Tanda Kamu ‘Workaholic’: Kerja Berlebihan Itu Baik atau Buruk?
Workaholic sering kali dianggap sebagai sebuah kata yang membanggakan dalam budaya kerja modern. Namun, di balik kegiatan kerja yang produktif, terkadang tersembunyi pola perilaku yang tidak sehat dan merugikan, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental seseorang.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tanda-tanda workaholic, dampak negatifnya, penyebabnya, serta strategi untuk mengatasinya.
Pengertian Workaholic
Dikutip dari Healthline, Work Addiction: Symptoms, Diagnosis, and Treatment, workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk terus bekerja tanpa henti, bahkan di luar jam kerja yang normal. Mereka cenderung mengalami dorongan internal yang kuat untuk terus produktif dan mencapai target, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu istirahat, waktu bersama keluarga, atau aktivitas hobi yang menyenangkan.
Workaholic sering kali merasa tidak nyaman ketika tidak sedang bekerja, merasa bersalah jika mengambil cuti atau waktu luang, dan cenderung meremehkan pentingnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Mereka mungkin merasa bahwa identitas dan nilai diri mereka sangat terkait dengan pekerjaan mereka, sehingga mereka terus-menerus mencari validasi dan kepuasan dari pencapaian dalam pekerjaan.
Karakteristik lain dari workaholic adalah ketidakmampuan untuk sepenuhnya merelaksasi diri atau menikmati momen santai tanpa merasa bersalah atau cemas tentang pekerjaan. Mereka sering kali merasa perlu untuk terus bekerja demi mencapai kesuksesan, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu istirahat yang penting untuk kesehatan fisik dan mental mereka.
Baca Juga: Cara Memberikan Feedback pada Rekan Kerja dengan Tepat
Penyebab Seseorang Menjadi Workaholic
- Tekanan Kerja
Masih dikutip dari Healthline, salah satu penyebab utama dari fenomena workaholic adalah tekanan yang tinggi di lingkungan kerja. Tekanan ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti atasan yang menuntut hasil yang tinggi dalam waktu yang singkat, deadline yang ketat, atau lingkungan kerja yang kompetitif. Individu yang merasa terus-menerus tertekan untuk mencapai target kerja atau memenuhi ekspektasi yang tidak realistis cenderung mengembangkan perilaku workaholic sebagai respons terhadap tekanan tersebut.
Tekanan kerja yang konstan dan berlebihan dapat menciptakan rasa kecemasan dan ketidakpastian dalam diri seseorang, memaksa mereka untuk terus bekerja tanpa henti dalam upaya untuk menghindari konsekuensi negatif seperti penurunan performa atau kehilangan pekerjaan. Dorongan untuk terus berkinerja dan mengejar kesempurnaan dalam pekerjaan seringkali mengakar dalam ketakutan akan kegagalan atau penolakan, yang dapat menjadi pemicu utama dari perilaku workaholic.
- Kecanduan Pekerjaan
Selain tekanan kerja yang eksternal, beberapa individu juga dapat mengalami kecanduan terhadap pekerjaan mereka. Kecanduan ini terjadi ketika seseorang merasa bahwa pekerjaan adalah sumber utama kepuasan atau nilai dalam hidup mereka, dan mereka merasa tidak bahagia atau tidak lengkap tanpa adanya pencapaian dalam pekerjaan. Seiring waktu, kecanduan ini dapat menyebabkan individu tersebut terus-menerus mencari stimulus dari pekerjaan, bahkan jika itu berarti mengabaikan kebutuhan lainnya seperti istirahat, kesehatan, atau hubungan sosial.
Kecanduan pekerjaan seringkali dipicu oleh faktor-faktor seperti kurangnya kepuasan dalam kehidupan pribadi, kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang, atau kurangnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Individu yang merasa tidak memiliki kontrol atas kehidupan mereka di luar pekerjaan atau yang menggunakan pekerjaan sebagai mekanisme untuk menghindari masalah atau stres lainnya juga rentan terhadap perkembangan perilaku workaholic.
Baca Juga: Diskriminasi Penerimaan Kerja Berdasarkan Zodiak, Memang Ada?
Dampak Negatif Workaholism
Meskipun terkadang dianggap sebagai tanda produktivitas yang tinggi, sebenarnya workaholic punya dampak yang merugikan pada kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Dikutip dari Forbes, Being A Workaholic Negatively Impacts All Aspects Of Life, ketika seseorang terlalu terlibat dalam pekerjaan tanpa memperhatikan keseimbangan hidup, berbagai dampak negatif dapat muncul.
- Stres dan kelelahan
Workaholic cenderung mengalami tingkat stres yang tinggi akibat tekanan yang konstan untuk mencapai target dan mencapai kesempurnaan dalam pekerjaan mereka. Stres yang berkepanjangan dapat mengarah pada kelelahan mental dan fisik yang serius, mengurangi produktivitas kerja dan kualitas hidup secara keseluruhan.
- Gangguan kesehatan fisik dan mental
Workaholism dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan fisik, seperti gangguan tidur, peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan pencernaan. Selain itu, dampaknya juga dapat terasa pada kesehatan mental, dengan kemungkinan munculnya depresi, kecemasan, atau bahkan kecanduan kerja.
- Masalah hubungan interpersonal
Ketika seseorang menjadi terlalu terikat dengan pekerjaan, waktu dan perhatian yang seharusnya dialokasikan untuk hubungan sosial dan keluarga dapat terabaikan. Hal ini dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, kurangnya dukungan emosional, dan perasaan kesepian yang mendalam.
- Kurangnya waktu untuk diri sendiri
Workaholic seringkali mengorbankan waktu untuk diri sendiri, hobi, dan kegiatan rekreasi. Akibatnya, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk merawat diri sendiri, menyebabkan penurunan kesejahteraan secara keseluruhan.
Baca Juga: Beban Pekerja Perempuan Generasi ‘Sandwich’ Berlapis
Strategi Mengatasi Workaholic
Workaholism dapat menjadi tantangan yang signifikan dalam mencapai keseimbangan hidup yang sehat. Namun, dengan kesadaran akan pola perilaku tersebut dan adopsi strategi yang tepat, seseorang dapat mengatasi workaholic dan memulihkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Dikutip dari Linkedin, 10 Tips on How to Avoid Being a Workaholic, berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu:
- Tetapkan batas waktu
Tetapkan batas waktu yang jelas untuk bekerja dan berpegang teguh pada batasan tersebut. Misalnya, tetapkan jam kerja yang konsisten dan berkomitmen untuk tidak bekerja di luar jam tersebut kecuali dalam keadaan darurat.
- Prioritaskan keseimbangan
Berikan prioritas pada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Sediakan waktu untuk kegiatan non-pekerjaan yang menyenangkan dan bermanfaat seperti berolahraga, berkumpul dengan keluarga dan teman, atau mengejar hobi yang disenangi.
- Cari dukungan
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat, baik itu keluarga, teman, atau rekan kerja. Berbicaralah tentang tantangan yang kamu hadapi dan minta saran atau dukungan dari mereka.
- Pelajari teknik manajemen stres
Pelajari teknik-teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk membantu meredakan stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Praktikkan teknik-teknik ini secara teratur untuk membantu menjaga keseimbangan emosional dan mental.
- Beri diri Anda waktu untuk istirahat
Ingatlah pentingnya istirahat yang cukup untuk kesehatan fisik dan mental kamu. Sisihkan waktu untuk beristirahat secara teratur, baik itu dalam bentuk istirahat singkat di tengah hari atau liburan yang panjang untuk menyegarkan pikiran dan tubuhmu.
Read More