Rangkaian kegiatan Women Lead Forum 2021 yang berlangsung selama dua hari (7-8/4) mengupas lengkap tentang diskriminasi struktural yang dihadapi perempuan di ruang profesional, cara dukung perempuan duduk di posisi pengambil keputusan, peran media dalam kesetaraan gender, serta dampak partisipasi perempuan pada performa ekonomi negara dan perusahaan.
Webinar daring yang dihadiri hampir 700 peserta tersebut merupakan puncak dari program Women Lead dari Magdalene yang didukung Investing in Women, sebuah inisiatif pemerintah Australia, untuk mendukung perempuan pekerja dan mendorong terciptanya kesetraan gender di tempat kerja. Acara ini juga mengundang pembicara kompeten dari berbagai sektor, seperti pemerintah, swasta, dan organisasi internasional.
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Ida Fauziyah partisipasi perempuan di ranah profesional terus meningkat, tetapi belum menunjukkan kesetaraan gender di tempat kerja. Perempuan pekerja masih bertemu dengan hambatan struktural yang disebabkan perilaku diskriminatif. beban ganda, seksisme, stereotip berbasis gender, dan pelecehan seksual.
“Ini tidak hanya berdampak secara individu dan keluarga, tapi juga pada potensi ekonomi negara dan Indeks Kesetaraan Gender Indonesia dalam peringkat dunia,” ujarnya dalam keynote speech yang memulai acara.
Deputy Head of Mission at the Australian Embassy, H.E Allaster Cox mengatakan inisiatif ini sangat penting dalam mengubah cara pandang media dan masyarakat terhadap peran perempuan, laki-laki, dan mendukung kesetaraan gender. Hasil penelitian yang dilakukan Investing in Women menunjukkan apa yang dilihat dan didengar dari media mempengaruhi cara perempuan berpikir dan bersikap pada isu gender, ujarnya.
“Saya harap diskusi ini bisa mendorong wacana publik lebih luas tentang peran perempuan dalam mencapai kesejahteraan ekonomi yang lebih besar. Mari dorong kesetaraan gender untuk bangkit lebih baik setelah pandemi COVID-19,” ujarnya pada Women Lead Forum 2021 (7/4).
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Magdalene, Devi Asmarani mengatakan, perusahaan memiliki andil dalam mengubah situasi yang membatasi perempuan memaksimalkan potensi mereka itu.
“Karena itu, Women Lead Forum 2021 kami tujukan untuk menyatukan para pembuat kebijakan di pemerintahan, lembaga legislasi, maupun di perusahaan, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, agar ada pembelajaran dan tercipta sinergi yang kuat untuk mencapai kesetaraan gender di tempat kerja,” ujarnya.
Baca juga: Jadi Perempuan Pemimpin di Kampus Bantu Persiapkan Diri Di Dunia Kerja
Tantangan Perempuan Pekerja dan Pengusaha
Ida Swasti, pendiri dan CEO Nipplets, sebuah merek pakaian dalam, mengalami beberapa tantangan mulai dari kesulitan mencari tenaga kerja penjahit perempuan hingga komentar sarat kekerasan seksual dan kiriman dick pics lewat media sosial pribadi hingga milik Nipplets. Tidak hanya itu, ia menerima stigma hanya perempuan “tidak baik-baik” yang mau mengasosiasikan diri dengan lingerie.
Meski demikian, Ida tetap teguh dengan visi dan misinya menyampaikan bahwa perempuan tetap cantik apa adanya. Produk lingerie yang secara fungsional digunakan untuk diri sendiri akan menambah rasa percaya diri seorang perempuan, ujarnya.
“Nipplets juga menyampaikan bahwa lingerie bukan untuk kegiatan seksual, bisa untuk sehari-hari dan merasa cantik. Perempuan punya hak merasakan tubuhnya indah untuk dirinya sendiri,” tambah Ida dalam sesi bincang inspiratiif.
Untuk mendukung berbagai bentuk tubuh dan warna kulit perempuan, Nipplets meluncurkan kampanye Real People, Real Body sejak 2019. Kampanye tersebut didukung oleh pelanggan Nipplets yang menyampaikan butuh keragaman tubuh yang bisa dijadikan panutan. Melalui kampanye tersebut muse atau inspirasi Nipplets merupakan perempuan dengan bentuk tubuh yang beragam. Tidak jarang mereka menerima komentar bernada body shaming yang digunakan untuk menyerang body positivity.
“Tapi kami mau membantah stigma tentang tubuh perempuan. Salah satu muse kami seorang perempuan 49 tahun yang juga seorang bodybuilder dan mau berotot juga tidak salah. Perempuan cantik dan menarik dengan tubuh apa adanya,” jelas Ida.
Ida juga berpesan agar perempuan tidak takut dalam mengambil kesempatan untuk memulai suatu bisnis. Ia menambahkan edukasi untuk menghapuskan pandangan negatif untuk produk perempuan, khususnya lingerie harus diaplikasikan agar masyarakat tidak menganggapnya tabu.
“Jangan takut dan memikirkan negatifnya saja. Nikmati prosesnya, semua asal mau kerja keras dulu saja,” ujarnya.
Komika Sakdiyah Ma’ruf dan Ligwina Hananto yang tampil dalam sesi stand up comedy menyampaikan beberapa tantangan yang dihadapi perempuan pekerja. Sakdiyah mengatakan kantor masih memiliki aturan yang mendiskriminasi produktivitas perempuan di ranah kerja karena belum memfasilitasi kebutuhan Ibu melahirkan secara maksimal.
“Perempuan bisa produktif dan maju asal bisa difasilitasi,” ujar Sakdiyah.
Ligwina menambahkan kurangnya pemimpin perempuan dipengaruhi minimnya sosok panutan. Masalah tersebut semakin memburuk dengan campur tangan kisah dongeng Disney yang memberikan representasi perempuan dari sudut pandang laki-laki.
“Kalau mau jadi pemimpin jangan biarkan role model ditulis laki-laki. Perempuan harus menulis cerita hidupnya sendiri,” ujarnya.
Baca juga: Apa Itu Kepemimpinan Feminin Serta Apa Manfaatnya
Kompetisi Kantor Dukung Perempuan Dorong Regulasi Kantor Lain
Maya Juwita, Executive Director Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), juga juri kompetisi video #KantorDukungPerempuan mengatakan melihat banyak organisasi dan perusahaan di Indonesia yang memberikan kebijakan ramah perempuan. Kompetisi tersebut merupakan satu bagian dari inisiatif Women Lead yang menyorot cara kantor mendukung perempuan dengan kebijakan yang setara.
“Menarik melihatnya (kebijakan kantor) dari perspektif karyawan dan bagaimana kebijakan tersebut menguntungkan dan dihargai” ujarnya.
“Ini juga bisa mendorong perusahaan memberikan kebijakan lain, bahwa regulasi ini diapresiasi. Ini juga menjadi suatu investasi karena memastikan kesejahteraan karyawannya, bisa bekerja lama dan produktif,” tambah Maya.
Ketiga pemenang dan pemenang pilihan pembaca kompetisi #KantorDukungPerempuan diumumkan pada hari kedua Women Lead Forum 2021. Para pemenang adalah Astridinar V. Elderia dari SOS Children’s Village Indonesia; Sisilya Fujiya dari BTPN; dan Elisabet Tening dari Radio Volare. Sementara pemenang pilihan pembaca adalah Dita Agustia dari The Body Shop Indonesia.
Astridinar mengatakan ia mengikuti kompetisi #KantorDukungPerempuan karena tertarik dengan isu kebijakan yang setara di ranah profesional.
“Selain itu kompetisi ini bisa menjadi cara edukasi sesama pekerja atau pengambil keputusan agar lebih mendukung perempuan di ranah kerja,” ujarnya kepada Magdalene (5/4).
“Selama ini suka mendengar dari teman di kantor lain karyawan perempuan didiskriminasi karena butuh cuti melahirkan, izin mengurus sekolah anak. Belum lagi ada isu pelecehan seksual, tetapi orang kantor malah memojokkan korban,” ujar Astridinar, yang menjabat sebagai Public Relations and Communications Executive.
Kebijakan ramah perempuan yang diaplikasikan di kantornya berupa kemudahan cuti melahirkan selama tiga bulan dan hari pertama menstruasi, perlindungan dari aksi pelecehan seksual dengan sistem penanganan yang tegas, menjunjung kesetaraan agar perempuan mudah menduduki posisi strategis, jam kerja fleksibel, disediakan ruang istirahat untuk Ibu hamil dan menyusui, serta leluasa membawa anak saat kerja.
“Dengan kompetisi ini saya bisa riset dan memberi masukan ke kantor tentang apa yang bisa diberikan untuk lebih mendukung pekerja perempuan,” tambah Astridinar.
Baca juga: Kesenjangan Gender di Tempat Kerja Tinggi, Perlu Ada ‘Affirmative Action’
Women Lead Forum 2021 Berikan Edukasi Kesetaraan
Bunga Manggiasih, manajer komunikasi Koalisi Seni yang juga mengikuti kompetisi video #KantorDukung Perempuan, mengatakan isu yang dibahas mampu menginspirasi pembuat kebijakan di perusahaan agar menciptakan regulasi yang dukung perempuan berkarya.
Ia menemukan beberapa poin menarik dari sesi diskusi hari kedua Women Lead Forum 2021, diantaranya: penggunaan kata “cantik” dalam berita yang mengobjektifikasi perempuan, kalimat “women are encouraged to apply” yang memberi perempuan keberanian terjun ke ranah kerja, dan konsep flexible working hours yang telah diterapkan di kantornya.
Bunga berharap sesama pekerja perempuan bisa terus mencari tahu tentang hak dan berani meminta pemenuhan hak tersebut ada manajemen perusahaan. Sementara itu, tempat-tempat kerja sebaiknya tidak sekadar mengikuti regulasi yang tercantum dalam undang-undang, tetapi berinisiatif lebih dari aturan itu, ujarnya.
“Kantor beri kebijakan yang membuat perempuan pekerja nyaman dan betah, sehingga mereka bisa menghasilkan kinerja yang baik. Investasi pada perempuan itu multiplier effect-nya banyak, sehingga perlu digenjot lagi,” ujar Bunga kepada Magdalene (8/4).
Sementara itu, Grasiana Cicilia, Human Resource dan General Affair Manager PT Mitra Inovasi Bisnis, mengatakan ia sengaja mengikuti rangkaian acara Women Lead Forum 2021 karena tertarik mengetahui lebih dalam tentang isu kesetaraan gender.
“Dengan mengikuti acara ini, saya mendapat banyak pengetahuan tentang isu kesetaraan dan empowerment perempuan khususnya di Indonesia,” ujarnya kepada Magdalene (8/4).
Kantornya sendiri telah menerapkan beberapa regulasi ramah perempuan, seperti memberikan waktu cuti menstruasi selama 1-2 hari atau sesuai kebutuhan. Selain itu sedang dalam proses pembangunan daycare untuk penitipan anak agar para Ibu bisa bekerja dengan nyaman.
“Sejauh ini (Women Lead Forum 2021) sudah bagus, semoga bisa diadakan secara reguler,” ujarnya.