Kamu pernah gak merasa cemas menghadapi atasan baru? Memastikan atasanmu tidak toxic adalah langkah penting demi kenyamanan dan produktivitas kerja. Atasan toxic bisa merusak suasana kerja dan berdampak negatif pada kesehatan mental. Jadi, bagaimana cara memastikan atasan di tempat kerja baru kamu tidak toxic?
Baca Juga: Kiat-kiat Kantor Dukung Kesehatan Mental Karyawan yang Patut Dicoba
Mengidentifikasi Tanda-Tanda Atasan Toxic
Dikutip dari The Muse, 6 Signs of a Toxic Boss and How to Deal With Them, atasan toxic adalah individu yang menciptakan lingkungan kerja tidak sehat melalui perilaku mereka yang merusak. Mereka cenderung menggunakan kekuasaan mereka untuk menekan dan memanipulasi karyawan, mengakibatkan stres, kecemasan, dan ketidakpuasan di tempat kerja. Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda atasan toxic yang harus diwaspadai.
Perilaku Manipulatif
Perilaku manipulatif adalah salah satu ciri khas atasan toxic. Mereka sering kali menggunakan strategi seperti:
- Gaslighting: Membuat karyawan meragukan diri sendiri atau realitas mereka. Atasan ini mungkin akan menyangkal pernah mengatakan sesuatu atau membuat karyawan merasa salah.
- Memecah Belah Tim: Atasan toxic mungkin akan memecah belah tim dengan menyebarkan gosip atau informasi yang tidak benar, menciptakan persaingan yang tidak sehat di antara anggota tim.
- Menggunakan Rasa Takut: Mereka sering kali mengandalkan rasa takut untuk mengendalikan karyawan, misalnya dengan ancaman pemecatan atau pengurangan gaji.
Baca Juga: ‘Girl Boss’ di Film Indonesia: Stereotipikal atau Tidak?
Komunikasi Buruk
Komunikasi yang buruk dapat mencakup berbagai bentuk, seperti:
- Tidak Ada Feedback yang Konstruktif: Alih-alih memberikan masukan yang membantu, atasan toxic mungkin memberikan kritik yang tidak membangun atau tidak memberikan feedback sama sekali.
- Komunikasi Pasif-Agresif: Menggunakan nada atau kata-kata yang secara tersirat merendahkan atau menghina karyawan, tanpa mengungkapkan secara langsung apa yang diinginkan atau yang salah.
- Kurangnya Transparansi: Tidak memberikan informasi penting atau menyembunyikan informasi yang seharusnya diketahui oleh tim, yang bisa menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian.
Ekspektasi Tidak Realistis
Menetapkan ekspektasi yang tidak masuk akal tanpa mempertimbangkan kapasitas dan sumber daya yang tersedia merupakan tanda lain dari atasan toxic. Beberapa contoh perilaku ini adalah:
- Deadline yang Tidak Masuk Akal: Meminta pekerjaan diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat tanpa mempertimbangkan beban kerja yang sudah ada.
- Volume Kerja yang Berlebihan: Memberikan tugas yang jauh melebihi kapasitas kerja normal, menyebabkan karyawan harus bekerja lembur terus-menerus.
- Ketidakpedulian terhadap Keseimbangan Kerja-Hidup: Tidak menghormati waktu pribadi karyawan, misalnya dengan mengharapkan mereka menjawab email atau panggilan di luar jam kerja.
Kurangnya Pengakuan dan Penghargaan
Atasan yang toxic sering kali tidak mengakui atau menghargai usaha dan pencapaian karyawan. Ini bisa meliputi:
- Tidak Memberikan Penghargaan: Mengabaikan atau mengklaim hasil kerja karyawan sebagai milik mereka sendiri.
- Mengabaikan Prestasi: Tidak memberikan pujian atau pengakuan atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik.
- Fokus pada Kesalahan: Selalu mencari kesalahan dan mengkritik, tanpa mengakui upaya atau keberhasilan karyawan.
Micromanaging
Atasan yang terlalu mengendalikan setiap aspek pekerjaan karyawan menunjukkan kurangnya kepercayaan dan bisa sangat memberatkan. Micromanaging bisa meliputi:
- Kontrol Berlebihan: Mengawasi setiap detail kecil pekerjaan karyawan, tidak memberikan ruang untuk kreativitas atau otonomi.
- Kurangnya Kebebasan: Tidak mengizinkan karyawan membuat keputusan sendiri atau mengambil inisiatif, yang bisa menghambat pertumbuhan profesional mereka.
- Selalu Mengawasi Karyawan: Terus-menerus mengecek pekerjaan karyawan, yang bisa mengganggu alur kerja dan menambah stres.
Baca Juga: 7 Tips Menjaga ‘Work-Life Balance’ Buat ‘Fresh Graduate’
Strategi Menghadapi Atasan yang Toxic
Menghadapi atasan yang toxic bisa menjadi tantangan besar, namun ada beberapa strategi yang dapat kamu terapkan untuk menjaga kesejahteraan dan produktivitasmu. Dikutip dari Forbes, 13 Effective Tactics For Dealing With A Toxic Boss, berikut adalah beberapa langkah yang bisa kamu ambil:
- Berkomunikasi dengan Efektif
Komunikasi yang jelas dan tegas: Pastikan kamu berkomunikasi secara jelas dan tegas. Jangan biarkan perasaan takut atau tidak nyaman menghalangi kamu untuk menyampaikan pendapat atau masalah yang kamu hadapi. Gunakan bahasa yang sopan namun tegas, dan pastikan untuk mendengarkan respons atasanmu.
Menyampaikan feedback secara konstruktif: Jika ada sesuatu yang mengganggu, coba sampaikan feedback secara konstruktif. Fokuslah pada perilaku dan dampaknya, bukan pada pribadi atasan. Misalnya, “Saya merasa kesulitan ketika arahan tidak jelas, mungkin kita bisa mendiskusikan lebih detail di awal proyek.”
- Menetapkan Batasan
Kenali batasan pribadimu: Menetapkan batasan adalah kunci untuk melindungi kesehatan mentalmu. Ketahui batasanmu dan pastikan kamu tidak melewatinya demi pekerjaan. Ini termasuk waktu kerja, beban kerja, dan cara atasan berkomunikasi denganmu.
Beri tahu batasanmu secara diplomatis: Jangan ragu untuk mengomunikasikan batasanmu dengan cara yang diplomatis. Misalnya, jika atasan sering menghubungi di luar jam kerja, kamu bisa mengatakan, “Saya akan segera bereskan hal ini saat jam kerja dimulai besok pagi.”
- Mencari Dukungan
Cari dukungan dari rekan kerja: Kadang-kadang, rekan kerja bisa menjadi sumber dukungan yang kuat. Mereka mungkin menghadapi situasi yang sama dan bisa memberikan saran atau sekadar menjadi teman bicara.
Cari Bantuan ke HRD: Jika perusahaan memiliki departemen HR, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan HRD. Mereka ada untuk membantu menyelesaikan masalah seperti ini. Jangan ragu untuk melaporkan perilaku yang tidak pantas dan mencari bantuan mereka untuk mediasi atau solusi.
Baca Juga: 5 Tips Jadi HRD Profesional untuk Lingkungan Kerja Setara
- Membangun Hubungan Positif di Tempat Kerja
Jalin hubungan baik dengan rekan kerja: Membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja bisa menjadi sumber dukungan emosional yang penting. Selain itu, hubungan yang baik bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan.
Cari mentor: Mentor bisa memberikan bimbingan dan dukungan yang kamu butuhkan. Mereka bisa membantu kamu menghadapi situasi sulit dan memberikan nasihat berdasarkan pengalaman mereka.
- Fokus pada Pengembangan Diri
Tingkatkan Skill: Alihkan perhatianmu pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan. Mengikuti kursus atau pelatihan bisa memberikanmu kepercayaan diri dan peluang karier yang lebih baik kedepannya.
Tetap positif: Cobalah untuk tetap positif dan fokus pada hal-hal yang bisa kamu kontrol. Menghadapi atasan yangtoxic memang sulit, tetapi menjaga sikap positif bisa membantu kamu bertahan dan mencari solusi yang lebih baik.
Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.