Apa itu Politik Kantor dan Bagaimana Cara Menavigasinya

apa itu politik kantor

Membedakan “Bad Politics” dan “Good Politics

Dalam berpolitik yang kotor, atau yang Risa sebut sebagai “bad politics”, seorang pekerja akan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan personal atau kelompoknya, termasuk menjatuhkan pihak lain. Dalam satu artikel di Leaderonomics, pekerja seperti ini disebut sebagai individu “Machiavellian”.

Orang seperti ini menggunakan bermacam taktik manipulatif untuk mencapai golnya, entah menduduki posisi teratas di perusahaan atau menjalin relasi dekat dengan para pengambil kebijakan untuk mendapat keuntungan lebih. Ciri lain yang membedakan pekerja Machiavellian dengan rekan-rekan lainnya yang juga bermain politik dengan positif adalah karakter egoisnya yang ekstrem serta kurangnya empati terhadap orang sekitar.

Dilansir Business News Daily, dalam politik kantor negatif, seseorang tidak akan ragu menusuk orang lain dari belakang, berbohong atau menyebar rumor negatif agar ia bisa diuntungkan. Dengan menyebar rumor tersebut, ia akan membentuk grup sendiri yang percaya pada rumornya dan mengeksklusi orang yang ingin “disingkirkannya”.

Ia juga tidak jarang mengambil kredit atas pekerjaan orang lain agar bisa dipuji atasan atau bahkan menjadi penjilat demi mendapat kepercayaan orang penting di kantor. Selain itu, orang yang bermain politik kantor kotor juga bisa memakai ancaman atau menyembunyikan informasi penting dari “lawan politiknya” untuk memenangkan suatu posisi.

Sementara itu, dalam politik kantor yang positif, seorang pekerja akan lebih mengutamakan kolaborasi dan win-win solution alih-alih menjatuhkan pihak tertentu. Executive coach Starla Sireno mengungkapkan dalam Forbes, orang yang bermain “good politics” akan berusaha membantu pekerja lainnya dan perusahaan untuk mencapai gol bersama dibanding hanya mengutamakan pencapaian gol pribadinya.

Ia menambahkan, dalam politik kantor positif, cara-cara yang dipakai seorang pekerja lebih berfokus pada memberi kesempatan dan motivasi bagi orang lain untuk sama-sama maju. Orang seperti ini akan memberi pengaruh dan membangun relasi interpersonal yang baik dengan sekitarnya sehingga tercipta lingkungan kerja yang nyaman, bahkan dalam jangka panjang bisa memperkuat performa perusahaan.

Baca juga: 10 Hal yang Tidak Boleh Kamu Katakan Terhadap Rekan Kerja di Kantor

Kiat Bermain Politik Kantor secara Positif

Kemampuan komunikasi dalam hal bernegosiasi dan menjalin jejaring menjadi hal utama yang perlu dikuasai dalam bermain politik. Dalam melakukan hal ini, penting bagi pekerja untuk selalu mengutamakan sikap menghargai dan menghormati orang lain.

Selihai apa pun kita bermain politik, bila kita tidak memiliki rekam jejak kerja yang baik atau berprestasi, peluang untuk mencapai tujuannya akan berkurang. Karena itu, selagi kita terlibat dalam politik kantor, kita juga perlu lebih fokus meningkatkan kinerja kita hingga mendapat capaian tertentu dan menunjukkannya di kantor. Ini tidak berarti mendorong kita untuk menyombongkan diri, tetapi berusaha agar para atasan melihat hasil kerja optimal kita yang bisa jadi bahan pertimbangan bagi mereka untuk kenaikan karier kita.

Jika kita berkeinginan untuk duduk di posisi lebih tinggi atau puncak perusahaan, kita juga mesti mulai memberi teladan-teladan baik selama bekerja, bahkan sejak duduk di level bawah dan menengah. Integritas dan kesetiaan kita dalam memegang nilai perusahaan menjadi hal lain yang patut diingat dalam bermain politik.

Di samping itu, kita juga perlu membatasi diri dalam pusaran gosip di kantor. Budaya bergosip ini adalah hal paling sering terlihat dalam politik kantor yang kotor dan Risa menyarankan para pekerja untuk tidak melakukannya.

Sedekat apa pun kita dengan rekan kerja, atasan, atau siapa pun di kantor, kita tidak pernah bisa seratus persen memastikan kerahasiaan kita terjaga saat bercerita terkait pekerjaan kepada mereka. Di lain sisi, rekan kerja kita bisa saja lebih dulu mulai bercerita personal tentang dirinya atau pekerja lain untuk menjalin kedekatan atau berjejaring dengan kita. Akan tetapi, kita tetap perlu membatasi diri terhadap hal itu dan gosip-gosip lainnya untuk menjaga profesionalitas.