Bidang sains serta teknologi masih sering identik dengan dunia laki-laki yang super maskulin. Persaingan yang super ketat serta kondisi yang tidak ramah perempuan dalam bidang sains, teknologi, engineering dan matematika (STEM), sering menghambat perempuan dalam mengembangkan kariernya di bidang ini.
Dikutip dari The Conversation Indonesia, dalam bidang sains, teknologi, serta matematika, jumlah perempuan hanya ada 30 persen. Salah satu yang menyebabkan hal ini adalah peran gender yang kaku bagi perempuan yang selalu diarahkan menjadi ibu atau istri.
Tantangan Perempuan Muslim dalam Bidang STEM
Data dari UNESCO tahun 2015 memperlihatkan bahwa di seluruh dunia, perempuan yang bekerja sebagai peneliti hanya 28 persen. Padahal jumlah laki-laki dan perempuan yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sarjana dan master dalam bidang STEM jumlahnya relatif sama
Selain peran gender yang kaku yang membuat perempuan harus mengalami beban ganda sebagai ibu, istri, dan pekerja, diskriminasi gender membayangi perempuan di tempat kerja. Berikut ini merupakan beberapa nama ilmuwan perempuan muslim yang berhasil mendobrak diskriminasi gender dalam bidang STEM yang bisa kita ikuti kegigihannya.
1. Maryam Mirzakhani Perempuan Muslim yang Menjadi Ahli Matematika
Lahir di Teheran, Iran, Maryam Mirzakhani adalah ahli Matematika dan salah seorang profesor di Stanford University. Ia mengawali pendidikannya sebagai salah seorang murid di Tehran Farzanegan School, bagian dari lembaga pemupuk bakat-bakat luar biasa, yakni National Organization for Development of Exceptional Talents (NODET). Ketika duduk di bangku SMA, Mirzakhani memenangkan medali emas dalam bidang matematika dalam Olimpiade Nasional Iran. Hal ini membuatnya dapat masuk ke jenjang universitas tanpa perlu mengikuti ujian nasional.
Baca Juga: Buku-buku Sains Anak Masih Bias Gender, Kurang Representasi Perempuan
Pada tahun 1994, Mirzhakani kembali mendapatkan medali emas di level internasional pada ajang Olimpiade Matematika di Hong Kong dengan skor 41 dari 42 atau hampir sempurna. Ia merupakan siswi Iran pertama yang memenangkan medali emas. Dari berbagai capaian tersebut, di tahun 2005 ia dianugerahi sebagai salah satu dari 10 orang muda yang mendorong inovasi-inovasi dalam bidangnya pada ajang Popular Science’s Fourth Annual “Brilliant 10”
Di tahun 2014, ia dianugerahi Fields Medal, sebuah penghargaan paling bergengsi di bidang matematika. Ia pun menjadi perempuan dan orang Iran pertama yang dianugerahi penghargaan tersebut. Pada 2017 lalu, Mirzakhani meninggal dunia akibat kanker payudara.
2. Sameena Shah
Sameena lahir dan besar di India. Ia menyelesaikan gelar doktornya di Indian Institute of Technology. Ia adalah salah satu yang memimpin proyek Reuters Tracer, sebuah proyek teknologi Artificial Inteligence yang berfungsi mendeteksi berita-berita bohong. Saat ini ia merupakan Managing Editor AI Research di JPMorgan Chase & Co
Baca Juga: Perempuan Hadapi Banyak Sandungan dalam Dunia Sains di Indonesia
3. Anousheh Ansari
Lahir di Iran pada tahun 1966, Ansari adalah insinyur Amerika keturunan Iran dan juga salah satu pendiri dan ketua dari Prodea System, sebuah perusahaan layanan dan teknologi. Pada tanggal 18 September 2006, beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke 40, Ansari menjadi orang Iran dan perempuan muslim pertama yang pergi ke stasiun luar angkasa. Ia juga menjadi spaceflight participant (sebutan NASA kepada orang No.- astronot yang menjelajah luar angkasa) perempuan pertama yang pergi ke luar angkasa dengan biaya sendiri.
4. Burçin Mutlu-Pakdil
Mutlu-Pakdil merupakan perempuan muslim tetapi seorang astronom dan ahli astrofisika asal Turki di Universitas Arizona, AS. Ia lahir dan besar di Turki dan sejak kecil gemar fisika dan mengamati langit malam. Ia bersekolah di Beşiktaş Atatürk Anatolian High School dan menjadi generasi pertama dari keluarganya yang mengenyam pendidikan hingga jenjang universitas.
Dia menyelesaikan gelar sarjananya di Bilkent University pada 2009 dan kemudian menyelesaikan gelar doktornya di di University of Minnesota dengan penelitian “Testing supermassive black hole scaling relations using cosmological simulations and optical/near-IR imaging data“.
5. Hayat Sindi Perempuan Muslim yang Menjadi Ilmuan Medis
Dr. Hayat Sindi merupakan perempuan muslim serta seorang ilmuwan medis Arab Saudi serta anggota perempuan pertama The Consultative Assembly of Saudi Arabia. Ia paling dikenal berkat kontribusi besarnya pada dunia medis dan bioteknologi. Dia mendapat peringkat ke-19 sebagai orang Arab paling berpengaruh di dunia dan peringkat ke 9 perempuan Arab paling berpengaruh versi Arabian Business. Pada tahun 2018, ia juga masuk dalam BBC’s 100 Women, daftar tokoh-tokoh perempuan berpengaruh di dunia.
6. Iqbal Al Assaad
Iqbal Mahmoud Al Assad merupakan seorang dokter yang juga merupakan penerima beasiswa kardiologi pediatri di Boston Children’s Hospital. Ia diakui sebagai salah satu dokter termuda di dunia ketika ia menyelesaikan akreditasi medisnya pada umur 20 tahun. Iqbal Mahmoud Al Assad lahir di Palestina pada tahun 1993, namun menjadi pengungsi di Lebanon.
Baca Juga: Diajeng Lestari, Pengusaha Muslimah Sukses dengan Brand HIJUP
Di umurnya yang ke-12, Iqbal Mahmoud Al Assad menyelesaikan pendidikan SMA-nya dan di umur 20 tahun telah lulus dari Weill Cornell Medical College di Qatar dengan gelar dokter umum.