Jika ada dampak positif dari pandemi yang perlu disyukuri, sebagian besar pekerja mungkin menjawab bisa melakukan work from home. Meskipun awalnya mereka memerlukan adaptasi, mengalami burnout saat menjalani ini, dan berasumsi akan kembali bekerja di kantor setelah situasi membaik, pada perkembangannya sistem kerja tersebut justru mereka rasa membawa keuntungan.
Seiring waktu, banyak perusahaan pun mulai menyesuaikan sistem kerja dengan tak lagi sepenuhnya menerapkan kerja dari kantor. Sebagian dari mereka memilih menerapkan sistem kerja hybrid atau sebagian waktu di kantor, sebagian lainnya di rumah atau tempat lain. Pekerja lantas mulai terbiasa dengan sistem kerja hybrid yang menawarkan fleksibilitas. Mereka juga menganggap, sistem tersebut menguntungkan karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu lebih untuk bersiap-siap dan melakukan mobilitas setiap hari. Selain itu, mereka pun jadi memiliki peluang mengeksplor hobi dan aktivitas lain selama tak bekerja di kantor.
Laporan “The Next Great Disruption Is Hybrid Work-Are We Ready?” (2021) yang dirilis Microsoft menunjukkan, sejumlah 83 persen pekerja di Indonesia menginginkan kerja jarak jauh. Bahkan, 49 persen pekerja mempertimbangkan meninggalkan pekerjaannya, dengan memilih opsi kerja jarak jauh sebagai alasan utama.
Meski punya keunggulan seperti fleksibilitas tadi, bukan berarti sistem kerja hybrid tidak memiliki tantangan yang memengaruhi kinerja. Karena itu, pekerja perlu melakukan strategi-strategi tertentu agar selama bekerja dalam sistem tersebut, mesreka bisa tetap menghasilkan output optimal. Berikut kami rangkum beberapa langkah untuk mengatur jadwal kerja, untuk dilakukan para pekerja hybrid untuk bekerja dari jarak jauh.
Baca Juga: ‘Working from Home’ bagi Ibu Bekerja adalah Mitos
1. Ciptakan Ruang Kerja Ideal
Sebelum pandemi, mungkin hanya sebagian pekerja yang memiliki ruang kerja di rumahnya. Namun, sejak work from home diberlakukan, tampaknya ini menjadi kebutuhan untuk memisahkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
Selain itu, memiliki ruang kerja yang ideal artinya memenuhi keperluan aset, dan membangun suasana layaknya bilik kantor untuk memaksimalkan kinerja, terlebih jika lebih banyak hari kerja di rumah.
Apabila dalam menciptakan ruang kerja ideal pekerja terkendala masalah biaya, Vice President and General Manager Cisco Webex Calling and Strategy, Lorrisa Horton menyarankan pekerja untuk menanyakan pada perusahaan apakah mereka memiliki aset berlebih yang dapat pekerja manfaatkan.
Menurut Horton, seharusnya perusahaan mempertimbangkan hal ini demi produktivitas pekerjanya. Karena berpengaruh pada kinerja dan perkembangan perusahaan, hal itu perlu diprioritaskan.
Baca Juga: Perempuan dalam Politik Kantor, ‘Dos and Don’ts’ dari Pemimpin Perempuan
2. Saat Kerja Hybrid, Kenali Cara untuk Jadi Produktif
Di era digital, banyak distraksi yang sulit dihindari, membuat produktivitas dalam bekerja menjadi kemewahan, terutama jika seseorang bekerja jarak jauh. Sebut saja aktivitas seperti doomscrolling media sosial atau aplikasi ojek online untuk memilih menu makan siang, hingga menonton satu episode drakor terkini yang nanggung kalau ditinggal. Atau, pekerjaan domestik yang perlu diselesaikan sebelum petang.
Riset dari Pew Research Center menyatakan, kerja jarak jauh dapat memengaruhi tingkat motivasi seseorang, terutama pada 53 persen pekerja di usia 18-29 tahun. Mereka cenderung termotivasi apabila bertemu dengan rekan kerjanya.
Tak dimungkiri, meskipun suasana rumah sudah mendukung, motivasi bekerja masih saja bisa minim karena berbagai alasan. Misalnya, pada Senin dan Jumat pagi, pekerja merasa masih ingin atau cepat-cepat rebahan. Atau di atas jam 12 siang, mereka tak semangat bekerja akibat kekenyangan setelah makan.
Untuk mengakali masalah motivasi kerja ini, kita dapat membentuk rutinitas yang membangun mood dan mendukung produktivitas. Misalnya, berolahraga selama 45 menit, mandi, dan sarapan sebelum mulai bekerja. Selain itu, kita bisa membuat to-do list agar gol dalam delapan jam bekerja dapat terlihat jelas.
Kemudian, kita butuh mengatur jadwal sesuai jam kerja dan memfokuskan diri pada pekerjaan yang menjadi prioritas, serta berusaha menyelesaikannya sebelum jam makan siang, selagi pikiran masih jernih.
Sementara dalam pengerjaan proyek besar, Tony Wong, seorang pakar manajemen dan produktivitas, memberikan tipsnya kepada Forbes. Ia mengatakan, sebaiknya proyek tersebut dibagi ke dalam beberapa tahap pengerjaan agar lebih ringan, tetapi berdampak besar.
Baca Juga: WFO, WFH, atau Keduanya? Menimbang Sistem Kerja Terbaik Usai Pandemi
3. Saat Kerja Hybrid, Pisahkan Pekerjaan di Rumah dan Kantor
Memisahkan pekerjaan di rumah dan kantor adalah salah satu cara menjaga efektivitas kerja jarak jauh. Alasannya, terdapat beberapa pekerjaan yang lebih baik dikoordinasikan langsung dengan rekan kerja agar komunikasinya lebih jelas.
Harvard Business Review menyebutkan beberapa di antaranya, seperti pembahasan proyek yang memerlukan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, peninjauan objek secara langsung, maupun konten yang memicu emosi tinggi.
Sementara dalam memilih pekerjaan yang dilakukan di rumah, pertimbangkan untuk menyesuaikan porsinya dengan tanggung jawab dan aktivitas lainnya, seperti merawat anak dan menyelesaikan tugas domestik.
4. Rutin Berkomunikasi dengan Rekan Kerja
Bagi sebagian pekerja, membatasi interaksi dengan kolega dianggap salah satu cara memisahkan kehidupan pribadi dan profesionalnya. Di sisi lain, support system justru diperoleh apabila menjalin kedekatan dengan orang kantor, diawali dengan membuka diri. Menurut Horton, hal ini menjadi kunci membangun pertemanan bagi pekerja berusia muda dan kelompok marginal.
Namun, pandemi membatasi interaksi langsung, dan upaya minimum yang dapat dilakukan adalah berkomunikasi secara virtual. Keadaan ini membuat seseorang lebih manusiawi dan aspek tersebut yang menjadi fondasi kuat dalam menjalin relasi, sebagaimana dijelaskan dalam Forbes. Hubungan tersebut merupakan salah satu pengingat bahwa pekerja merupakan bagian dari tim.
Tingginya intensitas komunikasi dengan rekan kerja juga meningkatkan kepercayaan setelah mengetahui satu sama lain dapat diandalkan. Kepada NPR, penulis dan profesor di Harvard Business School, Tsedal Neeley mengungkapkan cara-cara untuk melakukan ini. “[Pekerja] muncul ketika diperlukan, baik secara langsung maupun virtual, dan tepat waktu. Tunjukkan kompetensimu lewat kata-kata dan tindakan,” ujar Neeley.
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab, atasan pun perlu menanyakan kondisi pekerjanya dan mendukung perkembangan potensi mereka, tanpa menunggu evaluasi akhir tahun. Rutinnya komunikasi itu juga membuat koordinasi pekerjaan lebih baik, dan menjaga alur kerja tetap terstruktur.