5 Tokoh Perempuan Pembuat Kebijakan di Sektor Ekonomi dan Keuangan
Di sektor ekonomi dan keuangan, kehadiran perempuan diperlukan. Tidak hanya untuk memenuhi kuota representasi dalam kerangka kesetaraan gender di tempat kerja, hal tersebut juga penting untuk membantu terwujudnya pemenuhan kepentingan banyak perempuan di bawah mereka atau yang mereka wakili.
Baca Juga: Tantangan Perempuan dalam Sektor Bisnis dan Pemerintahan
Ada sejumlah sosok perempuan Indonesia di posisi pembuat kebijakan yang punya catatan kontribusi positif terhadap nasib perempuan. Berikut ini beberapa tokoh perempuan Indonesia pembuat kebijakan pada sektor ekonomi serta keuangan.
1. Sri Mulyani Indrawati
Nama satu ini kerap muncul pertama kali ketika kita berbicara soal sosok perempuan menonjol di bidang ekonomi dan keuangan. Betapa tidak, rekam jejak kariernya yang panjang serta penghargaan-penghargaan yang telah diterimanya tidak hanya membuat Sri Mulyani dikenal di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
Sri Mulyani merupakan tokoh perempuan Indonesia yang sudah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Keuangan—pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahan Joko Widodo. Kiprahnya di dunia internasional tercatat salah satunya sebagai Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia.
Menyadari isu kesetaraan gender bukan hanya isu sosial, melainkan juga ekonomi dan pembangunan negara, Sri Mulyani kerap mengangkat hal tersebut dalam kebijakan dan program-program yang dibuatnya. Sebagai contoh, di lingkungan Kementerian Keuangan tempatnya bertugas, telah diterapkan cuti ayah untuk menekan angka ibu yang keluar dari pekerjaan demi mengurus bayi.
“Untuk pembuat kebijakan, kita perlu membuat kebijakan yang sensitif terhadap kebutuhan perempuan terutama generasi muda yang baru saja menjalani kariernya. Contohnya cuti hamil atau cuti bagi ayah yang mengurus bayi,” jelas Sri Mulyani seperti dilansir Kontan (24/4/2019).
Sejak 2017, menteri keuangan ini telah meluncurkan program pembiayaan ultra mikro untuk menyokong aktivitas ekonomi masyarakat. Diwartakan Medcom.id, sampai Juli 2020, pembiayaan ini telah disalurkan ke 2,26 juta debitur dan 93 persen di antaranya adalah perempuan. Lebih lanjut, menyadari besarnya dampak pandemi khususnya bagi pengusaha perempuan, Sri Mulyani membuat kebijakan berupa penundaan pembayaran cicilan pokok bagi pelaku ultra mikro selama enam bulan dan subsidi bunga kredit.
Tidak hanya kepada perempuan pengusaha kecil, perhatian Sri Mulyani juga diarahkan kepada nasib para pekerja perempuan selama pandemi. Ia membuat kebijakan di lingkungan Kementerian Keuangan untuk tidak mengadakan rapat kementerian selama jam sekolah anak pada hari kerja. Terobosan tersebut dipilihnya demi meringankan beban pekerja perempuan yang kerap lebih berat dari pekerja laki-laki.
“Saya menginstruksikan ke tim saya, sekarang jika Anda membuat rapat, jangan lakukan itu pada waktu jam sekolah, karena mereka harus mengurus pekerjaan kantor dan anak,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip CNN Indonesia.
2. Tokoh Perempuan Indonesia Inspiratif: Mari Elka Pangestu
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan (2004-2011) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014) ini punya rekam jejak panjang terkait karier dan prestasinya di bidang Ekonomi.
Sebelum berkarier, Mari meraih gelar Bachelor dan Master of Economics dari Australian National University. Ia kemudian melanjutkan studi doktoral bidang perdagangan internasional dan ekonomi makro di University of California, Davis.
Baca juga: 11 Pengusaha Perempuan Indonesia Sukses Membangun Bisnis Sendiri
Di bidang pendidikan dan penelitian, ekonom ini adalah profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia serta senior fellow di Center for Strategic and International Studies (CSIS). Mari juga menjadi asisten profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dan Sekolah Kebijakan Publik Crawford, Australian National University.
Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013, Marie pernah mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana, sebuah penghargaan untuk orang yang memberikan layanan terbaik bagi negara. Pada tahun berikutnya, ia menerima penghargaan seumur hidup dalam bidang kepemimpinan dalam ajang World Chinese Forum di Cina.
Kiprah Mari di dunia internasional antara lain menjabat sebagai penasihat Komisi Global Geopolitik Transformasi Energi Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) di Abu Dhabi, Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penelitian Kebijakan Makanan Internasional di Washington DC, dan anggota Dewan International Chamber of Commerce di Paris. Terhitung Maret 2020, ia menjadi Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, posisi yang pernah ditempati Sri Mulyani.
3. Armida Alisjahbana
Perempuan lulusan Universitas Indonesia jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan ini punya kepakaran di bidang Ekonomi Internasional. Ia ditunjuk PBB menjadi Sekretaris Eksekutif untuk Economic and Social Commission for Asia and The Pacific (ESCAP) sejak 2018.
Sebelum sampai ke posisi tersebut, Armida telah menduduki berbagai posisi penting sebagai pengambil kebijakan. Salah satunya adalah sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2009-2014.
Di tataran internasional, Armida pernah ditunjuk sebagai alternate governor untuk World Bank dan Asian Development Bank. Ia juga sempat terlibat dalam high level independent team advisors yang mendukung Economic and Social Council (ECOSOC) PBB untuk membahas agenda Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030.
Armida yang menyelesaikan studi master di Northwestern University dan doktoral di University of Washington, Amerika Serikat, ini juga aktif di bidang akademik. Tahun 1996, ia terpilih menjadi Ketua Departemen Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Padjajaran. Pada 2005, ia dinobatkan menjadi guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di universitas tersebut.
Sebagai akademisi, Armida pernah ditunjuk sebagai Ketua Tim 5 Universitas untuk mengkaji Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pada 2006. Sejak 2015, ia terdaftar sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Seperti halnya Mari Elka, Armida juga pernah dianugerahi Bintang Mahaputra Adiprana dari pemerintah. Beberapa penghargaan lain yang pernah diterimanya di antaranya Anugerah Padjajaran Utama dari Rektor Universitas Padjajaran (2014), Leadership Award dari harian Seputar Indonesia (2011), dan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden Republik Indonesia (2008).
Baca juga: Tips Usaha Sendiri dari Pebisnis Perempuan Sukses Cynthia Tenggara
4. Evi Afiatin
Perempuan lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung ini tercatat sebagai Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan sejak 2017. Sebelumnya, ia dipercaya sebagai Direktur Pelayanan dan Kepatuhan di instansi yang sama. Sekarang ini, dirinya tengah mengikuti proses seleksi calon Direksi BPJS Kesehatan bersama 15 calon lainnya.
Memiliki gelar Master of Applied Finance dari Melbourne University Australia, Evi telah menjalani karier di bidang keuangan selama kurang lebih setngah abad. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan di Bank Muamalat Indonesia pada 2014-2016. Ia juga pernah berkarier di bidang manajemen risiko di beberapa bank lain pada tahun-tahun sebelumnya.
Evi juga tergabung dalam beberapa organisasi seperti Chief Financial Officer (CFO) Club Indonesia sebagai sekretaris jenderal, dan Masyarakat Ekonomi Syariah di mana ia menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum I.
Selama bekerja di BPJS Ketenagakerjaan, perempuan pemegang sertifikasi manajemen risiko dan charter financial analyst dari Harvard Business School ini berkontribusi dalam hal perbaikan proses bisnis di kantornya, khususnya terkait pembayaran iuran ataupun klaim. Pada 2019 silam, atas kiprahnya dalam memimpin dan membuat sejumlah inisiatif berkelanjutan, Evi diganjar penghargaan dari CSR Works International sebagai salah satu Asia’s Top Sustainability Superwomen dalam acara Asia Sustainability Reporting Summit di Singapura.
5. Tokoh Perempuan Indonesia: Destry Damayanti
Tokoh perempuan Indonesia selanjutnya merupakan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang ditunjuk sejak 2019. Ia menorehkan rekam jejak panjang di bidang ekonomi dan keuangan setelah menyabet gelar sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia dan Master of Science dari Cornell University, New York, Amerika Serikat.
Kariernya diawali sebagai peneliti di Harvard Institute for International Development pada 1989, serta peneliti di Institut Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1989-1990. Destry juga sempat menjadi peneliti Ekonomi di Pusat Antar Universitas sejak 1993 hingga 1995.
Mulai 1992 hingga 1997, ia bekerja di Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Desrty juga pernah berkarier sebagai ekonom di beberapa bank seperti Citibank Indonesia dan Bank Mandiri.
Pada tahun 2002 sampai 2003, Destry sempat mendapat kepercayaan untuk menjabat Senior Economic Adviser Duta Besar Inggris untuk Indonesia.
Kapasitas Destry mengantarkannya ke berbagai posisi strategis di lembaga-lembaga pemerintahan. Sejak 2015, ia menjabat sebagai Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di sana, ia bertanggung jawab merumuskan dan menerapkan kebijakan serta melakukan pengawasan sesuai undang-undang LPS. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Satuan Tugas Ekonomi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2014-2015.
Read More