cara adaptasi di lingkungan kerja baru

Untuk Kamu Karyawan Baru, Simak 9 Jurus Tepat Beradaptasi

adaptasi di lingkungan kerja – Saat kamu akhirnya diterima di perusahaan, sangat wajar kamu merasa gugup. Atasan dalam hal ini biasanya akan langsung memberikan rincian tugas, dan kamu dituntut cepat bekerja sama dengan rekan kerja baru. Bisa jadi sudut pandang dan gaya kerja mereka berbeda dibandingkan dengan tempat kerjamu sebelumnya.

Berita buruknya, kamu tak punya waktu untuk mengeluhkan ini. Sebab, karyawan baru ditun tut untuk cepat beradaptasi. Adaptasi ini penting, karena tantangan baru akan bisa dengan cepat kamu selesaikan.

Nah, apakah kamu termasuk orang yang dapat dengan cepat beradaptasi? Tenang, berikut ini beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan adaptasi, yang kami rangkum dari beberapa sumber.

1. Tips Pertama Adaptasi di Lingkungan Kerja Baru: Buang Pikiran Negatif

Untuk meningkatkan kemampuan adaptasi, kamu perlu tenang, dan buang pikiran negatif. Merasa malu atau canggung itu tidak apa-apa. Namun, jangan sampai kamu jadi tidak percaya diri.

Baca Juga: Ciri Rekan Kerja yang Baik, Apakah Kamu Salah Satunya?

Kamu harus selalu semangat dan berpikir positif. Sambut pencapaianmu dengan hati yang terbuka.

Biasakan diri dengan semua kesibukan di lingkungan baru kamu. Sangat wajar bila kamu merasa takut. Pastikan kamu tetap positif supaya cepat beradaptasi dan terbiasa dengan lingkungan kerja baru.

2. Cari Informasi Seputar Kantor Baru Kamu

Visi dan misi setiap perusahaan pastinya akan berbeda. Kamu perlu mencari tahu mengenai budaya serta tujuan perusahaan kamu sekarang ini.

Menurut Themuse.com, penting buat kamu cari tahu mengenai etos kerja serta budaya komunikasi di lingkungan kerja baru kamu.

Hal ini agar kamu dapat jadi lebih mudah berinteraksi dengan teman-teman di tempat kerja baru.

Ide-ide dan nilai yang terkandung pada perusahaan akan menjadi petunjuk buat kamu untuk menjalankan keseharian di kantor.

3. Fokus di Minggu Pertama Memudahkan Kamu Adaptasi di Lingkungan Kerja Baru

Minggu pertama bekerja di perusahaan yang baru, kamu tentu akan dikenalkan ke semua orang. Tidak cuma pada rekan kerja, namun juga perkenalan dengan pekerjaan yang bisa jadi sama sekali berbeda.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Pergunakan waktumu untuk mengenal lingkungan kerja dengan baik, termasuk untuk mengenal perusahaan tersebut dengan lebih mendalam. Siapkan juga dirimu untuk menjalani hari-hari pertama dengan konsentrasi dan kemampuan maksimal, sehingga kamu dapat fokus untuk menjalani masa perkenalan tersebut dengan sebaik mungkin.

4. Perlihatkan Kalau Kamu Sopan dan Ramah

Menyapa rekan kerja baru memang terlihat mudah. Namun, bila kamu terlihat sombong dan terkesan tidak ramah, orang-orang akan malas untuk bercakap denganmu.

Hilangkan rasa gengsi dan coba tersenyum. Sapa teman-teman kerjamu. Dengan itu kamu bisa dengan mudah untuk berbaur dengan mereka.

Jangan lupa, ada batasan tertentu saat masih baru saja berkenalan. Jangan sampai orang-orang merasa kalau kamu SKSD atau sok kenal sok dekat.

Pastikan kamu memperlihatkan impresi pertama yang tidak akan mereka lupakan, ya.

5. Buat Meja Kerja Kamu Menjadi Bersih dan Nyaman juga Merupakan Cara Adaptasi di Lingkungan Kerja Baru

Jangan membiarkan meja kerja kamu terlihat berantakan dan kotor, sebab ini akan membuat kamu jadi kurang nyaman saat bekerja.

Hal ini sangat penting, apalagi kalau kamu berbagi meja dengan rekan kerja lainnya. Kamu dapat mencoba mengatur cara pembagian dan juga merapikannya dengan teman kamu tersebut dari awal.

6. Jangan Takut Membuat Kesalahan

Menurut Money.howstuffworks.com, meskipun kesalahan sering membuat kita menjadi berkecil hati, membuat kesalahan juga akan memberikan pelajaran buat kita.

Baca Juga: Cara Menemukan Karier yang Tepat untuk Para Fresh Graduate

Dengan membuat kesalahan, kamu jadi belajar bagaimana memecahkan permasalahan ke depannya. Khususnya, waktu kamu berhadapan dengan permasalahan yang sama. Ubahlah mindset kamu terkait membuat kesalahan di tempat kerja. Semakin baik kamu mengakui dan menerima kesalahan, maka akan semakin gampang kamu beradaptasi di lingkungan kerja baru.

7. Berlatih Kecerdasan Emosional

Waktu kamu berusaha untuk cepat beradaptasi, kamu bisa sekaligus melatih kecerdasan emosional, ya. Hal ini dilakukan untuk menegaskan kalau emosi kamu dapat selalu terkontrol dan kamu paham akan emosi yang juga dipunyai orang lain. Dengan begitu, kamu dapat membangun sikap dan respons yang baik waktu menghadapi perubahan atau bertemu situasi tertentu.

8. Menjadi Pendengar yang Baik

Supaya gampang beradaptasi di lingkungan kerja baru, kamu harus secara aktif menjadi pendengar yang baik dan paham apa yang sedang terjadi di tempat kerja. Dengan begitu, kamu menjadi paham bagaimana sebuah situasi perlu diatasi dan respons apa yang harus diambil. Hal ini akan menolong kamu dalam mengatasi konflik atau perubahan dengan tenang, sehingga kamu dapat mempunyai tanggapan yang positif pada setiap keadaan.

9. Mencoba untuk Lebih Inisiatif

Cara selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan adaptasi kamu di lingkungan kerja baru adalah untuk bersikap lebih inisiatif. Kamu dapat mencoba memberikan pendapat dan masukan yang menarik. Kreativitas akan memberikanmu kemudahan saat sudah mulai bekerja.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Kalau kamu menjadi seorang yang inisiatif serta kreatif, dipastikan atasan serta teman kerjamu akan menyukaimu.

Itulah beberapa cara adaptasi di lingkungan kerja baru, supaya jadi kunci keberhasilan untuk kamu. Semoga kamu nyaman dan meningkatkan karier di perusahaan baru, ya!

Read More

Afirmasi Positif dalam Pekerjaan dan Apa Pentingnya

Apakah kamu kerap diselimuti perasaan negatif saat bekerja? Jika iya, kamu butuh afirmasi positif. Selain memperbaiki mood kamu, afirmasi positif bisa membuat kepercayaan dirimu terdongkrak naik.

Apa Itu Afirmasi Positif

Menurut Alodokter.com, afirmasi positif adalah pernyataan positif yang kita ucapkan berulang kali untuk diri sendiri (self-talk). Tujuannya, yakni untuk membangun pola pikir positif dan membuang berbagai pikiran negatif.

Baca Juga: Ciri Rekan Kerja yang Baik, Apakah Kamu Salah Satunya?

Afirmasi positif berguna untuk mengurangi stres, menaikkan rasa percaya diri, dan meningkatkan keyakinan pada kemampuan diri kita sendiri (self-efficacy). Dengan mengulang pernyataan positif, otak akan terangsang untuk memercayai kalau afirmasi tersebut merupakan fakta betulan.

Contoh, saat mengatakan pada diri sendiri mampu menyelesaikan suatu pekerjaan, maka kamu dapat melakukannya dengan baik.

Sebaliknya, jika dari mula berpikir tidak mampu, tentu hasilnya kamu akan sulit merampungkannya.

Kamu dapat menggunakan positive affirmation untuk bermacam situasi di tempat kerja, misalnya:

  • menaikkan self-esteem waktu wawancara kerja
  • mengatur pikiran serta emosi negatif seperti rasa takut, rasa kecewa, dan tidak sabar
  • mengurangi kebiasaan buruk yang menghambat pertumbuhan karier, misalnya suka menunda pekerjaan
  • meningkatkan produktivitas kerja dan skill yang dimiliki
  • jadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal.

Manfaat Afirmasi Positif

Dikutip dari Wikijob.co.uk, berikut ini merupakan manfaat afirmasi positif yang akan dirasakan diri sendiri.

1. Afirmasi Positif dapat Mengurangi Stres

Hal ini karena positive affirmation akan membantu kamu mengurangi pikiran negatif.

Contohnya, kamu dapat mengatakan “saya bisa bekerja tepat waktu”, maka akan mendorongmu lebih fokus terhadap pekerjaan saat ini.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Hal ini pastinya lebih baik dibanding memikirkan hal-hal yang membuat jadi stres, seperti takut tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

2. Meningkatkan Skill

Memberikan positive affirmation pada diri sendiri bisa membantumu mengerek keterampilan pribadi.

Contohnya dengan mengatakan “saya percaya diri” sebelum memulai presentasi, itu bisa membantumu tampil paripurna.

Kamu tentu juga dapat mengatakan hal yang serupa waktu melakukan wawancara kerja supaya berlipat-lipat kepercayaan dirimu.

3. Meningkatkan Kemampuan Interpersonal

Positive affirmation pun dapat menaikkan kemampuan interpesonal kamu dalam memberikan reaksi dan perasaan positif terhadap rekan kerja yang lain.

Contohnya, dengan mengatakan “kesuksesan orang lain merupakan kesuksesan saya juga” dapat membuat diri kamu jadi lebih terdorong untuk bekerja sama dengan rekan kerja.

4. Memberikan Pandangan Positif

Afirmasi positif pun bisa membantu kamu untuk memperoleh pandangan positif terhadap pekerjaan yang dimiliki.

Contohnya “saya sangat beruntung mendapatkan pekerjaan ini” dapat mengubah perspektif kamu terhadap pekerjaan saat ini dan cenderung lebih bersyukur.

5. Menjadi Lebih Fokus

Afirmasi positif pun dapat membantumu mengurangi distraksi agar dapat fokus menyelesaikan pekerjaan.

Sebagai contoh, dengan kamu mengatakan “saya mampu menyelesaikan pekerjaan hari ini” dapat membuat kamu jadi lebih termotivasi untuk fokus mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan hari ini sesuai jadwal.

6. Meningkatkan Kepuasan Kerja

Selain menaikkan produktivitas kerja, serta kemampuan interpersonal, positive affirmation juga membantu kamu meningkatkan kepuasan kerja.

Baca Juga: ‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

Dengan mengucapkan kalimat-kalimat positif pada diri sendiri, kamu turut menaikan optimisme dan kebahagiaanmu dalam pekerjaan serta karir.

Cara Tepat Menggunakan Afirmasi Positif

Dikutip dari Indeed.com, berikut ini beberapa contoh momen yang tepat untuk melakukan positive affirmation pada diri sendiri.

Lakukan Sebelum Mulai Bekerja

Mengucapkan dalam hati perkataan baik pada diri sendiri sebelum bekerja bisa membuat sepanjang harimu dipenuhi hal positif.

Contohnya, saat mengatakan “saya akan sangat produktif hari ini” selama beberapa menit sebelum memulai bekerja bisa menaikan motivasi supaya dapat produktif bekerja.

Me-review Afirmasi

Catat afirmasi positif dengan rutin, baik itu harian atau mingguan.

Ketika kamu membuat sebuah pernyataan positif, hal ini bisa memberikan dorongan untuk mencapai tujuan atau menyempurnakan skill yang sudah dimiliki agar lebih berhasil di pekerjaan.

Afirmasi Positif Digunakan Waktu Meditasi

Apabila kamu suka melakukan meditasi, memberi afirmasi seperti “pikiran saya terbebas dari stres dan rasa cemas”, bisa membuat kamu jadi lebih rileks dan meningkatkan fokus.

Baca Juga: Enggak Melulu Buruk, ‘Overthinking’ Kerjaan Punya Segudang Manfaat

Digunakan dengan Berpikir Positif

Pikiran positifmu pun dapat kamu gabungkan dengan bentuk afirmasi ini.

Contohnya dengan mengatakan “saya berhasil di pekerjaan saya” bisa membuatmu melihat pekerjaan yang sekarang ini menjadi lebih positif dibandingkan sebelumnya.

Tulis dalam Notifikasi Smartphone

Kamu dapat membuat afirmasimu jadi lebih efektif dengan menaruhnya pada notifikasi di ponsel atau laptopmu.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Sehingga, waktu kamu melihat layar smartphone atau laptop, kamu akan jadi lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik.

Diulang Waktu Mengalami Pikiran Negatif

Saat kamu mulai diselimuti pikiran negatif, afirmasi positif pun dapat membantumu untuk menghilangkannya.

Contohnya, kamu akan presentasi di depan klien namun muncul pikiran negatif kalau kamu tidak akan berhasil.

Nah, memberikan dirimu afirmasi positif berulang kali bisa membantu kamu atasi pikiran negatif tersebut.

Itulah beberapa hal yang perlu kamu pahami mengenai afirmasi positif di tempat kerja. Kira-kira, apa hal positif yang umum kamu ucapkan pada dirimu sendiri?

Read More
tips produktif selama wfh

Agar Tetap Produktif Meski Kerja dari Rumah

Sebagai orang yang juga nyaris dua tahun merasakan pengalaman bekerja dari rumah, saya merasa butuh suntikan semangat agar tetap bisa produktif selama WFH. Apa yang saya rasakan ini dibenarkan oleh Kff.org, bahwa setelah sekian lama WFH, semangat kerja dan kesehatan mental cenderung akan menurun kualitasnya.

Tidak cuma itu, sistem kerja jarak jauh yang minim pengawasan terkadang membuat kita jadi kurang termotivasi dan enggan bekerja dengan baik.

Nah, meskipun hal-hal tersebut wajar untuk dirasakan, sebagai pekerja profesional, kamu patut menghindarinya dan berupaya untuk tetap produktif.

Jangan bingung, berikut ini beberapa tips yang kami rangkum dari berbagai sumber, agar kamu bisa tetap produktif selama WFH. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Ciptakan Rutinitas Pagi

Rutinitas pagi penting lantaran bisa membuat kamu berpikir seakan-akan harus pergi ke kantor.

Baca Juga: ‘Love-Hate Relationship’ dengan Pekerjaan, Haruskah Karyawan Bertahan?

Cara memulainya, kamu bisa bangun lebih pagi dan olahraga sebentar lalu sarapan.

Coba lakukan kegiatan ini dengan rutin dalam seminggu. Dijamin, semangat kerjamu dapat meningkat dan tubuh juga ikut bugar karena berolahraga pagi. Menarik bukan?

Bekerja Sambil Mendengarkan Musik Favorit

Kalau kamu mempunyai lagu atau genre musik favorit, tidak ada salahnya untuk mendengarkannya sambil bekerja. Menurut Nhs.uk, tips ini bagus agar kamu bisa tetap produktif. Pasalnya, musik dapat menutup suara yang biasanya mengganggu kamu berkonsentrasi dalam bekerja.

Namun, perlu kamu ingat, mendengarkan musik cuma efektif dilakukan saat tuntutan pekerjaanmu tak begitu berat. Sebaliknya, bila kamu sedang butuh konsentrasi, sebaiknya jangan sambil mendengarkan musik terlebih dahulu.

Membuat Urutan Kerja Penting Supaya Produktif Selama WFH

Tips yang tidak kalah penting yang bisa kamu coba supaya tetap produktif selama WFH adalah dengan membuat urutan atau jadwal kerja.

Menurut Travelers.com, strategi satu ini bisa membuat kamu bekerja dengan lebih efisien karena adanya urutan mana tugas yang perlu dikerjakan terlebih dahulu.

Baca Juga: Habis WFH Terbit ‘Workcation’, Ini Fakta-fakta yang Perlu Kamu Tahu

Tidak cuma itu, dengan membuat jadwal kerja, kamu juga tidak perlu membuang-buang waktu untuk memikirkan pekerjaan untuk esok hari.

Bekerja di Ruangan dengan Pecahayaan yang Baik

Ruangan pribadi memang dibutuhkan supaya kamu dapat bekerja dengan produktif. Namun, hal tersebut harus disertai dengan pencahayaan ruangan yang baik.

Menurut Forbes.com, ruangan dengan pencahayaan yang kurang bisa membuat pekerja mudah merasa mengantuk dan motivasi kerja jadi berkurang. Maka dari itu, pastikan kamu bekerja di ruangan yang terang. Agar lebih sehat, kamu dapat membuka jendela dan memanfaatkan sinar matahari sebagai lampu meja di siang hari.

Supaya Lebih Produktif Selama WFH, Kurangi Akses Media Sosial

Tips berikutnya supaya kamu dapat tetap produktif selama WFH adalah dengan mengurangi aktivitas di media sosial.

Untuk kamu yang belum menyadari, media sosial merupakan salah satu tantangan buat para pekerja selama WFH.

Platform tersebut memang diperlukan untuk berhubungan dengan orang lain. Namun, bila terlalu dipakai berlebihan, media sosial bisa menghilangkan fokus kerja kita dengan cepat.

Tidak cuma itu, di waktu yang tidak menentu ini, berita hoaks atau negatif di media sosial bisa memberi dampak pada kesehatan mental juga, loh.

Nah, menurut Vantagecircle.com, coba kurangi diri dengan aktivitas di media sosial selama di jam kerja.

Kamu dapat mengakses media sosial nantinya selama waktu jam istirahat kerja, atau setelah pekerjaan sudah diselesaikan.

Sediakan Waktu untuk Istirahat

Tips selanjutnya agar kamu bisa tetap produktif selama menjalankan WFH adalah dengan menyediakan waktu untuk beristirahat. Terkadang, bekerja dari rumah membuat pekerja lupa atau tidak mau mengambil waktu istirahat.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Hal ini agak berbahaya. Jangan sampai kesehatan mental serta fisik menurun karena terlalu sibuk bekerja. Melansir Hubspot.com, kamu dapat mengambil waktu beristirahat dengan makan siang bersama keluarga yang ada di rumah.

Selain itu, kamu dapat sediakan waktu pada sore hari untuk olahraga lari atau jalan sore di sekitar rumah. Intinya, sediakan waktu sebaik mungkin supaya kamu bisa melepaskan penat dari rutinitas pekerjaan setiap harinya.

Sediakan Ruang Kerja Pribadi Supaya Kamu Tetap Produktif Selama WFH

Tips yang tidak kalah penting, supaya kamu bisa tetap produktif selama WFH adalah dengan menyediakan ruang kerja pribadi.

Masalah kebanyakan pekerja WFH adalah perhatian kita jadi mudah teralihkan dengan suasana di rumah. Contohnya suara tv yang berisik atau percakapan menganggu.

Baca Juga: 5 Tips Sulap Cemas Jadi Produktif di Tempat Kerja

Hal ini dapat kamu hindari kalau mempunyai ruang kerja pribadi. Idealnya, ruang kerja harus mempunyai pintu, sehingga kamu dapat mempunyai tempat yang tenang untuk bekerja seharian.

Tak hanya itu, kamu perlu meletakan peralatan yang mungkin kamu butuhkan selama bekerja, misalnya laptop, kertas, printer, dan yang lainnya.

Dengan peralatan yang lengkap, kamu jadi tidak perlu keluar ruangan yang bisa membuat kamu kehilangan fokus dalam bekerja.

Itulah beberapa tips mudah yang bisa kamu ikuti supaya tetap produktif selama WFH. Semoga tips-tips tersebut dapat membantu kamu dalam menjaga semangat kerja dan kesehatan dengan baik, ya.

Read More
apa itu workcation tren kaum milenial

Habis WFH Terbit ‘Workcation’, Ini Fakta-fakta yang Perlu Kamu Tahu

Kamu merasa jenuh bekerja dan bosan dengan WFH selama pandemi corona? workcation bisa jadi solusi untuk kamu. Apa itu workcation? Workcation atau work and vacation merupakan sebuah kegiatan mengunjungi destinasi tertentu untuk berlibur mencari suana baru sekaligus bekerja. Umumnya pekerjaan tersebut bersifat fleksibel, bisa dikerjakan kapan saja, di mana saja dengan dukungan koneksi internet yang baik.

Dikutip dari BBC, workcation tersebut sedang dipertimbangkan oleh banyak pekerja AS dan kanada yang sedang WFH. Haruskah kita mengikuti tren tersebut?

Mengapa Workcation Kedepannya akan Jadi Tren?

Seperti yang disebutkan di atas, workcation dapat jadi solusi kejenuhan bekerja secara jarak jauh karena pandemi. Bekerja dengan suasana baru dianggap lebih menyenangkan dari biasanya. Itulah mengapa, kegiatan ini kemungkinan besar akan jadi sebuah tren.

Baca Juga: ‘Burnout’ di Tempat Kerja, Ini Ciri dan Tips Mengatasinya

Mengapa Tidak Langsung Cuti Saja?

Mungkin beberapa orang akan berpikir bekerja sambil liburan, bukannya malah jadi tidak fokus? Pikiran jadi terbagi antara harus menyelesaikan pekerjaan, dan sebagian lagi membayangkan kegiatan lain yang menyenangkan yang dapat dilakukan di tempat wisata.

Walau begitu, nggak berarti workcation jadi kegiatan yang buruk. Supaya kamu tetap fokus dalam menyelesaikan pekerjaan, ada beberapa syarat yang harus kamu lakukan.

Dikutip dari Themuse.com, jangan berpikir workholiday itu sama dengan liburan saja. Kamu harus melihat kegiatan ini sebagai penghilang kejenuhan.

Kamu dapat bekerja dengan ditemani pemandangan baru, tanpa menghilangkan jatah cuti tahunan kamu. Tenang saja, kamu tetap bisa merasakan liburan dan sejenak melupakan pekerjaan kantor di luar jam kerja. 

Tips Melakukan Workcation Supaya Lebih Menyenangkan

Sekarang kita bahas beberapa tips untuk melakukan workcation. Yuk kita simak apa saja.

Cari Lokasi yang Tepat untuk Workcation

Tips pertama kamu harus tentukan lokasi workcation yang tepat. Dalam tahapan ini, kamu harus ingat, workcation boleh dijalani sambil rebahan dan minum es kelapa muda di pinggir pantai, tapi kamu harus tetap bekerja ya.

Menurut Themuse.com, kamu harus hindari tempat wisata yang banyak destinasi menarik. Sebab, kemungkinan kamu bisa kunjungi destinasi tersebut bisa batal, karena kamu harus menyelesaikan pekerjaan.

Baca Juga: ‘Love-Hate Relationship’ dengan Pekerjaan, Haruskah Karyawan Bertahan?

Sebagai saran, ini ada beberapa saran yang bisa kamu pilih:

  • Cari tempat dengan suasana yang tenang serta nyaman, dan kamu juga harus mencari tempat yang mempunyai koneksi internet bagus.
  • Main ke tempat saudara atau teman di kota lain, jadi kamu bisa sekalian mengunjungi mereka di waktu luang.
  • Cari tempat yang punya destinasi wisata yang tidak terlalu banyak namun menarik.

Intinya, cari destinasi yang cocok dengan tujuanmu, yaitu tempat untuk bekerja sambil liburan.

Atur Jadwal

Selanjutnya, kamu harus membuat jadwal yang jelas. Kamu tentukan waktu kamu harus bekerja dan waktu untuk kamu jalan-jalan. Buatlah jadwal tersebut dengan matang ya.

Walau kadang kita bisa keluar dari jadwal yang sudah ditentukan, paling tidak saat kamu sudah mempunyai jadwal akan mencegah kamu membuang waktu. Kamu pun jadi tidak merasa cuma pindah lokasi kerja, tetapi dapat memakai waktumu untuk sedikit bertualang.

Buat Persiapan Matang

Menurut Inc.com, workcation terasa lebih gampang kalau dilakukan oleh generasi Z. Pasalnya, kebanyakan dari mereka belum ada tanggungan, sehingga lebih fleksibel dan tidak perlu membuat persiapan rumit sebelum berangkat.

Walau begitu, bukan berarti kalau kamu punya anak dilarang kerja sambil liburan. Kamu cuma perlu menyiapkan workcation jadi lebih mendetail.

Kamu perlu pikirkan kira-kira siapa yang akan menjaga anak kamu saat sedang bekerja. Lalu, kapan waktu paling tepat untuk dapat berkunjung ketempat wisata. Tidak cuma untuk para ayah dan ibu, pemilik peliharaan juga perlu membuat persiapan. Pastikan ada yang menggantikanmu mengurus hewan kesayangan selama beberapa waktu.

Lakukan di Jadwal Kamu Sedang WFH

Kalau jadwal kamu harus ke kantor, kamu pastinya tidak mungkin dapat pergi ke tempat wisata dan bekerja dari sana. Jadi, lakukanlah workcation waktu kamu mendapat jadwal WFH.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Kamu yang sekarang masih setiap harinya bekerja dari rumah atau malah bebas bekerja darimana, tentu kamu bisa mencoba workcation.

Komunikasikan dengan Rekan Kerja

Poin kelima ini penting karena kamu harus bertanggung jawab dengan pekerjaan di kantor. Sebagai pekerja yang profesional, kamu seyogyanya menginfokan ke rekan yang lain kalau kamu akan liburan nyambi bekerja beberapa hari.

Kamu dapat memperlihatkan juga jadwal yang sudah kamu buat nantinya. Tujuannya supaya mereka dapat membantu menangani tugasmu di kantor untuk beberapa waktu ke depan. Tetap jaga komunikasi dan saling perbarui kabar dengan teman demi memperlihatkan kalau kamu tetap berkontribusi.

Jaga Diri dengan Vaksin dan Patuhi Protokol Kesehatan

Status pandemi Corona belum berakhir. Jadi, demi menjaga diri serta orang di sekitar, segera vaksinasi di klinik terdekat. Jadi, kamu akan jadi lebih tenang saat menjalani workcation.

Nah, jika kamu sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap? Tetap jangan lengah, kamu tetap harus jaga protokol kesehatan selama liburan nantinya. Sebab, sebagaimana dikutip dari Cdc.gov, kendati kamu sudah vaksin, kamu tetap bisa terkena COVID-19 dengan pelbagai gejala ringan. Bahkan kamu tetap bisa berpotensi menularkan virus Corona ke orang lain.

Read More
ciri rekan kerja yang baik

Ciri Rekan Kerja yang Baik, Apakah Kamu Salah Satunya?

rekan kerja yang baik – Idealnya, karyawan yang baik harus selalu bisa mengerjakan tugas yang diberikan atasan, bertanggung jawab, dan mampu menjaga harmoni dalam berelasi. Tak cuma ke atasan tapi juga ke sesama kolega kerja.

Kenapa, sih penting sekali membahas perihal ini? Menurut Gradjobs.co.uk, kepribadian baik karyawan di kantor merupakan salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas kerja. Pasalnya, semangat serta kerja sama bisa turut digenjot karena hal ini. 

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Yuk, langsung saja kita simak ciri-ciri rekan kerja yang baik berikut ini versi Magdalene.

Menghormati Sesama

Sebagai rekan kerja yang baik, kamu harus bisa menghormati sesama. Dalam bekerja, pasti akan bertemu suatu masalah, baik problem personal atau pekerjaan. Tidak peduli seberapa kompleks masalah yang terjadi, kamu harus selalu memperlakukan semua orang dengan rasa hormat, ya.

Kamu bisa utarakan rasa tidak suka atau kurang setuju dengan perkataan sopan dan baik. Dengan begitu, masalah yang timbul dapat diselesaikan secara dewasa.

Aturan ini juga berlaku dalam situasi sehari-hari biarpun sedang tidak ada masalah. Selalu pilih kata-kata yang sopan dan perlakukan teman kerja dengan baik.

Rekan Kerja yang Baik akan Terbuka dengan Masukan

Rekan kerja yang baik bukan cuma mereka yang pintar dalam memuji tetapi juga membuat orang lain berkembang jadi lebih baik, yakni dengan memberikan kritik dan saran yang membangun. Cara paling tepat untuk mengingatkan orang lain adalah dengan membicarakannya langsung.

Baca Juga: Benarkah Kita Dilarang Berteman Dekat dengan Orang Kantor?

Namun, kamu juga harus mampu terbuka dalam menerima masukan. Menerima kritik dan saran memang tidak gampang, tetapi dampaknya bukan cuma baik untuk diri sendiri, tapi juga untuk perusahaan.

Rekan Kerja yang Baik akan Mempunyai Sifat yang Jujur

Kejujuran merupakan salah satu karakter yang penting dalam diri seseorang. Untuk dapat jadi teman kerja yang dipercaya, pastinya seseorang harus memperlihatkan kalau ia jujur dalam melaksanakan tugas.

Tak hanya itu, jujur juga berlaku waktu kamu sengaja atau tidak melakukan kesalahan. Kamu harus bisa mengakui kesalahan yang dilakukan dan belajar dari kesalahan tersebut.

Teratur

Menurut Indeed.com, teratur di sini berarti seseorang tersebut paham bagaimana menentukan jadwal serta mana yang penting untuk dikerjakan terlebih dahulu.

Kemampuan ini membuatmu dapat membereskan pekerjaan tepat waktu jadi tidak akan menyulitkan rekan kerja yang lain. Jika kamu merupakan seorang pekerja yang teratur, tentu orang yang ada dalam satu divisi dengan kamu akan cenderung menyukaimu.

Punya Dedikasi

Ciri lain dari rekan kerja yang baik adalah punya dedikasi. Kalau kamu ingin dikenal sebagai rekan kerja yang jadi panutan, sifat ini jangan sampai terlupakan.

Baca Juga: 4 Cara Hadapi ‘Mansplaining’ dan Interupsi dari Rekan Kerja

Seseorang yang berdedikasi akan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tanggung jawabnya. Dengan begitu, ia mampu menjadi anggota tim yang mendorong hasil-hasil positif dalam pekerjaan.

Akan tetapi, berdedikasi disini bukan berarti kamu jadi tidak punya work-life balance ya. Kamu juga harus pisahkan waktu bekerja dengan serius dan kapan waktunya untuk kamu beristirahat.

Terbuka dan Kolaboratif

Kamu pasti mengharapkan seseorang yang rela membantu orang lain, apa lagi kalau mereka mempunyai inisiatif untuk menolong tanpa diminta. rekan kerja seperti ini ingin dan bisa meringankan beban kerja kamu sambil membentuk relasi. Kamu dapat membentuk hubungan yang baik dengan mereka dan hal ini sangat berguna buat kamu berdua di nantinya.

Sebagai anggota tim yang baik, rekan kerja seperti ini pastinya dapat diandalkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaannya dengan baik. Keterampilan ini juga diperlihatkan dengan adanya kemampuan untuk mau mendengarkan pendapat dari rekan yang lain, brainstorming tentang jalan keluar dari permasalahan yang muncul, terbuka dengan ide baru, serta dapat dipercaya.

Rekan Kerja yang Baik Dapat Diandalkan

Ciri yang tidak kalah penting dari seorang rekan kerja yang baik adalah dapat diandalkan. Menurut Jobstreet.com.sg, kolegamu di kantor harus bisa mengandalkanmu dalam membereskan tugas yang diberikan. Tidak hanya itu, kamu juga harus jadi seseorang yang bertanggung jawab. Berarti, kamu juga harus bertanggung jawab dari kesalahan yang kamu buat waktu bekerja.

Baca Juga: Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Punya Sikap Positif

Optimisme juga termasuk hal yang sangat dibutuhkan di tempat kerja. Rekan kerja positif yang mempunyai optimisme di kantor bisa menjadi penopang buat teman lainnya, apalagi di waktu-waktu sulit.

Untuk bisa bersikap positif, kamu dituntut untuk melatih kecerdasan dalam mengatur emosi.

Berempati

Mempunyai rasa empati berarti kamu dapat memahami apa yang dirasakan orang lain. Dengan adanya empati, kamu dapat membuat suasana kerja yang nyaman untuk semua orang.

Pasalnya, empati punya peran yang sangat penting dalam menciptakan hubungan interpersonal dengan rekan kerja maupun atasan.

Self-starter

Sifat yang merupakan salah satu ciri-ciri rekan kerja yang baik ini lumayan mirip dengan arti kata inisiatif.

Sebagai teman sekantor yang baik, kamu harus memiliki keinginan dari dalam diri untuk mulai tanpa harus disuruh atau diperintah orang lain.

Tentunya, ini terpaut hal-hal baik di kantor, ya. Self-starter dapat berlaku untuk pekerjaan, seperti memberikan pendapat atau mendapatkan solusi dari suatu masalah.

Selain itu, self-starter juga bisa berarti punya inisiatif untuk menolong teman-teman lainnya di kantor.

Rekan Kerja yang Baik Merupakan Pendengar yang baik

Menjadi seorang pendengar yang baik juga sangat penting di tempat kerja.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Mendengarkan orang lain tidak hanya dibutuhkan waktu mereka curhat kepadamu, tetapi juga waktu terjadi diskusi mengenai permasalahan pekerjaan.

Dengan mampu mendengarkan dengan baik, kamu bisa mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

Problem-solver

Tidak semua rekan kerja yang baik pasti mempunyai sifat ini. Akan tetapi, kemampuan dalam mencari solusi akan sangat baik jika dimiliki.

Problem-solver merupakan orang yang bisa memberi ide dan saran untuk mengatasi suatu permasalahan di pekerjaan.

Jika ingin disebut problem-solver, kamu juga perlu mempunyai skill untuk mencari jalan keluar dari suatu permasalahan.

Read More
tipe gaya kepemimpinan

7 Gaya Kepemimpinan yang Disukai Karyawan

Gaya kepemimpinan adalah daya upaya seorang untuk memengaruhi dan memberdayakan orang lain, baik dalam organisasi maupun perusahaan.

Setiap perusahaan umumnya menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi sistem perusahaan, berapa banyak karyawan, dan target yang harus dikejar.

Jika kamu punya tujuan menjadi seorang leader atau manajer di kantor sekarang kamu bekerja, kamu perlu memahami beragam gaya orang dalam memimpin. Ini juga berguna bila kamu belum menjadi seorang pemimpin, kamu jadi tahu cara yang tepat menghadapi atasan dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Baca Juga: Menjadi Pemimpin Efektif dengan Gaya Kepemimpinan Feminis

Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat kamu pelajari dengan saksama. Kira-kira apa saja, ya? Berikut ini beberapa gaya kepemimpinan yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Gaya Kepemimpinan Multikultural

Cocok dengan namanya, gaya kepemimpinan ini umumnya diterapkan pada kantor atau perusahaan yang para karyawannya memiliki latar lintas budaya.

Gaya kepemimpinan multikultural berarti atasan harus bisa menghargai dan menerima seluruh budaya yang “dibawa” oleh setiap karyawannya. Contoh yang umum, pemimpin mendukung setiap perayaan hari raya dari berbagai budaya.

Waktu menjelang hari natal, perusahaan akan membuat kegiatan tukar kado antar karyawan. Lalu, waktu bulan Ramadan, pemimpin akan mengusulkan untuk membuat acara buka puasa bersama. Hal-hal seperti ini bisa membuat karyawan jadi merasa lebih diterima dan dilibatkan, sehingga berpengaruh positif kepada pengalaman bekerjanya.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Dikutip dari Blog.hubspot.com, gaya kepemimpinan demokratis agak mirip dengan paham politik demokrasi.

Kepemimpinan demokratis akan mempunyai pembagian kekuasaan yang setara. Berarti, tidak ada satu pihak yang lebih menguasai dari lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya demokratis tidak memperlihatkan hierarki. Pemimpin yang menerapkan gaya ini memberikan kesempatan yang sama buat para karyawannya untuk berperan serta lebih aktif untuk mengambil keputusan.

Di sini, pendapat boleh ditukar dengan bebas tanpa dihakimi karena diskusi sangat dianjurkan. Peran pemimpin lebih membimbing memegang kendali atas jalannya musyawarah.

Nah, pemimpin juga punya tugas untuk menentukan siapa di dalam grup yang bisa berkontribusi pada keputusan yang dibuat.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Namun, ini tidak berarti kalau setiap keputusan harus selalu dibuat dalam grup. Tergantung dari peran dan tanggung jawab setiap karyawan, keputusan akhir tetap di tangan pemimpin.

Dengan menerapkan gaya kepemimpinan ini, komunikasi atasan ke bawahan dan sebaliknya dapat terjalin dengan efektif serta efisien.

3. Kepemimpinan Strategis

Seluruh bagian dari suatu perusahaan dapat ikut serta dalam memberikan kinerja terbaiknya kalau gaya kepemimpinan yang diterapkan berfokus pada strategi.

Tidak cuma yang berada di top management yang memiliki kuasa dan peranan penting, sebagai karyawan biasa, kamu yang ingin menaikkan mutu kehidupan atau perusahaan juga dapat mengambil peran.

Gaya kepemimpinan ini pasti dibutuhkan oleh tim riset dan strategi dari beragam jenis perusahaan, khususnya dalam membuat pola yang dinamis untuk mengikuti perubahan pasar atau target.

Lewat kepemimpinan strategis, seharusnya tiap pekerja yang ada di perusahaan memiliki keleluasaan untuk mengeluarkan ide serta gagasannya. Apalagi kalau ada peluang baru yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar, ini akan jadi kesempatan besar suatu perusahaan meningkat.

Kolaborasi antara demokratis dan strategis akan menciptakan produk-produk andalan. Terlebih, di zaman yang serba digital seperti sekarang ini.

4. Visioner

Dikutip dari Thebalancecareers.com, gaya kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang lebih melihat tujuan ke depan dan dengan cepat mengambil tindakan untuk mewujudkannya.

Pada dasarnya, orang dengan gaya kepemimpinan ini selalu mencari peluang perusahaan atau organisasi yang tidak disadari oleh orang lain.

Lalu, ia akan mengeluarkan ide-ide brilian yang memungkinkan perusahaan bisa ikut bersaing dengan para kompetitor.

Kendati demikian, banyak berpendapat kalau gaya kepemimpinan ini kurang efektif untuk diaplikasikan ke dalam perusahaan.

Pasalnya, anggota timnya akan bingung dalam menentukan tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Karena pemimpin visioner akan selalu mengeluarkan ide-ide baru.

Menurut Michiganstateuniversityonline.com, sangat penting buat para pemimpin visioner untuk membuat dirinya lebih seimbang dengan orang-orang yang ada disekelilingnya.

Bahkan, lebih bagus lagi kalau gaya kepemimpinannya tidak cuma visioner saja, akan tetapi menanamkan gaya lain yang lebih demokratis.

Baca Juga: 5 Karakter Pemimpin Perempuan dengan Tipe Maskulin di Sinema

Pada intinya, kepemimpinan visioner akan efektif kalau ia bisa menyesuaikan dirinya dengan rekan kerja yang lain.

5. Pemimpin yang Fasilitatif

Gaya kepemimpinan ini terlihat sama dengan gaya yang sebelumnya, tetapi ada pembeda yang signifikan, khususnya dari segi penerapannya.

Pemimpin tipe ini umumnya lebih melihat ke hasil, tidak begitu memikirkan peningkatan skill karyawannya.

Selama pekerjaan tetap bisa terselesaikan, kemungkinan besar atasan tidak akan ikut campur terlalu banyak. Namun, kalau ada divisi maupun karyawan yang tidak bekerja sebagaimana mestinya, pemimpin ini tidak akan ragu untuk langsung turun langsung mengamati proses.

Hal yang positif dari pemimpin fasilitatif adalah ia tidak akan membatasi karyawan dalam membereskan pekerjaan.

Kalau karyawan memiliki cara sendiri yang dirasa lebih baik, atasan tidak akan memprotes selama pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

Gaya yang satu ini umumnya dipilih para pebisnis yang usahanya sudah mempunyai banyak cabang dan tidak perlu selalu dipantau setiap saat karena sudah ada standar yang perlu dipenuhi para karyawan.

6. Memimpin Sambil Mengajar

Gaya kepemimpinan tersebut sangat menguntungkan buat para pekerja. Jenis pemimpin yang satu ini mirip dengan servant leadership, yang tidak akan ragu untuk langsung membantu serta membimbing setiap pekerjanya dalam meningkatkan keterampilan dan wawasan.

Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang bergerak sambil mau membantu setiap karyawan, dibutuhkan kerelaan untuk menyediakan waktu sebaik-baiknya. Sebab, waktumu pastinya akan terbagi, salah satunya untuk membimbing karyawanmu.

Jenis kepemimpinan ini dibutuhkan dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan secara periodik supaya kemajuan para staf juga bisa terpantau.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Selain waktu, para atasan juga akan mencurahkan motivasi kerja dan bantuan buat para karyawan yang ada di bawah pengawasannya.

Divisi HRD merupakan salah satu divisi yang harus mengaplikasikan gaya kepemimpinan ini dalam setiap kegiatannya karena tujuannya terbilang sangat relevan.

7. Gaya Kepemimpinan yang Berpusat pada Tim

Dalam hal ini, setiap karyawan harus bekerja dengan sepenuh hati. Sayangnya, sikap percaya dan saling dukung antarkaryawan jadi tidak terlalu dilihat karena fokusnya adalah mencapai visi-misi bersama. Gaya kepemimpinan ini sebenarnya cukup bagus diterapkan jika tiap pekerja tidak punya banyak kewajiban atau target pribadi.

Gaya yang berfokus pada tim juga membutuhkan visi yang jelas. Jadi, kamu lebih terarah fokus pada pekerjaan yang jadi tanggung jawabmu serta rekan kerja lainnya. Akan tetapi, apabila kualitas pemimpinnya masih belum mumpuni, maka hasil akhirnya bakal di bawah ekspektasi.

Read More
cara atasi digital fatigue

‘Digital Fatigue’: Kelelahan Digital dan Cara Tepat Mengatasinya

Matamu terasa capek, kulit kering, sampai sakit kepala karena terlalu lama berada di depan laptop? Barangkali kamu tengah mengalami digital fatigue. Gejala ini jamak terjadi, terutama kala pandemi COVID-19, di mana rata-rata para karyawan dipaksa untuk mengubah kebiasaan kerja jadi serba daring, sehingga mau tidak mau kita jadi lama berada di depan layar gawai.

Berikut tips atau cara mengatasi digital fatigue untukmu yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Beda ‘Passion’ dan Hobi, Mana yang Lebih Penting untuk Karier?

Ciri Kamu Terkena Digital Fatigue

Dikutip dari Hellosehat.com, tidak cuma mata menjadi lelah, kulit jadi kering, sampai sakit kepala, ada ciri lainnya yang menunjukkan kamu terkena digital fatigue:

  • Merasa sangat jenuh dengan berbagai kegiatan digital, seperti online meeting
  • Hilangnya semangat dalam melakukan pekerjaan di depan laptop
  • Motivasi kerja yang menurun
  • Nyeri di otot leher
  • Sakit dibagian pinggang karena jarang bergerak
  • Konsentrasi jadi berkurang
  • Nyeri punggung dan pinggang

Cara Mengatasi Digital Fatigue

Dari survei yang dilakukan Deloitte.com kalau satu dari tiga orang merasa kewalahan dengan teknologi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Kalau kamu sekarang mengalaminya, jangan sampai dibiarkan terlalu lama, karena dapat berujung pada kesehatan mental dan fisik yang terganggu.

Nah, supaya kesehatan serta produktivitas kerja tidak terganggu, ini beberapa cara mengatasi digital fatigue:

Tentukan Batasan untuk Atasi Digital Fatigue

Salah satu cara atasi digital fatigue dan malah bisa mencegahnya dengan menentukan batasan waktu kerja.

Ya, kerja jarak jauh (WFH) selama pandemi ini membuat orang-orang kesulitan membagi waktu kerja dan pribadi.

Jadinya, kita bisa bekerja sampai malam atau bahkan lembur di akhir pekan Nah, dengan menentukan batasan, sangat berpotensi bisa mencegah burnout.

Bukannya menghambat, hal ini malah membuat kamu menemukan ritme yang pas dan menjaga produktivitas kerja.

Baca Juga: 7 Cara Jitu Atasi ‘Mental Fatigue’ di Tempat Kerja

Karena bila kamu bekerja terus menerus juga akan membuat kamu penat, fokus jadi menurun, dan malas melakukan apa pun. Dalam hal ini, menentukan batasan malah bisa membuat pekerjaanmu jadi selesai dengan baik.

Istirahat Tidur yang Cukup

Menurut Lixar.com, tidur yang kurang menjadi salah satu penyebab kamu mengalami digital fatigue. Karena bila kita terlalu lama melihat layar dapat menghambat pembentukan hormon tidur.

Untuk mengatasi digital fatigue, kamu dapat mengatur waktu tidur, sehingga kamu mendapatkan istirahat yang cukup.

Supaya kamu bisa tidur lebih nyenyak, pastikan untuk tidak melihat layar ponsel atau laptop satu jam sebelum tidur.

Sediakan Waktu Me-time

Sediakan waktu untuk bekerja dan bersantai. Work-life balance ini sangat membantu kamu jadi lebih tenang dan menjaga kesehatan mental.

Itu sebabnya, setelah seharian bekerja dengan fokus, kamu dapat menyediakan waktu untuk dirimu sendiri.

Berikan penghargaan buat diri sendiri yang sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik.

Mencari Posisi Duduk yang Nyaman Waktu Kerja

Digital fatigue dapat menyebabkan kamu jadi sakit pinggang, serta leher, dan bahu terasa nyeri.

Keadaan ini bisa semakin parah kalau tidak didukung dengan posisi duduk yang benar waktu kamu kerja seharian.

Baca Juga: Kiat-kiat Kantor Dukung Kesehatan Mental Karyawan yang Patut Dicoba

Itu sebabnya, perlu dipastikan postur duduk yang tegak dan nyaman waktu sedang bekerja. Tidak disarankan bekerja sambil berbaring atau duduk di bangku tanpa ada sandaran.

Berinteraksi dengan Orang Lain

Pandemi membuat kita harus membatasi bertemu dengan orang lain. Jadi, sangat normal kalau banyak dari kita jadi merasa kesepian. Apalagi yang tinggal di kosan.

Namun, kalau memungkinkan, tetaplah melakukan interaksi dengan orang lain.

Berbincang sebentar dengan orang serumah, teman kos, atau bertemu teman dengan protokol kesehatan yang ketat dapat menjadi cara dalam mengatasi digital fatigue. Pun, kamu bisa juga berbincang dengan rekan kerja via telepon.

Sediakan Waktu Istirahat Sejenak

Selama bekerja, kamu perlu ambil waktu istirahat sejenak dari depan layar. Tidak perlu lama, kira-kira 15 menit. Kamu dapat keluar ruangan untuk sekadar melihat keadaan sekitar atau ke halaman rumah.

Pokoknya, alihkan pandanganmu sebentar dari layar laptop, ponsel, atau perangkat elektronik yang lain.

Melakukan Kegiatan Non-digital

Selama di rumah, mungkin kamu berpikir tidak banyak yang dapat dilakukan setelah selesai bekerja. Kamu cuma berbaring sambil lihat media sosial, bermain gim atau menonton film. Kegiatan seperti ini cuma akan menambah waktu kamu menatap layar.

Baca Juga: Para Perempuan yang Tergilas Teknologi Digital

Bagusnya, carilah kegiatan non-digital dan rutin dilakukan setiap hari. Contohnya kamu bisa mengajak hewan peliharaan keliling sekitaran komplek rumah, merawat tanaman, membaca buku, atau membersihkan rumah.

Detoks Digital

Dikutip dari Entrepreneur.com, rasanya memang susah untuk lepas dari akses dunia digital. Apalagi, kalau sekarang ini semua kegiatan dilakukan secara daring. Namun, kamu bisa mencoba detoks digital demi kesehatan fisik dan mental. Sebisa mungkin coba untuk mengurangi akses kamu ke internet dan elektronik.

Bila memungkinkan, kamu dapat memanfaatkan jatah cuti beberapa hari dan sama sekali hindari segala bentuk yang berbau digital. Jalan-jalan ke alam atau pergi ke rumah saudara mungkin dapat memaksimalkan momen detoks kamu.

Itulah beberapa ciri dan cara mengatasi digital fatigue. Pekerjaan dan aktivitasmu memang tidak akan mungkin lepas dari produk-produk digital.

Itu sebabnya, yang dapat kita lakukan sekarang adalah punya batasan. Bukan cuma mengatasi, ini juga dapat menjadi cara untuk mencegah digital fatigue. Kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik.

Read More
gaya kepemimpinan servant leadership

‘Servant Leadership’ dan Pentingnya Jadi Bos yang Membumi

Sangat beragam jenis gaya kepemimpinan yang dapat diaplikasikan dalam perusahaan. Salah satu yang relatif unik adalah servant leadership. Gaya satu ini ditandai dengan ciri khas atasan akan meninggalkan sifat otoriter dan cenderung lebih besar melayani karyawannya.

Apa yang Dimaksud dengan Servant Leadership?

Menurut Psychologytoday.com, servant leadership adalah jenis kepemimpinan yang punya pandangan kalau tujuan utama seorang pemimpin adalah untuk melayani karyawan.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Tidak cuma itu saja, pemimpin juga harus bisa memberikan dukungan kepada karyawan dalam memajukan keterampilannya.

Jadi, yang membuat servant leadership terlihat berbeda dengan jenis kepemimpinan lainnya adalah tujuannya. Pemimpin dengan gaya ini tidak akan memperlakukan orang lain sebagai bawahan, tetapi rekan kerja.

Istilah servant leadership dikemukakan pertama kali oleh Robert K. Greenleaf dalam esainya “The Servant as Leader” pada 1970. Ia menjelaskan, sebagai pemimpin fokusnya harus digeser pada kemajuan serta kesejahteraan orang-orang atau komunitas di mana ia berada.

Investopedia.com menambahkan, tujuan servant leadership adalah untuk mengubah hubungan manajemen perusahaan dan karyawan jadi lebih sinergis.

Saat atasan menerapkan gaya kepemimpinan yang satu ini, dipercaya karyawan jadi lebih termotivasi dan produktivitas kerja bisa terus meningkat.

Karakteristik Servant Leadership

Dikutip dari Mindtools.com, ada 10 karakteristik atau prinsip dalam servant leadership. Berikut ini pejelasannya:

1. Servant Leadership akan mempunyai Empati

Pemimpin yang tidak mempunyai rasa empati pastinya akan susah dekat dengan para karyawannya. Sebaliknya, jika pemimpin dapat berempati, ia bisa jadi lebih paham dengan keinginan dan kebutuhan setiap karyawannya.

2. Kesadaran diri

Pemimpin yang menerapkan servant leadership juga harus selalu mempunyai kesadaran diri yang baik. Ia harus paham bagaimana posisi dan tanggapan karyawan kepada dirinya.

Baca Juga: Pemimpin Perempuan: Perkara Kesempatan

Kesadaran diri juga akan mendukung pemimpin mengetahui apa yang jadi kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam dirinya. Self-awareness juga tidak cuma harus dimiliki oleh pemimpin, tapi seluruh pekerja.

3. Mendengarkan

Seorang pemimpin harus bisa jadi seorang pendengar yang baik. Hal ini sangat penting untuk para pemimpin supaya lebih mengenal orang-orang yang bekerja sama dengannya.

Servant-leader mendengarkan dengan penuh perhatian kepada setiap karyawannya, termasuk mengenali dan membantu memperjelas keinginan tim, juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri.

4. Emotional Healing

Fokus utama dari servant leadership adalah membantu dan memberikan rasa nyaman buat karyawan untuk terus berkembang.

Nah, pada prinsip ini, pemimpin harus paham kalau tidak semua karyawan dapat dengan mudah diajak kerja sama. Karena itu, pemimpin harus mampu membuat lingkungan kerja yang bisa membuat setiap karyawan jadi merasa nyaman dan dapat jadi tempat healing terbaik untuk mereka.

5. Persuasif

Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dipunyai oleh setiap atasan atau pemimpin.

Tidak cuma bisa berkomunikasi dengan lancar, mereka juga dituntut untuk persuasif. Idealnya pemimpin tahu bagaimana caranya membina dan membujuk para karyawannya untuk bisa jadi lebih baik.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Servant leadership lebih mengutamakan mindset yang serupa antar dirinya dan bawahannya sebelum menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jadi, tidak akan ada keputusan cuma sepihak dari atasan.

6. Konseptualisasi

Kemampuan mengantisipasi masalah dari perspektif konseptualisasi berarti berpikir jangka panjang dalam basis yang lebih luas. Konseptualisasi juga berarti atasan diharapkan bisa membangun tim kepada kesuksesan.

Ia harus mampu menentukan setiap target yang ingin diraih dengan teliti. Lalu, membicarakan target tersebut kepada para anggota tim.

7. Komitmen untuk Pertumbuhan Karyawan

Seperti yang disebutkan di atas, tujuan dari servant leadership adalah menolong para karyawan untuk bisa berkembang dan menaikkan kemampuannya.

Dengan demikian, pemimpin diharapkan dapat melayani dan berkomitmen untuk menolong setiap karyawan untuk menaikkan kualitas skill yang dipunyai.

Contohnya, dengan memberikan training yang tepat sebelum melimpahkan tugas kepada karyawan.

8. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership akan Melayani

Dalam gaya kepemimpinan ini, kapabilitas pemimpin dalam mengambil tugas atau tanggung jawab sangat digarisbawahi. Seorang pemimpin harus paham mengenai pentingnya tanggung jawab yang dimilikinya.

Baca Juga: Mengenal Kecerdasan Emosional yang Penting di Dunia Kerja

Dengan begitu, ia bisa menjaga dan menjunjung tinggi kepercayaan serta impian yang diberikan oleh para pekerja.

9. Melihat Jauh ke Depan

Tujuan penting dari prinsip servant leadership adalah untuk melihat bagaimana hasil kinerja tim nantinya.

Supaya mampu melakukan prediksi, maka atasan harus meninjau lagi seperti apa kinerja setiap bawahan selama ini. Informasi yang sudah ia dapat bisa digunakan untuk membuat konsep yang lebih matang di masa depan.

10. Menciptakan Komunitas

Karakteristik terakhir dari servant leadership adalah mampu membangun komunitas dan lingkungan kerja yang nyaman serta selaras.

Setiap karyawan pasti ingin punya tempat kerja yang menyenangkan. Nah, di sini pemimpin punya peran sangat penting. Mereka harus bisa memastikan setiap pekerja dapat merasa nyaman waktu bekerja.

Read More
gaya manajemen di tempat kerja

Rupa-rupa Manajemen di Tempat Kerja, Kantormu Tipe Mana?

Sebagai seorang pemimpin perusahaan, ada tuntutan untuk terus adaptif dan bisa menghasilkan putusan bijak demi kepentingan bersama. Ini termasuk saat dihadapkan pada dilema memutuskan apakah akan tetap menerapkan kerja dari rumah (work from home), kerja hybrid, atau bekerja dari kantor tiap hari.

Tak cuma harus mempertimbangkan untung rugi buat perusahaan, pemimpin juga harus mewadahi aspirasi dari para karyawan. Apalagi karyawan yang sudah terlanjur nyaman bekerja dari rumah dan tetap produktif. Pun, karyawan yang punya kekhawatiran tinggi soal peningkatan kasus COVID-19 dengan varian-varian barunya.

Nah, di sinilah, pelaksanaan gaya manajemen kerja yang benar akan berdampak baik terhadap perusahaan. Contoh keuntungannya, yakni menggenjot produktivitas kerja dan memuaskan banyak kalangan, dari stake holders sampai karyawan grass root.

Untuk kamu yang ingin menjadi pemimpin, pastinya harus paham apa saja jenis gaya manajemen kerja yang dapat diterapkan di kantor. Dengan memahami ini, kamu dapat menciptakan strategi yang paling tepat untuk tim kamu nantinya.

Lalu, apa saja gaya manajemen kerja yang biasanya dipilih oleh para pemimpin? Yuk, kita bahas selengkapnya di bawah ini!

Apa yang Dimaksud dengan Gaya Manajemen di Tempat Kerja?

Menurut Topcareer.id, gaya manajemen adalah pedoman-pedoman yang terdiri dari metode, keahlian, dan metode yang dipakai manajer dalam menangani situasi.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Hal yang satu ini mencakup bagaimana seorang manajer waktu membuat rencana, mengatur, mengambil keputusan, melimpahkan wewenang, sampai mengatur timnya.

Seorang pemimpin yang baik akan menyesuaikan gaya manajemen kerjanya dengan berbagai faktor dan akan selalu fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Jenis Gaya Manajemen di Tempat Kerja

Setelah kita tahu definisinya, yuk sekarang kita pahami apa saja jenis gaya manajemen kerja yang sering dipakai oleh para pemimpin berikut ini:

1. Gaya Manajemen Persuasif

Dikutip dari Indeed.com, ketika atasan menerapkan gaya manajemen ini, ia akan memakai kemampuan persuasi untuk membuat para karyawan menjadi yakin kalau keputusan yang diambilnya untuk kebaikan tim dan perusahaan.

Dalam melaksanakan strategi ini atasan akan menjelaskan proses pengambilan keputusan. Jadi, karyawan seakan-akan ikut andil dan merasa jadi lebih dihargai pendapatnya.

Kelebihannya adalah membuat karyawan jadi lebih percaya dengan atasan. Pun, karyawan akan memberikan respon yang baik kepada keputusan atasan

Sementara, kekurangannya, karyawan masih dibatasi karena keputusan tetap dibuat oleh atasan. Selain itu, karyawan masih susah dalam mengeluarkan umpan balik pada keputusan yang dibuat

2. Delegasi

Gaya manajemen kerja yang selanjutnya ini, atasan akan datang cuma untuk memberikan tugas.

Baca Juga: Bertanya pada Bos Saat ‘Performance Review’, Kenapa Tidak?

Kemudian, karyawan diberikan tanggung jawab penuh menyelesaikan pekerjaan sesuai keinginannya.

Setelah pekerjaan sudah diselesaikan, atasan akan memeriksa pekerjaan dan cuma memberikan saran kepada karyawan.

Kelebihannya, karyawan akan jadi lebih kreatif. Selain itu, karyawan diberikan kepercayaan untuk menangani permasalahan mereka sendiri.

Adapun kekurangannya, tidak ada pengawasan langsung dari atasan, bisa menyebabkan produktivitas kerja jadi turun. Pun, jaryawan jadi merasa atasan tidak memberikan kontribusi kepadanya.

3. Transformasional

Gaya manajemen transformasional lebih terfokus pada pertumbuhan karyawan. Atasan akan memotivasi karyawan supaya dapat menciptakan pencapaian yang lebih besar.

Selain itu, manajer mau bekerja sama dengan setiap karyawan dan memberikan contoh untuk mereka bagaimana etos kerja yang baik, supaya memperoleh hasil terbaik.

Kelebihannya, karyawan akan memberikan perubahan untuk perusahaan. Karyawan juga jadi lebih kreatif sehingga bisa menciptakan solusi buat permasalahan perusahaan.

Kekurangannya, jika tidak diterapkan dengan benar, gaya manajemen ini dapat membuat karyawan kehabisan tenaga. Pun, karyawan jadi punya beban berlebih karena harus terus-menerus meraih pencapaian yang lebih baik dari sebelumnya.

4. Gaya Manajemen Kolaboratif

Dikutip dari Indeed.com, dalam gaya ini, atasan akan selalu bekerja sama dengan setiap karyawan.

Baca Juga: ‘Girl Boss’ di Film Indonesia: Stereotipikal atau Tidak?

Pemimpin akan rutin membuat semacam forum terbuka untuk mendiskusikan banyak hal sebelum akhirnya membuat suatu keputusan.

Kelebihannya, karyawan jadi merasa lebih dipercaya, dihargai, dan didengar gagasannya. Selain itu juga menginspirasi supaya setiap karyawan memberikan hasil kerja terbaiknya karena merasa segala gagasan akan didengar atasan.

Kekurangannya, metode seperti forum terbuka dapat menyita waktu yang lebih lama.

5. Visioner

Menurut Valamis.com, gaya manajemen visioner berpusat pada penyampaian visi perusahaan, divisi, atau proyek yang sedang dikerjakan oleh tim. Atasan juga ikut dalam mengerjakan kerjaan sehari-hari dengan detail.

Ia juga setiap waktu memberikan motivasi supaya tim bisa selalu konsisten dan bergerak ke tujuan yang sama.

Kelebihannya, atasan jadi lebih mudah memotivasi karyawan supaya dapat bekerja dengan tujuan bersama. Tak hanya itu, metode ini berpotensi mempererat tim dan meningkatkan kerja sama.

Sementara, kekurangannya, jika karyawan belum mempunyai pengalaman yang cukup, maka produktivitas bisa berkurang karena pengawasan yang sedikit. Tidak semua atasan dapat memberikan inspirasi yang dapat menaikan motivasi karyawan.

6. Partisipatif

Gaya manajemen kerja partisipatif bisa berjalan dengan baik, bila manajer atau karyawan sama-sama aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Baca Juga: 6 Hal yang Membuat Kamu Jadi Pemimpin Idola

Karyawan akan diberikan informasi yang lebih mendalam mengenai tujuan yang ingin dicapai, supaya bisa lebih inisiatif dalam memecahkan suatu permasalahan.

Kelebihannya, karyawan merasa dirinya lebih dihargai karena pendapatnya punya pengaruh pada pengambilan keputusan. Produktivitas bisa naik, sehingga inovasi jadi lebih gampang tercipta.

Kekurangannya, yakni membutuhkan waktu yang lebih lama, karena setiap karyawan harus ikut berpartisipasi. Kemudian, metode ini lumayan berisiko buat perusahaan, karena setiap karyawan punya akses untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan.

7. Otoritatif

Gaya manajemen yang selanjutnya ini sering disebut sebagai otoriter, yang pemimpinya selalu mengatur para bawahannya.

Karyawan harus selalu mengikuti perintah dari atasan dan tidak boleh bertanya mengenai otoritas perusahaan.

Sementara itu, pemimpin setiap saat selalu memperhatikan karyawan dengan cermat dan mengatur kinerja mereka.

Kelebihannya adalah dalam pengambilan keputusan tidak membutuhkan waktu yang banyak.
Produktivitas pun diyakini jadi lebih meningkat waktu ada atasan.

Kekurangannya, karyawan jadi tidak terlibat, yang mengakibatkan turn over yang tinggi.
Proses inovasi juga jadi terhambat.

8. Konsultatif

Gaya manajemen ini dilakukan dengan atasan meminta masukan dan pemikiran dari tiap karyawan.

Pada akhirnya, keputusan yang diambil berasal dari pertimbangan semua informasi yang didapatkan dari setiap karyawan.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Pemimpin Perempuan Seperti Jacqueline Carlyle Sungguh Keren

Kelebihannya ada beberapa, yakni hubungan akan jadi lebih baik antara karyawan dengan atasan karena saling percaya. Lalu, terciptanya banyak inovasi, karena karyawan lebih gampang mengutarakan pendapatnya.

Kekurangannya, proses mencari pendapat dari setiap karyawan membutuhkan waktu dan tenaga. Pun, bisa terlihat pilih kasih dari atasan kalau ada pendapat karyawan yang tidak di pilih.

9. Gaya Manajemen Pembinaan

Coaching managers atau manajer pembina senang mengambil peran seperti guru dan Umumnya atasan mempunyai pemahaman yang baik tentang berbagai tahap pengembangan profesional. Mereka senang membantu setiap karyawan dengan membangun hubungan pribadi yang kuat.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Kelebihannya, karyawan jadi merasa dihargai, mereka tahu kalau mereka akan belajar dan bertumbuh sesuai peran mereka, dan lebih mungkin untuk dilibatkan. Atasan akan menciptakan ikatan yang kuat dengan karyawan mereka, dan nantinya diharapkan setiap karyawan akan lebih cenderung memberikan pekerjaan terbaik mereka untuk atasan mereka.

Kekurangannya, terfokus pada pengembangan jangka panjang, dan meninggalkan proyek jangka pendek tanpa dukungan yang tepat.

Sudah kita bahas beberapa jenis gaya manajemen kerja yang sering dipakai oleh banyak pemimpin.

Dengan mengetahui hal tersebut, sekarang kamu jadi punya gambaran seperti apa gaya yang cocok untuk diterapkan di perusahaanmu, kan?

Read More
manfaat overthinking

Enggak Melulu Buruk, ‘Overthinking’ Kerjaan Punya Segudang Manfaat

Overthinking adalah keadaan di mana seseorang cenderung merasakan kecemasan karena berpikir secara berlebihan. Biasanya itu dipicu dari berbagai kejadian tak mengenakkan di masa lalu, kesalahan yang masih kita sesali hingga hari ini, sampai ketakutan akan risiko gagal.

Kebanyakan orang relatif menganggap overthinking sebagai hal negatif. Padahal sebenarnya, kondisi ini punya berbagai manfaat secara fisik dan mental. 

Pengertian Overthinking

Dikutip dari Forbes.com, overthinking, problem solving, dan refleksi diri merupakan hal yang sangat berbeda. Dibanding problem solving dan refleksi diri, overthinking lebih bersifat lebih umum, yaitu memikirkan tentang segalanya dalam satu waktu.

Baca Juga: 8 Tips Cara Membuat CV yang Menarik di Mata Perekrut

Hal ini membuat kamu susah tidur pun cenderung merasakan cemas. Namun di sisi lain, sering overthinking berarti punya modal baik karena otak terbiasa berpikir kritis dan menampung semua kemungkinan.

Nah, kebiasaan overthinking tersebut harus kamu arahkan menjadi tindakan problem solving dan refleksi diri. Sehingga, overthinking yang kamu lakukan sebelum tidur dapat bermanfaat buat diri kamu.

Manfaat Overthinking yang Perlu Kamu Tahu

  1. Membuat kamu lebih kreatif

Dikutip dari Today.com, menurut Adam Perkins, Dosen Neurobiologi di King’s College London, orang-orang yang suka berpikir berlebihan atau overthinking umumnya akan lebih kreatif.

Overthinking menaikkan kemampuan seseorang dalam menemukan makna dari segala kejadian. Karena itulah mereka biasanya berimajinasi lebih baik. Salah satu manfaat overthinking satu ini adalah membuat seseorang bisa melahirkan karya original.

  1. Menyiapkan rencana dengan baik

Manfaat overthinking ini berarti orang-orang yang sering demikian selalu siap untuk hadapi situasi apapun berkat kebiasaannya memikirkan begitu banyak hal.

Bahkan, enggak jarang seorang overthinker bisa mendapatkan solusi dari permasalahan dengan cepat dibanding orang lain. Pasalnya, mereka sudah mempunyai rencana yang tepat untuk menghadapi segala hal.

  1. Membuat keputusan tepat

Overthinking membuat seseorang jadi takut kalau sampai ia melakukan kesalahan. Kebiasaan ini membuat overthinker selalu menimbang ulang berkali-kali yang ia pikirkan dalam kepalanya.

Baca Juga: Tidak Bekerja sampai Bukan Pemimpin, 4 Miskonsepsi Kodrat Perempuan

Memang hal ini terdengar seperti orang yang plin-plan. Akan tetapi, kondisi itu malah bisa menghindarinya dari kesalahan dalam menentukan pilihan.

Seorang overthinker yang sudah berpikir berulang kali bakal menimbang dampak negatif dan positif, sebelum akhirnya yakin dan memutuskan.

Sebaliknya, orang-orang yang terlalu cepat menentukan sesuatu malah lebih sering menyesal dibanding seorang overthinker.

  1. Selalu ingin sempurna

Orang yang overthinking selalu memikirkan tentang harinya.

Biarpun waktu kerja sudah selesai, seorang overthinker umumnya akan mengingat-ingat lagi seharian, apa saja yang sudah dilakukan. Ia juga memikirkan kira-kira apa yang bisa diperbaiki esok harinya.

Orang yang sering overthinking termasuk orang yang perfeksionis. Dengan begitu, mereka ingin semuanya bisa terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada penyesalan nantinya.

Oleh karena itu, manfaat dari overthinking lainnya adalah sifat yang selalu ingin sempurna. Pasalnya, seseorang yang sering overthinking ingin memastikan hasil kerjanya bisa sebaik mungkin dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

Bisa jadi, seorang overthinker lebih disenangi atasan dibanding karyawan yang lain.

  1. Melatih kemampuan observasi

Manfaat lainnya, seorang overthinker termasuk seorang observator atau pemerhati yang baik. Karena sering overthinking, mereka jadi lebih terbiasa memperhatikan hal-hal kecil dari sekitarnya.

Baca Juga: Dear ‘Fresh Graduate’, Siapkan Hal Ini untuk Masuk ke Dunia Kerja

Overthinker lebih tanggap dan cepat untuk melihat situasi dibanding orang yang cenderung santai dan tidak terlalu banyak berpikir. Lantaran termasuk orang yang teliti, overthinker dapat sangat pas bekerja sebagai peneliti,auditor, dokter, dan masih banyak yang lain.

  1. Menjaga relasi lebih baik

Karena punya kemampuan observasi, seorang overthinker dapat jadi teman atau rekan kerja yang dapat diandalkan.

Kebiasaan overthinking membuat mereka jadi sangat sensitif terhadap perasaan teman atau rekan kerja karena tidak ingin mengecewakan mereka.

Baca Juga: Dipromosikan, Bagaimana Menjaga Relasi dengan Rekan Kerja?

Tidak cuma itu, overthinking sangat bermanfaat saat dihadapkan pada masalah. Mereka akan menghabiskan waktu guna memikirkan solusi yang tepat dan berusaha tenang dalam menghadapinya.

  1. Gampang untuk introspeksi diri

Menurut verywellmind.com, sisi positif dari overthinking yang jarang disadari adalah membuat kamu jadi gampang untuk introspeksi diri. Kebiasaan overthinking akan membuatmu mudah mendapati kesalahan pada diri sendiri.

Dengan mengetahui lebih awal, maka kamu dapat melakukan introspeksi diri jadi dapat belajar dari kesalahan di masa lalu dan membenahi kekurangan yang ada. Tentunya setelah ini kamu dapat jadi pribadi dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya.

Read More