Episode 4 – The Courageous Pioneer

Meski sejak kecil tidak tertarik dengan sains, Wakil Kepala Lembaga Eijkman Profesor Herawati Sudoyo sekarang menjadi salah satu bagian penting di jajaran Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

Seperti apa kesibukannya? Bagaimana Prof. Hera berhasil membuktikan kemampuannya dan membuktikan pentingnya sains ketika saat itu kebanyakan orang tidak terlalu peduli?

Read More

Episode 2 – Bye Kepemimpinan Macho!

Era kepemimpinan macho sudah tamat. Perempuan-perempuan yang teropresi dalam sebuah negara bernama Gilead itu melakukan perlawanan. Anda sudah membaca novel The Handmaid’s Tale karya Margaret Atwood, atau menonton serial televisi dengan judul yang sama? Film ini memang dipenuhi penggambaran nilai-nilai maskulinitas tradisional yang ditegakkan dan ditentukan oleh karakter-karakter laki-laki di dalam sebuah rezim. Nah, dalam kehidupan nyata, perlawan perempuan terhadap ketidakadilan dan diskriminasi bisa kita temukan dalam sejarah.

Selengkapnya kita simak cerita Devi Asmarani dan Hera Diani di episode ke dua How Woman Lead.
Selamat mendengarkan!

Credit: The Handmaid’s Tale (TV Series)
Read More

Episode 1 – Giliran Perempuan Memimpin

Laki-laki lebih pantas jadi pemimpin karena perempuan terlalu emosional? Itu pendapat yang so yesterday!

Sudah banyak sekali perempuan yang membuktikan mereka bisa menjadi pemimpin yang baik dan sangat efektif. Artinya, semua perempuan punya peluang berhasil memimpin, meskipun menghadapi tantangan berbasis gender dalam kehidupan personal maupun profesional mereka. Salah satu kuncinya adalah kebijakan tempat kerja yang inklusif, yang tidak hanya membantu karier perempuan, tetapi juga mendatangkan keuntungan lebih bagi perusahaan atau institusi.

Mengawali podcast How Woman Lead, Devi Asmarani dan Hera Diani membahas problem umum yang kerap dihadapi perempuan pekerja dan bagaimana hal itu mestinya direspons. Selamat mendengarkan!

Credit:
Christine Lagarde in conversation with Women In The World founder
and CEO Tina Brown (YouTube: Women in the World, 2018)
Read More
Gaya Kepemimpinan Feminis

Menjadi Pemimpin Efektif dengan Gaya Kepemimpinan Feminis

Ditulis oleh Patresia Kirnandita
Ilustrasi oleh Karina Tungari

Kendati banyak bermunculan pemimpin-pemimpin perempuan, omongan negatif mengenai mereka masih kerap ditemukan dibanding hal-hal positif yang ditangkap dari gaya kepemimpinan feminis. Namun bagi beberapa orang yang kami wawancarai, dipimpin oleh seorang perempuan mendatangkan beberapa keuntungan.

“Rezky”, seorang karyawan swasta, misalnya, mengatakan lebih suka dipimpin oleh bos perempuan karena efisiensi mereka.

“Di tempat gue bekerja sekarang, bos gue perempuan, manajer-manajernya mayoritas juga perempuan. Gue melihat, pemimpin perempuan itu lebih terukur dan terarah, dan gue suka yang terukur dan terarah,” kata Rezky.

Sementara menurut “Roland” yang bekerja di lembaga non-pemerintah, pemimpin perempuan sebagaimana yang ia temui cenderung lebih mumpuni dibandingkan laki-laki karena biasa menghadapi stigma dan menerobos batasan-batasan tradisional masyarakat.

“Jadi mereka cenderung punya sifat berani mengambil risiko, tapi juga di satu sisi mempertimbangkan dengan baik langkahnya. Hati-hati dan lebih detail. Mereka bisa sangat tegas, tapi juga mengayomi dan sensitif. Ini kualitas yang langka kita temukan di pemimpin laki-laki. Kepemimpinan perempuan itu lebih kolaboratif dan konstruktif,” jelas Roland.

Senada dengan dua orang ini, “Selfi” pun merasa pemimpin perempuan lebih cenderung membangun kesadaran kolektif yang mendorong orang bersama-sama bertindak demi kebaikan diri sendiri dan semua oran,g dibanding berfokus pada keinginan mendominasi atau memaksakan kehendak.

“Ini terlihat saat saya dipimpin mulai oleh mama saya sendiri, ketua OSIS saya, sampai ketua yayasan saya sekarang. Mereka bisa menyeimbangkan antara kinerja profesional dan urusan personal,” ucap perempuan yang berprofesi sebagai wartawan ini.

Baca juga: Beri Perempuan Kesempatan: Pembelajaran dari Islandia soal Kepemimpinan Perempuan

Ia menambahkan, sekalipun ada teman-temannya yang menilai bosnya galak dan agak demanding, ia masih bisa melihat sisi positif dari gaya kepemimpinan bosnya yaitu punya kepedulian yang tinggi.

Gaya Kepemimpinan Feminis

Dari cerita-cerita para pegawai ini, kita dapat menangkap sejumlah sifat yang dilekatkan dengan gaya kepemimpinan feminis yang membuat mereka lebih senang berada di bawah komandonya. Namun, selain sifat-sifat feminin, kita juga perlu mengenal gaya kepemimpinan feminis yang bisa mendatangkan banyak keuntungan dalam kehidupan berorganisasi.

Jika ditilik dari definisinya, ada bermacam-macam pendapat mengenai kepemimpinan feminis. Akademisi dan aktivis India, Srilatha Batliwala, dalam tulisannya “Feminist Leadership for Social Transformation: Clearing the Conceptual World” tahun 2010 merangkum beberapa definisi sejumlah feminis mengenai hal ini.

Beberapa di antaranya adalah bahwa kepemimpinan feminis memiliki agenda untuk membangun penilaian diri perempuan untuk memperkuat kepemimpinannya, juga agenda untuk membekali perempuan dengan kemampuan, sumber daya, dan akses untuk mengambil keputusan sehingga mereka bisa punya kekuatan untuk membuat perubahan dalam komunitasnya.

Pengalaman Vice Chairwoman PT Martha Tilaar Group, Wulan Tilaar menunjukkan hal ini. Ia menyatakan bahwa perusahaannya memikirkan bagaimana industri kecantikan bisa membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para perempuan agar mereka bisa mandiri dan percaya diri. Caranya adalah dengan membekali mereka dengan seperangkat kemampuan tertentu yang menurut Wulan merupakan senjata bagi para perempuan tersebut.

Read More