Peran seorang ibu dalam keluarga jelas enggak bisa diremehkan, dan kenyataannya tanggung jawab ini juga penuh tantangan. Saat ini, banyak perempuan yang bukan cuma jadi ibu, tapi juga menjalani karier profesional. Menyeimbangkan dua peran ini bukan hal gampang, apalagi kalau pasangan enggan diajak berbagi tugas rumah tangga. Akibatnya? Beban ganda pun harus ditanggung sendirian, jadi ibu rumah tangga sekaligus pekerja.
Dikutip dari The Hariss Poll, Mental Health: A comprehensive look at Harris Poll research, di tahun 2022, sebanyak 42 persen ibu yang bekerja didiagnosis mengalami kecemasan dan depresi. Data dari Calm juga menunjukkan bahwa banyak perempuan yang abai terhadap kesehatan mereka sendiri setelah menikah dan punya anak.
Masalahnya, stres yang dirasakan para ibu pekerja ini sering dianggap hal yang “wajar” atau “risiko biasa”. Padahal, meskipun sudah coba atur waktu sedisiplin mungkin, tekanan tetap bisa datang bertubi-tubi. Kalau enggak ditangani dengan baik, stres ini bisa berdampak serius, enggak cuma secara mental, tapi juga fisik.
Lebih jauh lagi, stres berkepanjangan bisa memengaruhi relasi ibu dengan anak, bahkan menghambat perkembangan si kecil. Di sisi lain, tubuh ibu yang terus-terusan tertekan bisa rentan terhadap penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga stroke.
Baca Juga: ‘Matahara’, Kekerasan Ibu Pekerja yang Marak di Jepang
Apa Saja Sih yang Bikin Ibu Pekerja Rentan Stres?
Menjalani peran sebagai ibu sekaligus pekerja itu jelas bukan hal gampang. Tidak sedikit perempuan yang harus juggling antara urusan kantor dan rumah, dan kalau tidak ada manajemen yang pas (plus dukungan yang cukup), stres bisa gampang banget datang. Dikutip dari Susan Landers MD, Working Mom Stress and Burnout: Why It Happens and How to Fix It, berikut ini beberapa penyebab utama kenapa ibu pekerja sering merasa kelelahan, baik secara fisik maupun mental:
1. Beban Ganda: Urus Kantor dan Rumah Sekaligus
Bayangin deh, pagi sampai sore harus fokus urusan pekerjaan, mengejar deadline, ikut rapat, membereskan laporan. Tapi setelah itu, bukannya bisa rebahan, malah lanjut lagi mengurusb rumah: mulai dari masak, bersih-bersih, nemenin anak belajar, sampai memastikan semuanya berjalan lancar.
Tidak heran kalau banyak ibu pekerja nyaris enggak punya waktu buat diri sendiri. Kelelahan yang terus numpuk ini bisa bikin burnout, dan parahnya lagi, banyak ibu juga merasa bersalah karena merasa belum cukup memberikan yang terbaik, padahal udah capek banget.
2. Minim Dukungan dari Pasangan atau Lingkungan
Dukungan pasangan itu penting banget. Tapi sayangnya, tidak semua suami peka bahwa tanggung jawab rumah itu seharusnya dibagi dua. Banyak yang masih berpikir kerja domestik adalah “tugas perempuan”, dan ini bikin beban jadi berat sebelah.
Belum lagi kalau lingkungan sekitar, kayak orang tua, mertua, atau teman malah nge-judge pilihan si ibu buat tetap bekerja. Bukannya didukung, malah dikomentari. Akhirnya, ibu jadi ngerasa sendirian, padahal semua orang butuh support system, kan?
3. Tekanan Budaya dan Ekspektasi Sosial
Masih banyak orang yang percaya kalau ibu yang ideal itu harus bisa “segala hal”, beresin rumah, urus anak, dan tetap eksis di dunia kerja, semuanya tanpa cela. Hasilnya? Ibu pekerja jadi terus-menerus berada dalam posisi serba salah. Kalau sibuk kerja, dianggap abai sama keluarga. Kalau lebih fokus di rumah, dibilang buang-buang potensi.
Ekspektasi yang enggak realistis ini bikin perempuan merasa seolah-olah enggak pernah cukup. Mau ambil keputusan apapun, rasanya selalu salah di mata orang lain.
4. Minim Waktu untuk Diri Sendiri
Waktu buat diri sendiri alias me time itu bukan kemewahan, tapi kebutuhan. Sayangnya, banyak ibu merasa bersalah saat mengambil jeda. Padahal, sekadar ngopi santai, nonton drama favorit, atau olahraga bareng teman bisa bantu mengisi ulang energi.
Kalau terus-terusan mengorbankan me time, lama-lama tubuh dan pikiran bisa jenuh. Hasilnya? Jadi gampang stres, emosian, dan kehilangan semangat.
5. Tekanan Finansial
Enggak semua ibu bekerja karena passion. Banyak juga yang kerja karena kondisi ekonomi memaksa. Dan meskipun sudah punya penghasilan, tetap saja tekanan finansial bisa jadi beban, dari bayar sekolah anak, cicilan rumah, sampai biaya kesehatan.
Kalau penghasilan dan pengeluaran terus berkejaran, ini bisa jadi sumber kecemasan harian yang bikin stres makin enggak bisa dihindari.
Baca Juga: Budaya Patriarkal, Konservatisme Agama Hambat Perempuan Jadi Ketua OSIS
Bagaimana Cara Ibu Pekerja Mengelola Stres? Ini Tipsnya
Stres memang tidak bisa sepenuhnya dihindari, apalagi buat ibu pekerja yang harus bagi energi antara dunia kerja dan urusan rumah. Tapi tenang, dengan strategi yang pas, kamu tetap bisa produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan mental. Yuk, intip beberapa cara yang bisa kamu coba yang dikutip dari Marriage, 11 Helpful Ideas for Stress Relief for Working Parents:
1. Bikin Jadwal yang Realistis dan Pintar Memiilih Prioritas
Kadang sumber stres datang bukan dari banyaknya tugas, tapi karena kita merasa harus mengerjakan semuanya sekaligus. Padahal enggak semua hal harus selesai hari itu juga, kan? Coba deh pakai prinsip “penting vs mendesak” buat menyusun to-do list harian.
Pakai tools kayak kalender digital, reminder di HP, atau sticky notes buat bantu mengatur waktu biar lebih rapi. Dengan perencanaan yang lebih mindful, kamu bisa menghindari numpuknya beban kerja yang bikin burnout.
2. Tidak Perlu Selalu Bilang “Ya”
Sebagai ibu, kadang kita terbiasa selalu mengiyakan permintaan, entah dari atasan, pasangan, anak, sampai tetangga. Tapi hati-hati, terlalu sering bilang “ya” bisa bikin kamu kelelahan dan kehilangan batas.
Belajar bilang “enggak” itu bentuk self-respect. Kamu bisa menolak dengan cara sopan tapi tetap tegas. Ingat, menjaga diri itu bukan egois—itu bentuk self-care.
3. Bangun Support System yang Kuat
Jangan jalan sendiri. Punya teman ngobrol yang bisa relate sama situasi kamu itu penting banget. Bisa sahabat, sesama ibu pekerja, atau komunitas online yang vibes-nya positif. Sekadar ngobrol, curhat, atau tukar cerita bisa bantu kamu merasa lebih lega dan enggak sendirian.
Support system ini juga bisa kasih sudut pandang baru atau solusi yang mungkin sebelumnya enggak kepikiran.
4. Ajak Pasangan Terlibat, Bukan Hanya Membantu
Pekerjaan rumah dan urusan anak itu tanggung jawab bareng, bukan cuma tugas ibu. Jadi penting banget buat ngobrol terbuka sama pasangan soal pembagian peran di rumah.
Mulai dari jadwal antar jemput anak, masak, nyuci, atau nemenin anak belajar bisa dibagi bareng. Ketika pasangan terlibat aktif, beban jadi lebih ringan, hubungan pun jadi lebih solid.
Baca Juga: Perempuan Pekerja, Simak Cara Ini untuk Keluar dari ‘Likeability Trap’
5. Ambil Waktu Sendiri, Tanpa Perasaan Bersalah
Me time itu bukan kemewahan, itu kebutuhan. Sayangnya, banyak ibu yang merasa bersalah kalau mengambil waktu buat diri sendiri, padahal itu justru penting biar enggak gampang meledak.
Luangkan waktu walau cuma 15–30 menit buat melakukan hal yang kamu suka: nonton series, baca novel, jalan santai, atau mandi air hangat dengan tenang. Diri kamu juga butuh perhatian, bukan cuma semua orang di sekitarmu.
6. Enggak Perlu Sungkan Konsultasi ke Profesional
Kalau kamu merasa stres udah mulai susah dikontrol atau berdampak ke aktivitas harian, cari bantuan itu pilihan yang bijak. Berbicara sama psikolog atau konselor bisa bantu kamu gali akar masalah dan cari cara yang lebih sehat buat menghadapinya.
Minta bantuan bukan tanda lemah, justru itu bukti kamu sayang sama diri sendiri dan mau pulih dengan cara yang tepat.
Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.