Pelecehan Seksual di Industri Film dan Kenapa Perlu Lebih Banyak Pekerja Film Perempuan

pelecehan seksual dalam industri film

Kepemimpinan Perempuan dan Komposisi Kru yang Imbang

Sutradara dan produser Kamila Andini dari Fourcolors Film mengatakan, bahkan setelah ada klausul soal pelecehan seksual pun tindakan ini masih muncul dalam salah satu produksi film yang ia garap.

“Sebelum shooting, soal pelecehan seksual itu diumumkan lagi ke semua kru. Pada saat pengambilan gambar, masih juga terjadi pelecehan verbal terhadap pemain dan teman-teman dari orientasi seksual yang berbeda,” ujarnya.

“Dari situ aku belajar perlunya memperhatikan komposisi kru. Pelecehan lebih sering terjadi kalau kru didominasi oleh laki-laki.”

Baca Juga: Bullying dan Seksualisasi: Perempuan dalam Dunia Game

Kamila mengatakan, jika suatu departemen yang dipimpin oleh perempuan, biarpun anak buahnya kebanyakan laki-laki, mereka akan lebih enggan melakukan pelecehan seksual.

“Sebaliknya, kalau pimpinannya laki-laki, apalagi permisif atau ‘memaklumi’—dia malah bisa dijadikan contoh perilaku negatif buat jajaran kru di bawah tanggung jawabnya,” ia menambahkan.

Kamila menekankan perlunya perempuan dalam jajaran kepimimpinan produksi film, mulai dari produser, sinematografer, sampai penata artistik, karena hal ini efektif dalam memberantas pelecehan seksual di lokasi.

Sayangnya, meski perempuan sudah ada di jajaran kru dan kepemimpinan dalam produksi film, namun jumlahnya masih belum bisa mengimbangi laki-laki.