Begitu menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah, rasanya hampir setiap orang dihadapkan dua pilihan: Bekerja sesuai passion atau mengejar gaji tinggi demi bayar tagihan. Tak sedikit yang memilih opsi kedua, katanya realistis.
Pernyataan ini juga didukung hasil survei Capital One pada 2017, sebagaimana dilansir dari Forbes. Sebanyak 60 persen responden generasi milenial nyatanya termotivasi mendapatkan pekerjaan dengan cepat karena alasan keuangan. Sehingga, mereka mengesampingkan karier yang sesuai nilai-nilai pribadi, seperti kepentingan dan keyakinan diri.
Alhasil, kerapkali pekerjaan yang dilakukan setiap hari hanya sebagai “formalitas” sambil menunggu gajian tiba setiap bulannya.
Baca Juga: Mengejar Karier: Antara Passion dan Realitas
Kondisi ini mengingatkan saya pada seorang teman, “Anas”, pekerja di perusahaan agensi. Ia sebenarnya ingin mengejar keinginannya bekerja sebagai jurnalis, tapi mempertimbangkan penghasilannya yang enggak seberapa, niat itu urung. Saat ia akhirnya memutuskan untuk mengejar uang di bidang kerja lain, ia sendiri mengaku tidak begitu menikmati tanggung jawabnya. Bahkan, ia ingin kembali mengembangkan kemampuannya dalam jurnalisme.
Dari kisah Anas, kita belajar, apabila pekerjaan hanya dilakukan dari hari ke hari untuk memenuhi kebutuhan finansial tanpa makna di dalamnya, pekerja cenderung tidak mencapai kebahagiaan atau karier impian.
Maka dari itu, kami merangkum empat langkah yang bisa kamu lakukan untuk membangun karier yang tidak dibenci.
1. Tentukan Tujuan Berkarier
Menduduki jabatan tinggi, berpenghasilan besar, bekerja di perusahaan ternama, punya bisnis sendiri, menjadi ahli di bidangnya, atau hidup berkecukupan serta sehat fisik dan mental. Hal-hal itu adalah beberapa contoh tujuan berkarier, yang sayangnya tidak dapat dipukul rata bagi setiap pekerja.
Semua itu dapat didasarkan pada sebuah kata tanya, “mengapa?”, yang jawabannya dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan, dan membantu menemukan makna dalam pekerjaan.
Tentu bukan perkara mudah, untuk bertanya pada diri sendiri tentang tujuan karier. Namun, jawabannya tidak hanya memengaruhi kehidupan profesional, tetapi juga pribadi. Pasalnya, dalam kehidupan kita, keduanya saling beririsan dan berdampak satu sama lain.
Apabila kesulitan menemukan tujuan berkarier, kamu bisa memulainya dengan beberapa pertanyaan sederhana. Misalnya, siapa sosok yang menginspirasimu untuk melakoni pekerjaan ini, hal-hal yang paling berarti dalam hidup, perubahan yang ingin dicapai melalui pekerjaan, dan kapan kamu merasa paling bangga dengan diri sendiri.
Jika tujuan karier telah tergambarkan, kamu dapat membentuk langkah-langkah kecil yang membantu mencapai titik tersebut. Jangan lupa sebisa mungkin hindari situasi yang menghalangi perkembangan karier.
2. Membangun Karier dengan Perhatikan Momen Bekerja yang Menggairahkan
Merasa jenuh bekerja adalah hal wajar yang dialami seorang pekerja. Terlebih selama pandemi, sudah enggak muncul kegembiraan ketika membayangkan harus bangun pagi setiap hari dan mengulangi rutinitas yang sama.
Baca Juga: Perempuan di Simpang Jalan: Pilih Bekerja atau IRT?
Namun, ada kalanya suatu pekerjaan dirasa menyenangkan, dan tidak membutuhkan usaha ekstra untuk melakukannya.
Bagi seorang reporter media online seperti saya misalnya. Menulis topik yang berkaitan dengan tokoh idola atau dunia hiburan merupakan salah satu hal menggairahkan, membuat bekerja lebih menyenangkan dan hasilnya memuaskan.
Meskipun momen-momen itu tak melulu dapat dilakukan, sebagai pekerja kamu perlu lebih sadar tentang hal-hal dalam pekerjaan yang menggembirakan. Tujuannya sebagai salah satu petunjuk dalam membangun karier jangka panjang. Pun jika pekerjaan saat ini dianggap monoton, ingatlah ada pengalaman dan pengetahuan yang berguna di masa depan.
3. Ketahui Career Trap
Career trap merupakan perilaku yang dilakukan karena sudah familier, padahal berdampak negatif pada pekerjaan. Sering kali, hambatan ini baru disadari ketika seorang pekerja mengalami burnout, pemecatan, jatuh sakit, dan painful boredom—merasa kebosanan dan kecemasan yang menyedihkan hingga tidak dapat berkonsentrasi.
Melansir Harvard Business Review, terdapat beberapa bentuk career trap yang umumnya dialami pekerja.
Baca Juga: Enggak Pede dengan Gaji dan Profesimu? Kamu Perlu Baca Ini
Pertama, expectation trap. Ini terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi ekspektasi orang lain, dan enggan mengakui kesulitan baik secara mental maupun menghadapi beban kerja. Alasannya, mereka tidak ingin orang lain mengetahui dirinya tidak mampu mengatasinya.
Kedua, ambition trap pada high-achiever. Mereka terbiasa bekerja keras untuk meraih kesuksesan, dan mengkhawatirkan jika memperlambat cara kerjanya, ia akan berhenti memperoleh pencapaian.
Ketiga, translation trap. Yakni situasi ketika seseorang telah bekerja keras untuk berada di posisinya saat ini, tetapi belum merasa bahagia sebagaimana diperkirakan akan didapatkan. Pada situasi ini, ia juga merasa kesuksesannya tidak sesuai dengan tujuan, juga khawatir untuk “pindah haluan” karena merasa hanya memahami pekerjaan yang dilakukan saat ini.
Keempat, adrenalin trap, yaitu seseorang yang bekerja berlebihan tanpa memperhatikan kesehatan tubuh dan mentalnya.
Kelima, busyness trap. Umumnya seseorang yang senang pekerjaannya dijadikan sebagai bagian dari identitas diri, sehingga selalu mengutamakan pekerjaan. Alhasil, mereka mengorbankan kesehatan dan waktu untuk orang-orang di sekitarnya.
4. Membangun Karier dengan Cari Kesempatan Mengembangkan Diri
Tercapainya tujuan karier tidak lepas dengan usaha untuk mengeksplorasi kemampuan diri, baik soft skill maupun hard skill, yang sesuai dengan goals tersebut. Pengembangan ini tidak hanya berupa pelatihan yang diberikan perusahaan, kamu juga bisa proaktif mencari komunitas atau kegiatan yang dinilai mendukung dan dapat memperluas networking, atau menyesuaikan nilai-nilai diri.
Baca Juga: Apa itu ‘Life Skill’ dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?
Misalnya mengambil kursus online bersertifikasi, menjadi volunteer, mencari mentor, atau rutin membaca untuk mengedukasi diri dan selalu bersikap ingin tahu.
Karena untuk mencapai tujuan tersebut, yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan diri, melainkan peran orang-orang di sekitar. Mereka akan membantu dalam memperluas sudut pandang dan cara berpikir, memperhatikan kesempatan untuk mengembangkan karier, serta memahami profesi yang ditekuni secara mendalam.