Di dunia kerja, perempuan maupun laki-laki berhak memiliki kesempatan yang sama dalam karier. Namun, perempuan sering kali menghadapi tantangan lebih berat karena hambatan sistem dan budaya yang berkembang di masyarakat.
Itulah sebabnya kesetaraan gender di tempat kerja masih perlu diperjuangkan. Jangankan di Indonesia, di negara maju macam Amerika Serikat pun, kesetaraan gender masih menemukan jalan berliku. Dalam analisis Pew Research Center, lembaga pemikir yang berbasis di Washington DC terungkap, sekitar empat dari sepuluh perempuan pekerja (42 persen) di negara tersebut mengaku mengalami diskriminasi dalam pekerjaan karena gender. Mereka melaporkan beragam pengalaman pribadi, mulai dari penghasilan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki meski melakukan pekerjaan yang sama hingga tidak diberikan tugas penting karena dianggap tidak kompeten.
Hal yang sama terjadi di banyak negara lain, bahkan tantangannya lebih dari itu. Banyak perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja serta mengalami stres karena beban ganda sebagai pekerja dan pengurus utama rumah tangga.
Faktanya, ketimpangan gender di tempat kerja tak perlu terjadi jika perusahaan memberikan dukungan yang setara kepada setiap pekerja, khususnya perempuan yang lebih rentan jadi korban.
Baca juga: Komunikasi Inklusif dan Strategis, Tak Cuma Untungkan Buruh tapi juga Pengusaha
Saling Menghormati dan Terbebas dari Diskriminasi
Dukungan untuk perempuan itu kini diterapkan Telkom Indonesia. Perusahaan telekomunikasi digital itu memiliki komitmen untuk mewujudkan kesetaraan gender di seluruh level. Salah satu yang mereka terapkan adalah Respectful Workplace Policy (RWP), kebijakan yang dicanangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN sejak April 2022.
“Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang saling menghormati, terbebas dari diskriminasi, kekerasan dan pelecehan serta menjunjung tinggi kesetaraan dan menghargai keberagaman untuk mendorong kinerja, pertumbuhan dan keberlangsungan Perusahaan,” kata Vice President Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko.
RWP menjadi pedoman Perusahaan untuk menjaga iklim kerja yang baik, terutama untuk perempuan. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari program antikekerasan seksual di BUMN yang sudah lebih dahulu diluncurkan pada akhir 2019. Dengan begitu, perempuan akan merasa lebih nyaman bekerja dan dapat memaksimalkan potensi dalam berkarya.
Kebijakan ini tidak hanya berpengaruh pada perempuan, tetapi juga untuk semua karyawan di berbagai level. Iklim kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas karyawan dan selaras dengan pertumbuhan bisnis perusahaan.
Baca juga: Inklusivitas Gender di Tempat Kerja, Cowok Harus Lebih Terlibat
Mendorong Potensi Perempuan
RWP juga menjadi jalan untuk mendorong pekerja perempuan berada di level atas. Andri menuturkan, saat ini komposisi persentase perempuan dalam nominated talent level board of directors (BOD) adalah sebanyak 22 persen. Angka ini memang masih lebih rendah dari data Bank Dunia yang rata-rata porsi pemimpin perempuan di perusahaan mencapai 30 persen secara global. Namun, Telkom akan menuju ke sana.
Untuk itu, imbuh Andri, perusahaan mendukung perempuan mencapai potensi maksimalnya. “Telkom membentuk forum Srikandi TelkomGroup yang merupakan komunitas dan wadah bagi para perempuan berkarya di BUMN agar dapat saling mendukung, membangun personal dan professional capability,” kata Andri.
Forum ini juga diharapkan menjadi wadah bagi perempuan untuk belajar hal-hal yang baru supaya mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, serta menjaga keseimbangan dan perannya sebagai ibu dan istri.
Fasilitas yang Bikin Nyaman Ibu Bekerja
Bicara tentang keseimbangan peran perempuan sebagai pekerja sekaligus ibu dan istri, Telkom memiliki kebijakan employee experience selain WRP. Andri mengatakan, kebijakan ini dibuat untuk memastikan seluruh karyawan mendapatkan pengalaman bekerja terbaik, terutama perempuan.
Employee experience meliputi beberapa kebijakan, antara lain flexible working arrangement. Kebijakan ini memungkinkan karyawan bisa bekerja lebih fleksibel baik dari sisi waktu maupun tempat. Kebijakan ini bisa dimanfaatkan para ibu agar dapat meluangkan lebih banyak waktu bersama anak-anak dan mendampingi tumbuh-kembang mereka.
Kalau pun harus berada di kantor, perempuan tetap bisa bekerja dengan nyaman karena disediakan fasilitas pendukung seperti ruang laktasi dan daycare. Ruang laktasi ini dibuat agar para ibu dapat memberikan ASI eksklusif sebagai asupan terbaik untuk bayi.
Adapun Telkom Daycare memungkinkan karyawan menitipkan pengasuhan anak yang berusia tiga bulan hingga enam tahun. Dengan demikian, para orang tua, baik ibu maupun ayah dapat berpartisipasi lebih jauh dalam tumbuh-kembang anak sebelum masuk ke sekolah formal. Telkom Daycare telah mendapatkan sertifikat Taman Asuh Ceria Anak (TARA) Ramah Anak, sertifikasi kategori tertinggi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA RI) pada September 2023.
Selain itu, perusahaan memiliki kebijakan cuti Moments That Matter (MTM). Cuti ini merupakan tambahan di luar cuti tahunan bagi perempuan. Tidak hanya cuti melahirkan atau keguguran dan cuti haid, MTM bisa dimanfaatkan sebagai momen rehat sejenak dari rutinitas kerja. Lalu melakukan atau merayakan hal-hal kecil seperti mengantar anak di hari pertama sekolah, ulang tahun, pergi bersama keluarga atau pasangan, bahkan me time. Bagi banyak orang itu mungkin momen-momen sepele, tetapi bagi Telkom itu berharga.
Andri menambahkan, untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan kerja, Telkom berupaya untuk mengatasi bagaimana bisa lebih memberdayakan perempuan. Sebab, tidak semua perempuan fokus dan berupaya mengoptimalkan potensinya.
“Melalui program serta edukasi yang berkelanjutan secara terus menerus, termasuk dukungan secara kesisteman human capital, diharapkan kontribusi perempuan akan semakin besar dan optimal,” pungkas Andri.
*Artikel ini merupakan kerja sama dengan Telkom.