Kita mesti bersepakat, pencapaian besar organisasi atau perusahaan tak bisa dilepaskan dari kerja tim yang baik. Bukan hanya satu-dua pemimpin atau tokoh kunci, kerja tim berarti melibatkan kontribusi semua pihak dengan berbagai keahlian kerjanya. Keberhasilan yang dicapai pun merupakan perwujudan dari tujuan bersama, bukan si pemimpin atau pemilik perusahaan semata.
Meski luwes menghafal teori di atas, terkadang kita luput memaknai nilai-nilai apa saja yang perlu diterapkan di dalam lingkungan kerja kita. Bukan hanya keterampilan praktikal, tapi juga cara pandang kita, yang secara langsung memengaruhi pengambilan keputusan dalam kerja tim.
Simak ulasan 4 nilai penting yang perlu diterapkan untuk memperkuat kerja tim di bawah ini.
- Bangun Iklim Kerja yang Baik
Iklim kerja yang baik adalah kunci terbentuknya kerja tim nan kuat. Untuk mewujudkan itu, kita bisa bertanya pada tim kerja kita: Budaya kerja seperti apa yang selama ini kita miliki? Apakah itu budaya untuk saling membantu ketika ada pihak tertentu yang kesulitan? Sesederhana budaya makan malam bersama setiap ada anggota tim yang berulang tahun? Pun, justru, budaya senioritas, di mana kenaikan jabatan hanya diprioritaskan pada orang-orang yang sudah lama bekerja di perusahaan, tanpa mempertimbangkan kompetensi profesional individu, sehingga mengeliminasi talenta-talenta muda yang kontribusinya sudah terbukti di perusahaan?
Setelah menemukan jawabannya, kita bisa berefleksi pada perkataan Mark Batey, peneliti dan dosen senior bidang Psikologi Srganisasi di Alliance Manchester Business School, Inggiris. Menurut Batey, tempat terbaik untuk bekerja adalah tempat yang membuat orang-orang di dalamnya bisa menjadi versi terbaik diri mereka sendiri, alih-alih berpura-pura menjadi orang lain.
Tak jarang kita dengar keluhan banyak orang yang bekerja di perusahaan atau instansi tertentu yang mengungkapkan kelelahan mereka harus selalu menuruti kata-kata atasan, tanpa memberi masukan. Dalam berkomunikasi pun, seolah ada tembok pembatas yang membuat dia harus memaksakan diri terlihat sopan dengan gaya bahasa formal yang kaku, bahkan ketika sebenarnya itu tidak diperlukan.
Baca juga: Tips Berikan Jawaban Profesional Saat Wawancara Kerja
Lingkungan kerja yang baik, ditandai dengan kehadiran sosok-sosok pemimpin yang terbuka dengan masukan dan menerima ide serta inovasi para karyawan untuk pertumbuhan perusahaan. Karena kerja tim melibatkan banyak kepala, mereka juga akan terbiasa untuk saling mengungkapkan ide dan kritik pribadi, tapi juga tetap berusaha mencari jalan dan keputusan bersama.
“Tempat kerja yang baik memberikan fleksibilitas dan otonomi bagi orang-orang di dalamnya. Mereka diberikan ruang untuk bertumbuh dan diberikan kepercayaan dalam bekerja,” ujar Batey kepada The Guardian.
- Hargai Satu Sama lain
Penelitian Harvard Business Review dan World Bank yang dimuat dalam tulisan ‘The Secrets of Great Teamwork’ (2016) menyoroti, satu hal penting yang menjadi karakteristik kelompok-kelompok kerja era kiwari adalah keberagaman latar belakang anggota-anggotanya. Menurut penelitian tersebut, tim kerja yang kuat bisa dibangun bila tim tersebut terdiri atas anggota yang berasal dari berbagai latar belakang, entah itu kebudayaan, tempat tinggal, kelas sosial, agama, adat, dan sebagainya.
Penelitian tersebut memaparkan studi kasus di mana tim kerja dalam bidang perbankan memiliki tugas membangun proyek pengembangan daerah kumuh di Afrika Barat. Tim itu berisi anggota-anggota dari berbagai latar belakang, yaitu para kosmopolitan, atau orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dan dari berbagai negara, serta orang-orang lokal, atau penduduk asli daerah tersebut. Ternyata, dinamika kerja tim tersebut terjalin baik.
Para kosmopolitan berkontribusi memberikan pengetahuan serta keahlian teknis dan akademis. Sementara itu, para orang lokal berkontribusi memberikan pengetahuan mereka tentang kondisi sosial, budaya, dan politik di daerah sekitar lokasi proyek. Para orang lokal dengan cara pandang yang lebih membumi dan dekat dengan sasaran, berhasil menguak fakta bahwa penduduk setempat membutuhkan sebuah sistem kredit mikro untuk memudahkan mereka membayar layanan air bersih dan sanitasi baru.
Baca juga: Pangkas Jam Kerja Panjang untuk Hasil Lebih Optimal, Dorong Kesetaraan Gender
Sementara para orang kosmopolitan, memberikan analisis dan pertimbangan logis yang aplikatif, salah satunya dengan melihat implementasi kebijakan serupa di negara-negara lain. Kolaborasi dua perspektif itu berhasil membuat proyek mereka menjadi lebih sukses dan berkelanjutan (sustainable).
Dinamika serupa bisa dicapai bila semua anggota tim memandang dan menghargai satu sama lain sebagai manusia yang setara. Hal ini juga penting untuk diwujudkan dalam level yang lebih tinggi dan menyeluruh, sehingga mempengaruhi terciptanya budaya kerja yang kolaboratif dan empatik. Hal ini juga akan melahirkan kesempatan kerja juga pengembangan karier yang setara bagi semua kalangan.
Robin Domeniconi, kepala eksekutif Thread Tales, perusahaan fesyen di Inggris, menyampaikan kiat yang telah berhasil membuatnya mewujudkan budaya kerja yang empatik di perusahaan, yang dinamai M.R.I, atau most respectful interpretation.
“Tak semua orang harus menjadi sahabat karib. Kamu bisa mengatakan apapun kepada siapapun selama kamu mengatakan itu dengan cara yang tepat dan tidak menghakimi orang lain. Misalnya, ‘Apakah kamu bisa menjelaskan kenapa kamu tidak mau melakukan ini?’ alih-alih langsung memarahinya.”
- Bangun Budaya Apresiasi
Memberikan apresiasi adalah perwujudan terdekat dari rasa hormat dan penghargaan pada orang lain. Hal ini penting untuk dijadikan kebiasaan dan budaya dalam sebuah tim kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri setiap anggota tim dan menunjukkan rasa kepedulian terhadap satu sama lain.
Tak berarti harus dimulai dari pencapaian-pencapaian anggota tim dalam ajang atau level yang besar. Berikanlah apresiasi dari hal-hal kecil yang signifikan terhadap kemajuan kerja tim. Misalnya, apresiasilah para anggota tim yang berhasil memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi tim, atau mereka yang berhasil menyampaikan ide proyeknya dengan baik dalam rapat kerja.
Baca juga: Sudahkah Kamu Temukan Makna dalam Pekerjaan?
- Adakan Sesi Diskusi Intim yang Rutin
Bekerja di tengah situasi krisis seperti pandemi COVID-19 belakangan ini memang jelas menjemukan dan melelahkan bagi banyak orang. Apalagi, kerja itu dilakukan dari rumah masing-masing (work from home). Interaksi yang biasa didapatkan secara tatap muka kini harus terhalang layar biru gawai masing-masing. Oleh karena itu, adakanlah sesi diskusi rutin melalui video conference. Hal ini bertujuan untuk memperkuat komunikasi antar anggota tim, juga membangun alur kerja yang efektif melalui rutinitas baru ini.
Selain itu, penting juga bagi para pemimpin tim untuk mengadakan sesi one-on-one atau tatap muka rutin dengan masing-masing anggota tim. Tak perlu terlalu sering, setidaknya satu kali dalam sebulan, jalin lah komunikasi lisan yang efektif dengan anggota tim untuk mengetahui keadaan fisik dan psikis dia selama bekerja. Ini adalah bentuk perhatian yang sering kali dianggap sepele, padahal dibutuhkan oleh setiap orang. Apalagi, di masa di mana kita tak bisa bertemu secara tatap muka, tak banyak kesempatan untuk bisa mengetahui kondisi rekan-rekan kerja kita bila itu tak dijadikan kebiasaan.