Siapa sih Jacqueline Carlyle? Dia adalah tokoh fiktif dalam serial The Bold Type yang berperan sebagai pemimpin redaksi majalah Scarlet, sebuah publikasi yang mengangkat isu-isu sosial, terutama tentang pemberdayaan perempuan. Karakter bos perempuan berkarisma ini diperankan oleh Melora Hardin.
Sejak awal kehadirannya dalam sorot kamera, karakter Jacqueline mengundang decak kagum. Dalam pilot episode The Bold Type, visual Jacqueline tidak langsung diekspos. Di menit ke 2, dia hanya digambarkan sebatas kaki yang dinaikkan di atas meja kerja dengan kuku berkuteks dan high heels merah bertali.
Pada adegan selanjutnya, kemunculan Jacqueline dicicil sedikit demi sedikit. Wajah masih belum terlihat. Setelah kamera menyorot Jacqueline dari bawah menunjukkan langkah-langkah kakinya, adegan bergerak menyoroti tangannya yang sedang mengetik pesan, mengisyaratkannya bahwa pikirannya bekerja setiap saat bahkan ketika dia berjalan.
Terlihat juga di layar balutan blazer merah, celana kulit yang trendi, dan tidak ketinggalan aksesoris bling-bling yang Jacqueline kenakan. Beberapa detik berikutnya, berdirilah dia di tengah ruang rapat berisi berbagai macam persona (perempuan, laki-laki, muda, tua, berpakaian kasual dan formal), “menaklukkan” para peserta rapat dengan ucapan “Good morning, everyone”. Keren!
Kemunculan pertama Jacqueline tidak menjadi “the only wow factor” dalam serial ini. Sepanjang cerita selama 4 musim (yang segera dilanjutkan ke musim 5), ada lebih banyak hal keren lainnya! Penasaran apa saja? Simak, yuk!
Baca juga: Jejak Pemimpin Perempuan dalam Islam: Dari Khadijah sampai Fatima Al-Fihri
1. Jacqueline Carlyle Sosok yang Pengertian
Dalam menghadapi kemarahan pegawainya, Jacqueline Carlyle tidak defensif. Ini terjadi ketika salah satu penulisnya, Jane Sloane (diperankan oleh Katie Stevens), “meledak” di kantor karena terbawa emosi berkaitan dengan cerita artikel yang sedang dikerjakannya. Jacqueline menyadari bahwa Jane butuh waktu untuk mengelola emosinya sehingga dia menyuruh Jane untuk menenangkan diri. Malamnya, Jacqueline mengundang Jane ke apartemennya untuk makan malam dan di situlah terjadi pembicaraan heart-to-heart antara bos dan bawahannya, yang saya rasa, jarang sekali terjadi di dunia nyata (koreksi saya kalau salah). Dari obrolan hangat itu, akhirnya Jane bisa meredam emosi dan menulis artikelnya dengan perspektif yang baru.
2. Jacqueline Carlyle Punya Karakter yang Berintegritas
Tidak semua orang mempunyai integritas, dan tidak semua orang yang mempunyai integritas bisa mempertahankannya. Soal integritas memang bukan hal yang bisa dipermainkan seenaknya. Ini terbukti ketika Jacqueline pasang badan untuk Kat Edison (diperankan oleh Aisha Dee) yang ditegur oleh dewan redaksi karena melakukan endorsement terhadap suatu produk dengan kata-kata yang ofensif.
Kat sengaja melakukannya karena mengetahui bahwa ternyata produk yang dipromosikannya bertentangan dengan visi yang diemban Scarlet, yaitu memperjuangkan persamaan hak termasuk untuk kaum LGBTQ. Jacqueline pun membela Kat dan berkata, “Integritas Kat atau Scarlet tidak boleh dijual.”
Siapa yang tidak jatuh hati mendengar kalimatnya itu? Nasihat Jacqueline menunjukkan bahwa integritas adalah nomor wahid. Kata-kata itu terlontar dari seorang pemimpin sejati. Kita tidak bisa menggadaikan integritas kita dengan apa pun.
3. Menghargai Kerja Keras
To be honest, berapa dari kita para pekerja yang sudah bekerja keras setengah mati tapi yang dipuji orang lain yang bahkan tidak ikut andil apa-apa? Sakit hati, kan? Pasti!
Dalam suatu episode, Sutton Brady (diperankan oleh Meghann Fahy) yang berkerja sebagai penata gaya merasa diperlakukan tidak adil oleh rekan kerjanya Cassie (diperankan oleh Jess Salgueiro). Cassie frustrasi dengan keadaan di kantor, lalu seenaknya kabur dari sesi foto yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, meninggalkan Sutton sendirian mengatur sesi tersebut.
Saat Jacqueline melihat hasil foto-fotonya, dia sangat terkesan dan memberikan pujian kepada Cassie yang—Jacqueline pikir—berperan besar dalam sesi pemotretan. Belakangan Jacqueline mengetahui kebenarannya, dan kemudian ia memanggil dan menasihati Sutton, “Jangan biarkan siapa pun dipuji karena pekerjaanmu. You need to start speaking up for yourself.” Sebagai pucuk pimpinan, Jacqueline menyadari betul makna dari kerja keras dan sangat mengapresiasi proses dan hasilnya. Yang paling tepat menerima apresiasi dari suatu hasil adalah orang yang benar-benar bekerja di baliknya.
Foto: IMDB
4. Mentor yang Sempurna
Dalam beberapa episode di musim 3, diceritakan bahwa Jane dan Jacqueline Carlyle bekerja sama dalam menggarap suatu artikel tentang seorang fotografer terkenal, Pamela Dolan (diperankan oleh Laila Robins), yang sering menyiksa para model fotonya secara psikis dan fisik supaya bisa mendapatkan foto yang fantastis.
Jacqueline dengan tekun membimbing Jane dalam penulisan artikelnya, mulai dari meyakinkan narasumber untuk berani angkat bicara, melakukan wawancara, mengerjakan sesi foto bersama, hingga menyiapkan kemungkinan terburuk bahwa Pamela Dolan akan menuntut Scarlet. Jacqueline, yang dalam hal ini lebih superior dari Jane, tetap ikut andil dalam setiap detail pekerjaan. Dia tidak meninggalkan Jane mengurus segalanya sendirian. Malahan, ia sangat mendukung Jane dalam pekerjaannya merangkai cerita. Dia tidak menutupi kebenaran yang pahit, tapi menyarankan anak buahnya untuk bersiap-siap karena hal buruk bisa terjadi di kemudian hari.
Baca juga: Women Lead Forum 2021: Perusahaan Perlu Rekrut Pemimpin yang Berpihak pada Perempuan
5. Jacqueline Carlyle Berani Menghadapi Risiko Demi Menegakkan Prinsip
Jacqueline menyadari posisinya dalam media dapat menjadi saluran bagi suara-suara—terutama perempuan—yang selama ini tenggelam. Dalam suatu edisi musim gugur, Jacqueline dengan berani mengubah Scarlet menjadi media yang lebih mengedepankan isu-isu pemberdayaan perempuan, bukan mengeksploitasi perempuan.
Edisi musim gugur itu—walaupun mendapat pertentangan dari dewan direksi—menampilkan orang-orang yang termarginalkan dan menjadikan mereka sebagai fokus utama yang mungkin tidak pernah mereka dapatkan selama hidupnya. Jacqueline puas dengan edisi tersebut karena akhirnya Scarlet mampu menyampaikan pesan bermakna seputar pemberdayaan perempuan.
- Memikirkan Nasib Karyawan
Di episode pertama pada musim 4, Jacqueline Carlyle dipecat dari Scarlet karena membuat edisi musim gugur yang bertentangan dewan direksi. Jane, Sutton dan Kat bertekad membantu Jacqueline supaya bisa kembali ke Scarlet dengan menyusup ke percetakan dan mencuri beberapa eksemplar majalah untuk mereka edarkan kepada orang-orang yang berperan di baliknya.
Gelombang dukungan kepada Scarlet pun mulai mengalir sehingga dewan direksi meminta Jacqueline kembali pada pekerjaannya. Jacqueline mengiyakan dengan syarat, “Saya butuh jaminan bahwa semua karyawan saya aman” (merujuk kepada Jane, Sutton dan Kate yang belakangan sudah terbukti mencuri).” Sikap Jacqueline ini mencerminkan empati pemimpin kepada bawahannya.
Tanpa aksi nekat Jane, Kat dan Sutton, Jacqueline tidak akan bisa mendapatkan pekerjaannya kembali, dan Scarlet tidak bisa lagi menjadi media yang mengangkat isu-isu penting. Untuk itu, Jacqueline melindungi mereka, karena mereka bertiga merepresentasikan apa yang selama ini diperjuangkan oleh Scarlet.
Karakter Jacqueline memang fiktif. Namun, teladan kepemimpinannya patut dicontoh. Adakah di antaramu sosok perempuan pemimpin layaknya Jacqueline Carlyle?