Apa Itu ‘Toxic Productivity’, Kenapa Kamu Perlu Menghentikannya?
Apakah kamu berpikir sering lembur dan menghabiskan sebagian waktu untuk bekerja adalah hal yang baik? Apakah kamu kerap menelantarkan kesehatan dan relasi sosial demi pekerjaan? Hati-hati, bisa jadi kamu sedang berada dalam lingkaran produktivitas beracun atau toxic productivity.
Apa itu Toxic Productivity?
Dikutip dari The Huffington Post, toxic productivity merupakan istilah yang merujuk pada orang-orang yang terlalu workaholic. Padahal situasi sesungguhnya, istilah ini merujuk pada orang-orang yang bekerja melebihi tanggung jawabnya bahkan melebihi kapasitasnya,
Ketika mendengar istilah tersebut, awalnya saya juga bertanya-tanya memang ada ya? Setelah membaca sejumlah referensi, ternyata saya pun mengalami hal persis yang dijelaskan dalam artikel-artikel tersebut. Akibat pandemi COVID-19, rutinitas yang saya miliki berubah sangat drastis.
Baca Juga: Kehilangan Motivasi Kerja, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?
Saat work from home, saya merasa waktu kerja saya melebur dengan aktivitas di luar pekerjaan. Ketika saya menyelesaikan tugas-tugas lebih cepat, dan mendapatkan waktu istirahat banyak hari itu, saya merasa sangat bersalah. Padahal, pekerjaan yang saya selesaikan juga tak kalah banyaknya. Saya pun mulai menyelesaikan pekerjaan lain yang sebetulnya masih memiliki tenggat waktu lama.
Saya juga, jadi sering menunda melakukan hal-hal lain di luar pekerjaan, misalnya, ketika ibu saya menyuruh untuk rehat, saya bakal menolak dengan halus dan berkata, “tanggung, dikit lagi kelar kok.”
Toxic productivity ini tentunya berakibat fatal pada kondisi kesehatan mental. Akhirnya itu berujung pada saya yang mengalami burnout. Beberapa teman juga mengalami hal yang sama persis dengan saya. Ketika mereka sudah selesai mengerjakan tugas mereka, alih-alih mengapresiasi diri karena telah berhasil menyelesaikan tugas sesuai deadline, mereka malah merasa hampa.
Parahnya, saat mereka diajak untuk beristirahat sebentar, mereka malah berkata bahwa itu sia-sia. Waduh, saya semakin khawatir dengan fenomena seperti ini.
Berikut beberapa tanda jika kamu sudah mulai masuk ke dalam lingkaran produktivitas beracun atau toxic productivity, dikutip dari laman The Healthy.
1. Tanda toxic productivity yang pertama: Kamu merasa tidak bersemangat mengerjakan aktivitas selain pekerjaanmu
Tanda-tanda kamu sudah masuk ke lingkaran setan toxic productivity kamu akan merasa aktivitasmu selain bekerja tidak membuatmu senang atau rileks. Misalnya, kamu senang bermain gim setelah bekerja, namun belakangan kamu malah tidak ada selera memainkannya, dan lebih memilih untuk bekerja. Hati-hati.
Baca Juga: 7 Tantangan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya
2. Kamu lupa kapan terakhir kali merasa senang
Setelah kamu kehilangan kesenangan dalam melakukan aktivitas di luar pekerjaan, kamu jadi lupa kapan terakhir kamu bersenang-senang, entah itu bersama teman, atau me time sendirian. Toxic productivity membuat kamu jadi lupa untuk mencari kesenangan lain, bahkan lebih parahnya, kamu bisa jadi kurang bergairah dalam hidupmu.
3. Waktu istirahat atau rehat membuatmu cemas
Pernah enggak ketika istirahat, kamu malah jadi cemas karena merasa perlu mengerjakan sesuatu? Jika iya, maka kamu sudah mengalami Toxic Productivity. Ingat, jika waktunya istirahat, kamu mesti istirahat, jangan malah sebaliknya.
4. Kamu kesal ketika melihat orang-orang senang
Ketika melihat teman-temanmu jalan-jalan ke luar kota, atau me time sendirian, kamu malah merasa kesal dengan mereka. Jika kamu merasa seperti ini, kamu perlu mulai mewaspadai tanda-tanda toxic productivity.
5. Kamu jadi malas bersosialisasi merupakan tanda toxic productivity yang sering terjadi
Produktivitas toksik juga akan membuatmu merasa malas untuk bersosialisasi atau bercengkrama dengan orang-orang terdekatmu. Padahal, berjeda dan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang penting dalam hidupmu itu penting.
Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’
6. Kamus sering merasa bersalah jika tidak produktif
Jika kamu sering merasa bersalah ketika mengambil cuti atau mungkin beristirahat sebentar sebelum bekerja lagi, kamu mesti mewaspadai hal itu sebagai tanda toxic productivity. Segera konsultasikan ke psikolog ya.
7. Kamu merasa tidak mampu untuk menjauh dari pekerjaanmu
Ketika temanmu mengajak untuk bersantai sejenak, kamu malah menolak dan merasa tidak bisa lepas dari kerjaan kamu. Alih-alih melakukan jeda, kamu malah semakin membenamkan diri dalam pekerjaanmu untuk mencari ketenangan diri. Padahal, ini sudah masuk ke dalam toxic productivity.
Baca Juga: Sering Takut Sama Atasan Saat Pertama Kerja? Ini Tips untuk Atasi Masalahmu
Bagaimana menghentikan Toxic Productivity
Jika kamu mengalami beberapa hal di atas, saya sarankan agar kamu segera mencari bantuan profesional, sebab ini bakal berakibat fatal bagi kesehatan mental kamu. Selain itu, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan juga, yaitu:
- Buatlah waktu jeda di antara pekerjaanmu. Dengan berjeda kamu bisa sedikit bernapas lega, dan kembali mengumpulkan energi untuk melakukan pekerjaan selanjutnya.
- Mulailah mencoba untuk mengatur penggunaan gawai kamu seperti ponsel dan laptop, jika bisa buat jadwal untuk melakukan puasa gawai.
- Terakhir, yang bisa kamu lakukan untuk menghancurkan kebiasaan toxic productivity ini adalah, jangan melakukan apa-apa. Gunakan waktu istirahatmu, untuk berleha-leha dan tidak melakukan aktivitas apapun, demi mengistirahatkan otak.