Ilmuwan Perempuan Pengembang Vaksin Covid-19

Kizzmekia Corbett Ilmuwan Perempuan Kulit Hitam di Garis Depan Pengembangan Vaksin Covid-19

Satu tahun sudah  dunia menghadapi krisis kesehatan global yaitu pandemi COVID-19, sebuah virus yang menyerang sistem saluran pernapasan seperti flu, dengan beberapa gejala seperti batuk, demam, dan pneumonia, sampai kematian. Hingga saat ini, jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 103.948.221 jiwa, dengan angka kematian mencapai 2.248.090 jiwa. 

Untuk mencegah penyebaran, beberapa negara melakukan tindakan sigap dengan melakukan lockdown. Beberapa negara seperti Selandia Baru dan Taiwan berhasil mengendalikan laju virus ini, sedangkan Indonesia termasuk negara-negara yang masih kesulitan dalam menjalankan penanganan kasus COVID-19.

Baca Juga: 11 Perempuan Berpengaruh dalam Bidang Sains di Dunia

Di awal tahun 2020, distribusi vaksin Covid-19 mulai berjalan. Berbagai negara bekerja sama dengan para ilmuwan untuk menciptakan vaksin secepatnya, beberapa di antaranya adalah vaksin Sinovac, Pfizer BioNtech, Moderna, dan Oxford Astrazeneca. Di balik pengembangan vaksin-vaksin ini ada tangan-tangan para ilmuwan yang bekerja keras agar virus ini dapat efektif menjadi penangkal virus Covid-19. 

Salah satu ilmuwan yang namanya menjadi perhatian adalah Dr. Kizzmeka Corbett, perempuan ahli imunologi asal Amerika yang turut mengembangkan vaksin Moderna. 

Salah Satu Ilmuwan Kunci dalam Pengembangan Vaksin Moderna

Kizzy, begitu ia dipanggil, merupakan ilmuwan perempuan pengembang vaksin yang bekerja di Vaccine Research Center (VRC) di National Institute of Allergy and Infectious Diseases National Institutes of Health (NIAID NIH) di Bethesda, Maryland. Ia diangkat ke bagian VRC pada tahun 2014, dan saat ini ia mengepalai tim VRC’s Coronavirus yang bekerja mengembangkan vaksin virus corona baru.

Pada Desember 2020, Direktur NIAID NIH, Anthony Fauci mengatakan, “Kizzy merupakan ilmuwan Afrika-Amerika yang berada tepat di garis depan pengembangan vaksin Covid-19.”  

Baca Juga: Profesor Adi Utarini Ilmuwan Perintis Pembasmian Demam Berdarah Dengue

Corbett lahir di Hurdle Mills, North Carolina pada 26 Januari 1986. Dalam wawancara bersama The Washington Post, guru kelas 4-nya, Myrtis Bradsher, mengatakan ia telah mengamati kecerdasan luar biasa dari Corbett dan meminta orang tuanya untuk menempatkannya di kelas yang lebih tinggi. 

Corbett lulus dari Universiy of Maryland Baltimore dan mendapatkan gelar sarjana dalam ilmu biologi dan sosiologi. Pada tahun 2014, ia mendapatkan gelar doktor dalam ilmu mikrobiologi dan imunologi dari University of North Carolina di Chapel Hill.  

Awal Karir Kizzmeka Corbett Sebagai Perempuan Ilmuwan Pengembang Vaksin COVID-19

Sejak ia SMA, Corbett sudah menyadari bahwa ingin berkarier sebagai ilmuwan. Ia kemudian menghabiskan liburan musim panasnya di laboratorium riset program ProjeckSEED, salah satunya di Kenan Lab di UNC bersama dengan ahli kimia organik, James Morkin. Pada tahun 2005, ia magang di Stony Brook University di Laboraturium Gloria Vibound, tempat ia belajar soal Patogenesis Yersinia Pseudotuberculosis. 

Setelah mendapatkan gelar sarjananya, Corbett bekerja di National Institute of Health (NIH), mengerjakan pathogenesis virus pernafasan syncytial serta pada proyek-proyek vaksin yang inovatif. 

Ilmuwan Perempuan ini Tertarik Belajar Soal Virus SARS dan MERS hingga Pengembang Vaksin COVID-19

Pada bulan Oktober 2014, ilmuwan perempuan pengembang vaksin COVID-19 ini bekerja sebagai ahli imunologi virus di NIH. Penelitiannya banyak berfokus serta bertujuan untuk mengungkapkan mekanisme patogenesis virus dan imunitas inang. Corbett secara khusus berfokus dalam pengembangan vaksin baru coronaviridae. Pada awal penelitian, Corbett mempertimbangkan pengembangan antigen Vaksin dari virus Severe Acute Respiratory Syndrome (Sars) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Baca Juga: Kesenjangan Gender di Dunia Profesional, Mulai dari Upah sampai Penugasan

Ketika virus COVID-19 menyebar di seluruh dunia, Corbett mulai bekerja untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Untuk membuat dan mengembangkan vaksin tersebut, timnya bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Moderna, agar proses pengembangan vaksin berjalan lancar.  Tidak hanya mengembangkan vaksin di laboratorium, Corbett juga ikut mengedukasi masyarakat yang masih meragukan vaksinasi COVID-19, salah satunya komunitas kulit hitam. 

Pada Oktober 2020, Corbett mempresentasikan perkembangan vaksin Covid-19 kepada komunitas Black Health Matters. Hal ini menjadi fokus pemerintah Amerika karena, hanya 14 persen dari komunitas kulit hitam yang percaya bahwa vaksin COVID-19 akan aman.

Read More