Seperti Apa Rasanya Bekerja di Tahun 2030?

Kita sudah mencicil masa depan hari ini. Tepatnya ketika semakin banyak orang bekerja dari rumah atau dari belahan dunia lain. Kondisi di masa depan takkan jauh berbeda. Terlebih dengan teknologi digital, dunia wirausaha, orang-orang yang memiliki beberapa pekerjaan, pendapatan universal, atau bentuk-bentuk baru dari manajemen dan pemerintahan, bekerja di masa depan jadi kian fleksibel.

Perdebatan-perdebatan di atas yang fokus pada ketenagakerjaan, jenis-jenis pekerjaan, dan penerapan manajemen, memiliki satu manfaat: Memperjelas kemungkinan-kemungkinan pekerjaan di masa depan.

Baca Juga: Merayakan Perempuan Masa Depan

Kondisi Pekerjaan Masa Depan

Dalam penelitian berjudul “The future of work in 2030: four atmospheres?” atau “Masa depan dunia kerja di 2030: empat kondisi?”, lembaga riset internasional RGCS menawarkan beberapa pandangan mengenai pekerjaan di masa depan.

Kami mulai dengan menyajikan beberapa hal yang bertolak belakang yang terjadi dalam dunia kerja. Paradoks-paradoks ini menyoroti ketegangan dan dilema yang menyebabkan perubahan dalam dunia kerja, seperti: mobilitas versus kehidupan yang mapan; kewirausahaan versus ketergantungan; kebebasan versus keamanan; otonomi versus kontrol; digitalisasi versus dunia nyata, dan lain-lain.

Atas dasar ini, kami memperbarui gagasan mengenai kondisi dunia kerja, baik dalam konteks yang sederhana maupun yang bertolak belakang, untuk mendeskripsikan pekerjaan di hari ini dan masa depan.

Kondisi dunia kerja mengacu pada tempat, konteks, suasana hati, juga segala hal yang sulit untuk dijelaskan dalam sebuah lingkup kehidupan atau pekerjaan. Pada waktu yang bersamaan, komponen-komponen yang terlibat sangat konkret, yaitu; gestur, alat, tempat, praktik, sensasi, emosi, dan lain-lain. Namun mereka juga berbentuk “kuasi-materi” dan dapat dirasakan melalui cahaya, kata-kata, suara, dan tekstur yang menjadi perantara hubungan kita dengan pekerjaan. Kondisi di mana kita bekerja sangat menentukan ruang dan waktu saat kita hendak melakukan pekerjaan.

Karena itu, kami kemudian mengembangkan empat skenario, terkait dengan empat kondisi kerja, untuk membayangkan bagaimanakah dunia kerja pada tahun 2030;

  • Freelancing atau bekerja lepas. Bayangkan sebuah masyarakat yang sebagian besar terdiri dari pekerja lepas yang terhubung oleh platform global. Hal lain berupa transaksi. Suasana kerja menjadi lebih cair seperti yang dijelaskan oleh Z. Bauman;
  • Salaried atau bekerja di kantor dengan gaji tetap. Mereka menggambarkan sebuah dunia di mana pekerjaan bergaji tetap menjadi pusat operasi sebuah perusahaan. Kontrak kerja permanen dan dalam jangka waktu tertentu mengalami pengembangan dari sisi hukum, akan tetapi kontrak kerja tetap menjadi kunci dunia kerja dan ketenagakerjaan. Hal lain yang penting adalah kontrak. Kondisi menjadi bersifat teritorial dan mengakar;
  • Hybridisation atau hibridisasi. Hal ini mewakili terobosan yang lebih lanjut dari bentuk pekerjaan saat ini. Berbagai bentuk aktivitas pekerjaan kemudian diakomodasi. Setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda di satu waktu atau sesudahnya menjadi pekerja tetap atau wiraswastawan. Kondisi pekerjaan semacam itu memiliki sensasi yang berbeda-beda. Kebalikannya, hal yang lain yang penting adalah munculnya pribadi yang baru yang memunculkan manajemen pribadi yang bermacam-macam. Untuk beberapa hal, kondisi kerja tipe ini bersifat skizofrenik;
  • Pendapatan universal. Kondisi ini menggambarkan sebuah situasi yang mengutamakan aktivitas dibandingkan kinerja dan status. Bentuk-bentuk dari pekerjaan dengan gaji tetap dan kewirausahaan akan tetap ada, di samping juga ada solidaritas antar pekerja yang menyeluruh. Kondisi pekerjaan semacam ini ditandai dengan tindakan untuk memberi dan menciptakan kembali diri sendiri.

Tentu saja, skenario-skenario dan kondisi kerja yang terkait dapat dikombinasikan. Kita dapat membayangkan penggabungan antara bekerja lepas dan bekerja dengan gaji tetap bersamaan dengan kontrak jangka panjang. Kondisi kerja yang didominasi pekerja lepas dan pendapatan universal pun tampaknya cocok untuk kita. Empat kemungkinan ini memberikan kemungkinan praktis dan emosional yang dapat kita coba terapkan di masa depan.

Untuk menegaskan keyakinan ini, kami percaya bahwa masa depan dari dunia kerja akan penuh dengan kejutan. Dunia kerja di masa depan akan terus berkembang secara kreatif lebih dari telah dibicarakan di atas.

Baca Juga: 8 Pekerjaan yang Cocok untuk Kamu Si Kutu Buku

Dengan Masa Depan–atau Tidak dengan Masa Depan?

Suatu malam di musim panas pada 2025 di Montpellier’s Place de la Comédie, bayangkan ada empat orang yang mewakili empat kondisi pekerjaan di masa depan–Freelancia, Salaria, Hybridia, dan Solidaria, yang mewakili pendapatan universal. Empat karakter tersebut semuanya perempuan. Mereka masing-masing membawa masa depan pekerjaan. Kemiripan dengan orang lain, hidup atau mati, atau peristiwa nyata, bukan kebetulan. Dialog di bawah ini (yang dirinci dalam catatan riset kami) antara keempat individu iyetseniy menggambarkan pilihan-pilihan hidup yang spesifik, terkadang eksklusif, juga proyek sosial yang berkaitan dengan setiap skenario yang ada. Begini contohnya:

Hybridia: “Tiga tahun yang lalu, saya masih menjalani menjadi pekerja lepas. Dan apakah kamu ingat setelah SMA, saya memulai bisnis kecil kolaborasi seni itu? Tapi, saya pikir kamu terlalu resistan terhadap banyak hal, Freelancia! Mengapa tidak menikmati semua yang bisa kamu dapatkkan: waktu yang lebih bebas tapi juga ada jaminan rasa aman?

Freelancia: “Hanya ada 24 jam dalam sehari […]. Dengan adanya aktivitas lain yang saya lakukan, saya merasa berkhianat pada aktivitas saya yang pertama.”

[…]

Solidaria: “Anda tidak mau menghabiskan hidup anda dengan menjual omong kosong! Satu waktu Anda adalah “konsultan”, seorang “katalisator dalam inovasi” dan kini Anda “kepala dari unit bisnis wirausaha”. Apa langkah selanjutnya setelah itu? […] Apakah Anda tidak ingin melakukan sesuatu yang lebih bermakna? Untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain?“

Salaria: “Aku tidak dapat hidup hanya makan cinta dan udara segar seperti Anda. Saya mengurus dua anak saya sendirian. Saya tahu berapa besar biaya yang akan saya keluarkan untuk pendidikan mereka. Saya ingin mereka mendapatkan pendidikan terbaik (…) yang akan memberikan mereka pendapatan yang cukup.”

Dialog ini terus berlanjut dengan hal yang lebih spesifik terkait aspek-aspek teknologi di balik skenario ini. Aspek tersebut mendiskusikan hubungan antara kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan bentuk-bentuk pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan biasa. Menggunakan sebuah metafora yang berhubungan dengan Mesir Kuno dan meminjam dari Michel Serres, kami menyarankan untuk mempertimbangkan telepon pintar dan kecerdasan buatan dari pekerja masa depan sebagai “ka”, seorang yang mirip kita tapi bersifat otonom. Kami pun mengangkat berbagai masalah masalah etika.

Sebagai kesimpulan, dengan tidak menggunakan bola kristal atau ramalan, penelitian kami bertujuan untuk menggarisbawahi pilihan-pilihan yang berhubungan dengan kehidupan kita, penggunaan teknologi, bentuk-bentuk pekerjaan (baik lama maupun baru), suara politik dan keterlibatan sipil yang, hingga saat ini, akan membuat skenario-skenario tertentu soal masa depan dunia kerja menjadi mungkin atau malah menghalanginya.

Baca Juga: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Cocok untuk Orang Introvert

Artikel ini berdasarkan pada penelitian “Masa depan pekerjaan di 2030: empat kondisi?”_, yang ditulis oleh Francois-Xavier de Vaunjany (PSL, Paris-Dauphine University), Amelie Bohas (Aix-Marseille), Sabine Carton (Grenoble-Alpes University), Julie Fabbri (sekolah bisnis emlyon), dan Aurelie Leclercq-Vandelannoitte (CNRS, IESEG). Studi ini dilakukan dalam kerangka kerja jaringan penelitian internasional RGCS (Research Group on Collaborative Spaces), yang berfokus pada praktik-praktik kerja di masa depan.

François-Xavier de Vaujany, Professeur en management & théories des organisations, Université Paris Dauphine – PSL; Amélie Bohas, Maître de Conférences en Sciences de Gestion, Aix-Marseille Université (AMU); Aurélie Leclercq-Vandelannoitte, Chercheuse, CNRS, LEM (Lille Economie Management), IÉSEG School of Management; Julie Fabbri, Professeur en stratégie et management de l’innovation, EM Lyon Business School, dan Sabine Carton, Professeur en Management des Systèmes d’Information Grenoble IAE – CERAG, Grenoble IAE Graduate School of Management.

Read More