptop
  • Motivasi kerja yang menurun
  • Nyeri di otot leher
  • Sakit dibagian pinggang karena jarang bergerak
  • Konsentrasi jadi berkurang
  • Nyeri punggung dan pinggang

Cara Mengatasi Digital Fatigue

Dari survei yang dilakukan Deloitte.com kalau satu dari tiga orang merasa kewalahan dengan teknologi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Kalau kamu sekarang mengalaminya, jangan sampai dibiarkan terlalu lama, karena dapat berujung pada kesehatan mental dan fisik yang terganggu.

Nah, supaya kesehatan serta produktivitas kerja tidak terganggu, ini beberapa cara mengatasi digital fatigue:

Tentukan Batasan untuk Atasi Digital Fatigue

Salah satu cara atasi digital fatigue dan malah bisa mencegahnya dengan menentukan batasan waktu kerja.

Ya, kerja jarak jauh (WFH) selama pandemi ini membuat orang-orang kesulitan membagi waktu kerja dan pribadi.

Jadinya, kita bisa bekerja sampai malam atau bahkan lembur di akhir pekan Nah, dengan menentukan batasan, sangat berpotensi bisa mencegah burnout.

Bukannya menghambat, hal ini malah membuat kamu menemukan ritme yang pas dan menjaga produktivitas kerja.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Karena bila kamu bekerja terus menerus juga akan membuat kamu penat, fokus jadi menurun, dan malas melakukan apa pun. Dalam hal ini, menentukan batasan malah bisa membuat pekerjaanmu jadi selesai dengan baik.

Istirahat Tidur yang Cukup

Menurut Lixar.com, tidur yang kurang menjadi salah satu penyebab kamu mengalami digital fatigue. Karena bila kita terlalu lama melihat layar dapat menghambat pembentukan hormon tidur.

Untuk mengatasi digital fatigue, kamu dapat mengatur waktu tidur, sehingga kamu mendapatkan istirahat yang cukup.

Supaya kamu bisa tidur lebih nyenyak, pastikan untuk tidak melihat layar ponsel atau laptop satu jam sebelum tidur.

Sediakan Waktu Me-time

Sediakan waktu untuk bekerja dan bersantai. Work-life balance ini sangat membantu kamu jadi lebih tenang dan menjaga kesehatan mental.

Itu sebabnya, setelah seharian bekerja dengan fokus, kamu dapat menyediakan waktu untuk dirimu sendiri.

Berikan penghargaan buat diri sendiri yang sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik.

Mencari Posisi Duduk yang Nyaman Waktu Kerja

Digital fatigue dapat menyebabkan kamu jadi sakit pinggang, serta leher, dan bahu terasa nyeri.

Keadaan ini bisa semakin parah kalau tidak didukung dengan posisi duduk yang benar waktu kamu kerja seharian.

Baca Juga: Kiat-kiat Kantor Dukung Kesehatan Mental Karyawan yang Patut Dicoba

Itu sebabnya, perlu dipastikan postur duduk yang tegak dan nyaman waktu sedang bekerja. Tidak disarankan bekerja sambil berbaring atau duduk di bangku tanpa ada sandaran.

Berinteraksi dengan Orang Lain

Pandemi membuat kita harus membatasi bertemu dengan orang lain. Jadi, sangat normal kalau banyak dari kita jadi merasa kesepian. Apalagi yang tinggal di kosan.

Namun, kalau memungkinkan, tetaplah melakukan interaksi dengan orang lain.

Berbincang sebentar dengan orang serumah, teman kos, atau bertemu teman dengan protokol kesehatan yang ketat dapat menjadi cara dalam mengatasi digital fatigue. Pun, kamu bisa juga berbincang dengan rekan kerja via telepon.

Sediakan Waktu Istirahat Sejenak

Selama bekerja, kamu perlu ambil waktu istirahat sejenak dari depan layar. Tidak perlu lama, kira-kira 15 menit. Kamu dapat keluar ruangan untuk sekadar melihat keadaan sekitar atau ke halaman rumah.

Pokoknya, alihkan pandanganmu sebentar dari layar laptop, ponsel, atau perangkat elektronik yang lain.

Melakukan Kegiatan Non-digital

Selama di rumah, mungkin kamu berpikir tidak banyak yang dapat dilakukan setelah selesai bekerja. Kamu cuma berbaring sambil lihat media sosial, bermain gim atau menonton film. Kegiatan seperti ini cuma akan menambah waktu kamu menatap layar.

Baca Juga: Para Perempuan yang Tergilas Teknologi Digital

Bagusnya, carilah kegiatan non-digital dan rutin dilakukan setiap hari. Contohnya kamu bisa mengajak hewan peliharaan keliling sekitaran komplek rumah, merawat tanaman, membaca buku, atau membersihkan rumah.

Detoks Digital

Dikutip dari Entrepreneur.com, rasanya memang susah untuk lepas dari akses dunia digital. Apalagi, kalau sekarang ini semua kegiatan dilakukan secara daring. Namun, kamu bisa mencoba detoks digital demi kesehatan fisik dan mental. Sebisa mungkin coba untuk mengurangi akses kamu ke internet dan elektronik.

Bila memungkinkan, kamu dapat memanfaatkan jatah cuti beberapa hari dan sama sekali hindari segala bentuk yang berbau digital. Jalan-jalan ke alam atau pergi ke rumah saudara mungkin dapat memaksimalkan momen detoks kamu.

Itulah beberapa ciri dan cara mengatasi digital fatigue. Pekerjaan dan aktivitasmu memang tidak akan mungkin lepas dari produk-produk digital.

Itu sebabnya, yang dapat kita lakukan sekarang adalah punya batasan. Bukan cuma mengatasi, ini juga dapat menjadi cara untuk mencegah digital fatigue. Kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik.

Read More
gaya kepemimpinan servant leadership

‘Servant Leadership’ dan Pentingnya Jadi Bos yang Membumi

Sangat beragam jenis gaya kepemimpinan yang dapat diaplikasikan dalam perusahaan. Salah satu yang relatif unik adalah servant leadership. Gaya satu ini ditandai dengan ciri khas atasan akan meninggalkan sifat otoriter dan cenderung lebih besar melayani karyawannya.

Apa yang Dimaksud dengan Servant Leadership?

Menurut Psychologytoday.com, servant leadership adalah jenis kepemimpinan yang punya pandangan kalau tujuan utama seorang pemimpin adalah untuk melayani karyawan.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Tidak cuma itu saja, pemimpin juga harus bisa memberikan dukungan kepada karyawan dalam memajukan keterampilannya.

Jadi, yang membuat servant leadership terlihat berbeda dengan jenis kepemimpinan lainnya adalah tujuannya. Pemimpin dengan gaya ini tidak akan memperlakukan orang lain sebagai bawahan, tetapi rekan kerja.

Istilah servant leadership dikemukakan pertama kali oleh Robert K. Greenleaf dalam esainya “The Servant as Leader” pada 1970. Ia menjelaskan, sebagai pemimpin fokusnya harus digeser pada kemajuan serta kesejahteraan orang-orang atau komunitas di mana ia berada.

Investopedia.com menambahkan, tujuan servant leadership adalah untuk mengubah hubungan manajemen perusahaan dan karyawan jadi lebih sinergis.

Saat atasan menerapkan gaya kepemimpinan yang satu ini, dipercaya karyawan jadi lebih termotivasi dan produktivitas kerja bisa terus meningkat.

Karakteristik Servant Leadership

Dikutip dari Mindtools.com, ada 10 karakteristik atau prinsip dalam servant leadership. Berikut ini pejelasannya:

1. Servant Leadership akan mempunyai Empati

Pemimpin yang tidak mempunyai rasa empati pastinya akan susah dekat dengan para karyawannya. Sebaliknya, jika pemimpin dapat berempati, ia bisa jadi lebih paham dengan keinginan dan kebutuhan setiap karyawannya.

2. Kesadaran diri

Pemimpin yang menerapkan servant leadership juga harus selalu mempunyai kesadaran diri yang baik. Ia harus paham bagaimana posisi dan tanggapan karyawan kepada dirinya.

Baca Juga: Pemimpin Perempuan: Perkara Kesempatan

Kesadaran diri juga akan mendukung pemimpin mengetahui apa yang jadi kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam dirinya. Self-awareness juga tidak cuma harus dimiliki oleh pemimpin, tapi seluruh pekerja.

3. Mendengarkan

Seorang pemimpin harus bisa jadi seorang pendengar yang baik. Hal ini sangat penting untuk para pemimpin supaya lebih mengenal orang-orang yang bekerja sama dengannya.

Servant-leader mendengarkan dengan penuh perhatian kepada setiap karyawannya, termasuk mengenali dan membantu memperjelas keinginan tim, juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri.

4. Emotional Healing

Fokus utama dari servant leadership adalah membantu dan memberikan rasa nyaman buat karyawan untuk terus berkembang.

Nah, pada prinsip ini, pemimpin harus paham kalau tidak semua karyawan dapat dengan mudah diajak kerja sama. Karena itu, pemimpin harus mampu membuat lingkungan kerja yang bisa membuat setiap karyawan jadi merasa nyaman dan dapat jadi tempat healing terbaik untuk mereka.

5. Persuasif

Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dipunyai oleh setiap atasan atau pemimpin.

Tidak cuma bisa berkomunikasi dengan lancar, mereka juga dituntut untuk persuasif. Idealnya pemimpin tahu bagaimana caranya membina dan membujuk para karyawannya untuk bisa jadi lebih baik.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Servant leadership lebih mengutamakan mindset yang serupa antar dirinya dan bawahannya sebelum menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jadi, tidak akan ada keputusan cuma sepihak dari atasan.

6. Konseptualisasi

Kemampuan mengantisipasi masalah dari perspektif konseptualisasi berarti berpikir jangka panjang dalam basis yang lebih luas. Konseptualisasi juga berarti atasan diharapkan bisa membangun tim kepada kesuksesan.

Ia harus mampu menentukan setiap target yang ingin diraih dengan teliti. Lalu, membicarakan target tersebut kepada para anggota tim.

7. Komitmen untuk Pertumbuhan Karyawan

Seperti yang disebutkan di atas, tujuan dari servant leadership adalah menolong para karyawan untuk bisa berkembang dan menaikkan kemampuannya.

Dengan demikian, pemimpin diharapkan dapat melayani dan berkomitmen untuk menolong setiap karyawan untuk menaikkan kualitas skill yang dipunyai.

Contohnya, dengan memberikan training yang tepat sebelum melimpahkan tugas kepada karyawan.

8. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership akan Melayani

Dalam gaya kepemimpinan ini, kapabilitas pemimpin dalam mengambil tugas atau tanggung jawab sangat digarisbawahi. Seorang pemimpin harus paham mengenai pentingnya tanggung jawab yang dimilikinya.

Baca Juga: Mengenal Kecerdasan Emosional yang Penting di Dunia Kerja

Dengan begitu, ia bisa menjaga dan menjunjung tinggi kepercayaan serta impian yang diberikan oleh para pekerja.

9. Melihat Jauh ke Depan

Tujuan penting dari prinsip servant leadership adalah untuk melihat bagaimana hasil kinerja tim nantinya.

Supaya mampu melakukan prediksi, maka atasan harus meninjau lagi seperti apa kinerja setiap bawahan selama ini. Informasi yang sudah ia dapat bisa digunakan untuk membuat konsep yang lebih matang di masa depan.

10. Menciptakan Komunitas

Karakteristik terakhir dari servant leadership adalah mampu membangun komunitas dan lingkungan kerja yang nyaman serta selaras.

Setiap karyawan pasti ingin punya tempat kerja yang menyenangkan. Nah, di sini pemimpin punya peran sangat penting. Mereka harus bisa memastikan setiap pekerja dapat merasa nyaman waktu bekerja.

Read More
gaya manajemen di tempat kerja

Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Sebagai seorang pemimpin perusahaan, ada tuntutan untuk terus adaptif dan bisa menghasilkan putusan bijak demi kepentingan bersama. Ini termasuk saat dihadapkan pada dilema memutuskan apakah akan tetap menerapkan kerja dari rumah (work from home), kerja hybrid, atau bekerja dari kantor tiap hari.

Tak cuma harus mempertimbangkan untung rugi buat perusahaan, pemimpin juga harus mewadahi aspirasi dari para karyawan. Apalagi karyawan yang sudah terlanjur nyaman bekerja dari rumah dan tetap produktif. Pun, karyawan yang punya kekhawatiran tinggi soal peningkatan kasus COVID-19 dengan varian-varian barunya.

Nah, di sinilah, pelaksanaan gaya manajemen kerja yang benar akan berdampak baik terhadap perusahaan. Contoh keuntungannya, yakni menggenjot produktivitas kerja dan memuaskan banyak kalangan, dari stake holders sampai karyawan grass root.

Untuk kamu yang ingin menjadi pemimpin, pastinya harus paham apa saja jenis gaya manajemen kerja yang dapat diterapkan di kantor. Dengan memahami ini, kamu dapat menciptakan strategi yang paling tepat untuk tim kamu nantinya.

Lalu, apa saja gaya manajemen kerja yang biasanya dipilih oleh para pemimpin? Yuk, kita bahas selengkapnya di bawah ini!

Apa yang Dimaksud dengan Gaya Manajemen di Tempat Kerja?

Menurut Topcareer.id, gaya manajemen adalah pedoman-pedoman yang terdiri dari metode, keahlian, dan metode yang dipakai manajer dalam menangani situasi.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Hal yang satu ini mencakup bagaimana seorang manajer waktu membuat rencana, mengatur, mengambil keputusan, melimpahkan wewenang, sampai mengatur timnya.

Seorang pemimpin yang baik akan menyesuaikan gaya manajemen kerjanya dengan berbagai faktor dan akan selalu fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Jenis Gaya Manajemen di Tempat Kerja

Setelah kita tahu definisinya, yuk sekarang kita pahami apa saja jenis gaya manajemen kerja yang sering dipakai oleh para pemimpin berikut ini:

1. Gaya Manajemen Persuasif

Dikutip dari Indeed.com, ketika atasan menerapkan gaya manajemen ini, ia akan memakai kemampuan persuasi untuk membuat para karyawan menjadi yakin kalau keputusan yang diambilnya untuk kebaikan tim dan perusahaan.

Dalam melaksanakan strategi ini atasan akan menjelaskan proses pengambilan keputusan. Jadi, karyawan seakan-akan ikut andil dan merasa jadi lebih dihargai pendapatnya.

Kelebihannya adalah membuat karyawan jadi lebih percaya dengan atasan. Pun, karyawan akan memberikan respon yang baik kepada keputusan atasan

Sementara, kekurangannya, karyawan masih dibatasi karena keputusan tetap dibuat oleh atasan. Selain itu, karyawan masih susah dalam mengeluarkan umpan balik pada keputusan yang dibuat

2. Delegasi

Gaya manajemen kerja yang selanjutnya ini, atasan akan datang cuma untuk memberikan tugas.

Baca Juga: Bertanya pada Bos Saat ‘Performance Review’, Kenapa Tidak?

Kemudian, karyawan diberikan tanggung jawab penuh menyelesaikan pekerjaan sesuai keinginannya.

Setelah pekerjaan sudah diselesaikan, atasan akan memeriksa pekerjaan dan cuma memberikan saran kepada karyawan.

Kelebihannya, karyawan akan jadi lebih kreatif. Selain itu, karyawan diberikan kepercayaan untuk menangani permasalahan mereka sendiri.

Adapun kekurangannya, tidak ada pengawasan langsung dari atasan, bisa menyebabkan produktivitas kerja jadi turun. Pun, jaryawan jadi merasa atasan tidak memberikan kontribusi kepadanya.

3. Transformasional

Gaya manajemen transformasional lebih terfokus pada pertumbuhan karyawan. Atasan akan memotivasi karyawan supaya dapat menciptakan pencapaian yang lebih besar.

Selain itu, manajer mau bekerja sama dengan setiap karyawan dan memberikan contoh untuk mereka bagaimana etos kerja yang baik, supaya memperoleh hasil terbaik.

Kelebihannya, karyawan akan memberikan perubahan untuk perusahaan. Karyawan juga jadi lebih kreatif sehingga bisa menciptakan solusi buat permasalahan perusahaan.

Kekurangannya, jika tidak diterapkan dengan benar, gaya manajemen ini dapat membuat karyawan kehabisan tenaga. Pun, karyawan jadi punya beban berlebih karena harus terus-menerus meraih pencapaian yang lebih baik dari sebelumnya.

4. Gaya Manajemen Kolaboratif

Dikutip dari Indeed.com, dalam gaya ini, atasan akan selalu bekerja sama dengan setiap karyawan.

Baca Juga: ‘Girl Boss’ di Film Indonesia: Stereotipikal atau Tidak?

Pemimpin akan rutin membuat semacam forum terbuka untuk mendiskusikan banyak hal sebelum akhirnya membuat suatu keputusan.

Kelebihannya, karyawan jadi merasa lebih dipercaya, dihargai, dan didengar gagasannya. Selain itu juga menginspirasi supaya setiap karyawan memberikan hasil kerja terbaiknya karena merasa segala gagasan akan didengar atasan.

Kekurangannya, metode seperti forum terbuka dapat menyita waktu yang lebih lama.

5. Visioner

Menurut Valamis.com, gaya manajemen visioner berpusat pada penyampaian visi perusahaan, divisi, atau proyek yang sedang dikerjakan oleh tim. Atasan juga ikut dalam mengerjakan kerjaan sehari-hari dengan detail.

Ia juga setiap waktu memberikan motivasi supaya tim bisa selalu konsisten dan bergerak ke tujuan yang sama.

Kelebihannya, atasan jadi lebih mudah memotivasi karyawan supaya dapat bekerja dengan tujuan bersama. Tak hanya itu, metode ini berpotensi mempererat tim dan meningkatkan kerja sama.

Sementara, kekurangannya, jika karyawan belum mempunyai pengalaman yang cukup, maka produktivitas bisa berkurang karena pengawasan yang sedikit. Tidak semua atasan dapat memberikan inspirasi yang dapat menaikan motivasi karyawan.

6. Partisipatif

Gaya manajemen kerja partisipatif bisa berjalan dengan baik, bila manajer atau karyawan sama-sama aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

Karyawan akan diberikan informasi yang lebih mendalam mengenai tujuan yang ingin dicapai, supaya bisa lebih inisiatif dalam memecahkan suatu permasalahan.

Kelebihannya, karyawan merasa dirinya lebih dihargai karena pendapatnya punya pengaruh pada pengambilan keputusan. Produktivitas bisa naik, sehingga inovasi jadi lebih gampang tercipta.

Kekurangannya, yakni membutuhkan waktu yang lebih lama, karena setiap karyawan harus ikut berpartisipasi. Kemudian, metode ini lumayan berisiko buat perusahaan, karena setiap karyawan punya akses untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan.

7. Otoritatif

Gaya manajemen yang selanjutnya ini sering disebut sebagai otoriter, yang pemimpinya selalu mengatur para bawahannya.

Karyawan harus selalu mengikuti perintah dari atasan dan tidak boleh bertanya mengenai otoritas perusahaan.

Sementara itu, pemimpin setiap saat selalu memperhatikan karyawan dengan cermat dan mengatur kinerja mereka.

Kelebihannya adalah dalam pengambilan keputusan tidak membutuhkan waktu yang banyak.
Produktivitas pun diyakini jadi lebih meningkat waktu ada atasan.

Kekurangannya, karyawan jadi tidak terlibat, yang mengakibatkan turn over yang tinggi.
Proses inovasi juga jadi terhambat.

8. Konsultatif

Gaya manajemen ini dilakukan dengan atasan meminta masukan dan pemikiran dari tiap karyawan.

Pada akhirnya, keputusan yang diambil berasal dari pertimbangan semua informasi yang didapatkan dari setiap karyawan.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Kelebihannya ada beberapa, yakni hubungan akan jadi lebih baik antara karyawan dengan atasan karena saling percaya. Lalu, terciptanya banyak inovasi, karena karyawan lebih gampang mengutarakan pendapatnya.

Kekurangannya, proses mencari pendapat dari setiap karyawan membutuhkan waktu dan tenaga. Pun, bisa terlihat pilih kasih dari atasan kalau ada pendapat karyawan yang tidak di pilih.

9. Gaya Manajemen Pembinaan

Coaching managers atau manajer pembina senang mengambil peran seperti guru dan Umumnya atasan mempunyai pemahaman yang baik tentang berbagai tahap pengembangan profesional. Mereka senang membantu setiap karyawan dengan membangun hubungan pribadi yang kuat.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Kelebihannya, karyawan jadi merasa dihargai, mereka tahu kalau mereka akan belajar dan bertumbuh sesuai peran mereka, dan lebih mungkin untuk dilibatkan. Atasan akan menciptakan ikatan yang kuat dengan karyawan mereka, dan nantinya diharapkan setiap karyawan akan lebih cenderung memberikan pekerjaan terbaik mereka untuk atasan mereka.

Kekurangannya, terfokus pada pengembangan jangka panjang, dan meninggalkan proyek jangka pendek tanpa dukungan yang tepat.

Sudah kita bahas beberapa jenis gaya manajemen kerja yang sering dipakai oleh banyak pemimpin.

Dengan mengetahui hal tersebut, sekarang kamu jadi punya gambaran seperti apa gaya yang cocok untuk diterapkan di perusahaanmu, kan?

Read More
manfaat overthinking

Enggak Melulu Buruk, ‘Overthinking’ Kerjaan Punya Segudang Manfaat

Overthinking adalah keadaan di mana seseorang cenderung merasakan kecemasan karena berpikir secara berlebihan. Biasanya itu dipicu dari berbagai kejadian tak mengenakkan di masa lalu, kesalahan yang masih kita sesali hingga hari ini, sampai ketakutan akan risiko gagal.

Kebanyakan orang relatif menganggap overthinking sebagai hal negatif. Padahal sebenarnya, kondisi ini punya berbagai manfaat secara fisik dan mental. 

Pengertian Overthinking

Dikutip dari Forbes.com, overthinking, problem solving, dan refleksi diri merupakan hal yang sangat berbeda. Dibanding problem solving dan refleksi diri, overthinking lebih bersifat lebih umum, yaitu memikirkan tentang segalanya dalam satu waktu.

Baca Juga: 8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Hal ini membuat kamu susah tidur pun cenderung merasakan cemas. Namun di sisi lain, sering overthinking berarti punya modal baik karena otak terbiasa berpikir kritis dan menampung semua kemungkinan.

Nah, kebiasaan overthinking tersebut harus kamu arahkan menjadi tindakan problem solving dan refleksi diri. Sehingga, overthinking yang kamu lakukan sebelum tidur dapat bermanfaat buat diri kamu.

Manfaat Overthinking yang Perlu Kamu Tahu

  1. Membuat kamu lebih kreatif

Dikutip dari Today.com, menurut Adam Perkins, Dosen Neurobiologi di King’s College London, orang-orang yang suka berpikir berlebihan atau overthinking umumnya akan lebih kreatif.

Overthinking menaikkan kemampuan seseorang dalam menemukan makna dari segala kejadian. Karena itulah mereka biasanya berimajinasi lebih baik. Salah satu manfaat overthinking satu ini adalah membuat seseorang bisa melahirkan karya original.

  1. Menyiapkan rencana dengan baik

Manfaat overthinking ini berarti orang-orang yang sering demikian selalu siap untuk hadapi situasi apapun berkat kebiasaannya memikirkan begitu banyak hal.

Bahkan, enggak jarang seorang overthinker bisa mendapatkan solusi dari permasalahan dengan cepat dibanding orang lain. Pasalnya, mereka sudah mempunyai rencana yang tepat untuk menghadapi segala hal.

  1. Membuat keputusan tepat

Overthinking membuat seseorang jadi takut kalau sampai ia melakukan kesalahan. Kebiasaan ini membuat overthinker selalu menimbang ulang berkali-kali yang ia pikirkan dalam kepalanya.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Memang hal ini terdengar seperti orang yang plin-plan. Akan tetapi, kondisi itu malah bisa menghindarinya dari kesalahan dalam menentukan pilihan.

Seorang overthinker yang sudah berpikir berulang kali bakal menimbang dampak negatif dan positif, sebelum akhirnya yakin dan memutuskan.

Sebaliknya, orang-orang yang terlalu cepat menentukan sesuatu malah lebih sering menyesal dibanding seorang overthinker.

  1. Selalu ingin sempurna

Orang yang overthinking selalu memikirkan tentang harinya.

Biarpun waktu kerja sudah selesai, seorang overthinker umumnya akan mengingat-ingat lagi seharian, apa saja yang sudah dilakukan. Ia juga memikirkan kira-kira apa yang bisa diperbaiki esok harinya.

Orang yang sering overthinking termasuk orang yang perfeksionis. Dengan begitu, mereka ingin semuanya bisa terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada penyesalan nantinya.

Oleh karena itu, manfaat dari overthinking lainnya adalah sifat yang selalu ingin sempurna. Pasalnya, seseorang yang sering overthinking ingin memastikan hasil kerjanya bisa sebaik mungkin dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

Bisa jadi, seorang overthinker lebih disenangi atasan dibanding karyawan yang lain.

  1. Melatih kemampuan observasi

Manfaat lainnya, seorang overthinker termasuk seorang observator atau pemerhati yang baik. Karena sering overthinking, mereka jadi lebih terbiasa memperhatikan hal-hal kecil dari sekitarnya.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Overthinker lebih tanggap dan cepat untuk melihat situasi dibanding orang yang cenderung santai dan tidak terlalu banyak berpikir. Lantaran termasuk orang yang teliti, overthinker dapat sangat pas bekerja sebagai peneliti,auditor, dokter, dan masih banyak yang lain.

  1. Menjaga relasi lebih baik

Karena punya kemampuan observasi, seorang overthinker dapat jadi teman atau rekan kerja yang dapat diandalkan.

Kebiasaan overthinking membuat mereka jadi sangat sensitif terhadap perasaan teman atau rekan kerja karena tidak ingin mengecewakan mereka.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Tidak cuma itu, overthinking sangat bermanfaat saat dihadapkan pada masalah. Mereka akan menghabiskan waktu guna memikirkan solusi yang tepat dan berusaha tenang dalam menghadapinya.

  1. Gampang untuk introspeksi diri

Menurut verywellmind.com, sisi positif dari overthinking yang jarang disadari adalah membuat kamu jadi gampang untuk introspeksi diri. Kebiasaan overthinking akan membuatmu mudah mendapati kesalahan pada diri sendiri.

Dengan mengetahui lebih awal, maka kamu dapat melakukan introspeksi diri jadi dapat belajar dari kesalahan di masa lalu dan membenahi kekurangan yang ada. Tentunya setelah ini kamu dapat jadi pribadi dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya.

Read More
ciri ciri burnout

‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Apakah saat menjalani pekerjaan di kantor, kamu pernah merasa sangat lelah, baik fisik maupun mental? Hati-hati, jangan anggap remeh hal tersebut. Bisa jadi kamu tengah mengalami burnout syndrome. Itu adalah keadaan di mana seseorang mengalami stres berkepanjangan yang belum teratasi dengan baik.

Karena efeknya relatif serius, burnout sampai jadi perhatian khusus World Health Organization (WHO). Organisasi ini menetapkan, burnout syndrome tergolong stres kronis yang menuntut solusi cepat. Pasalnya, dampak negatif burnout akan sangat berpengaruh pada kesehatan, kebahagiaan, hubungan percintaan, kinerja dalam bekerja, dan aspek lainnya.

Dalam buku yang berjudul Burnout: The High Cost of High Achievement (1981), burnout atau lelah fisik dan mental ini memicu gejala umum, kehilangan motivasi untuk menuntaskan urusan. Ini senada dengan definisi yang disampaikan David Ballard dari American Psychological Association di mana burnout sama dengan kehilangan minat yang kemudian berujung pada penurunan produktivitas.

Baca Juga: Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Dilema Perempuan Karier

Jadi, burnout adalah kondisi kelelahan secara emosional, fisik, dan mental yang diakibatkan oleh stres berlebihan dan berkepanjangan. Keadaan ini membuat seseorang jadi kewalahan, kelelahan secara emosional, dan akhirnya membuat ia merasa tidak mampu melaksanakan tanggung jawab keseharian.

Ciri-ciri Burnout

Kita semua pasti pernah merasakan kelelahan dan stres waktu bekerja. Akan tetapi, seorang yang mengalami burnout kemungkinan besar akan merasakan atau memperlihatkan ciri-ciri berikut ini:

  1. Gampang marah

Menurut Sehatq.com, saat seseorang mengalami burnout, ia akan jadi gampang marah. Tidak cuma pada rekan kerja, perubahan perilaku ini bisa terjadi saat kamu sedang bersama anggota keluarga atau teman dekat.

Hal-hal yang biasanya tidak pernah menjadi masalah untuk kamu, sekarang dapat jadi pemicu amarah dengan mudah. Kamu juga akan lebih cepat merasa kesal, apabila aktivitas tidak berjalan sesuai rencana.

  1. Turunnya semangat kerja dan kelelahan

Menurut Psychologytoday.com, salah satu ciri-ciri burnout adalah tidak ada lagi semangat dalam bekerja dan hasrat terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Tetap bekerja tanpa disertai semangat bisa menguras banyak energi, yang memicu kelelahan.

  1. Produktivitas kerja yang menurun

Salah satu ciri-ciri burnout yang paling umum dirasakan oleh seseorang adalah produktivitas kerja yang menurun. Pasalnya, burnout dapat membuat seseorang jadi memilih untuk menghindar dalam menyelesaikan tanggung jawab.

Keadaan ini juga dapat membuat seseorang yang awalnya rajin menjadi sering menunda mengerjakan tugasnya. Beberapa bahkan ada yang sengaja mengurangi jam kerjanya, jadi sering pulang lebih awal dari jam seharusnya atau bahkan jadi malas masuk ke kantor.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

  1. Menghindar dari orang lain

Suka menghindar dari orang lain juga merupakan salah satu ciri-ciri burnout. Keadaan ini menyebabkan seseorang merasa kewalahan, sehingga merasa sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, termasuk rekan kerja, sahabat, dan keluarga.

  1. Tidak mau ikut kegiatan kantor

Menurut Healthline.com, ciri seseorang mengalami burnout adalah ia menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang memberikan tekanan tinggi. Hal ini membuat mereka punya pandangan yang buruk terhadap semua kegiatan maupun hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

Mereka jadi tidak tertarik mengikuti kegiatan kantor, tidak bergaul dengan rekan kerja, dan mulai merasa kehilangan ketertarikan dengan tempat kerja.

Cara Mengatasi Burnout

Kalau kamu mengalami ciri-ciri burnout seperti di atas, maka sangat disarankan untuk segera mengatasinya. Berikut ini beberapa cara yang dapat kamu lakukan waktu mengalami burnout:

  1. Lakukan kegiatan untuk relaksasi

Dikutip dari Mayoclinic.org, cara mengatasi burnout bisa ditempuh dengan melakukan kegiatan yang bisa membuat rileks. Contohnya membaca, yoga, mendengarkan musik, dan meditasi.

Kamu juga bisa mencoba menerapkan mindfulness atau kamu berfokus pada kejadian yang sedang dirasakan saat ini dan melakukannya dengan tenang tanpa menghakimi. Mindfulness juga akan membuat kamu lebih sabar dan terbuka dalam menghadapi kondisi burnout.

  1. Istirahat yang cukup

Kamu butuh istirahat yang cukup, jadi kamu bisa membuat jadwal istirahat dengan teratur untuk beberapa periode. Dengan adanya jadwal kamu akan jadi lebih disiplin untuk istirahat nantinya.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Kamu bisa memakai alarm untuk mengingatkan kamu bahwa sudah waktunya untuk beristirahat dan berhenti mengerjakan pekerjaan yang sedang kamu jalani.

Tidak perlu ideal istirahat harus rebahan di kasur, kamu dapat tidur sambil duduk waktu jam istirahat kantor sekitar setengah jam agar pikiran kembali jernih.

  1. Rutin berolah raga

Hal lain yang bisa kamu coba adalah olahraga. Kamu bisa melakukannya minimal seminggu sekali. Kamu dapat mengajak temanmu supaya kamu bisa terus semangat untuk berolahraga. Pun, temanmu bisa menjadi pengingat kamu supaya tetap bugar dengan cara berolahraga.

Read More
Kiat Sukses Memasuki Dunia Kerja

Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

kiat sukses di dunia kerja – Masa-masa lulus kuliah adalah transisi yang paling bikin degdegan. Dari yang mulanya kita terbiasa dengan kompensasi dari orang tua, kini mau tak mau kita memasuki dunia baru di mana tanggung jawab besar disematkan di bahu. Menjadi orang dewasa, memiliki pekerjaan yang mapan, mandiri adalah sejumlah tantangan jamak yang harus dihadapi para lulusan baru.

Karena itulah, buat orang yang dulunya merasakan pahit getir berburu kerja usai kuliah rampung, saya menyarankan fresh graduate untuk melakukan persiapan sebelum memasuki dunia kerja. Sebab, bila tidak memiliki persiapan yang memadai, jangan kaget kita terbata-bata memasuki dunia profesional nan kejam. 

Nah, supaya hal-hal yang tak diinginkan menjauh darimu, berikut adalah beberapa kiat sukses menghadapi persaingan di dunia kerja, yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

  1. Pahami Apa yang Kamu Inginkan

Menurut Forbes.com, kiat sukses pertama sebelum memasuki dunia kerja adalah menentukan hal yang benar-benar kamu inginkan. Mungkin, hal ini terdengar agak aneh. Memang, ada hubungannya hal yang kita sukai dengan kehidupan di dunia kerja?

Jangan salah, mengetahui hal yang diinginkan dan tujuan dalam hidup akan membantu kamu dalam kehidupan kerja, termasuk mempermudahmu melewati wawancara kerja.

Selain itu, bekerja dalam bidang yang disukai akan membuatmu lebih semangat dan fokus terhadap semua tugas yang akan diberikan oleh atasan.

Baca Juga: 4 Cara Hadapi ‘Mansplaining’ dan Interupsi dari Rekan Kerja

Maka dari itu, jangan sampai kamu melamar pekerjaan yang tidak kamu minati. Dari sekarang coba kamu cari tahu, hal apa saja yang kamu inginkan dalam hidup. Dijamin nantinya kehidupan di dunia kerja akan relatif lebih lancar.

  1. Harus Mudah Beradaptasi

Kamu perlu tahu, perusahaan menaruh minat besar kepada calon karyawan yang mudah untuk beradaptasi. Namun, persis dengan kepercayaan, supaya kamu dianggap sebagai individu yang fleksibel, kamu harus memperoleh pengakuan dari pihak lain.

Maka dari itu, jika kamu ingin memperoleh pengakuan, kamu harus membuktikan juga bisa berkontribusi sesuai dengan ekspektasi tim rekrutmen.

Dalam konteks ini, karyawan terbaik adalah seorang individu yang cekatan dan bisa menyesuaikan pendekatan dengan kepribadian orang yang berbeda.

Selain itu, ia juga bisa langsung mengubah jadwal waktu ada kepentingan lain serta dengan cepat mendapatkan solusi dari sebuah permasalahan.

Apakah kamu sudah merasa sudah punya kemampuan tersebut? Kalau belum, masih ada waktu untuk mengembangkan diri kamu.

  1. Menerima Status Sebagai Pemula

Kamu yang baru lulus kuliah, sering sekali tidak sabar begitu diberikan pekerjaan yang berat. Menurut Topresume.com, kamu jangan menolak untuk mengerjakan pekerjaan yang dirasa berat ketika baru masuk kerja.

Baca Juga: 5 Tips Sulap Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

Sebab, sebagai pemula, rekan kerja biasanya tidak mungkin akan langsung percaya memberikan kamu pekerjaan dengan tanggung jawab besar. Ini termasuk ujian yang harus kamu lalui. Kamu baru bisa memperlihatkan bakat setelah membuktikan kemampuan kamu untuk memberikan kontribusi positif buat perusahaan.

  1. Menjaga Hubungan dengan Atasan

Atasan kamu mempunyai pengaruh besar terhadap kesukesan dan perkembangan kamu di perusahaan tersebut. Menciptakan hubungan kerja yang kuat dan produktif dengannya merupakan salah satu cara paling efektif untuk mempercepat kesuksesan kamu di perusahaan mana pun.

Maka dari itu, ada bagusnya kamu mencari tahu apa disukai atasan dan apa yang dia harapkan dari diri kamu. Kemudian, jadikan itu prioritas, dan lakukan pekerjaan yang diharapkan atasan kamu.

Demikian pula, pelajari cara komunikasi dan gaya kerja mereka. Jika kamu masih belum yakin dengan apa yang diinginkan oleh atasan, kamu bisa mencoba bertanya ke rekan kerja yang lain untuk mengetahui preferensi dan prioritasnya.

  1. Selalu Bersiap Belajar Hal Baru

Masih menurut Topresume.com, pemimpin perusahaan tidak berharap kamu akan paham segalanya mengenai industri atau perusahaan tersebut secara otomatis. Mereka hanya ingin mempunyai pemula yang memiliki kemauan buat terus belajar.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Sediakan waktu untuk mempelajari apa, mengapa, dan bagaimana pekerjaanmu it. Kamu disarankan juga untuk bertanya, tetapi juga tunjukkan inisiatif lewat riset kamu sendiri. Jangan lupa, akui, perbaiki, dan ambil pembelajaran dari kesalahan yang kamu buat.

  1. Perlihatkan Sikap Positif

Sikap merupakan segalanya. Jika hari-harimu di kantor diwarnai dengan menunjukkan sikap positif, maka ada potensi kariermu sudah berada di jalur yang benar.

Kebanyakan orang akan lebih senang bekerja sama dengan orang yang ceria, suportif, bersemangat, dan selalu mau belajar. 

  1. Membangun Jaringan

Dikutip dari Brightnetwork.co.uk, bagian dari keberhasilan dalam karier bukanlah apa yang kamu ketahui atau siapa yang kamu kenal, tetapi siapa yang mengenal diri kamu. Dari awal kamu harus bersiap membangun jaringan profesional.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Perkenalkan diri kepada rekan kerja kamu dan ciptakan sebanyak mungkin hubungan di seluruh divisi perusahaan, bukan cuma di divisi kamu ditempatkan saja. Pelajari tentang peran orang lain dan bagaimana mereka masuk ke dalam susunan perusahaan. Membangun jaringan akan membuat kamu maju dalam perusahaan.kat

Read More
Rasa Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

5 Tips Sulap Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

Akhir-akhir ini kamu suka merasa cemas saat di tempat kerja? Ternyata rasa khawatir kamu itu bisa diubah menjadi dorongan agar jadi lebih produktif.

Menurut livingwithfinesse.com, rasa cemas yang muncul di tempat kerja disebabkan oleh ekspektasi yang terlalu tinggi. Akibatnya, kita cenderung tak percaya diri untuk mencapai target yang kita buat sendiri.

Kendati begitu, perlu diketahui sebenarnya kecemasan merupakan modal yang bagus untuk menjadi pendorong produktivitas kerja di kantor. 

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Nah, bagaimana caranya supaya rasa cemas tersebut diubah jadi semangat untuk produktif? Berikut tipsnya yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Tentukan Prioritas

Orang-orang yang suka merasa cemas umumnya akan mengalami yang namanya demotivasi. Apalagi jika ia terbiasa tampil dengan performa serba sempurna.

Karena motivasi kerja kamu terbatas setiap harinya, penting untuk bisa memprioritaskan kegiatan dengan saksama.

Salah satu caranya, buatlah pencapaian-pencapaian kecil sampai kamu bisa mencapai tujuan utama pada akhirnya.

Dengan begitu, kamu dapat menentukan prioritas dengan lebih baik, menghindari multitasking yang menurunkan performa kerja, dan menjaga level energi yang cukup untuk bekerja dan mencapai target.

2. Berdamai dengan Rasa Cemas

Kamu harus tahu kalau rasa cemas sering kali tidak dapat dicegah, dan mengubah hal tersebut jadi motivasi untuk produktif bukan perkara mudah.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Waktu kecemasan sudah memuncak, kamu akan kesulitan untuk konsentrasi, tapi kamu juga jadi merasa bersalah karena bekerja jadi kurang maksimal.

Namun, kamu jangan sampai menyalahkan diri sendiri terlalu berlebihan. Sebab, hal ini akan membuat kamu jadi semakin kesulitan dalam akan membuatmu semakin kesulitan dalam membereskan pekerjaan.

Jadi, kamu harus belajar berdamai dengan rasa cemas tersebut dan terus berupaya untuk maju supaya tetap produktif.

3. Manfaatkan Adrenalin

Waktu rasa cemas mulai datang, normalnya kamu merasa harus menenangkan diri supaya suasana hati menjadi tenang dan bisa menjadi produktif.

Pasalnya, saat kamu merasa cemas, kemungkinan kamu akan sulit menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantor.

Namun, menurut blog.trello.com, lebih baik kita benar-benar menerima saja kalau saat ini sedang merasa cemas. Sebaliknya, justru karena rasa cemas tersebut, adrenalin kita naik dan bisa membuat kamu lebih termotivasi.

Misalnya, waktu kamu merasa cemas karena takut tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu tepat waktu. Dengan perasaan cemas yang dimiliki, teruslah bekerja dengan maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat sehingga hal yang kamu takutkan itu tidak terjadi.

Baca Juga: Baru Nyemplung ke Dunia Kerja? Ini 7 Cara Kenali Bakat Sendiri

Menurut theatlantic.com, hal ini disebut anxious reappraisal, yaitu menganggap perasaan cemas sebagai rangsangan positif.

4. Mengenali Diri Sendiri Penting untuk Ubah Rasa Cemas jadi Produktif

Menurut satupersen.net, kita harus bisa lebih mengenali diri sendiri. Karena kamu nanti bisa mengetahui apa yang jadi kelemahan serta kelebihan yang ada pada diri kamu. Dengan begitu kamu akan jadi lebih paham karakteristik diri kamu sendiri.

Tujuannya demi membantu kamu untuk dapat mengetahui dan mengembangkan apa yang menjadi passion kamu. Proses yang paling penting dalam mengenal diri sendiri adalah kamu harus jujur dan menerima akan semua fakta tentang dirimu, baik atau buruknya.

5. Minta Saran dari Orang Lain

Rasa cemas sering datang karena kamu tidak tahu tentang apakah kamu sudah melakukan perkembangan yang cukup atau belum.

Nah, untuk menguranginya, kamu bisa minta masukan ke atasan atau rekan kerja yang lain, mengenai kemajuan kerja yang sudah kamu kerjakan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Cara ini akan membantu kamu, untuk mengetahui kalau kamu sudah berada di titik perkembangan yang tepat atau belum.

Lalu, tanyakan juga apa yang dapat kamu lakukan untuk mendatangkan hasil yang lebih baik lagi.

Dengan memperoleh anjuran dan afirmasi dari teman sekantor atau atasan, mengubah rasa cemas yang dihadapi jadi produktif tidak akan begitu sulit. 

Read More
perbedaan passion dan hobi

Beda ‘Passion’ dan Hobi, Mana yang Lebih Penting untuk Karier?

Ada dua hal yang relatif jadi bahan pertimbangan ketika memilih karier, passion dan hobi. Namun, apakah kamu tahu apa bedanya? 

Sebagian orang mengatakan, gawe sesuai passion akan membuat kita jadi lebih bahagia karena bisa menikmati pekerjaan. Di sisi lain, ada beberapa orang yang memilih suatu pekerjaan karena dalih hobi. Jadi pekerjaan yang dilakukan setiap hari, tidak membuatnya dilanda kejenuhan.

Lantas, untuk menentukan jalur karier, sebenarnya apa, sih yang paling penting untuk kita pertimbangkan?

Baca Juga: 7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

Supaya kamu tidak bingung, yuk, ketahui dulu perbedaan passion dan hobi yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber berikut.

Apa itu Passion?

Sebelum kita bandingkan passion dan hobi, ketahui dulu definisi dari kedua istilah ini. Passion adalah kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia senangi atau dianggap penting untuk dikerjakan.

Menurut Pediaa.com, saat mempunyai passion, kamu akan merasa tidak bisa hidup tanpa mengerjakannya.

Entah bagaimana situasinya, kamu akan tetap menyediakan waktu untuk melakukan hal tersebut. Pun, kamu akan punya rasa penasaran dan antusias yang tinggi, sehingga akan selalu ingin lebih baik lagi.

Beberapa contoh passion yang dimaksud, yaitu:

  • latihan sepak bola
  • hidup sehat
  • belajar bahasa
  • berlatih alat musik

Apa itu Hobi?

Hobi adalah kegiatan yang biasanya kamu lakukan ketika punya waktu luang. Berbeda dengan passion, seseorang melakukan hobi cuma saat mereka punya waktu senggang saja. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan rasa bosan.

Selain itu, hobi juga dilakukan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan orang lain yang memiliki minat serupa.

Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Kian Populer, Tapi Potensi Stres Saat Melakukannya Juga Besar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga menekankan, hobi umumnya tidak sama dengan pekerjaan dan bukan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh tujuan tertentu. Jadi, itu cuma berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan kesenangan saja.

Perbedaan Passion dan Hobi

Menurut Indeed.com, ada beberapa poin lain yang menjadi perbedaan paling utama dari passion dan hobi. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

  1. Pekerjaan

Memiliki pekerjaan yang sama dengan hobi terdengar menyenangkan. Namun, mengubah hobi menjadi karier, bukanlah sesuatu hal yang mudah. Kamu perlu waktu yang banyak serta dedikasi penuh.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Contohnya, kamu mempunyai hobi fotografi, bisa saja kamu membuatnya menjadi sumber mata pencaharian. Namun, memulai bisnis paruh waktu sebagai fotografer bukanlah hal yang mudah. Untuk mengembangkan teknik fotografi kamu perlu usaha dan waktu.

Sementara itu, passion lebih gampang dijadikan rujukan untuk memilih pekerjaan. Hanya saja, passion tetap mengharuskan kamu untuk terus bekerja keras, supaya memperoleh hasil optimal.

Kesimpulannya, dalam menentukan karier, sebaiknya kamu pertimbangkan passion terlebih dahulu. Pasalnya, hobi gampang berubah, tapi passion adalah hal yang akan membuat kamu terus termotivasi.

  1. Waktu

Perbedaan dari passion dan hobi yang selanjutnya juga dapat terlihat dari berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk melakukannya.

Seperti yang disinggung sebelumnya, hobi biasanya dikerjakan waktu kamu punya waktu senggang. Contohnya, setelah bekerja berbulan-bulan, akhirnya kamu bisa mendapatkan waktu cuti beberapa hari. Nah, waktu cuti tersebut biasanya dipakai kamu untuk menekuni hobi dan bertujuan untuk bersenang-senang.

Sementara itu, mendalami passion sering kali butuh waktu yang lumayan lama dan usaha yang lebih banyak. Contohnya, kamu memiliki passion untuk terus belajar bahasa asing. Pastinya kamu butuh waktu yang lumayan lama untuk belajar bahasa asing tersebut.

Kamu akan punya motivasi untuk terus belajar, sampai akhirnya kamu bisa menguasai kemampuan bahasa asing tersebut tanpa mengenal rasa bosan. Bahkan, waktu kamu sedang sibuk-sibuknya bekerja, tentu masih ada keinginan kuat untuk terus belajar.

  1. Berdampak untuk Orang Lain

Perbedaan passion dan hobi yang selanjutnya bisa kelihatan dari nilainya buat diri kamu sendiri. Umumnya waktu menjalankan hobi, kamu tidak memikirkan apakah hal tersebut sesuai nilai atau keyakinan yang dianut.

Contohnya, kamu punya hobi mengoleksi perangko, tentu hal tersebut cuma bisa membuatmu merasa senang dan menikmati setiap prosesnya. Akan tetapi, tidak ada motivasi atau nilai tertentu yang berhubungan dengan hobimu tersebut.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Berbeda dengan passion yang biasanya juga terkandung nilai atau keyakinan tertentu dalam dirimu. Contohnya, kamu punya nilai dan keyakinan kalau kamu harus membantu sesama. Maka, kamu dapat mempunyai passion untuk bekerja sebagai sukarelawan.

Dengan begitu, kamu akan lebih gampang memilih karier dengan passion yang dimiliki, semisal bekerja di lembaga nonprofit.

Sangat penting bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang kamu junjung tinggi. Dengan nilai-nilai tersebut kamu cenderung akan lebih peduli dengan pekerjaan.

  1. Proses Menikmatinya

Baik hobi dan passion akan membuat kita jadi lebih bersemangat dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Salah satu hal yang membuat kita sangat menikmati waktu menjalankan hobi adalah karena tidak ada paksaan dalam mengerjakannya. Karena itu, waktu hobi kamu jadikan pekerjaan utama, biasanya rasa semangat itu gampang pudar.

Berbeda dengan hobi, berkarir sesuai passion tidak akan membuatmu jadi merasa bosan dan kehilangan semangat dalam mengerjakannya. Waktu kamu sudah mempunyai passion, kamu akan terus bersemangat untuk mengejarnya.

Bahkan, kamu akan merasa puas waktu bisa mengerjakan passion-mu setiap waktu. Itulah mengapa, passion lebih diperhitungkan waktu menentukan jalur karier, karena akan membuatmu selalu termotivasi dalam bekerja.

  1. Tak Berhubungan dengan Uang

Berbeda dengan hobi, passion terhadap sesuatu tidak akan melulu harus mengeluarkan uang setiap kali melakukannya.

Baca Juga: 7 Self Reward yang Baik untuk Diri Sendiri Tanpa Biaya Mahal

Kamu akan dengan sukarela mengerjakannya secara rutin dan teratur hingga mendapatkan hasil yang terbaik. Akhirnya bisa menghasilkan uang dari usaha kamu tersebut.

Sementara, hobi biasanya akan berkaitan dengan tren. Tren itu akan selalu memaksa seseorang mengeluarkan uang untuk mengikuti perkembangannya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai perbedaan passion dan hobi. Semoga rangkuman di atas menjawab rasa penasaranmu mengenai hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan karier.

Read More
Berpikir kreatif bisa ditingkatkan

8 Jurus Ampuh Agar Kamu Lebih Kreatif

Berpikir kreatif atau creative thinking adalah kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang baru dan berbeda. Dengan berpikir kreatif, kamu diharapkan bisa mendapatkan cara baru dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Di dunia kerja pula, berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam membuat keputusan dan menemukan jalan keluar atas masalah

Bahkan, berpikir kreatif juga bisa memengaruhi kesehatan mental kita loh!

Makanya, yuk coba berbagai macam kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuanmu berpikir kreatif yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Olahraga Ringan Seperti Jalan Kaki

Dikutip dari greatist.com, bila kita sering bergerak, maka oksigen yang mengalir ke otak semakin lancar.

Otak memerlukan oksigen untuk bisa bekerja dengan baik, mulai dari belajar, mengingat sesuatu, sampai berpikir kreatif.

Baca Juga: 8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Dengan kita sering bergerak, otak akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat memicu perasaan senang.

Ketika pikiran kita senang dan tak terbebani, itu sangat membantu kamu untuk berpikir jernih. Endorfin juga membuat kita merasa kita jadi lebih percaya diri.

Usahakan untuk rutin bergerak minimal 10 sampai 15 menit per hari. Akan lebih bagus lagi kalau kamu berolahraga di luar ruangan.

Tidak cuma jalan kaki, kamu bisa pilih olah raga jogging atau bersepeda.

2. Bekerja Sambil Dengarkan Musik

Menurut klikdokter.com, mendengarkan musik dan bernyanyi pelan, akan merangsang bagian otak yang mengatur emosi dan kemampuan berfikir kreatif.

Mendengarkan musik juga bisa meningkatkan produktivitas kerja. Beberapa penelitian yang baru juga mengemukakan, produktivitas yang naik tersebut terjadi bukan karena mendengarkan musik secara langsung, tapi karena mood kita yang berubah.

Semua jenis musik dipercaya bisa memunculkan efek tersebut. Namun, kalau kamu selama ini cuma mendengarkan genre musik yang itu-itu saja, coba sesekali kamu mendengarkan genre lain.

Hasil penelitian juga ada yang mengemukakan kalau kita mendengarkan musik klasik bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Baca Juga: 7 Tips Wawancara Kerja untuk Orang Introvert

Mendengarkan karya musik dari Mozart, Beethoven, atau komponis lainnya juga bisa meningkatkan fokus dan fungsi kognitif otak.

3. Bermain Building blocks

Dikutip dari indeed.com, Permainan building blocks adalah kegiatan yang bisa membantu tingkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Kita tidak diberikan aturan atau syarat waktu bermain building blocks ini. Kamu dapat bebas sesuai kreativitas kamu dalam membuat bentuk. Tidak ada peraturan yang membatasi.

Dalam menyusun balok-balok tersebut, otak akan terus bekerja dengan berpikir bagaimana caranya mengeluarkan ide-ide abstrak menjadi sebuah kenyataan.

Diharapkan nantinya kesadaran spasial yang kita kembangkan selama kegiatan ini, bisa menaikan kemampuan berpikir kreatif untuk semua jenis proyek kerja.

4. Tidur Sejenak Bisa Tingkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Jika pikiran dirasa sedang suntuk banget, sehingga susah untuk mencari solusi untuk masalah yang tidak terlalu besar, coba tidur siang.

Manfaat tidur siang untuk para pekerja nggak cuma untuk menghilangkan ngantuk, loh! ternyata tidur itu bisa membuat pikiran menjadi segar kembali.

Tidur sebentar saja sudah bisa menolong otak untuk bekerja lebih baik dan bisa memicu proses creative thinking, membuat koneksi, menciptakan ide, dan membuat solusi.

Kalau kurang tidur, otak malah harus bekerja lebih keras untuk menjalankan fungsi terbaiknya.

5. Melamun Sejenak Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut sehatq.com, melamun sering dianggap sesuatu yang negatif. Berdiam diri dan membiarkan pikiran kita melayang kemana-mana dianggap sebagai sesuatu yang membuang waktu.

Padahal, kegiatan ini dapat menjadi sesuatu yang manjur untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu

Melamun membuat pikiran kita masuk ke area bawah sadar yang mungkin belum pernah terjamah.

Siapa tahu, sehabis melamun akan memunculkan gagasan dan ide-ide baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

6. Membaca Buku Cara yang Mudah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Membaca buku merupakan salah satu cara yang sudah biasa dan gampang dilakukan untuk mengasah pola pikir menjadi lebih kreatif. Ini disebabkan karena pengetahuan yang kamu terima dari membaca, dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam menciptakan ide baru.

7. Membuat Cerita Pendek

Dikutip dari indeed.com, kegiatan lain yang gampang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah membuat tulisan berupa cerita pendek. Tidak masalah kalau kamu sebelumnya belum pernah menulis.

Kamu bisa coba memilih kata secara acak dari kamus (bahasa Indonesia atau Inggris). Gunakan kata yang kamu pilih, satu kata di atas, dan satu di bawah untuk membuat cerita pendek yang menarik serta berlekatan.

Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’

Tanpa kamu sadari, dengan cara ini dapat meningkatkan kemampuanmu untuk membuat koneksi dan menghubungkan ide-ide yang tidak selalu berhubungan.

8. Berteman dengan Orang Kreatif

Selain lewat buku, berita dan sebagainya kamu pun bisa memperoleh banyak inspirasi dengan bergaul bersama orang yang kreatif. Karena, kamu dapat melihat pandangan baru dan cara mereka dalam mencari jalan keluar dari permasalahan.

Itulah beberapa cara dalam meningkatkan berpikir kreatif yang dapat kamu lakukan. Nggak cuma dalam pekerjaan, untuk kehidupan sehari-hari pun kemampuan ini sangat penting untuk kamu punya, demi menunjang kualitas hidup yang lebih baik serta efektif.

Read More