‘Workplace Ghosting’: Ketika Dunia Kerja Jadi Arena Menghilang

apa itu workplace ghosting

Bayangin kamu lagi ikut proses seleksi kerja yang kelihatannya mulus banget, HR sudah kasih sinyal positif, wawancaranya ngalir, bahkan kamu dijanjikan akan dihubungi dalam beberapa hari. Tapi kenyataannya? Enggak ada kabar sama sekali. Email enggak dibalas, telepon diabaikan, dan seolah kamu menghilang dari radar mereka. Inilah yang disebut workplace ghosting, hilangnya komunikasi secara mendadak dalam hubungan profesional.

Fenomena ini ternyata jauh dari kata langka. Menurut laporan SHRM dalam artikel Job Seekers of Color Are Being ‘Ghosted’ at Alarmingly High Rates, survei platform rekrutmen Greenhouse menunjukkan 67 persen pelamar pernah mengalami di-ghosting setelah wawancara, tanpa penjelasan atau umpan balik sama sekali.

Data dari Indeed lewat riset Employer Ghosting: A Troubling Workplace Trend bahkan lebih bikin kening berkerut: sekitar 77 persen pencari kerja di AS mengaku di-ghosting oleh calon pemberi kerja sejak pandemi COVID-19. Fenomena ini terjadi di berbagai tahap rekrutmen, baik sebelum maupun setelah ada tawaran kerja.

Masalahnya, ghosting ini sudah menembus batas etika profesional. Bukan cuma pelamar yang menghilang, perusahaan pun kini semakin sering melakukan hal yang sama. Banyak kandidat dibiarkan menggantung tanpa kejelasan, apalagi di era rekrutmen serba digital dan cepat, di mana memberi kabar seharusnya semudah mengirim pesan singkat.

Situasi ini jadi semacam alarm besar soal budaya komunikasi di dunia kerja. Ironisnya, di tengah kemudahan teknologi yang bikin pesan nyampe dalam hitungan detik, justru makin banyak orang memilih diam. Padahal, kurangnya komunikasi yang terbuka dan transparan bisa bikin kandidat stres, merasa enggak dihargai, dan merusak iklim kerja secara keseluruhan.

Baca Juga: Tes Kepribadian Saat Melamar Kerja: Yang Bisa dan Tak Bisa Ditanyakan Bos

Apa Itu Workplace Ghosting?

Workplace ghosting adalah momen enggak enak di dunia kerja ketika seseorang, entah itu kandidat, rekan kerja, atau bahkan atasan, tiba-tiba “menghilang” tanpa kabar atau penjelasan sama sekali. Bukan cuma telat membalas chat atau email, tapi benar-benar memutus komunikasi total, bikin pihak yang ditinggalkan jadi bingung dan bertanya-tanya.

Menurut Resources for Employers dalam artikel What is employee ghosting?, kasus ini sering terjadi ketika karyawan atau calon karyawan mendadak lenyap tanpa pemberitahuan atau alasan jelas.

Awalnya, istilah “ghosting” populer di dunia dating online. Tapi sekarang, perilaku ini juga menjalar ke dunia kerja. Contohnya? Mengabaikan pesan dari atasan atau rekan kerja, atau bahkan menghilang begitu saja setelah menerima tawaran kerja.

Dikutip dari Gable, An HR Guide To Workplace Ghosting, menjelaskan bahwa dalam proses rekrutmen, ghosting bisa muncul dalam dua sisi: “candidate ghosting” (pelamar menghilang setelah wawancara atau menerima tawaran kerja) atau ghosting oleh perusahaan (recruiter/HR tiba-tiba berhenti merespons pelamar tanpa memberi kepastian status lamaran).

Sementara itu, riset di ResearchGate berjudul The behavioural trend of ghosting in the professional context – a scoping review on the empirical mapping of ghosting in vocational surroundings, menambahkan bahwa fenomena ghosting di dunia kerja sering kali mencerminkan gagalnya sistem komunikasi. Baik kandidat maupun perusahaan sama-sama menghindari konfrontasi atau mengabaikan kewajiban untuk memberi kabar yang seharusnya.

Baca Juga: Memahami ‘Career Cushioning’: Strategi Aman di Tengah Ketidakpastian Kerja

Bentuk-bentuk Workplace Ghosting yang Perlu Kamu Tahu

Workplace ghosting itu enggak cuma soal orang tiba-tiba “menghilang” di tahap awal hubungan kerja, tapi juga bisa kejadian di tengah-tengah, bahkan setelah hubungan kerja sudah berjalan lama. Paham bentuk-bentuknya bikin kita lebih waspada dan bisa mengantisipasi dampaknya sebelum makin runyam.

  1. Ghosting di Proses Rekrutmen

Fenomena ini sudah kayak “langganan” di dunia kerja modern. Dalam proses hiring, ghosting bisa datang dari dua arah, pelamar atau perekrut. Menurut data Indeed, 28% pelamar mengaku pernah nge-ghosting perekrut, naik dari 18% di 2019. Tapi di sisi lain, kasus pelamar di-ghosting jauh lebih tinggi: 77% pelamar pernah diabaikan perusahaan sejak pandemi.

Riset dari ResearchGate dalam Ghosting in Recruitment: A Pathological Trend in the Corporate World bahkan memperkuat temuan ini. Sebanyak 48% pelamar enggak pernah dapat respons sejak tahap aplikasi, dan 75% perekrut mengaku pernah di-ghosting setelah wawancara atau tawaran kerja. Jadi, kalau kamu pernah mengalami diam-diam dicuekin HRD atau malah tergoda buat menghilang setelah interview, ternyata bukan kamu saja.

  1. Ghosting dari Atasan

Kalau yang nge-ghosting adalah atasan, efeknya bisa bikin pusing tujuh keliling. Bentuknya mungkin enggak sejelas “no-show” di interview, tapi bisa berupa enggak adanya feedback, instruksi, atau konfirmasi terhadap tugas penting. Akibatnya, kamu jadi bingung harus ngapain, kerjaan mandek, dan tim ikut terdampak.

Artikel BBC berjudul Why workers and employers are ghosting each other, mencatat 75% pelamar pernah di-ghost setelah wawancara, sementara cuma 27% perusahaan di AS yang mengklaim enggak pernah nge-ghosting. Angka ini menunjukkan kalau masalah komunikasi dan tanggung jawab manajerial masih jauh dari ideal.

  1. Ghosting saat Resign atau Pindah Kerja (Career Catfishing)

Ada satu bentuk ghosting yang makin sering muncul di era kerja pasca-pandemi: career catfishing. Istilah yang juga dijelaskan di Wikipedia ini merujuk ke situasi di mana karyawan menerima tawaran kerja, tapi enggak pernah muncul di hari pertama tanpa kabar sama sekali. Data 2025 menunjukkan sekitar 34% pekerja Gen Z melakukan praktik ini.

Fenomena ini enggak cuma bikin HR kebingungan, tapi juga mencerminkan frustrasi dan ketidakpercayaan terhadap proses rekrutmen yang panjang dan berbelit. Banyak yang merasa sistem kerja sekarang enggak memberikan kejelasan atau rasa aman, sehingga mereka memilih untuk menghilang begitu saja.

Baca Juga: Masih Sulit Cari Kerja? Mungkin Beberapa Trik Ini Bisa Dicoba

Cara Menghadapi Workplace Ghosting Biar Enggak Bikin Mental Ambyar

Workplace ghosting itu rasanya kayak ngomong sama tembok, sunyi, enggak ada respons, dan bikin bingung harus ngapain. Tapi tenang, ada beberapa langkah yang bisa kamu ambil biar tetap profesional dan enggak terjebak di situ-situ aja.

  1. Strategi Buat Pencari Kerja

Ghosting di tahap rekrutmen udah jadi hal yang terlalu sering terjadi. Kadang bikin kita merasa diremehkan atau enggak dihargai. Tapi ada trik buat menghadapinya:

Follow-up sopan & penuh apresiasi

Setelah wawancara, kirim email ucapan terima kasih. Indeed merekomendasikan untuk menyampaikan apresiasi atas waktu interviewer, plus highlight momen penting dari obrolan yang kalian punya.

Sabar, tapi jangan kelamaan

Kalau enggak ada respons, beri waktu dulu, bisa jadi proses internal mereka memang makan waktu. Tapi, jangan ragu follow-up lagi beberapa hari atau minggu kemudian, sesuai ritme industri.

Coba jalur lain

Email enggak dibalas? Bisa coba kontak via LinkedIn atau nomor resmi kalau memang relevan. Tetap santai, sopan, dan profesional.

Move on ke peluang lain

Menurut IDN Times (7 Tips Mengatasi Ghosting Saat Proses Rekrutmen, Coba Lakukan!), enggak dapat balasan bukan berarti kamu gagal. Anggap aja ini “Ctrl+Alt+Del” moment: reset dan lanjut apply ke tempat lain.

Tinggalkan review yang jujur

Kalau mau, tulis pengalamanmu di Glassdoor atau Indeed. Ini bantu kandidat lain sekaligus kasih dorongan ke perusahaan biar mereka berbenah.

  1. Strategi Buat Karyawan

Kalau yang nge-ghosting adalah rekan kerja atau atasan, kuncinya ada di komunikasi dan dokumentasi.

Gunakan jalur resmi & simpan jejak

Kalau chat enggak direspons, kirim email resmi. Simpan bukti komunikasi (tanggal, isi pesan) untuk jaga-jaga kalau perlu eskalasi ke HR.

Cari cara biar kerjaan tetap jalan

Kalau atasan atau rekan mendadak hilang, coba ambil inisiatif, misalnya selesaikan bagianmu atau koordinasi dengan anggota tim lain supaya proyek enggak mandek.

  1. Strategi Buat Perusahaan

Ghosting itu bukan cuma bikin kandidat ilfeel, tapi juga bisa merusak reputasi perusahaan. Menurut DetikFinance (“5 Tips Proses Rekrutmen Anti-Ghosting buat Perusahaan dan Pencari Kerja), ini yang bisa dilakukan:

Bangun komunikasi terbuka

Kasih tahu timeline rekrutmen, status lamaran, atau alasan delay. Transparansi bikin semua pihak lebih tenang.

Manfaatkan otomatisasi

Pakai chatbot atau auto-reply biar kandidat tetap dapat kabar meski prosesnya lagi padat.

Bangun hubungan personal

Kandidat yang merasa dihargai kecil kemungkinan menghilang begitu saja.

Terapkan kebijakan anti-ghosting

Buat standar komunikasi yang jelas, termasuk konsekuensi kalau ghosting terjadi.

  1. Tetap Waras & Profesional

Mau kamu pencari kerja, karyawan, atau pemimpin, menghadapi ghosting butuh mental yang kuat. Jangan balas ghosting dengan ghosting. Menjaga etika komunikasi akan bikin reputasimu tetap solid dalam jangka panjang.

Website | + posts

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

About Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

View all posts by Kevin Seftian →