Nawal El Saadawi tutup usia

Nawal El Saadawi Aktivis Perempuan Legendaris dari Mesir

Aktivis perempuan terkemuka dari Mesir, Nawal El Saadawi, yang buah pikirannya telah menginspirasi dan memengaruhi banyak feminis di dunia, tutup usia pada Minggu, 21 Maret 2021. Semasa hidupnya, ia mengabdikan diri pada perjuangan membela hak perempuan, selain sebagai psikiater dan ahli kesehatan masyarakat.  

Baca Juga: Maria Ulfah Santoso, Sosok Menteri Perempuan Pertama di Indonesia

Ia banyak sekali menulis tentang isu perempuan dalam Islam dan sangat menaruh perhatian terhadap praktik sunat perempuan dalam masyarakat Mesir, yang juga ia alami. 

El Saadawi adalah penulis produktif, telah menghasilkan lebih dari 55 buku yang mengangkat isu gender dalam masyarakat yang konservatif. Bukunya yang paling berpengaruh dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia adalah Women at Point Zero (Perempuan di Titik Nol) pada 1975.

Profil Penulis Feminis Mesir Nawal El Saadawi 

Nawal El Saadawi lahir pada 27 Oktober 1931 di sebuah desa bernama Kafr Tahla dan merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. 

Pada tahun 1955 ia lulus sebagai dokter dari Universitas Kairo. Di tahun itu juga El Saadawi menikah dengan Ahmad Helmi yang ia kenal saat kuliah. Pernikahan tersebut dikaruniai seorang anak bernama Mona Helmi. 

El Saadawi tak hanya mendedikasikan pengetahuannya di dalam dunia kedokteran untuk pelayanan kesehatan, namun juga untuk menyoroti masalah kesehatan perempuan secara fisik dan psikologis yang disebabkan oleh budaya opresif yang mereka terima, seperti patriarki dan opresi kelas. 

Baca Juga: Nyai Masriyah Amva, Ulama Perempuan Inspiratif dari Cirebon

Ia mengamati secara langsung bagaimana opresi terhadap perempuan sangat memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis mereka saat ia membuka praktik di kampung halamannya. Saat itu, salah seorang pasiennya mengalami kekerasan domestik dan ia mencoba untuk melindungi pasiennya tersebut. Setelah kejadian tersebut ia dipanggil pulang ke Kairo dan menjadi seorang direktur di Kementerian Kesehatan Masyarakat. 

Merupakan Penulis Kontroversial mengenai Feminisme

El Saadawi punya ciri feminisme yang sangat terbuka. Dia menulis soal topik-topik kontroversial di Mesir, termasuk isu poligami serta sunat pada perempuan.

Karena kritis pada pemerintah, ia sempat dipenjara, dan juga mengalami persekusi baik dari pihak pemerintah dan kelompok Islamis. Itu sebabnya pada tahun 1993, El Saadawi menempuh pendidikan di Universitas Duke, North Carolina, Amerika Serikat, dan kemudian menjadi pengajar di sana selama tiga tahun. Ia juga menjadi pengajar di University of Washington. 

Tidak hanya di dua universitas itu saja, Saadawi juga memegang posisi seperti Universitas Kairo, Harvard, Yale, Columbia, Sorbonne, dan universitas bergengsi lainnya. 

Baca Juga: 10+ Jurnalis Perempuan Hebat dari Berbagai Belahan Dunia

Ia kemudian kembali ke Mesir dan memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2005. Tetapi rencana itu batal, terhalang oleh persyaratan yang super ketat untuk calon-calon baru. 

Buku-bukunya yang kritis sudah berhasil diterbitkan ke dalam banyak bahasa dan juga menjadi rujukan untuk para feminis Barat, termasuk kawannya, Gloria Steinem. Ia juga mengkritik kebijakan yang dianut para pemimpin negara seperti penyerangan mantan Presiden AS, George W. Bush ke Irak dan Afghanistan.

Karier Nawal El Saadawi sebagai Penulis dan Aktivis Pembela Hak Perempuan

Saat bekerja di Kementerian Kesehatan, pada tahun 1972, Saadawi menerbitkan sebuah buku berjudul Women and Sex yang mengonfrontasi serta mengontekstualisasi berbagai agresi terhadap tubuh perempuan, salah satunya praktik sunat perempuan. Buku ini menjadi salah satu fondasi gerakan feminisme gelombang kedua. Namun buku ini membuat Saadawi dipecat dari Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Sonia Sotomayor Hakim Agung Perempuan dalam Pelantikan Presiden Amerika Joe Biden dan Kamala Harris

Setelah ia kehilangan posisinya di Kementerian dan Asosiasi Kesehatan Mesir, ia bekerja di Fakultas Kedokteran Ain Shams University pada 1973 hingga 1976. Pada 1979 hingga 1980, ia ditunjuk menjadi Penasihat PBB untuk program berkaitan dengan isu perempuan di Afrika dan Timur Tengah.

Tantangan Saadawi sebagai Aktivis Pembela Hak Perempuan 

Dari banyak advokasi yang ia jalankan dan sikap kritisnya terhadap pemerintah Mesir yang opresif saat itu, Saadawi dipenjara pada tahun 1981 Saadawi oleh Presiden  Mesir Anwar Sadat. Ia ditahan di penjara Qanatir.  

Baca Juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Meski tubuhnya dipenjara, semangatnya untuk membela hak-hak perempuan tidak pernah padam. Ia dilarang memegang pensil atau alat tulis lainnya, tetapi ia tetap menuangkan pemikiran-pemikirannya pada kertas tisu toilet menggunakan pinsil alis. Ia dibebaskan tiga bulan kemudian dan pada tahun 1982 mendirikan Asosiasi Solidaritas Perempuan Arab. 

Fase ini menjadi salah satu basis dari memoarnya yang berjudul Memoirs from the Women’s Prison. Sembilan tahun sebelum ia dipenjara, ia pernah berkontak dengan salah satu tahanan di sana dan kontak ini menjadi sebuah inspirasi dari novel Woman at Point Zero

Read More