Jika kamu seorang hijabers, mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan brand e-ccomerce muslimah HIJUP. Merek ini didirikan oleh seorang pengusaha muslimah, Diajeng Lestari yang sudah penat dan jenuh menjadi seorang karyawan. Keinginannya membangun e-commerce ini juga didukung oleh sang suami, Achmad Zaky, yang juga pendiri dari Bukalapak.
Baca Juga: Martha Tilaar dan Pelajaran Penting Soal Perempuan Pengusaha
Kecintaannya dalam dunia usaha tidak serta-merta datang begitu saja. Lingkungan Diajeng yang memang sangat dekat dengan dunia usaha, bisa dilihat dari bagaimana ibu Diajeng yang sering mengajaknya untuk berjualan dan berkunjung ke bazaar-bazaar. Diajeng yang memang tertarik dengan dunia kreatif sejak kecil, sudah mengikuti langkah orang tuanya, dan iseng-iseng menjual kerajinan tangan kepada teman-temannya ketika ia berada di sekolah dasar.
Di saat keluarganya mengalami kesulitan ekonomi, Diajeng pun berusaha membantu keuangan orang tuanya dengan cara berjualan kue, hijab, hingga menjadi guru les privat bahkan bekerja lepas sebagai pewawancara.
Terinspirasi dari Kehidupan Sehari-hari
Selain sudah penat dengan keseharian sebagai pekerja kantoran, alasan lain Diajeng membangun HIJUP dilandaskan pada pengalamannya sehari-hari sebagai seorang hijaber. Dikutip dari dari media Bisnis.com, Diajeng mengatakan ia kesulitan memilih hijab dan pakaian yang cocok untuk menyesuaikan berbagai situasi.
“Dari situ, saya pun membangun e-commerce dengan cita-cita menawarkan beragam pilihan baju muslimah dan hijab untuk berbagai situasi,” ujarnya pada bisnis.com
Membangun HIJUP dari Nol
Di tahun 2011, dengan dukungan dan bantuan sang suami, Ajeng pun memulai brand HIJUP yang khusus menjual busana-busana muslimah. Diajeng, yang lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, ini menghadapi banyak sekali tantangan di awal merintis HIJUP. Saat memulai, ia bekerja hanya berdua dengan satu petugas administrasi, dan harus merangkap beragam pekerjaan.
Baca Juga: Tips Usaha Sendiri dari Pebisnis Perempuan Sukses Cynthia Tenggara
Tantangan lainnya juga muncul ketika ia harus mencari investor untuk HIJUP. Ia teringat sekali saat itu ia membawa anaknya untuk bertemu investor. Saat investor tersebut melihat Diajeng dengan anaknya, si investor urung menanamkan modalnya untuk HIJUP karena Diajeng yang sudah memiliki anak. Mungkin ini terdengar seperti lelucon, tetapi hal ini merupakan fakta yang kerap terjadi pada pengusaha perempuan saat ingin mencari modal.
Namun, lewat kegigihan perempuan yang akrab disapa Ajeng ini, HIJUP akhirnya mendapatkan investor dan perlahan-lahan membawa HIJUP menjadi brand fesyen muslimah besar di Indonesia.
Keberhasilan Diajeng Lestari Sampai ke London Modest Fashion Week
Keberhasilan Diajeng tidak hanya dicapai di Indonesia saja, tapi sudah menembus pasar dunia. HIJUP telah banyak merangkul banyak mitra di tingkat Indonesia hingga Asia Tenggara, yaitu Malaysia. Nama brand HIJUP pun semakin dikenal ketika 2018 lalu melenggang di panggung London Modest Fashion Week.
Dalam pagelaran busana tersebut, HIJUP menggandeng lima desainer muslimah ternama yaitu, Dian Pelangi, Ria Miranda, Aidijiuma, Vivi Zubaedi, dan Jenahara yang diberi tajuk HIJUP PROFOUND.
Baca Juga: Catherine Hindra Sutjahyo Sukses Berbisnis Karena Menjawab Kebutuhan Konsumen
London Modest Fasihion Week adalah pagelaran pertama yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan produk fesyen yang peruntukannya untuk perempuan berjilbab.
HIJUP Tengah Mengembangkan Produk Sustainable
Dalam wawancaranya bersama dengan CNBC Indonesia awal tahun lalu, Diajeng mengatakan bahwa saat ini HIJUP membuat beberapa produk pakaian muslimah yang ramah lingkungan bernama “Infreenity” yang terbuat dari serat tencel.
Baca Juga: Jejak Pemimpin Perempuan dalam Islam: Dari Khadijah sampai Fatima Al-Fihri
“Kita ingin memperkenalkan bahwa busana muslimah ini juga bisa loh mengikuti perkembangan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujarnya.
Tips Kembangkan Bisnis Ala Diajeng Lestari
Selama 10 tahun menjalankan bisnis fesyen muslimah, banyak pelajaran yang diambil oleh Diajeng untuk tetap berkelanjutan dan berkembang. Salah satu yang menjadi tantangannya adalah brand lokal masih bersaing dengan banjirnya produk dari luar Indonesia dengan harga yang murah.
“Kami selalu mengutamakan produk yang bagus, kreatif, dan harga yang terjangkau. Untuk mencapai hal ini, kami selalu berusaha meningkatkan efisiensi value chain mulai dari bahan mentah hingga menjadi produknya,” ujar Diajeng pada CNBC Indonesia.
Baca Juga: Tantangan Perempuan dalam Sektor Bisnis dan Pemerintahan
Dari kaca mata Diajeng, saat ini persaingan antara fesyen muslimah di Indonesia sendiri sudah sangat bagus dan ekosistem pasarnya sendiri sudah sangat terbangun.
“Tren fesyen muslimah di Indonesia itu sangat beragam, dari modest hingga yang stylish banget. dan masing-masing memiliki ciri khas dan fans masing-masing. Tren di Indonesia tidak selalu didikte oleh tren di luar negeri,”